Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Pendapatan merupakan kata kunci yang berpengaruh terhadap laporan laba -rugi dan
neraca. Pendapatan yang telah diakui akan menambah jumlah aset dan mengurangi liabilitas.
Kata “pendapatan” sendiri digunakan dalam laporan laba -rugi yang dinyatakan sebagai
pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan tidak hanya berhubungan dengan
jumlah namun juga dengan waktu. oleh karena itu pengakuan pendapatan berpengaruh
terhadap laporan keuangan.
Menurut PSAK 23, Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas
nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang
mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh karena itu, hal tersebut
dikeluarkan dari pendapatan. Demikian juga dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto
manfaat ekonomi meliputi jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, yang tidak
mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas. Jum la h yang ditagih atas nama prinsipal bukan
merupakan pendapatan, yang merupakan pendapatan adalah komisi yang diterima.
Pengakuan pendapatan merupakan isu yang sangat krusial dan tidak hentinya
diperbincangkan dalam dunia akuntansi. Pengakuan pendapatan berhubungan dengan
berbagai hal mulai dari keuntungan sampai kerugian yang dialami perusahaan. Banyaknya
perusahaan baik ditingkat nasional maupun tingkat internasional mengalami masalah yang
berhubungan dengan pengakuan pendapatan menimbulkan banyak pertanyaan dan penelitian
seputar pengakuan pendapatan mulai dari karakteristik pengakuan pendapatan sampai jumlah
pendapatan yang diakui oleh perusahaan yang menyebabkan kesalahan terjadi pada laporan
keuangan.

1
BAB II
PENDAPATAN

PENDAPATAN (PSAK 23, IAS 18)


PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan menggantikan PSAK 23 (1994): Pendapatan.
EDPSAK 23
Perihal PSAK 23 (1994)
(revisi 2009)
Pendapatan Tidak diatur. Hasil efektif suatu aset merupakan tingkat
bunga dari bunga yang diperlukan untuk mendiskontokan
aset. aliran penerimaan kas di masa depan.
Pengakuan Tidak diatur. Dividen pada efek ekuitas diumumkan dari
dividen penghasilan neto sebelum pembelian, dividen
pada efek tersebut dikurangi dari harga beli efek tersebut.

A. Tujuan
Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam
bentuk arus masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.Penghasilan (income) meliputi:
 Pendapatan (revenue)
 Keuntungan (gain)
Permasalahan utama dalam akuntansi pendapatan adalah menentukan saat pengakuan
pendapatan. Pendapatan diakui bila kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan
akan mengalir ke entitas dan manfaat ini dapat diukur dengan andal.

B. Ruang Lingkup
Pernyataan standar ini diterapkan untuk :
 Penjualan barang
Barang meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual dan barang yang
dibeli untuk dijual kembali.
 Penjualan jasa

2
Penjualan jasa biasanya terkait dengan kinerja entitas atas tugas yang telah
disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu
 Penggunaan aset entitas oleh pihak yang menghasilkan bunga,royalti dan dividen
Pernyataan ini tidak mengatur pendapatan yang timbul dari:
 perjanjian sewa (lihat PSAK 30 (revisi 2007): Sewa);
 dividen yang timbul dari investasi yang dicatat sesuai metode ekuitas (lihat PSAK
15 (revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi);
 kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Akuntansi
Asuransi Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa.
 perubahan nilai wajar dari aset dan liabilitas keuangan atau pelepasannya (lihat
PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);
 perubahan nilai aset lancar lainnya;
 ekstraksi hasil tambang (lihat PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum).

C. Definisi
Berikut merupakan definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
1. Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu
liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk
melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction).
2. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.

D. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima
dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh
entitas.Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah
pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Namun, jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari
imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau
dapat diterima.

3
E. Pengidentifikasian Transaksi
Kriteria pengakuan dalam Pernyataan ini diterapkan secara terpisah pada setiap
transaksi. Dalam kondisi tertentu kriteria diterapkan pada komponen-komponen yang
dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal atau suatu transaksi
tidak dapat dilepaskan dari transaksi lainnya makadianggap sebagai transaksi tunggal.

F. Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:
1) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli;
2) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang
dijual;
3) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
4) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan
mengalir kepada entitas tersebut; dan
5) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat
diukur dengan andal.

G. Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat
diestimasi dengan andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
1) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
2) kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat
diperoleh entitas;
3) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal; dan
4) biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur dengan andal.

4
H. Bunga, Royalti, dan Dividen
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam
paragraf 30, jika:
a. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh entitas; dan
b. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
1. bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di
PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf
8 dan PA 17-20;
2. royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan;
dan
3. dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

Jika bunga yang belum dibayar telah diakru sebelum pembelian investasi yang
berbunga, maka penerimaan bunga kemudian dialokasikan antara periode sebelum
pembelian dan sesudah pembelian, hanya bagian setelah pembelian yang diakui
sebagai pendapatan. Royalti diakru sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan dan
pendapatan juga umumnya diakui sesuai dengan dasar tersebut kecuali, dengan
memperhatikan hakikat perjanjian, akan lebih sesuai untuk mengakui pendapatan atas
dasar sistematik dan rasional yang lain.
Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas. Namun, jika ketidakpastian timbul
dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang
tidak dapat ditagih, atau jumlah yang kemungkinan pemulihannya tidak besar lagi,
maka jumlah tersebut diakui sebagai beban, bukan penyesuaian terhadap jumlah
pendapatan yang diakui semula.

I. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan:
1. kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk
metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang
melibatkan pemberian jasa;

5
2. jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
 penjualan barang;
 penjualan jasa;
 bunga;
 royalti;
 dividen; dan
3. jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup
dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.

Ilustrasi:
Pendapatan penjualan diakui = saat barang dibayar di kasir
Pendapatan penjualan scr cash on delivery diakui = saat barang dikirim ke pelanggan
Pendapatan penjualan barang konsinyasi atau titipan diakui = hasil penjualan – beban
utang kepada pemilik barang konsinyasi (consignor)
• Program loyalitas pelanggan, bila memenuhi kriteria ISAK 10, maka pemberian poin
dicatat sbg pendapatan yang ditangguhkan dalam liabilitas jangka pendek lainnya, dan
diakui seiring berlangsungnya program tersebut.
• Pendapatan penjualan kartu prabayar / power card pada pusat hiburan, awalnya
dicatat sebagai PDD, kemudian secara proporsional diakui sebagai pendapatan seiring
penggunaan yang sebenarnya atas kartu tersebut oleh pelanggan.
Sedangkan pendapatan dari penjualan koin pada pelanggan, diakui = saat koin dibeli
pelanggan
• Beban diakui saat terjadinya.

PENJUALAN BERSIH
Rincian penjualan bersih adalah sebagai berikut:

31 Des 2013 31 Des 2012


Supermarket / hypermart 11.825.664 10.304.931
Pusat hiburan keluarga 0 337.351
Lain-lain 0 148.781
Total 11.825.664 10.791.063

6
Penjualan konsinyasi 738.563 513.962
Biaya konsinyasi (651.464) (436.861)
Komisi dr penjualan konsinyasi 87.099 77.101
Penjualan bersih 11.912.763 10.868.164

7
BAB III
KEBIJAKAN, ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN (PSAK 25)

A. Tujuan
Tujuan Pernyataan ini adalah menentukan kriteria untuk pemilihan dan perubahan
kebijakan akuntansi, bersama dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas
perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan.
Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi dan keandalan laporan
keuangan entitas, daya banding laporan keuangan tersebut dan dengan laporan
keuangan entitas lainnya.

B. Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan dalam pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, dan
pencatatan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan koreksi
kesalahan periode lalu. Dampak pajak perbaikan kesalahan periode sebelumnya dan
penyesuaian retrospektif untuk perubahan kebijakan akuntansi diperlakukan dan
diungkapkan sesuai dengan PSAK 46: Pajak Penghasilan.

C. Definisi
Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu
yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Penerapan retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan.
Penerapan prospektif suatu perubahan kebijakan akuntansi dan pengakuan dampak
perubahan estimasi akuntansi, masing-masing adalah:
(a) penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi atau peristiwa dan kondisi
lainnya yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut; dan
(b) pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan
periode mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut.
Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode
lalu tidak pernah terjadi.

8
D. Kebijakan Akuntansi
1. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau
kondisi lain, kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut
menggunakan PSAK tersebut. SAK menentukan kebijakan akuntansi untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berisi informasi relevan dan andal atas
transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya. Kebijakan akuntansi tersebut tidak perlu
diterapkan ketika dampak penerapannya tidak material. Namun, hal yang tidak
tepat untuk membuat, atau membiarkan ketidaktepatan, penyimpangan dari SAK
untuk mencapai suatu penyajian tertentu atas posisi keuangan, kinerja keuangan
atau arus kas.
SAk dilengkapi dengan pedoman untuk membantu entitas dalam menerapkan
persyaratan dalam SAK. Pedoman yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
SAK bersifat wajib diterapkan. Sementara pedoman yang bukan bagian tidak
terpisahkan dari SAK tidak berisi pengaturan untuk laporan keuangan. Dalam hal
tidak ada SAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau
kondisi lainnya, maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam
mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan
informasi yang:
a) relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi oleh pemakai; dan
b) andal, dalam laporan keuangan yang:
 menyajikan secara jujur posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas;
 mencerminkan substansi ekonomi transaksi, peristiwa atau kondisi
lainnya, dan bukan hanya bentuk hukum;
 netral, yaitu bebas dari bias;
 pertimbangan sehat; dan
 lengkap dalam semua hal yang material.
Dalam membuat pertimbangan, manajemen mengacu dan mempertimbangkan
keterterapan dari, sumber-sumber berikut ini sesuai dengan urutan menurun:
 persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah
serupa dan terkait; dan

9
 definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk aset, laibilitas,
penghasilan dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan.
Dalam membuat pertimbangan, manajemen juga mempertimbangkan standar
akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi
lainnya yang menggunakan kerangka dasar yang sama untuk mengembangkan
standar akuntansi, literatur akuntansi lainnya dan praktik akuntansi industri yang
berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan sumber pada paragraf sebelumnya.
2. Konsistensi Kebijakan Akuntansi
Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk
transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang serupa, kecuali PSAK secara
spesifik mengatur atau mengizinkan kelompok item-item dimana kebijakan
akuntansi yang berbeda adalah hal yang mungkin sesuai dengan keadaan. Jika
suatu PSAK mengatur atau mengizinkan pengelompokkan semacam itu, maka
kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan secara konsisten untuk
setiap kelompok.
3. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut:
 dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau
 menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan
lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya
terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas.
Pengguna laporan keuangan perlu untuk mampu membandingkan laporan
keuangan entitas sepanjang waktu untuk mengidentifi kasi kecenderungan dalam
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kasnya. Oleh karena itu, kebijakan
akuntansi yang sama diterapkan pada setiap periode dan dari suatu periode
dengan periode berikutnya, kecuali suatu perubahan kebijakan akuntansi
memenuhi kriteria pada paragraf sebelumnya. Berikut ini bukan merupakan
perubahan kebijakan akuntansi:
1) penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa atau kondisi
lainnya yang berbeda secara substansi daripada yang terjadi sebelumnya; dan
2) penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa atau
kondisi lainnya yang tidak pernah terjadi sebelumnya atau tidak material.

10
Penerapan awal suatu kebijakan untuk menilaikembali aset sesuai dengan PSAK
16: Aset Tetap atau PSAK 19: Aset Tidak Berwujud adalah suatu perubahan
dalam kebijakan akuntansi yang berhubungan dengan suatu revaluasi sesuai
dengan PSAK 16 atau PSAK 19, bukan sesuai dengan Pernyataan ini.
4. Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi
Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi bergantung kepada:
(a) Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal
suatu PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK
tersebut, jika ada;
(b) Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan dilakukan secara
sukarela maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.
5. Penerapan Retrospektif
Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka
entitas menyesuaikan:
(a) Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian
paling awal.
(b) Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-
olah kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya
6. Keterbatasan Penerapan Retrospektif
Ketika penerapan retrospektif disyaratkan, maka perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan secara retrospektif, kecuali sepanjang tidak praktis untuk menentukan
dampak spesifik periode atau dampak kumulatif periode tersebut.
7. Pengungkapan Penerapan Awal
Ketika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode berjalan atau
periode lalu, akan memiliki dampak semacam itu kecuali tidak praktis untuk
menentukan jumlah penyesuaian, atau memiliki dampak pada periode mendatang,
entitas mengungkapkan:
(a) judul PSAK;
(b) ketika dapat diterapkan, bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan
sesuai dengan ketentuan transisinya;
(c) sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
(d) ketika dapat diterapkan, penjelasan ketentuan transisi;
(e) ketika dapat diterapkan, ketentuan transisi yang memiliki dampak pada
periode mendatang;

11
(f) untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis,
jumlah penyesuaian:
(i) untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak; dan
(ii) jika PSAK 56: Laba per Saham diterapkan, laba per saham dasar dan
dilusian;
(g) jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum disajikan,
sepanjang praktis; dan
(h) jika penerapan retrospektif disyaratkan tidak praktis untuk suatu periode
lalu tertentu, atau periode-periode sebelum disajikan, keadaan yang
mendorong ke keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan mulai
kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan di
atas. Ketika perubahan kebijakan akuntansi sukarela memiliki dampak pada
periode berjalan atau periode lalu, akan memiliki dampak pada periode itu
kecuali tidak praktis untuk menentukan jumlah penyesuaian, atau memiliki
dampak pada periode mendatang, entitas mengungkapkan:
(a) sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
(b) alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi
yang andal dan lebih relevan;
(c) untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis,
jumlah penyesuaian:
 untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
 jika PSAK 56: Laba Per Saham diterapkan untuk entitas, laba per
saham dasar dan dilusian;
(d) jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode-periode sebelum periode-
periode tersebut disajikan, sepanjang praktis; dan
(e) jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode tertentu, atau
untuk periode-periode sebelum periode-periode tersebut disajikan, keadaan
yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak
kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan ini.

12
E. Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-
elemen dalam LK.
(a) Estimasi harus melibatkan pertimbangan entitas berdasarkan informasi terkini
yang tersedia dan dapat diandalkan.
(b) Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara
akurat namun hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat pada
aktivitas bisnis.
(c) Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam penyusunan
LK tanpa menyesampingkan keandalannya.

Perubahan Estimasi Akuntansi


Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan
andal. Perubahan estimasi akuntansi adalah:
(a) Penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik
aset, yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan
dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan liabilitas.
(b) Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan
baru dan,
(c) Oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan.
Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai
berikut:
(a) Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan
laibilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi akuntansi
tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat item aset, laibilitas, atau
ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
(b) Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan di atas, diakui
secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:
 Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
 Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada
keduanya.

13
Pengungkapan
Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahanestimasi akuntansi yang
berdampak pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak pada periode
mendatang, kecuali pengungkapan dampak pada periode mendatang tidak praktis
untuk mengestimasi dampak itu. Jika jumlah dampak pada periode mendatang adalah
tidak diungkapkan karena estimasinya tidak praktis, maka entitas mengungkapkan hal
itu.

Ilustrasi:
Suatu entitas memiliki mesin yang dibeli pd tgl 1 Januari 20X0 seharga
Rp100.000.000. Mesin tersebut diperkirakan memiliki umur manfaat 10 th dg nilai
sisa Rp10.000.000. Pada tgl 1 Januari 20X3, tjd perubahan estimasi,dimana umur
manfaat mesin diperkirakan msh tersisa 8 th lagi dan tanpa nilai sisa. Tentukan
perlakuan akuntansi yg tepat utk perubahan ini.
Jawab:
Dengan menggunakan metode garis lurus, jumlah tercatat saldo sebelum penyusutan
tanggal 1 Jan 20X3
Harga perolehan 100.000.000
Estimasi niai sisa 10.000.00
Jml terdepresiasi 90.000.000
Estimasi umur manfaat 10
Depresiasi per tahun 9.000.000

Jumlah tercatat setelah depresiasi 31 Des 20X2


Rp 100.000.000 – (3xRp 9.000.000) = Rp 73.000.000
Jumlah depresiasi per tahun mulai 20X3
Rp 73.000.000 / 9 = Rp 8.111.111

Tidak diperlukan penyesuaian untuk pencatatan tahun sebelumnya, karena perubahan


estimasi diperlukan prospektif. Namun jika dampak perubahan tersebut dianggap
signifikan, entitas dapat mengungkapkan efek dr perubahan beban depresiasi atas laba
bersih terhadap periode-periode yg terpengaruh.

14
F. Kesalahan
Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan
unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai dengan PSAK jika
mengandung kesalahan material, atau tidak material yang disengaja untuk mencapai
suatu penyajian laporan posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu.
1. Kesalahan periode lalu
Kesalahan Periode Lalu adalah kelalaian mencantumkan dan kesalahan dalam
mencatat, dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang
timbul dari kegagalan untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan informasi
andal yang:
 tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut; dan
 secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
 Kesalahan semacam itu termasuk:
 Dampak kesalahan perhitungan matematis,
 Kesalahan penerapan kebijakan akuntansi,
 Kekeliruan atau kesalahan interpretasi fakta,
 Kecurangan.
2. Keterbatasan penyajian kembali retrospektif
Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan penyajiankembali secara retrospektif
kecuali sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak periode tertentu atau
dampak kumulatif kesalahan.
Ketika tidak praktis untuk menentukan:
a) Dampak spesifik periode kesalahan
Entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, laibilitas, dan ekuitas untuk
periode paling awal di mana penyajiankembali retrospektif adalah praktis
(mungkin periode berjalan).
b) Dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua
periode lalu
Entitas menyajikan-kembali informasi komparatif untuk mengoreksi
kesalahan secara prospektif dari tanggal paling praktis paling awal.
3. Pengungkapan kesalahan periode lalu
a. Sifat kesalahan periode lalu;

15
b. Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis:
 Untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
 LPS dasar dan dilusian jika PSAK 56 diterapkan atas entitas;
c. Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan
d. Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode lalu
tertentu, keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan
bagaimana dan sejak kapan kesalahan telah dikoreksi.
4. Ketidakpastian penerapan retrospektif dan penyajian kembali retrospektif
(a) Penerapan suatu pengaturan adalah tidak praktis ketika entitas tidak dapat
menerapkannya setelah seluruh usaha rasional dilakukan.
(b) Untuk suatu periode lalu tertentu, adalah tidak praktis untuk menerapkan
suatu perubahan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau menyajikan
kembali secara retrospektif untuk mengoreksi kesalahan, jika:
 dampak penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif tidak
dapat ditentukan;
 penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif memerlukan
asumsi mengenai maksud manajemen yang ada pada periode lalu tersebut;
atau
 penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif memerlukan
estimasi signifikan atas jumlah dan tidak mungkin untuk membedakan
secara obyektif informasi mengenai estimasi yang:
 menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal di mana jumlah
tersebut diakui, diukur atau diungkapkan; dan
 akan tersedia ketika laporan keuangan periode lalu disahkan untuk
diterbitkan dari informasi lain.

Ilustrasi:
Selama 20X3, PT A menemukan bahwa suatu beban dibayar dimuka yang dibayarkan
pada tahun 20X1 sebesar 1000 belum pernah diakui dalam laba atau rugi. Beban yang
seharusnya telah diakui pada tahun 20X1 dan 20X2 adalah 100 dan 200. Sementara
itu beban terkait pada tahun 20X3 adalah 300. Kesalahan tersebut dianggap material.

16
Diketahui data laporan keuangan 20X3 sebelum diterbitkan dan data 20X2 adalah
sebagai berikut:
20X3 (draft) 20X2
Pendapatan 9.000 6.000
Beban (7.000) (4.500)
Laba Bersih 2.000 1.500

Saldo laba awal tahun 20.000 18.500


Laba tahun berjalan 2.000 1.500
Saldo laba akhir tahun 22.000 20.000
Tentukan perlakuan akuntasi yang tepat untuk kasus tersebut.
Jurnal yang diperlukan akuntansi yang tepat untuk kasus tersebut.
20X2 Saldo laba 100
Beban 200
Beban dibayar dimuka 300
20X3 Beban 300
Beband dibayar dimuka 300

Laporan keuangan 20X2 perlu disajikan kembali dan draft 20X3 perlu diperbaiki
sebagai berikut:
20X3 (draft) 20X2 (disajikan kembali)
Pendapatan 9.000 6.000
Beban (7.300) (4.700)
Laba Bersih 1.700 1.300
Saldo laba awal tahun 0 18.500
disajikan sebelumnya
Koreksi kesalahan periode lalu 0 (100)
Saldo laba awal tahun 19.700 18.400
(disajikan kembali
Laba tahun berjalan 1.700 1.300
Saldo laba akhir tahun 22.400 19.700

Entitas perlu mengungkapkan sifat kesalahan yang terjadi dan bagaimana perhitungan
atas koreksi diperoleh

17
BAB IV
PAJAK PENGHASILAN

Badan diatur dalam PSAK 46 tentang Pajak atas Laba Perusahaan. Dalam hal ini
penghasilan dipotong pajak oleh pihak lain saat menerima penghasilan. PSAK 46 Pajak atas
Laba Perusahaan mengatur tentang Badan memotong PPh 21 atas gaji pegawai dan PPN atas
penyerahan barang/ jasa.
Dalam hal ini, beban yang terdiri dari PBB, Materai BPHTB, dan Pajak Daerah
disetorkan kepada kas Negara kemudian dilaporkan kepada KPP.
SPT Pajak terdiri dari:
a. Penghasilan
b. Beban yang dapat dikurangkan
c. Penghasilan kena pajak x tarif pajak
d. Pajak terutang 1 tahun fiscal
e. Kredit pajak
 Angsuran pajak (PPh 25)
 Dipotong pihak lain (22,23)
 Pajak Luar Negeri (24)
f. Pajak kurang/ lebih bayar (29/28)

Berikut Ini Merupakan Perubahan PSAK 46 Tahun 2014:

18
A. Perbedaan Pajak dan Akuntansi
Terdapat perbedaan antara pajak dengan akuntansi. Hal tersebut merupakan masalah
yang timbul dalam akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bahwa standard atau
aturan yang digunakan dalam pelaporan akuntansi, dalam hal ini adalah Pernyataan
Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) seringkali tidak sama atau bertentangan dengan
peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia dalam menentukan Laba atau
penghasilan kena pajak.
Dalam hal perbedaan tersebut, ada yang bersifat sementara (temporary different) dan
ada yang bersifat tetap (permanent different). Atas perbedaan tersebut harus dilakukan
suatu tahapan yang disebut rekonsiliasi fiskal, sehingga pada akhirnya dapat diketahui
laba fiskal perusahaan. Perbedaan tetap adalah merupakam suatu konsekuensi yang
harus diterima bahwa hal tersebut harus dikeluarkan dari laporan laba rugi karena
secara fiskal atau berdasar peraturan pajak tidak dapat dibebankan atau bukan
merupakan penghasilan.
Berbeda dengan perbedaan tetap, perbedaan sementara baik secara standar akuntansi
maupun peraturan perpajakan boleh diakui, hanya saja waktu pengakuannya yang
berbeda, tetapi pada akhirnya mempunyai nilai yang sama. Akun terkait dengan
perbedaan sementara adalah Pajak Tangguhan: Aset/ Liabilitas dan Beban/Pendapatan.

B. Tujuan PSAK 46
a. Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
b. Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak :
c. pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang
diakui pada laporan posisi keuangan entitas.
d. transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada
laporan keuangan entitas.
e. Mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat
dikompensasi ke tahun berikut.
f. Perbedaan pengaturan dengan IAS 12: SKP, penambahan kesesuaian dengan
peraturan perpajakan untuk definisi aset pajak tangguhan

C. Definisi
a. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada
periode masa depan sebagai akibat adanya:

19
 perbedaan temporer yang boleh dikurangkan
 akumulasi rugi pajak belum dikompensasi
 akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan
perpajakan mengizinkan.
(Laba Pajak lebih besar dari Laba Akuntansi).
b. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode
masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. (Laba
Akuntansi lebih besar dari Laba pajak)
c. Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak
tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode
dipadankan dengan dengan laba akuntansi
d. Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban
pajak.
e. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi)
selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh
Otoritas Pajak atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).
f. Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan
dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas.

D. Incomes Tax
Ikhtisar persyaratan saat ini yang efektif
a. pajak penghasilan adalah pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dan pajak yang
dibayar oleh anak perusahaan, asosiasi atau bergabung dengan usaha distribusi
kepada investor
b. beban pajak inccome (pendapatan) yang diakui dalam suatu periode adalah jumlah
dari pajak saat ini ditambah perubahan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan
selama periode tersebut, tidak termasuk pajak diakui di luar laba rugi atau timbul
dari combintion(pergabungan) bisnis
c. pajak kini merupakan jumlah hutang (recoverable) pajak penghasilan sehubungan
dengan laba kena pajak (rugi) untuk periode
b. pajak tangguhan diakui untuk estimasi pengaruh pajak masa depan perbedaan
temporer, saldo rugi fiskal yang dilakukan ke depan dan kredit pajak yang tidak
terpakai dilakukan ke depan
c. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara bas pajak aset atau kewajiban dan
jumlahnya tercatat dalam laporan keuangan
d. kewajiban pajak tangguhan tidak diakui jika timbul dari pengakuan awal goodwill

20
e. kewajiban pajak tangguhan (aset) tidak diakui jika timbul dari pengakuan awal aset
atau kewajiban dalam suatu transaksi yang bukan penggabungan usaha, dan pada
saat transaksi mempengaruhi laba akuntansi tidak atau laba fiskal
f. pajak tangguhan tidak diakui dalam hal investasi di anak perusahaan, asosiasi dan
joint venture jika kondisi tertentu terpenuhi
g. aktiva pajak tangguhan diakui apabila besar kemungkinan bahwa hal itu akan
terwujud
h. pajak penghasilan diukur berdasarkan tarif yang berlaku pada tanggal pelaporan
i. pajak tangguhan didasarkan pada cara yang diharapkan penyelesaian (kewajiban)
atau pemulihan (aset)
j. pajak tangguhan diukur secara didiskontokan
k. pajak tangguhan diklasifikasikan sebagai om-saat dalam sebuah pernyataan
diklasifikasikan menempatkan keuangan
l. pajak penghasilan yang terkait dengan item yang diakui di luar laba atau rugi
sendiri diakui di luar laba atau rugi

E. Revenue (Pendapatan)
Ikhtisar persyaratan saat ini yang efektif:
a. Pendapatan diakui hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan
akan mengalir ke entitas dan manfaat ini dapat diukur secara andal
b. pendapatan termasuk masuknya bruto manfaat ekonomi yang diterima oleh entitas
untuk kepentingan sendiri. dalam hubungan badan, jumlah yang dikumpulkan atas
nama kepala sekolah tidak diakui oleh agen
c. ketika pengaturan mencakup lebih dari satu komponen, mungkin perlu untuk
memperhitungkan pendapatan disebabkan setiap komponen secara terpisah
d. Pendapatan dari penjualan barang diakui pada saat entitas telah mentransfer risiko
signifikan dan manfaat kepemilikan kepada pembeli dan tidak lagi
mempertahankan kontrol pr memiliki keterlibatan manajerial dalam barang
b. pendapatan kontrak layanan berupa diakui dalam periode di mana layanan ini
diberikan, umumnya menggunakan metode persentase penyelesaian
c. kontrak konstruksi dicatat dengan menggunakan metode persentase penyelesaian.
metode kontrak selesai tidak diizinkan

21
d. pengakuan pendapatan tidak memerlukan pertimbangan kas. Namun, ketika barang
atau jasa dipertukarkan serupa di alam dan nilai, transaksi tidak menghasilkan
pendapatan

F. Ilustrasi Perbedaan Temporer Kena pajak

Contoh perbedaan temporer kena pajak adalah sebagai berikut:


1. Pendapatan bunga diakui dalam laba akuntasi secara akrual, tetapi dihitung dalam
laba kena pajak setelah kas diterima
2. Asumsi penyusutan yang digunakan berbeda antara akuntansi dan pajak, sehingga
penyusutan secara akuntansi lebih lambat dibandingkan penyusutan menurut pajak
3. Biaya pengembangan dikapitalisasi secara akuntansi, tetapi dikurangkan dalam
laba kena pajak pada periode terjadinya.

Ilustrasi:
Suatu entittas membeli peralatan dengan biaya perolehan 100 juta tanggal 1 januari
20X1. entitas tersebut memperkirakan umur manfaat mesin 5 tahun sedangkan
menurut pajak 4 tahun.

Periode Jumlah Dasar Pengenaan Perbedaan


Tercatat Pajak Temporer

31 Desember 20X1 80 75 5

31 Desember 20X2 60 50 10

31 Desember 20X3 40 25 15

31 Desember 20X4 20 0 20

31 Desember 20X5 0 0 0

22
Karena penyusutan akuntansi lebih lambat daripada penyusutan pajak, maka akan
timbul liabilitas pajak tangguhan, dengan asumsi tariff pajak sebesar 30% sebagai berikut:
31 Desember 20X1 = 30% x 5 = 1.5
31 Desember 20X2 = 30% x 10 = 3
31 Desember 20X3 = 30% x 15 = 4.5
31 Desember 20X4 = 30% x 20 = 6
31 Desember 20X5 = 0

G. Ilustrasi Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan


Contoh perbedaan temporer yang dapat dikurangkan adalah sebagai berikut:
1. Biaya manfaat pension dapat dikurangkan dari laba akuntansi, tetapi menurut pajak
biaya tersebut baru dikurangkan saat dibayarkan pada saat iuran atau manfaat pension
dibayar oleh entitas.
2. Biaya riset diakui dalam laba akuntansi tetapi tidak dikurangkan dalam laba kena
pajak hingga periode selanjutnya.

Ilustrasi:
PT. ABC mengakuisisi PT. XYZ pada tahun 20X1 dengan membayar kas sebesar
400. Posisi keuangan PT. XYZ saat transaksi
• Persediaan 150
• Piutang usaha 100
• Modal saham 250
Nilai wajar persediaan disepakati 200, tetapi pajak tidak mengakui. Timbul liabilitas
pajak tangguhan yang meningkatkan nilai goodwill. Dengan asumsi pajak 30% maka
liabilitas pajak tangguhan yg muncul
Persediaan 200
Piutang usaha 100
Goodwill 115 (100+(30%*(200-150)))
Kas 400
Liabilitas pajak tangguhan 15 (30%*(200-150))

H. Ilustrasi Rugi Pajak yang Belum Dikompensasi


Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak yang belum dikompensasi
jika besar kemungkinan laba kena pajak di masa depan akan memadai untuk
23
dimanfaatkan dengan rugi pajak yang belum dikompensasi tersebut. Aturan yang
sama berlaku untuk kredit pajak yang belum dimanfaatkan (unused tax credit). Di
Indonesia, jangka waktu kompensasi rugi (tax loss carry-forward period) yang timbul
dalam satu periode adalah lima tahun.

Ilustrasi:
Perusahaan mengalami rugi tahun 20X1 sebesar 6.000 dan tahun 20X2 membukukan
laba 10.000. 20X1 perusahaan tidak memiliki hutang pajak karena tidak ada PKP.
20X2 PKP perusahaan 4.000 setelah mengkompensasikan rugi yang terjadi pada
tahun sebelumnya. Asumsi tarif pajak 30%
20X1 Aset Pajak Tangguhan 1800 (30% x 6.000)
Pendapatan Pajak kini 1800
20X2 Beban Pajak Tangguhan 1800
Beban Pajak Kini 1200 (30% x (10.000 – 6.000)
Aset Pajak Tangguhan 1800
Utang Pajak 1200
Beban pajak tangguhan dan beban pajak kini disatukan dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain sebagai beban pajak sebesar 3000.

I. Investasi Pada Entitas Anak, Cabang, Entitas Asosiasi, dan Ventura Bersama
• Entitas mengakui liabilitas pajak tangguhan pada anak, cabang, dan asosiasi, serta
pengaturan bersama, kecuali sepanjang kedua kondisi berikut telah terpenuhi:
– entitas mampu mengendalikan waktu pemulihan perbedaan temporer; dan
– kemungkinkan besar perbedaan temporer akan terpulihkan di masa depan.
• Entitas mengakui aset pajak tangguhan dari anak, cabang dan entitas asosiasi, serta
pengaturan bersama sepanjang dan hanya sepanjang kemungkinan besar terjadi:
– perbedaan temporer akan terpulihkan pada masa depan yang dapat
diperkirakan; dan
– laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang memadai sehingga
perbedaan temporer dapat dimanfaatkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

KPMG (2011). Insights ino IFRS, 8th ed. Thomson Reuters and Sweet & Maxwell.
Pelaporan Korporat (2015). Ikatan Akuntan Indonesia.
Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) nomor 23 tahun 2009.
Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) nomor 25 tahun 2009.
Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) nomor 46 tahun 2009.

25

Anda mungkin juga menyukai