Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Populasi penduduk setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 83.000 jiwa


(United Nations, 2017). Menurut data dari United Nation (2017), jumlah populasi
dunia pada tahun 2017 adalah 7.600.000.000 jiwa. Angka tersebut diprediksikan
akan mengalami pertumbuhan 8.600.000.000 jiwa pada tahun 2030. Indonesia pada
tahun 2018 diperkirakan menyumbang sebesar 265.000.000 jiwa dari total populasi
penduduk dunia (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2013). Menurut
World Health Organization (2014) populasi penduduk terbesar berada di perkotaan
dan diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan 1.84% per tahunnya di
antara tahun 2015 - 2020. Pada tahun 2016, diketahui 54.5% populasi penduduk
bumi bertempat tinggal di perkotaan dan diperkirakan pada tahun 2030 akan
meningkat menjadi 60% (United Nations, 2016). Kota Jakarta pada tahun 2016
menyumbang 10.483 jiwa yang bertempat tinggal di perkotaan (United Nations,
2016).

Pertumbuhan populasi penduduk berhubungan dengan segala aspek, baik aspek


ekonomi, lingkungan dan kesehatan. Pertumbuhan populasi penduduk pada aspek
lingkungan berdampak pada konsumsi sumber daya seperti lahan, makanan, air,
udara, bahan bakal dan mineral (Australian Academy of Science, 2018). Selain itu,
hasil dari penggunaan sumber daya menyumbang sisa-sisa produksi seperti polusi
air, polusi udara, material racun dan gas rumah kaca (Australian Academy of
Science, 2018 & Mittal, 2013). Menurut Environment Defense Fund (2018), di
antara sisa produksi tersebut, polusi udara merupakan salah satu dampak yang
paling berbahaya karena bertanggung jawab atas 6.400.000 jiwa kematian per
tahunnya, lebih tinggi dari kematian yang disebabkan oleh penyakit AIDS, Malaria
dan tuberkulosis. Kematian yang disebabkan oleh polusi udara berhubungan
dengan beberapa penyakit, salah satunya adalah kanker (Ghorani-Azam, Riahi-
Zanjani & Balali-Mood, 2016).
Kanker adalah kelompok penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal
melebihi batasan normal yang dapat menginvasi bagian-bagian tubuh dan menyebar
ke organ lainnya (World Health Organization, 2018). Kanker dapat terjadi pada
semua umur. Kanker yang terjadi pada anak merupakan salah satu penyebab primer
kematian anak dan remaja di dunia (Malagoli et al., 2015). Menurut data World
Health Organization (2018), setiap tahunnya terdapat 300.000 anak yang
didiagnosis kanker di dunia. Angka ini akan Negara Indonesia sendiri menyumbang
11.000 kasus kanker pada anak setiap tahunnya dan 4100 kasus kanker pada anak
di Jakarta setiap tahun (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 (Riskesdas), prevalensi
kanker pada anak di usia 0 - 14 tahun sebesar 16.291 kasus (Kemeterian Kesehatan
RI, 2016). Jenis kanker yang terjadi pada anak berbeda dengan jenis kanker yang
terjadi pada orang dewasa. 50% kasus kanker yang biasa terjadi pada anak dan
remaja adalah leukemia (IARC, 2016).

Leukemia adalah tipe kanker yang ditemukan pada darah dan sumsum tulang yang
disebabkan oleh peningkatan produksi abnormal sel darah putih sehingga sel darah
putih tidak mampu untuk melawan infeksi dan menyebabkan gangguan pada
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah putih dan platelet (American Society
of Hematology, 2018). Menurut University of Rochester Medical Center (2018),
penyebab terjadinya leukemia pada anak adalah mutasi gen pada sumsum tulang
yang disebabkan oleh paparan radiasi tinggi dan penyakit kongenital yang dapat
terjadi saat anak bayi atau bahkan sebelum kelahiran. Tanda dan gejala yang
muncul pada anak dengan leukemia adalah anemia, neutropenia dan
trombositopenia (American Cancer Society, 2017). Anemia ditandai dengan
ditandai dengan kelelahan, kedinginan, kelemahan, sakit kepala dan pucat.
Neutropenia ditandai dengan adanya demam akibat infeksi di dalam tubuh karena
sel darah putih tidak mampu bekerja normal. Trombositopenia ditandai dengan
mudahnya muncul memar dan terjadi perdarahan, rhinorea serta gusi berdarah.
Leukemia yang sering terjadi pada anak dan remaja adalah acute lymphoblastic
leukemia (ALL) & acute myeloid leukemia (AML). Dibandingkan dengan AML,
ALL merupakan jenis leukemia yang paling sering terjadi pada anak dan remaja
(Siegel et al., 2017).
Prevalensi leukemia di dunia mengalami peningkatan yang signifikan. Tahun 2016,
terdapat 53.000 kasus leukemia di dunia (Solomon, Parihar, Ayodele & Hughes,
2017). Kasus leukemia pada anak di Indonesia pada tahun 2013 mencapai angka
30% (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015). Berdasarkan
faktor risiko, diperkirakan pada tahun 2020 prevalensi leukemia akan meningkat
menjadi 56.000 kasus di dunia (Solomon, Parihar, Ayodele & Hughes, 2017).

Prevalensi leukemia pada anak mengalami peningkatan di daerah perkotaan,


terutama pada daerah indusri dan daerah pembangunan. Peningkatan prevalensi
tersebut berhubungan dengan perkembangan perkotaan yang menyebabkan tempat
tinggal penduduk terpapar polutan-polutan mospheric benzene yang berasal dari
kendaraan bermotor, limbah industri yang tidak diolah dengan benar dan pelepasan
zat karsinogen lainnya di tempat tinggal individu (Malagoli et al., 2015).
Berrington-Trimis (2017) juga menjelaskan bahwa radiasi ion, paparan terhadap
pestisida, penggunaan rokok pada orang tua menjadi faktor risiko yang dapat
meningkatkan kejadian leukemia pada anak. Faktor risiko yang dapat
meningkatkan prevalensi leukemia tidak hanya berbahaya pada anak dan remaja,
namun juga berbahaya pada kandungan. Ibu hamil yang bekerja di kawasan yang
kaya akan polutan mendapatkan risiko lebih tinggi bagi bayinya untuk terkena
leukemia. 5% - 10% kasus leukemia pada anak disebabkan oleh radiasi ion dan
kelainan kongenital (Malagoli et al., 2015).

Lebih dari 70% anak yang didiagnosa kanker dapat disembuhkan selama menjalani
proses penyembuhan (Huether & McCance, 2016). Perawatan yang diberikan untuk
mengatasi leukemia adalah dengan kemoterapi. Kemoterapi adalah perawatan
dengan menggunakan obat anti kanker atau agen sitostatik yang diberikan ke dalam
pembuluh darah, ke dalam otot, ke dalam cairan serebrospinal ataupun dikonsumsi
secara oral (American Cancer Society, 2016). Tujuan dari kemoterapi adalah untuk
menghentikan perkembangan sel kanker yang berkembang tidak terkontrol
(Institute for Quality and Efficiency in Health Care, 2016). Perawatan kemoterapi
membutuhkan waktu 30 - 36 bulan dengan kemungkinan kambuh sebesar 20%
(Sherief et al., 2015).
Keefektivan kemoterapi untuk menghentikan perkembangan sel kanker memiliki
efek samping fisik yang ditakuti oleh keluarga yang memiliki anak dengan
leukemia. Agen sitostatik yang diberikan untuk menyerang sel kanker ternyata juga
menyerang sel tubuh yang sehat yang berkembang cepat, seperti sel darah, sel
rambut dan sel membran mukosa pada mulut, tenggorokan dan sistem pencernaan
(Institute for Quality and Efficiency in Health Care, 2016). Hal ini menyebabkan
anak dapat kehilangan rambut, sariawan, kebas pada ekstremitas, kelelahan, nyeri
perut dan mual muntah (NYU Langone Health, 2018). Efek samping ini berbeda
pada setiap anak dan berbeda pula bergantung pada agen sitostatik dan dosis yang
digunakan. Efek samping yang dirasakan oleh hampir seluruh anak yang
mendapatkan perawatan kemoterapi adalah mual dan muntah pada waktu 24 jam
setelah kemoterapi dimulai.

Menurut National Cancer Institute (2018), mual dan muntah merupakan salah satu
efek samping yang perlu diperhatikan karena dapat menyebabkan gangguan
psikologis pada anak yang menjalani kemoterapi. Perawat memiliki peran penting
dalam mengatasi mual dan muntah setelah kemoterapi. Penanganan mual dan
muntah harus dilakukan agar anak dapat melanjutkan pengobatan dan memiliki
kualitas hidup yang lebih baik. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang memiliki
frekuensi lebih sering untuk berkomunikasi dengan anak dan keluarga bertanggung
jawab untuk mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi pada anak. Salah satu
cara yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi mual dan muntah akibat
efek kemoterapi pada anak adalah dengan metode non farmakologis, yaitu
intervensi akupresur.

Intervensi akupresur adalah metode non farmakologis yang memiliki peran penting
dalam mengurangi atau mengontrol mual dan muntah setelah kemoterapi (Yousef,
Zaki & Sayed). Akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan dengan jari pada
titik yang berada di permukaan tubuh yang disebut acu-point (Yousef, Zaki &
Sayed, 2018). Acu-point yang digunakan adalah Point 6 (P6) yang berlokasi pada
permukaan anterior lengan bawah, 3 jari di atas pergelangan tangan dan di antara
tendon palmaris longus dan otot flexor carpiradialis.Hal ini dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Byju, Pavithran & Antony (2018) bahwa intervensi
akupresur dapat menurunkan mual menjadi ringan sebanyak 65% dan mual sedang
sebanyak 35% pada responden yang diberikan intervensi akupresur. Hasil
penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ghezelbash &
Khosravi (2017) bahwa pemberian intervensi akupresur satu waktu dapat
mengurangi intensitas mual yang terjadi sesaat setelah kemoterapi dan kelelahan
serta mual yang terjadi satu jam setelah kemoterapi dilakukan. Berdasarkan hal
tersebut, penulis tertarik untuk membahas mengenai intervensi akupresur untuk
mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi pada anak dengan leukemia di
Gedung A lantai 1 RSUPN Cipto Mangunkusumo.

1.2 Rumusan Masalah

Pertumbuhan populasi penduduk di Perkotaan berhubungan dengan segala aspek.


Pertumbuhan populasi penduduk menyumbang sisa produksi seperti polusi udara
yang memiliki dampak berbahaya atas kematian penduduk per tahunnya yang
berhubungan dengan beberapa penyakit, salah satunya adalah kanker. Kanker
merupakan salah satu penyebab primer kematian anak dan remaja di dunia. Jenis
kanker yang biasa terjadi pada anak dan remaja adalah leukemia. Prevalensi
leukemia pada anak mengalami peningkatan di daerah perkotaan, terutama pada
daerah indusri dan daerah pembangunan akibat paparan polutan-polutan mospheric
benzene yang berasal dari kendaraan bermotor, limbah industri yang tidak diolah
dengan benar dan pelepasan zat karsinogen lainnya di tempat tinggal individu.
Perawatan yang diberikan untuk mengatasi leukemia adalah dengan kemoterapi.
Kemoterapi memiliki efek samping fisik seperti kehilangan rambut, sariawan,
kebas pada ekstremitas, kelelahan, nyeri perut dan mual muntah. Mual dan muntah
merupakan salah satu efek samping yang perlu diperhatikan karena dapat
menyebabkan gangguan psikologis pada anak yang menjalani kemoterapi. Perawat
memiliki peran penting dalam mengatasi mual dan muntah. Salah satu cara yang
dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan intervensi akupresur. Akupresur
dilakukan dengan memberikan tekanan dengan jari pada titik yang berada di
permukaan tubuh.
1.3 Tujuan Karya Ilmiah

Tujuan karya ilmiah adalah sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari karya ilmiah ini ialah untuk menganalisis implementasi asuhan
keperawatan terkait intervensi akupresur untuk mengatasi mual pada muntah
dengan pendekatan Keperawatan Kesehatan masyarakat Perkotaan (KKMP) pada
anak dengan leukemia yang sedang menjalani kemoterapi di Gedung A Lantai 1
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Memberikan gambaran asuhan keperawatan yang muncul pada pasien anak
dengan leukemia yang menjalani kemoterapi.
1.3.2.2 Menganalisis penerapan intervensi akupresur untuk mengatasi mual dan
muntah pada anak dengan leukemia yang menjalani kemoterapi.

1.4 Manfaat Karya Ilmiah Akhir


1.4.1 Manfaat Teoritis

Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam
bidang keperawatan, terutama keperawatan anak mengenai asuhan keperawatan
leukemia dan intervensi akupresur untuk mengatasi mual dan muntah pada pasien
anak yang menjalani kemoterapi.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang konsep pernyakit
serta asuhan keperawatan yang dapat diterapkan pada psien dengan leukemia yang
sedang menjalani kemoterapi. Selain itu hasil penulisan ini juga diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan terkait penerapan intervensi akupresur untuk
mengatasi mual dan muntah pada pasien anak yang sedang menjalani kemoterapi.
1.4.3 Manfaat Metodologis

Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang
ingin menelti tentang pemberian asuhan keperawatan terkait penerapan intervensi
akupresur untuk mengatasi mual dan muntah pada pasien anak yang sedang
menjalani kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2017). Childhood leukemia early detection, diagnosis,


and types. New York: American Cancer Society.
American Cancer Society. (2016). Chemotherapy for childhood leukemia.
Diperoleh dari American Cancer Society pada tanggal 11 Desember 2018:
https://amp.cancer.org/cancer/leukemia-in-
children/treating/chemotherapy.html
American Society of Hematology. (2018). Leukemia. Diperoleh dari American
Society of Hematology pada tanggal 10 Desember 2018:
http://www.hematology.org/Patients/Cancers/Leukemia.aspx
Australian Academy of Science. (2018). Population and environment: A global
change. Diperoleh dari Australian Academy of Science pada tanggal 11
Desember 2018: https://www/science.org.au/curious/earth-
environment/population-environment
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia
2010 - 2035. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Barrington-Trimis, Jessica., Cockburn, Myles., Metayer, Catherine., Gauderman,
W. James., Wiemels, Joseph & McKean-Cowdin, Roberta. (2017). Trends
in childhood leukemia incidence over two decades from 1992 - 2013. US
National Library of Medicine,
Byju, Anju., Pavithran, Sheela. & Antony, Regina. (2018). Effectiveness of
acupressure on the experience of nausea and vomiting among patients
receiving chemotherapy. Canadian Oncology Nursing Journal, 28(2): 132
- 138.
Environment Defense Fund. (2018). Health impact of air pollution. Diperoleh dari
Environment Defense Fund pada 11 Desember 2018:
https://www/edf.org./health/health-impacts-air-pollution
Ghezelbash, Sima. & Khosravi, Maryam. (2017). Acupressure for nausea vomiting
and fatigue management in acute lymphoblastic leukemia children.
Journal of Nursing Midwifery Science, 4(3): 75 - 81.
Ghorani-Azam, Adel., Riahi-Zanjani, Bamdad. & Balali-Mood, Mahdi. (2016).
Effect of air pollution on human health and practical measures for
prevention in Iran. Journal of Research in Medical Sciences: The Official
Journal of Isfahan University of Medical Sciences, 21(65): 1-5.
Huether, Sue E. & McCance, Kathryn L. (2016). Understanding pathophysiology.
6th ed. Ohio: Elsevier.
Institute for Quality and Efficiency in Health Care. (2016). How does chemotherapy
work? Koln: Institute for Quality and Efficiency in Health Care.
International Agency for Research on Cancer. (2016). Latest statistics show that
global occurrence of childhood cancer is greater than previously thought.
Diperoleh dari American Childhood Cancer Organization pada 10
Desember 2018: https://www.acco.org/global-childhood-cancer-statistics/
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Kendalikan kanker pada anak. Diperoleh dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 11 Desember
2018: https://www.depkes.go.id/article/print/16021600001/kendalikan-
kanker-pada-anak.html
Malagoli, Carlotta., Malavolti, Marcella., Costanzini, Sofia., Fabbi, Sara., Teggi,
Sergio., Palazzi, Giovanni., Arcolin, Elisa. & Vinceti, Marco. (2015).
Increased incidence of childhood leukemia in urban areas: A population-
based case-control studi. Epidemiol Prev, 39(4): 102 - 107.
Mittal, Rahul. (2013). Impact of population explosion on environment. WeSchool
“Knowledge Builder” - The National Journal, 1(1): 1 - 5.
National Cancer Institute. (2018). Nausea and vomiting related to cancer treatment
(PDQ) - patient version. Diperoleh dari National Cancer Institute pada
tanggal 11 Desember 2018: https://www.cancer.gov/about-
cancer/treatment/side-effects/nausea/nausea-pdq
NYU Langone Health. (2018). Chemotherapy for leukemia in children. Diperoleh
dari NYU Langone Health pada 11 Desember 2018:
https://nyulangone.org/conditions/leukemia-in-
children/treatments/chemotherapy-for-leukemia-in-children
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2015). Buletin jendela: Data
dan informasi Kesehatan siatuasi peyakit kanker. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Sherief, Laila M., Kamal, Naglaa M., Abdalrahman, Hadel M.,Youssed, Doaa M.,
Alhady, Mohamed A., Ali, Adel S., Elbassef, Maha A. & Hashim,
Hiatham M. (2015). Psychological impact of chemotherapy for childhood
acute lymphoblastic leukemia on patients and their parents. Wolters
Kluwer Health, 94(51): e2280.
Siegel, David. A., Henley, Jane., Li, Jun., Pollack, Lori. A., Dyne, Elizabeth. A. &
White, Arica. (2017). Rates and trends of pediatric acute lymphoblastic
leukemia - United States, 2001 - 2014. Morbidity and Mortality Weekly
Report, 66(36): 950 - 954.
Solomon, Bethlehem., Parihar, Narendra., Ayodele, Lade. & Hughes, Michael.
(2017). Global incidence and prevalence of acute lymphoblastic leukemia:
A 10-year forecast. Hematology & Hematological Oncology, 8(5): 24.
United Nations. (2016). The world’s cities in 2016. New York: United Nations.
University of Rochester Medical Center. (2018). Leukemia in children. Diperoleh
dari University of Rochester Medical Center pada tanggal 11 Desember
2018:
https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?ContentType
ID=90&ContentIDP02324
Yousef, Youssria E., Zaki, Nora A. & Sayed, Amal. (2018). Efficacy of acupressure
on nausea and vomiting among children with leukemia following
chemotherapy. Journal of Nursing Education and Practice, 9(1): 89 - 97.
World Health Organization. (2018). Cancer. Diperoleh dari World Health
Organization pada tanggal 11 Desember 2018:
https://www.who.int/cancer/en/
World Health Organization. (2014). Urban population growth. Diperoleh dari
World Health Organization pada tanggal 11 Desember 2018:
https://www.who.int/gho/urban_health/situation_trends/urban_population
_growth_text/en/

Anda mungkin juga menyukai