Anda di halaman 1dari 30

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN KONSEP NILAI-NILAI DASAR DAN


KEDUDUKAN PERAN ASN
A. Gambaran Umum Organisasi
1. Kedudukan Organisasi
a. Lokasi
Sejak tanggal 21 November 2012 RSU Prov Sultra pindah lokasi
dari di Jalan Dr.Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya Kecamatan
Mandonga ke Jalan Kapt. Pierre Tendean No. 50 Baruga, dan bernama
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Prov.Sultra. Di lokasi
yang baru ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum, dengan batas
wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama
2) Sebelah Timur : Kantor Polsek Baruga
3) Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk
4) Sebelah Barat : Balai Laboratorium Provinsi Sulawesi Tenggara
b. Lingkungan Fisik
RSU Bahteramas berdiri di atas lahan seluas 17,5 Ha. Luas seluruh
bangunan adalah 53,269 m2, Luas bangunan yang terealisasi sampai
dengan akhir tahun 2016 adalah 35,410 m2. Pengelompokkan ruangan
berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu
kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang
medis, kelompok kegiatan penunjang non medis , dan kelompok kegiatan
administrasi.
c. Sejarah dan Status Rumah Sakit
RSU Prov. Sulawesi Tenggara dibangun secara bertahap pada
tahun 1969/1970 dengan sebutan “Perluasan Rumah Sakit Kendari”
adalah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi
type C berdasarkan SK Menkes No.51/Menkes/II/1979 tanggal 22
Februari 1979. Susunan Struktur Organisasi berdasarkan SK Gubernur
Provinsi Sulawesi Tenggara No. 77 tahun 1983 tanggal 28 Maret 1983.

5
Pada tanggal 21 Desember 1998, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara
meningkat klasifikasinya menjadi Type B (Non Pendidikan) sesuai
dengan SK Menkes 1482/Menkes/SK/XII/1998, yang ditetapkan dengan
Perda No. 3 tahun 1999 tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan Rumah Sakit
secara teknis berada dibawah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara,dan secara operasional berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur. Sesuai dengan kebutuhan pendidikan medik di
Sulawesi Tenggara maka sejak tahun 2013 RSU Bahteramas Prov. Sultra
telah terakreditasi menjadi RS Type B Pendidikan.
Pada tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara
telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi Manajemen,
Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan
dan Rekam Medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No.
HK.00.06.3.5.139. Selanjutnya Akreditasi 12 Pelayanan sesuai dengan
SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139.tanggal 31 Desember 2010,
yang meliputi pelayanan Administrasi dan Manajemen, Pelayanan
Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan
Rekam Medis, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Farmasi, Pelayanan
Laboratorium, Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan
Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009
dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov Sultra telah
menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 653 Tahun 2010
tanggal 15 Oktober 2010. Pada tanggal 21 November 2012 RSU Prov.
Sultra pindah lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum
Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (RSUD Bahteramas
Prov.Sultra), yang diresmikan penggunaannya oleh Menteri Koordinator
Bidang Ekonomi dan Keuangan RI, Ir. H. Hatta Rajasa dan Gubernur
Sulawesi Tenggara, H.Nur Alam SE. Pada tahun 2013 telah terakreditasi

6
menjadi Rumah Sakit Pendidikan (SK Mentri Kesehatan No. Tahun
2013)
2. Visi dan Misi Organisasi
a. Visi
“Rumah Sakit rujukan pilihan di Indonsia Timur tahun 2023”
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu
yang mengutamakan keselamatan pasien
2) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian yang
berkualitas dan berdaya saing
3) Mengembangkan sarana dan prasarana rumah sakit berbasis
teknologi terkini
4) Sumber daya manusia yang berkompeten, profesional dan
berpengalaman
5) Mewujudkan suasana rumah sakit yang asri, nyaman, komunikatif
dan informatif
3. Nilai Organisasi
a. Empati terhadap pasien
Memahami dan ikut merasakan masalah yang dihadapi pasien. Untuk
itu setiap pegawai RSU Provinsi Sulawesi Tenggara dalam menangani
pasien harus bertekad bahwa: “keselamatan, kesembuhan dan
kepuasan pasien adalah kebahagiaan kami”.
b. Keterbukaan dan Transparans
Dengan keterbukaan diharapkan pemberian informasi secara terbuka
serta membuka diri pula terhadap kritik. Kritik harus dilihat sebagai
suatu partisipasi untuk perbaikan. Selain itu perlu adanya transparansi
yaitu diketahuinya oleh banyak pihak (yang berkepentingan)
mengenai perumusan kebijaksanaan yang sudah ditetapkan.
c. Akuntabilitas
Dengan akuntabilitas diharapkan kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan

7
tindakan seseorang/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang
memiliki hak atau berwenang meminta pertanggung jawaban.
d. Azas Kekeluargaan
Bekerja dalam kebersamaan jauh lebih baik daripada bekerja sendiri-
sendiri apalagi dalam bekerjasama berdasarkan persahabatan yang
saling menghormati serta saling menghargai. Dengan azas
kekeluargaan juga diharapkan agar dalam berinteraksi senantiasa
berprilaku santun, rendah hati, serta memberikan kesejukan bagi orang
lain.
e. Bermental Pemenang (Play To Win)
Seluruh karyawan Rumah Sakit harus bermental pemenang. Tidak ada
hal yang tidak dapat diperbaiki, oleh karena itu hari ini harus lebih
baik dari kemarin dan hari besok harus lebih baik dari hari ini.
f. Berjiwa entrepreneur
Semua unsur-unsur pimpinan RSU Provinsi Sulawesi Tenggara harus
berjiwa entrepreneurs yaitu rela mengotori tangan, tahu memberikan
pendelegasian, tapi sering turun langsung kebawah
4. Organisasi dan Manajemen
Struktur organisasi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
ditetapkan berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 yang dituangkan
dalam Perda Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2008,
Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 65 Tahun 2008 dan Pola
Tata Kelola RSU Prov. Sultra.
Pimpinan RSUD Bahteramas Prov Sultra disebut Direktur dan
menduduki jabatan struktural eselon II.b. Direktur dibantu oleh 3 (tiga)
orang Wakil Direktur yaitu: Wakil Direktur Pelayanan, Wakil Direktur
Umum dan Keuangan, dan wakil Direktur Perencanaan dan Diklat,
masing-masing menduduki jabatan struktural eselon III.a
Wakil Direktur Pelayanan membawahi 3 (tiga) bidang, yakni
Bidang Pelayanan Medis, Bidang Pelayanan Keperawatan, dan Bidang
Penunjang Pelayanan. Wakil Direktur Umum dan Keuangan membawahi

8
3 (tiga) bagian, yakni Bagian Umum, Bagian Sumber Daya Manusia dan
Bagian Keuangan. Wakil Direktur Perencanaan dan Diklat membawahi 3
(tiga) Bidang, yakni Bidang Perencanaan dan Evaluasi, Bidang Informasi
dan Rekam Medis, Bidang Diklat dan Litbang. Kepala Bidang dan
Kepala Bagian menduduki jabatan struktural eselon III B. Kepala Seksi
dan Kepala Sub Bagian menduduki jabatan struktural eselon IV.a.
Wakil Direktur Pelayanan Medis membawahi :
a. Kepala Bidang Pelayanan Medik, yang membawahi Seksi Pelayanan
Fasilitas Medik, dan Seksi Pelayanan Mutu dan Pelayanan Medik,
b. Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan, yang membawahi Seksi
Asuhan Keperawatan dan Seksi Manajemen Keperawatan
c. Kepala Bidang Penunjang Pelayanan, yang membawahi Seksi
Pelayanan Fasilitas Penunjang Medis dan Seksi Pengendalian Mutu
dan Medis.
Wakil Direktur Perencanaan dan Diklat membawahi :
a. Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi, yang membawahi Seksi
Penyusunan Program dan Anggaran dan Seksi Evaluasi Penyusunan
Laporan
b. Kepala Bidang Informasi dan Rekam Medis, yang membawahi Seksi
Sistim Informasi dan Pemsaran dan Seksi Rekam Medis
c. Kepala Bidang Diklat dan Litbang, yang membawahi Seksi Diklat
dan Seksi Litbang & Perpustakaan.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan, membawahi :
a. Bagian Umum, yang membawahi Sub Bagian Administrasi dan
Ketatausahaan, Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga, dan
Sub Bagian Humas dan Hukum,
b. Bagian Sumber Daya Manusia, yang membawahi Sub Bagian
Administrasi Kepegawaian dan Penempatan, Sub Bagian
Pengembangan SDM, dan Sub Bagian Mutasi dan Akreditasi,

9
c. Bagian Keuangan, yang membawahi Sub Bagian Perbendaharaan,
Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi, dan Sub Bagian Mobilisai
Dana.
Selain jabatan struktural juga terdapat kelompok fungsi yang terdiri
dari Komite antara lain Komite Medik, Komite Keperawatan, Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Komite Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Komite Keselamatan Pasien, Komite Mutu, Komite
Etik dan Hukum. Kelompok Fungsional lainnya terdiri dari Staf Medis
Fungsional (SMF), Instalasi, dan beberapa jabatan fungsional lain.
Untuk kegiatan pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh
Satuan Pengawas Intern (SPI) dan Dewan Pengawas. Untuk menunjang
kegiatan pelayanan, terdapat 16 Instalasi penunjang dan Unit Tranfusi
darah (UTD). Instalasi yang ada yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Perawatan Intensif
(ICU), Instalasi Radiologi, Instalasi Patologi Klinik (Laboratorium),
Instalasi Patologi Anatomi, Instalasi Farmasi, Instalasi Bedah Sentral,
Instalasi Rehabilitas Medik, Instalasi Gizi, Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit (IPSRS), Instalasi Sanitasi, Instalasi Binatu, Instalasi
Sterilisasi dan Desinfeksi, Instalasi Gas Medik, dan Instalasi
Pemulasaran Jenazah.

10
Gambar 1 Struktur Organisasi RSU Bahteramas

11
5. Tugas pokok dan fungsi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara
Berdasarkan pada Perda No. 5 Tahun 2008 Tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah RSU Provinsi
Sulawesi Tenggara dan Pola Tata Kelola RSUD Prov. Sultra adalah
melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna
dengan mengutamakan penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan
melaksanakan upaya rujukan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut di
atas, RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai fungsi,
yakni :
a. Menyelenggarakan pelayanan medik;
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik;
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan;
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan;
e. pendidikan dan latihan;
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan;
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;
h. Menyelenggarakan upaya promotif dan preventif.
6. Tugas Pokok dan Fungsi Bidan/Perawat di RSU Bahteramas
Tugas pokok Bidan terampil berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2019 sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil fisiologis;
b. Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana pada pelayanan
kebidanan;
c. Merencanakan asuhan kebidanan kasus fisiologis sesuai kesimpulan;
d. Memfasilitasi informed choice dan/ atau informed consent
e. Melakukan tindakan pencegahan infeksi;

12
f. Memberikan nutrisi dan rehidrasi/oksigenisasi/ personal hygiene
g. Memberikan vitamin/suplemen pada klien/ asuhan kebidanan kasus
fisiologis;
h. Melaksanakan kegiatan asuhan pada kelas Ibu hamil;
i. Memberikan KIE tentang kesehatan ibu pada individu/ keluarga
sesuai dengan kebutuhan;
j. Melakukan asuhan Kala I persalinan fisiologis;
k. Melakukan asuhan Kala II persalinan fisiologis;
l. Melakukan asuhan Kala III Persalinan fisiologis;
m. Melakukan asuhan Kala IV Persalinan fisiologis;Melakukan
pengkajian pada ibu nifas;
n. Melakukan asuhan kebidanan masanifas 6 jam sampai dengan hari
ketiga pasca persalinan (KF 1);
o. Melakukan asuhan kebidanan masa nifas hari ke 4-28 pasca
persalinan (KF 2)
p. Melakukan asuhan kebidanan masa nifas hari ke 29-42 pasca
persalinan (KF3)
q. Melakukan asuhan kebidanan pada gangguan psikologis ringan
dengan pendampingan
r. Melakukan fasilitasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada persalinan
normal;
s. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal;
t. Melakukan penanganan awal kegawatdaruratan pada Bayi Berat
Lahir Rendah
u. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang
kesehatan anak pada individu/keluarga sesuai kebutuhan
v. Melakukan pelayanan Keluarga Berencana (KB) oral dan kondom;
w. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang
kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana (KB) pada
individu/ keluarga sesuai kebutuhan;

13
x. Melakukan promosi dan edukasi tentang perilaku pola hidup sehat
untuk remaja termasuk personal hygiene dan nutrisi;
y. Melakukan pendataan sasaran pada individu (WUS/PUS/Keluarga
Berencana/Ibu hamil/ ibu nifas/ibu menyusui/ bayi dan balita) di
wilayah kerja Puskesmas melalui kunjungan rumah;
z. Melakukan tabulasi sasaran pada individu (WUS/ PUS/ Keluarga
Berencana/ ibu hamil/ ibu nifas/ ibu menyusui/ bayi, dan balita);
aa. Mengikuti pelaksanaan kegiatan Survei Mawas Diri (SMD) atau
Musyawarah Mufakat Desa.
bb. Melaksanakan pelayanan kebidanan di Posyandu/ Posbindu/
kampong Keluarga Berencana (KB) atau tempat lain sesuai
penugasan; dan
cc. Melakukan pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

Menurut UU No.4 Tahun 2019 Pasal 46 ayat 1, dalam


menyelenggarakan praktik kebidanan, Bidan bertugas memberikan
pelayanan yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
d. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/ atau
e. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Menurut UU No.4 Tahun 2019 Pasal 47 ayat 1, dalam
menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan sebagai:
a. Pemberi pelayanan kebidanan
b. Pengelola Pelayanan kebidanan
c. Penyuluh dan konselor
d. Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik
f. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan,
dan/atau
g. Peneliti

14
B. Nilai-Nilai Dasar ASN
Nilai-nilai dasar adalah nilai yang sangat dibutuhkan dalam tugas
jabatan PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai dasar
tersebut meliputi: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan Anti Korupsi. Kelima nilai-nilai dasar ini diakronimkan menjadi
“ANEKA” yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggung
jawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan
seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak
yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Dengan demikian kepercayaan masyarakat kepada birokrasi
akan semakin menguat karena aparaturnya mampu berperan sebagai
kontrol demokrasi, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
a. Aspek Akuntabilitas Terdapat beberapa aspek dalam akuntabilitas,
antara lain: 20
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a
relationship), adalah hubungan antara dua belah pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability is results
oriented). Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah
perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan
inovatif.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (accountability
requires reporting). Dengan memberikan laporan kinerja berarti

15
mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah
dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan.
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (accountability is
meaningless without consequences). Akuntabilitas adalah
kewajiban, kewajiban menunjukkan tanggung jawab, dan
tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi
tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (accountability improves
performance). Tujuan utama dari akuntabilitas adalah
memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
b. Jenis-jenis akuntabilitas Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam,
yaitu:
1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada
otoritas yang lebih tinggi.
2) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability),
akuntabilitas yang pertanggungjawabannya kepada masyarakat
luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
21 melapor “kesamping” kepada pejabat lainnya dan lembaga
negara.
c. Tingkatan Akuntabilitas Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang
berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas
stakeholder.:
1) Akuntabilitas Personal Akuntabilitas personal mengacu pada
nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran,
integritas, moral dan etika. Pribadi yang akuntabel adalah yang

16
menjadikan dirinya sebagai bagian dari solusi dan bukan
masalah.
2) Akuntabilitas Individu Akuntabilitas individu mengacu pada
hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara
PNS dengan instansinya sebagai pemberi wewenang.
3) Akuntabilitas Kelompok Kinerja sebuah institusi biasanya atas
kerja sama kelompok, maka pembagian kewenangan dan
semangat kerja sama yang tinggi antar berbagai kelompok yang
ada dalam sebuah institusi memainkan peranan penting dalam
tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
4) Akuntabilitas Organisasi Akuntabilitas organisasi mengacu
pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan
yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi
maupun kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
5) Akuntabilitas Stakeholder Stakeholder yang dimaksud adalah
masyarakat umum, pengguna layanan, pembayar pajak yang
memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya.
Jadi akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil,
responsive dan bermartabat.
d. Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan,
yaitu:
1) Kepemimpinan Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke
bawah di mana pimpinan memainkan peranan yang penting
dalam menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
3) Integritas Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

17
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
7) Keseimbangan Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
9) Konsistensi Adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa
dan negara sendiri; sifat nasional; kesadaran keanggotaan dalam suatu
bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran,
dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia
senantiasa menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Bahkan tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan

18
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya. Nilai-nilai yang yang senantiasa berorientasi pada kepentingan
publik menjadi dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Pegawai ASN harus memahami dan mampu mengaktualisasikan
Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan kebangsaan dalam
setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya, sesuai bidangnya masing-
masing. Pegawai ASN dapat mempelajari 24 bagaimana aktualisasi sila
demi sila dalam Pancasila, dan kisah ketauladanan yang dapat diambil
hikmahnya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masingmasing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.
b. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradap

19
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah
air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

20
d. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.

21
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan social
3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standard/norma yang
menentukan baik/buruk, perilaku benar/salah, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayan publik. Etika merupakan sistem penilaian
perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup caracara
pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik
dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-
nilai yang dianut. Sebagai ASN diharapkan mampu menanamkan nilai
dan membentuk sikap dan perilaku patuh kepada standard etika publik
yang tinggi.
a. Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang ASN, yaitu:
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.

22
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
b. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.
c. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu:
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik
d. Manfaat nilai etika bagi organisasi sebagai berikut:
1) Kebersamaan
2) Empati
3) Kepedulian
4) Kedewasaan

23
5) Orientasi organisasi
6) Respect
7) Kebajikan
8) Integritas
9) Inovatif
10) Keunggulan
11) Keluwesan
12) Kearifan
Pelayanan publik yang professional membutuhkan tidak hanya
kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh
karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa
memiliki kompetensi etika, pejabat menjadi cenderung tidak peka, tidak
peduli dan bahkan seringkali diskriminatif, terutama pada masyarakat
tingkat bawah yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi
kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktekkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dengan ditetapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat publik
harus dirubah. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan; kedua,
berubah dari wewenang menjadi peranan; ketiga, menyadari bahwa
pejabat publik adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan bukan
hanya di dunia tapi juga di akhirat.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu
terhadap produk/ jasa berupa ukuran baik/buruk. Bidang apapun yang
menjadi tanggungjawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan
secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.

24
a. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
1) Efektif
Efektif dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai
target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi
sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisien
Efisien adalah berdaya guna dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga
dapat diketahui ada dan tidaknya pemborosan sumberdaya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme
keluar alur.
3) Inovasi
Inovasi muncul karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk
melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar.
Inovasi lahir dari imajinasi pemikiran orang-orang kreatif, dan
lahirnya kreativitas didorong oleh munculnya ide/gagasan baru
untuk keluar dari rutinitas yang membosankan. Munculnya
ide/gagasan baru, kreativitas, dan inovasi dilatarbelakangi oleh
semangat belajar yang tidak pernah pudar, yang dijalani dalam
proses pembelajaran secara berkelanjutan. Gagasan kreatif yang
muncul dari hasil pemikiran individu akan mendorong
munculnya berbagai prakarsa, sehingga dapat memperkaya

25
program kerja dan memunculkan diferensiasi produk/jasa, seiring
dengan berkembangnya tuntutan kebutuhan pelanggan.
4) Mutu
Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga dijadikan alat pembeda
atau pembanding terhadap produk/jasa sejenis lainnya, yang
dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing. Mutu menjadi
salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan
organisasi dan menjaga kredibilitas institusi. Orientasi mutu
berkomitmen untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan arah
dan tujuan untuk kualitas pelayanan sehingga pelanggan menjadi
puas dalam pelayanan.
b. Ada 5 (lima) dimensi karakteristik yang digunakan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu:
1) Tangibles (bukti langsung), yaitu: meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
2) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan
yang telah dijanjikan;
3) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
4) Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya;
5) Empati, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Alangkah baiknya apabila seluruh aparatur penyelenggara
pemerintahan dapat menampilkan kinerja yang merujuk pada nilai
dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan kepada publik.
Setiap individu aparatur turut memikirkan bagaimana langkah
perbaikan yang dapat dilakukan dari posisinya masing-masing.

26
Dipihak lain pimpinan melakukan pemberdayaan aparatnya secara
optimal, dan memberi arah menuju terciptanya layanan prima yang
dapat memuaskan stakeholder.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “corruptio” yang
artinya kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Selaras dengan asal
katanya korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena
dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik dalam
ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih
luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang
pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7
kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian keuangan
negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan curang, (5)
penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan dalam pengadaan,
dan (7) gratifikasi. Semua jenis tersebut merupakan delikdelik yang
diadopsi dari KUHP (pasal 1 ayat 1 sub C UU No.3/71).
a. Nilai-Nilai Anti Korupsi Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi
adalah meliputi:
1) Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan
tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting
dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan
dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
2) Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan.
Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam
kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
3) Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan
diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain.

27
4) Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
5) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan yang
salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung
jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran akan kewajiban
menerima dan menyelesaikan semua masalah yang telah
dilakukan.
6) Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan,
daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri,
keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang
mundur.
7) Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup
sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan parameter
penting dalam menjalin hubungan antara sesama karena prinsip
ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki,
tamak, egosi dan juga menghindari dari keinginan yang
berlebihan.
8) Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
9) Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.

28
Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian
keuangan negara namun dapat menimbulkan kerusakan kehidupan yang
tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi dapat pula bersifat jangka
panjang. Fenomena dampak korupsi sampai pada kerusakan kehidupan
dan dikaitkan dengan tanggung jawab manusia sebagai yang diberi
amanah untuk mengelolanya dapat menjadikan sarana untuk memicu
kesadaran diri para PNS untuk anti korupsi.
C. Kedudukan dan Peran ASN
1. Whole of government
WOG merupakan suatu upaya dalam sistem pemerintahan yang
bersatu dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.WOG juga
memiliki pemahaman yakni suatu pendekatan penyelenggaraan
pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup yang lebih luas di pemerintahan.
2. Managemen ASN
Visi UU ASN adalah mewujudkan ASN yang memiliki integritas
profesional, melayani dan sejahtera.Misi UU ASN adalah memindahkan
ASN dari comfort zone ke competitive zone.
Tujuan utama UU ASN antara lain :
a. Independensi dan netralitas
b. Kompetensi
c. Kinerja atau produktifitas kerja
d. Integritas
e. Kesejahteraan
f. Kualitas pelayanan publik
g. Pengawasan
3. Pelayanan publik
Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada
masyarakat yang merupakan kewajiban ASN sebagai abdi masyarakat.
Terdapat 7 sikap pelayanan prima, yakni :
a. Passionate (bersemangat)

29
b. Progressive (memakain cara terbaik)
c. Proaktive (antisipatif, tidak menunggu)
d. Promth (positif, tanpa curiga)
e. Patience (sabar)
f. Proporsional (tidak mengada-ada)
g. Functional (tepat waktu)
D. Identifikasi Isu dan Dampaknya
Sebelum penetapan judul rancangan aktualisasi terlebih dahulu
dilakukan identifikasi dan penetapan isu berdasarkan observasi penulis
selama bertugas di Ruangan Laika Mendidoha kelas I Rumah Sakit Umum
Bahtermas.Setelah menemukan isu-isu, tahap selanjutnya adalah
mengidentifikasi isu tersebut terkait kondisi saat ini dan kondisi yang
diharapkan penulis. Dari hasil identifikasi isu tersebut akan menghasilkan
isu yang layak dan dijadikan rancangan aktualisasi.

30
Tabel 2.1 Identifikasi isu

No. Pelaksanaan Tugas Isu Teridentifikasi Deskripsi Keterkaitan dengan


atau Fungsi Pegawai Agenda III
yang Belum
Opptimal
1 Melakukan tindakan Kurang optimalnya Manajemen ASN: Memantau lama
pencegahan infeki pemantauan lama penggunaan kateter meningkatkan
penggunaan kateter profesionalitas dalam bekerja
pada pasien di
ruangan Laika Whole Of Goverment: Koordinasi
Mendidoha kelas I dengan kepala ruangan dan rekan
sejawat tentang pemantauan lama
penggunaan kateter
Pelayanan Publik: Melaksanakan
pemantauan pemasangan kateter
membuat pelayanan lebih efektif
dan efisien
2 Memberikan KIE Rendahnya Manajemen ASN: Memberikan
tentang kesehatan kesadaran keluarga promosi kesehatan tanpa
pasien pada individu pasien tentang tata menghakimi perilaku ataupun
atau keluarga pasien terib di ruangan pendapat
sesuai kebutuhan; Laika Mendidoha
kelas I Whole Of Goverment: Koordinasi
kepala ruangan terkait pelaksanaan
KIE tata tertib ruanagan
Pelayanan Publik: Melakukan
pelayanan sesuai dengan wewenang
kebidanan tanpa mendiskriminasi
siapapun
3 Melaksanakan Rendahnya Manajemen ASN: meningkatkan
kegiatan pelayanan pelaksanaan 7 benar profesionalitas dalam memberi
asuhan pemberian obat pelayanan
Whole Of Goverment: Koordinasi
dengan kepala ruangan dan rekan
sejawat terkait pelaksanaan 7 benar
pemberian obat
Pelayanan Publik: Memberikan
pelayanan yang akuntabel seuai
dengan SOP pemberian obat

31
1. Penetapan Isu
Melalui masa percobaan sebagai CPNS dalam melakukan tugas selama
kurang lebih 2 tahun di ruangan Laika Mendidoha kelas I diperoleh isu
sebagai berikut:
a. Kurang optimalnya pemantauan lama prnggunaan kateter pada pasien
di ruangan Laika Mendidoha kelas I.
b. Rendahnya kesadaran keluarga pasien tentang tata terib di ruangan
Laika Mendidoha kelas I.
c. Rendahnya pelaksanaan 7 benar pemberian obat.
2. Analisis Isu
Penentuan kualitas isu dilakukan dengan menggunakan tekhnik
analisis APKL
a. Aktual, Isu yang sering terjadi atau dalam proses kejadian sedang
hangat dibicarakan di kalangan masyarakat
b. Problematik, Isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks
sehingga perlu dicarikan segera solusinya
c. Kekhalayakan, Isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup
orang banyak
d. Layak, Isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya
Pemberian bobot untuk tiap kriteria APKL menggunakan skala likert 1-5
seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.2
Bobot Penetapan Kriteria Kualitas Isu Teknik APKL
Bobot Keterangan
5 Sangat Besar
4 Besar
3 Sedang
2 Kecil
1 Sangat Kecil

32
Hasil anlisa isu dengan tekhnik APKL sebagai berikut:
Tabel 2.3
Tabel Analisis Kualitas Isu Menggunakan APKL
No Penilaian Kriteria JM Ranking
Masalah A P K L L
1 Kurang optimalnya pemantauan 5 5 5 4 19 I
lama penggunaan kateter pada
pasien di ruangan Laika
Mendidoha kelas I
2 Rendahnya kesadaran keluarga 4 5 4 4 17 III
pasien tentang tata terib di ruangan
Laika Mendidoha kelas I.
3 Rendahnya pelaksanaan 7 benar 4 5 5 4 18 II
pemberian obat

Berdasarkan tabel di atas, tergambar bahwa isu dengan ranking


tertinggi dan merupakan prioritas utama yang perlu dipecahkan
permasalannya yaitu kurang optimalnya pemantauan lama penggunaan
kateter pada pasien di ruangan laika mendidoha kelas I.

33
3. Analisis Isu (Peta Permasalahan)
Gambar 2. Peta Permasalahan

Lembar Ceklis Lama Penggunaan Kateter

Permasalahan kurang optimalnya pemantauan lama penggunaan


kateter pada pasien di ruangan Laika Mendidoha kelas I terjadi karena
pemasangan kateter yang dilakukan di rumah sakit asal rujukan atau
ruangan lain dan HandOver/ Timbang terima kurang maksimal serta tidak
adanya lembar pemantauan khusus untuk pemantauan lama pengguanaan
kateter . Oleh karena itu diperlukan alat atau lembar pemantauan seperti
lembar ceklis lama penggunaan kateter.
4. Gagasan Pemecahan Isu
Gagasan pemecahan isu dari isu hasil anlisa APKL yakni
optimalisasi pemantauan lama penggunaan kateter pada pasien di Ruangan
Laika Mendidoha kelas I menggunakan lembar ceklis harian.

34

Anda mungkin juga menyukai