Anda di halaman 1dari 16

SUMBER DAYA KELAUTAN

Lingkungan laut merupakan salah satu sumber


daya alam yang besar di bumi yang mengandung
berbagai hal-hal yang besar dimana dapat dimanfaatkan
manusia untuk dikumpulkan, dipanen, dan ditambang.
Hal ini meliputi makanan yang bersumber dari laut,
berbagai mineral, dan produk minyak bumi dari berbagai
sumber. Jumlah rupiah dalam sumber daya yang diambil
dari laut adalah ratusan miliar per tahun, namun kita
bahkan belum mulai memanfaatkan beberapa sumber
daya yang ada di lautan.
Sejak awal peradaban, laut telah digunakan dalam
tiga cara utama: untuk transportasi, untuk kekuatan
militer, dan sebagai sumber makanan. Sejak revolusi
industri, dasar ini telah diperluas dan sekarang termasuk
minyak bumi, mineral, dan energi.

PENGERTIAN SUMBER DAYA LAUT


Sumber daya kelautan adalah sumber daya yang
meliputi, ruang lingkup yang luas yang mencakup
kehidupan laut (flora dan fauna, mulai dari organisme

Sumber Daya Laut Page 1


mikroskopis hingga paus pembunuh, dan habitat laut)
mulai dari perairan dalam hingga ke daerah pasang surut
di pantai dataran tinggi dan daerah muara yang luas.
Berbagai orang memanfaatkan dan berinteraksi dengan
lingkungan laut mulai dari pelaut, nelayan komersial,
pemanen kerang, ilmuwan, dll. Dan digunakan untuk
berbagai kegiatan baik rekreasi, penelitian, industri, dan
kegitan lain yang bersifat komersial.

MACAM-MACAM SUMBER DAYA LAUT


Secara umum, sumberdaya kelautan terdiri atas
sumberdaya dapat pulih (renewable resources),
sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources),
dan jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental
services).
1. Sumberdaya dapat pulih terdiri dari berbagai jenis
ikan, udang, rumput laut, termasuk kegiatan
budidaya pantai dan budidaya laut (mariculture).
2. Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral,
bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas.
3. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan
kelautan adalah pariwisata dan perhubungan laut.

Sumber Daya Laut Page 2


Potensi sumberdaya kelautan ini belum banyak
digarap secara optimal, karena selama ini upaya
kita lebih banyak terkuras untuk mengelola
sumberdaya yang ada di daratan yang hanya
sepertiga dari luas negeri ini.

1. Sumberdaya Dapat Pulih


Indonesia dianugerahi dengan laut yang begitu
luas, sehingga sumberdaya ikan di dalamnya juga
beraneka ragam. Potensi lestari ikan laut sebesar 6,2 juta
ton, terdiri ikan pelagis besar (975,05 ribu ton), ikan
pelagis kegil (3.235,50 ribu ton), ikan demersal (1.786,35
ribu ton), ikan karang konsumsi (63,99 ribu ton), udang
peneid (74,00 ribu ton), lobster (4,80 ribu ton), dan cumi-
cumi (28,25 ribu ton). Potensi sumberdaya perikanan ini
tersebar dalam sembilan wilayah pengelolaan. Masing-
masing (1) Selat Malaka, (2) Laut Cina Selatan, (3) Laut
Jawa, (4) Selat Makasar dan Laut Flores, (5) Laut Banda,
(6) Laut Seram sampai Teluk Tomini, (7) Laut Sulawesi
dan Samudera Pasifik, (8) Laut Arafura dan (9)
Samudera Hindia (Aziz, dkk, 1998). Apabila potensi
perikanan laut ini dikelola secara serius diperkirakan

Sumber Daya Laut Page 3


akan memberikan sumbangan devisa sebesar US$ 10
milyar per tahun mulai tahun 2003.
Sampai pada tahun 1998, produksi perikanan laut
Indonesia baru mencapai 3.616.140 ton, atau sekitar 58,5
persen dari total potensi lestari sumberdaya perikanan
laut yang kita miliki. Dengan demikian masih terdapat 41
persen potensi yang tidak termanfaatkan atau sekitar 2,6
juta ton per tahun. Peluang pengembangan industri
perikanan baik dalam skala kecil (perairan nusantara)
maupun skala besar (ZEEI dan samudera) dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang, marlin,
tongkol, tenggiri dan cucut dapat ditangkap di
perairan nusantara dan samudera terutama di
perairan Laut Banda, Laut Seram sampai Teluk
Tomini, Laut Arafura dan Samudera Hindia yang
memiliki peluang pengembangan secara lestari
sekitar 321.766 ton per tahun.
b. Ikan pelagis kecil seperti ikan layang, selar,
tembang, lemuru, dan kembung dapat ditangkap
di perairan nusantara antara lain di perairan Laut
Cina Selatan, Selat Makasar dan Laut Flores,

Sumber Daya Laut Page 4


Laut Banda, Laut Seram sampai Teluk Tomini,
Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, Laut
Arafura dan Samudera Hindia. Peluang
pengembangan perikanan ikan pelagis kecil
secara lestari masih sekitar 1.715 ribu ton per
tahun.
c. Ikan karang konsumsi seperti kerapu, kakap,
lancam, beronang dan ekor kuning berpeluang
dikembangkan di sekitar perairan Selat Makasar
dan Laut Flores, Laut Banda, dan Laut Seram
sampai Teluk Tomini dengan potensi lestari
sekitar 31.355 ton per tahun.
d. Kelompok lobster seperti udang karang dan
barong berpeluang dikembangkan di perairan
Laut Cina Selatan, Laut Banda, dan Laut Seram
sampai Teluk Tomini, dengan potensi sekitar
2.400 ton per tahun.

Kawasan pesisir dan laut Indonesia yang beriklim


tropis, banyak ditumbuhi hutan mangrove, terumbu
karang, padang lamun (seagrass), dan rumput laut
(seaweed). Dengan kondisi pantai yang landai, kawasan

Sumber Daya Laut Page 5


pesisir Indonesia memiliki potensi budidaya pantai
(tambak) sekitar 830.200 ha yang tersebar di seluruh
wilayah tanah air dan baru dimanfaatkan untuk budidaya
(ikan bandeng dan udang windu) sekitar 356.308 ha
(Ditjen Perikanan 1998). Jika kita dapat mengusahakan
tambak seluas 500.000 ha dengan target produksi 4 ton
per ha per tahun, maka dapat diproduksi udang sebesar 2
juta ton per tahun. Dengan harga ekspor yang berlaku
saat ini (US$ 10 per kilogram) maka didapatkan devisa
sebesar 20 milyar dolar per tahun. Kondisi perairan yang
teduh dan jernih karena terlindung dari pulau-pulau dan
teluk juga memiliki potensi pengembangan budidaya laut
untuk berbagai jenis ikan (kerapu, kakap, beronang, dan
lain-lain), kerang-kerang dan rumput laut, yaitu masing-
masing 3,1 juta ha, 971.000 ha, dan 26.700 ha.
Sementara itu, potensi produksi budidaya ikan dan
kerang serta rumput laut adalah 46.000 ton per tahun dan
482.400 ton per tahun. Dari keseluruhan potensi produk
budidaya laut tersebut, sampai saat ini hanya sekitar 35
persen yang sudah direalisasikan. Potensi sumberdaya
hayati (perikanan) laut lainnya yang dapat dikembangkan
adalah ekstrasi senyawa-senyawa bioaktif (natural

Sumber Daya Laut Page 6


products), seperti squalence, omega-3, phycocolloids,
biopolymers, dan sebagainya dari microalgae
(fitoplankton), macroalgae (rumput laut),
mikroorganisme, dan invertebrata untuk keperluan
industri makanan sehat (healthy food), farmasi, kosmetik,
dan industri berbasis bioteknologi lainnya. Padahal bila
dibandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki
potensi keanekaragaman hayati laut yang jauh lebih
rendah dibandingkan Indonesia, pada tahun 1994 sudah
meraup devisa dari industri bioteknologi kelautan sebesar
40 milyar dolar (Bank Dunia dan Cida,1995).

2. Sumberdaya Tidak Dapat Pulih


Sumberdaya alam lainnya yang terkadung dalam
laut kita adalah terdapatnya berbagai jenis bahan mineral,
minyak bumi dan gas. Menurut Deputi Bidang
Pengembangan Kekayaan Alam, BPPT dari 60 cekungan
minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar
70 persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari
40 cekungan itu 10 cekungan telah diteliti secara intensif,
11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah.
Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi

Sumber Daya Laut Page 7


menghasilkan 106,2 milyar barel setara minyak, namun
baru 16,7 milyar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5
milyar barel di antaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan
sisanya sebesar 89,5 milyar barel berupa kekayaan yang
belum terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah
itu diperkirakan 57,3 milyar barel terkandung di lepas
pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8
milyar barel terdapat di laut dalam.
Energi non konvensional adalah sumberdaya
kelautan non hayati tetapi dapat diperbaharui juga
memiliki potensi untuk dikembangkan di kawasan pesisir
dan lautan Indonesia. Keberadaan potensi ini di masa
yang akan datang semakin signifikan manakala energi
yang bersumber dari BBM (bahan bakar minyak)
semakin menepis. Jenis energi ini yang berpeluang
dikembangkan adalah ocean thermal energy conversion
(OTEC), energi kinetik dari gelombang, pasang surut dan
arus, konversi energi dari perbedaan salinitas.
Perairan Indonesia merupakan suatu wilayah
perairan yang sangat ideal untuk mengembangkan
sumber energi OTEC. Hal ini dimungkinkan karena salah
satu syarat OTEC adalah adanya perbedaan suhu air

Sumber Daya Laut Page 8


(permukaan dengan lapisan dalam) minimal 20ーC dan
intensitas gelombang laut sangat kecil dibanding dengan
wilayah perairan tropika lainnya. Dari berbagai sumber
pengamatan oseanografis, telah berhasil dipetakan bagian
perairan Indonesia yang potensial sebagai tempat
pengembangan OTEC. Hal ini terlihat dari banyak laut,
teluk serta selat yang cukup dalam di Indonesia memiliki
potensi yang sangat besar bagi pengembangan OTEC.
Salah satu pilot plant OTEC akan dikembangkan di
pantai utara Pulau Bali. Sumber energi non konvensional
dari laut lainnya, antara lain energi yang berasal dari
perbedaan pasang surut, dan energi yang berasal dari
gelombang. Kedua macam energi tersebut juga memiliki
potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia.
Kajian terhadap sumber energi ini seperti yang dilakukan
oleh BPPT bekerjasama dengan Norwegia di Pantai
Baron, Yogyakarta. Hasil dari kegiatan ini merupakan
masukan yang penting dan pengalaman yang berguna
dalam upaya Indonesia mempersiapkan sumberdaya
manusia dalam memanfaatkan energi non konvensional.
Sementara itu, potensi pengembangan sumber energi
pasang surut di Indonesia paling tidak terdapat di dua

Sumber Daya Laut Page 9


lokasi, yaitu Bagan Siapi-Api dan Merauke, karena di
kedua lokasi ini kisaran pasang surutnya mencapai 6
meter.

3. Jasa-jasa Lingkungan Kelautan


Dewasa ini pariwisata berbasis kelautan (wisata
bahari) telah menjadi salah satu produk pariwisata yang
menarik dunia internasional. Pembangunan
kepariwisataan bahari pada hakekatnya adalah upaya
untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan
daya tarik wisata bahari yang terdapat di seluruh pesisir
dan lautan Indonesia, yang terwujud dalam bentuk
kekayaan alam yang indah (pantai), keragaman flora dan
fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias
yang diperkirakan sekitar 263 jenis.
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke
Indonesia pada tahun 1997 mencapai 5.185.243.,
meningkat sebanyak 150.771 (2,99%) terhadap tahun
1996 yaitu sebanyak 5.034.472 wisman. Pada tahun 1998
sebanyak 4.606.416 atau mengalami penurunan sebesar
11,16% terhadap tahun 1997. Sedangkan perolehan
devisa dari wisman yang berkunjung ke Indonesia pada

Sumber Daya Laut Page 10


tahun 1998 diperkirakan mencapai US$4.332,09 juta atau
turun 18,6% dibanding tahun 1997 yang mencapai
US$5.321,46 juta (Kamaluddin, 1999).
Untuk mewujudkan pemasukan devisa dari sektor
pariwisata ini diperlukan strategi tepat dan langkah-
langkah yang kreatif. Hal ini dilakukan melalui
penganekaragaman produk wisata seperti ekowisata
bahari dan sarana pariwisata. Produk wisata antara lain
dimaksudkan menjadikan Indonesia sebagai daerah
wisata bahari dunia, khususnya sebagai base/detinasi
kapal pesiar (cruise ship) dan sea plane. Daya tarik
wisata ini perlu dukungan sarana pariwisata seperti
penginapan, sarana makan minum, dan tempat belanja.
Pengembangan ekowisata bahari dengan
melibatkan masyarakat di sekitar lokasi wisata telah
mulai dikembangkan di bidang akomodasi yaitu pondok-
pondok wisata beserta kelompok masyarakat yang berada
di sekitar hotel besar yang akan menyediakan berbagai
produk untuk dimanfaatkan. Keterlibatan masyarakat
juga perlu dikembangkan dalam bidang sarana
transportsi rakyat terutama perahu-perahu tradiosinal.
Agar keterlibatan masyarakat ini optimal, maka

Sumber Daya Laut Page 11


seyogyanya dilakukan pembinaan dan peningkatan
kualitasnya, baik melalui penyuluhan maupun pelatihan.
Potensi jasa lingkungan kelautan lainnya yang
masih memerlukan sentuhan pendayagunaan secara
profesional agar potensi ini dapat dimanfaatkan secara
optimal adalah jasa transportasi laut (perhubungan laut).
Betapa tidak, sebagai negara bahari ternyata pangsa pasar
angkutan laut baik antar pulau maupun antar negara
masih dikuasai oleh armada niaga berbendera asing.
Menurut catatan Dewan Kelautan Nasional, kemampuan
daya angkut armada niaga nasional untuk muatan dalam
negeri baru mencapai 54,5 persen, sedangkan untuk
ekspor baru mencapai 4 persen, sisanya dikuasai oleh
armada niaga asing.

ANCAMAN TERHADAP SUMBER DAYA LAUT


Ekosistem laut yang terdiri dari ekosistem
mangrove, padang lamun, dan terumbu karang akhir-
akhir ini mengalami ancaman kerusakan yang sebagian
besar akibat ulah manusia. Pertumbuhan penduduk yang
tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di pesisir
bagi berbagai kebutuhan seperti pemukiman, perikanan,

Sumber Daya Laut Page 12


dan pelabuhan, menyebabkan besarnya tekanan ekologis
terhadap ekosistem dan sumber daya pesisir semakin
meningkat pula.

Terdapat 3 ancaman utama terhadap sumber daya laut,


yaitu:
1. Sedimentasi dan pencemaran.
Sedimentasi adalah proses penumpukan zat hara
atau proses pelumpuran. Pencemaran adalah kondisi
dimana suatu perairan atau tempat mendapatkan
masukan zat yang berbahaya atau tidak dapat
ditolerir oleh lingkungan tersebut dalam jumlah yang
berlebih.
Sedimentasi dan pencemaran bisa terjadi karena
meningkatnya jumlah penduduk dan adanya
kebutuhan akan lahan menyebabkan manusia mulai
membuka lahan bahkan di daerah hulu dan hilir
sungai. Penebangan pohon-pohon di sepanjang
aliran sungai membuat lumpur dan kotoran tidak
dapat tersaring baik. Pembukaan lahan untuk
pertanian menyebabkan banyaknya zat hara atau
limbah pertanian yang terbawa aliran sungai. Selain

Sumber Daya Laut Page 13


lumpur dan zat hara berlebih yang mengandung
nitrogen dan fosfor (eutrofikasi), banyak juga sampah
organik dan anorganik dari kegiatan rumah tangga
yang dibuang ke laut dan jumlah sulit dikontrol.
Sumber pencemaran lainnya adalah kegiatan
pertambangan. Pertambangan emas yang
menggunakan air raksa dalam proses pengikatan bijih
emas dapat menyebabkan pencemaran air raksa di
perairan. Air raksa merupakan sumber pencemaran
yang berbahaya, karena kandungannya terakumulasi
dalam tubuh hewan yang mengkonsumsi atau
memanfaatkan perairan yang tercemar air raksa.
Limbah hasil tambang berupa lumpur, tanah, batuan
yang mengandung sianida juga mengandung timah,
nikel, kadmium, dan khrom. Jika limbah-limbah ini
dibuang ke laut dalam jumlah besar, akanlah sangat
berbahaya bagi ekosistem pesisir dan lautan

2. Degradasi Habitat
Degradasi adalah proses penurunan kualitas. Jadi
degradasi habitat adalah proses penurunan kualitas
habitat/tempat tinggal mahluk hidup tertentu. Erosi

Sumber Daya Laut Page 14


pantai merupakan kondisi dimana suatu habitat telah
terdegradasi. Erosi pantai dapat dilihat dari
penurunan garis pantai. Erosi pantai terjadi karena
proses alami dan tidak alami. Proses alami terjadi
karena adanya arus, angin, hujan, gelombang. Proses
tidak alami terjadi karena kegiatan manusia untuk
membuka lahan hutan mangrove, dan penambangan
terumbu karang untuk kepentingan kontruksi jalan
dan bangunan. Kegiatan tersebut bisa menyebabkan
degradasi habitat karena fungsi hutan mangrove dan
terumbu karang sebagai pelindung pantai dari
hantaman gelombang dan badai telah rusak.
Degradasi terumbu karang terjadi karena
kebutuhan manusia untuk mengeksploitasi sumber
pangan yaitu ikan-ikan karang, sumber bahan
bangunan, produk perdagangan yaitu ikan-ikan hias,
anemon, dan soft coral, dan sebagai obyek wisata.
Sumber protein hewani dapat diperoleh dari ikan.
Kebutuhan ini mendorong manusia untuk
mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya dalam waktu
singkat, yaitu dengan menggunakan alat tangkap
tidak ramah lingkungan (bom, potas, sianida).

Sumber Daya Laut Page 15


Masuknya zat kimia yang mengendap di permukaan
terumbu karang bisa mengakibatkan pemutihan
terumbu karang (Coral Bleaching).
3. Degradasi sumberdaya dan keanekaragaman hayati
Degradasi sumberdaya alam seperti penebangan
hutan mangrove, rusaknya terumbu karang,
mengakibatkan hewan-hewan yang hidup di daerah
tersebut berkurang jenisnya dan lama kelamaan
punah. Hilangnya jenis-jenis hewan atau tumbuhan
dalam rantai makanan bisa menyebabkan adanya
gangguan pada ekosistem.
Kegiatan reklamasi pantai yang sering dilakukan
di wilayah pesisir diperkirakan dapat merubah
struktur ekologi komunitas biota laut bahkan dapat
menurunkan keanekaragaman hayati perairan.

Sumber Daya Laut Page 16

Anda mungkin juga menyukai