Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Kulit merupakan organ yang istimewa pada manusia. Berbeda dengan orang lain, kulit yang
terletak pada sisi terluar mudah untuk dilihat, baik dalam kondisi normal maupun sakit. Dari kulit,
muncul berbagai aksesori yang terindera manusia; rambut (kasar dan halus), kuku, dan kelenjar
(sekretnya terurai oleh mikroorganisme dan keluarlah bau). Dalam kondisi sehat, kulit beserta
aksesorinya ini menunjang rasa percaya diri seseorang; dalam keadaan sakit, mereka mungkin
menjadi sumber keresahan.1

Terkadang kondisi kulit yang tidak sehat akan memperlihatkan kebiasaan pasien seperti;
banyak berkeringat, sering cuci tangan, punya kebiasaan kuliner tertentu, hobi berpetualang kea
lam liar, orangtua yang bertalian darah, berganti-ganti pasangan seksual, pernah sakit cacar, hingga
emosi terpendam yang mungkin saja disangkal.1

Kelainan kulit dapat merupakan manifestasi penyakit autoimun, kencing manis, hipotiroid,
kanker darah, kolesterol tinggi, dan lain-lain. Sehingga pengetahuan tentang kesehatan kulit tentu
saja tidak dapat dipersempit menjadi persoalan kosmetik belaka.1

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia dengan berat sekitar 5 kg dan luas 2m 2
pada seseorang dengan berat badan 70 kg. kulit memiliki variasi sesuai dengan area tubuh. Kulit
yang tidak berambut disebut kulit glabrosa, ditemukan pada telapak tangan dan kaki. Pada kedua
lokasi tersebut, kulit memiliki relief yang jelas dipermukaannya yang disebut dermatoglyphics.1

Kulit glabrosa kira-kira 10 kali lebih tebal dibandingkan dengan kulit yang paling tipis,
misalnya di daerah lipatan (fleksural). Secara histologik, kulit glabrosa kaya akan kelenjar keringat
tetapi miskin kelenjar sebasea. Kulit berambut selain memiliki banyak folikel juga memiliki
kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki folikel rambut yang besar dan terletak dalam hingga ke
lapisan lemak kulit (subkutis), sedangkan kulit dahi memiliki rambut yang halus (velus) tetapi
dengan kelenjar sebasea yang berukuran besar.1

1
ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

Anatomi Kulit

Dalam menjalankan berbagai fungsinya, kulit memiliki struktur mikroskopik yang terbagi
menjadi 3 lapisan: epidermis, dermis, dan subkutis. Ketiga lapisan tersebut bertindak sebagai satu
kesatuan yang saling terkait satu dengan yang lain. Sebagai contoh, perlindungan imunologik
terhadap infeksi dikerjakan bersama oleh keratinosit dan sel penyaji antigen di epidermis yang
berkomunikasi dengan limfosit yang beredar di sekitar pembuluh darah dermis.1

I. Epidermis

Lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis, senantiasa bergenerasi, berespons terhadap
rangsangan di luar maupun dalam tubuh manusia. Tebalnya bervariasi antara 0,4-1,5 mm.
penyusun terbesar epidermis adalah keratinosit. Keratinosit adalah ektodermal sel turunan dan
merupakan tipe sel utama di epidermis, terhitung setidaknya 80% dari total sel.2 Terselip diantara
keratinosit adalah sel Langerhans dan melanosit, dan kadang-kadang juga sel merkel dan limfosit.1
Keratinosit tersusun dalam beberapa lapisan. Lapisan paling bawah disebut stratum basalis,
diatasnya berturut-turut adalah stratum spinosum dan stratum granulosum. Ketiga lapisan
epidermis ini dikenal sebagai stratum Malpighi. Lapisan teratas adalah stratum korneum yang
tersusun oleh keratinosit yang telah mati (korneosit).1
Susunan epidermis yang berlapis-lapis ini menggambarkan proses differensiasi (keratinisasi)
yang dinamis, yang tidak lain berfungsi menyediakan sawar kulit pelindung tubuh dari ancaman
di permukaan.1
a. Stratum basalis
Keratinosist stratum basalis berbentuk toraks, berjajar di atas lapisan structural
yang disebut basal membrane zone (BMZ). Keratinosit basal berdiri kokoh di atas BMZ
karena protein structural yang ‘memaku’ membrane sitoplasma keratinosit pada BMZ
yang disebut hemidesmosom.1
Terdapat berbagai jenis hemidesmosom, yang penting diantaranya adalah BPAg
dan integrin. Gangguan pada struktur hemidesmosom akan menyebabkan kulit tidak dapat
menahan trauma mekanik. Pada penyakit pemfigoid bulosa misalnya, reaksi autoimun

2
yang menghancurkan BPAg akan menyebabkan timbulnya celah subepidermal yang
terletak antara keratinosit basal dan BMZ.1
Terdapat tiga subpopulasi keratinosit di stratum basalis, yaitu:
1. Sel punca (stem cells)1
2. Transient amplifying cells (TAC)1,
3. Sel pascamitosis (post-mitotic cells)1

Sel punca lambat membelah diri, biasanya aktif saat terjadi kerusakan luas
epidermis yang membutuhkan regenerasi cepat. TAC, sesuai dengan namanya, aktif
bermitosis dan merupakan subpopulasi terbesar stratum basalis. Sel-sel ini tidak lama
tinggal di stratum basalis; setelah beberapa kali membelah diri (pascamitosis) dan
berkomitmen untuk berdiferensiasi, mereka berpindah ke lapisan di atas stratum basalis
(superbasal).1

Keratinosit memiliki struktur intrasitoplasma yang disebut keratin intermediate


filament (KIF). Terdapat berbagai macam jenis keratin dengan keasaman dan berat
molekul yang berbeda. Dua macam keratin akan berpasangan dan terpilin dalam ikatan α-
heliks yang kokoh, dan berfungsi sebagai sitoskeleton (cyto-skeleton). DNA keratinosit
basal menyandi protein keratin 5 dan 14, sedangkan keratinosit di stratum spinosum
menyandi protein K1/K10.1

Sitoskeleton memberi kekuatan pada keratinosit untuk menahan gaya mekanik


pada kulit. Pada genodermatosis (kelainan kulit akibat gangguan genetic) tertentu,
misalnya epidermolysis bulosa simpleks (EBS), terjadi mutase DNA sedemikian rupa
sehingga KIF tidak terbentuk atau tidak dapat membentuk ikatan α-heliks yang sempurna.
Akibatnya, kulit bayi penyandang EBS sangat rentan dengan gesekan sehingga mudah
terjadi lepuh saat bayi belajar bergerak. Kelak, saat keratinosit mati dan mencapai stratum
korneum, KIF akan mengalami penataan ulang guna membentuk sawar kulit.1

Sitoplasma keratinosit banyak mengandung melanin, pigmen warna yang


tersimpan dalam melanosome. Melanosit mensintesis melanin dan mendistribusikannya
pada sekitar 36 keratinosit di stratum basalis. Melanin yang tersebar dalam keratinosit
memberikan warna secara keseluruhan pada kulit seseorang. Melanin dapat menyerap
sinar ultraviolet yang berbahaya bagi DNA. Tidak mengherankan warna kulit umat

3
manusia menunjukkan variasi geografis; populasi asli pada kondisi alam dengan intensitas
sinar ultraviolet tinggi memiliki warna kulit yang lebih gelap. Keganasan kulit terkait sinar
matahari lebih banyak dijumpai pada orang Kaukasia yang tinggal di Australia. Selain
merusak DNA, sinar ultraviolet juga mampu mempercepat penuaan dan timbulnya
kerutan. Sedikit ironis, kini banyak orang berlomba-lomba menghilangkan pigmen alami
mereka demi obsesi akan kecantikan.1

Sel Merkel berfungsi sebagai reseptor mekanik (mechanoreceptors) terutama


berlokasi pada kulit dengan sensitivitas raba yang tinggi, termasuk kulit yang berambut
maupun glabrosa (bibir dan jari).1

b. Stratum spinosum
Keratinosit stratum spinosum memiliki bentuk polygonal, berukuran lebih besar
daripada keratinosit stratum basale. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat struktur mirip
taji (spina) pada permukaan keratinosit yang sebenarnya merupakan penyambung antar
keratinosit yang disebut desmosom. Desmosome terdiri dari berbagai protein structural,
misalnya desmoglein dan desmokolin. Struktur ini memberi kekuatan pada epidermis
untuk menahan trauma fisik di permukaan kulit. Pada beberapa penyakit autoimun,
misalnya pemphigus, terjadi gangguan terhadap pembentukan desmoglain sehingga
keratinosiy tidak lagi terhubung satu dengan yang lain (akantolisis). Pada epidermis
terbentuk celah yang berisi keratinosit yang terlepas dari kesatuannya, yang disebut sel
akantolitik. Celah tersebut secara klinis akan tampak sebagai vesikel atau bula. Ekspresi
KIF pada lapisan ini berubah menjadi K(eratin) 1/K10; pada keadaan hiperproliferasi,
misalnya psoriasis, ekspresinya berubah menjadi K6/K16.1
Keratinosit stratum spinosum mulai membentuk struktur khusus yang disebut
lamellar granules (LG) yang dapat dilihat menggunakan mikroskop electron. Struktur ini
terdiri dari berbagai protein dan lipid, misalnya glikoprotein, glikolipid, fosfolipid, dan
yang terpenting glukosilseramid yang merupakan cikal bakal seramid, yang kelak akan
berperan dalam pembentukan sawar lipid pada stratum korneum. Sawar lipid akan
bersinergi dengan sawar structural yang terbentuk oleh KIF pada lapisan stratum
korneum.1

4
Pada stratum spinosum dan granulosum terdapat sel Langerhans (SL), sel dendritic
yang merupakan sel penyaji antigen. Antigen yang menerobos sawar kulit akan difagosit
dan diproses oleh SL, untuk kemudian dibawa dan disajikan kepada limfosit untuk
dikenali. Dengan demikian, SL berperan penting dalam pertahanan imunologik manusia.
Keratinosit sendiri hingga derajat tertentu juga mampu membangkitkan respons
imunologik dengan cara melepaskan sitokin proinflamasi, jika terjadi jejas yang
mengancam.1

c. Stratum granulosum
Keratinosit stratum granulosum mengandung keratohyaline granules (KG), yang
terlihat pada pemeriksaan mikroskopik biasa, KG mengandung profilagrin dan loricrin
yang penting dalam pembentukan cornified cell envelope (CCE). Secara sederhana,
keratinosit di stratum granulosum memulai program kematiannya sendiri (apoptosis),
sehingga kehilangan inti dan organel sel penunjang hidupnya. Profilagrin akan dipecah
menjadi filagrin yang akan bergabung dengan KIF menjadi makrofilamen. Beberapa
molekul filagin kelak akan dipecah menjadi molekul asam urokanat yang memberikan
kelembaban stratum korneum dan menyaring sinar ultraviolet. Loricrin akan bergabung
dengan protein-protein structural desmosom, dan berikatan dengan membran plasma
keratinosit. Proses-proses tersebut menghasilkan CCE yang akan menjadi bagian dari
sawar kulit di stratum korneum.1
Waktu yang diperlukan bagi keratinosit basal untuk mencapai stratum korneum
kira-kira 14 hari, dan dapat lebih singkat pada keadaan hiperproliferasi misalnya psoriasis
dan dermatitis kronik.1

d. Stratum korneum
CCE yang mulai dibentuk pada stratum korneum akan mengalami penataan
bersama dengan lipid yang dihasilkan oleh LG. susunan kedua komponen sawar kulit
tersebut sering dikiaskan sebagai brick-and-mortar, CCE menjadi batu bata yang diliputi
oleh lipid sebagai semen di sekitarnya. Matriks lipid ekstraseluler ampuh menahan
kehilangan air dan juga mengatur permeabilitas, deskuamasi, aktivitas peptide
antimikroba, ekslusi toksin dan penyerapan kimia secara selektif. Korneosit lebih

5
berperan dalam memberi penguatan terhadap trauma mekanis, produksi sitokin yang
memulai proses peradangan serta perlindungan terhadap sinar ultraviolet. Waktu yang
diperlukan bagi korneosit untuk melepaskan diri (shedding) dari epidermis kira-kira 14
hari.1

Sel keratinosit

Keratinosit, atau sel-sel skuamosa, adalah sel-sel utama dari kulit ari. Mereka berasal
dari ektodermal dan memiliki spesialisasi fungsi menghasilkan keratin, filamen kompleks protein
yang tidak hanya membentuk lapisan permukaan (stratum corneum) dari epidermis tetapi juga
merupakan protein struktural dari rambut dan paku. Beberapa gen keratin yang berbeda telah
diidentifikasi dan terdiri dari dua subfamilies, asam dan basa. Produk dari satu gen keratin dasar
dan satu asam menggabungkan untuk membentuk kelipatan keratin yang terjadi di banyak
jaringan. Kehadiran berbagai jenis keratin digunakan sebagai penanda untuk jenis dan tingkat
diferensiasi populasi keratinosit. Keratin adalah penting untuk fungsi normal dari epidermis dan
mutasi keratin diakui sebagai penyebab penyakit kulit. Mutasi di gen untuk keratin 5 dan 14
berhubungan dengan epidermolisis bullosa simplex. Keratin 1 dan 10 mutasi terkait dengan
hiperkeratosis epidermolitik. Bentuk ringan gangguan ini dapat mewakili ekspresi yang dilokalkan
atau tersebar luas mosaikisme untuk mutasi gen ini.5
Selama keratinisasi, keratinosit pertama melewati fase sintetis dan kemudian fase
degradatif dalam perjalanannya menjadi sel tanduk. Pada fase sintetis, keratinosit terakumulasi
dalam filamen intermediet sitoplasma tersusun dari protein berserat, keratin, disusun dalam alpha-
helical pola gulungan melingkar. Tonofilamen ini dibuat menjadi kuno bundel, yang menyatu dan
berakhir pada plasma membran, di mana mereka berakhir di pelat lampiran khusus disebut
desmosom. Fase degradasi keratinisasi ditandai oleh hilangnya organel sel dan konsolidasi semua
isi ke dalam campuran filamen dan amplop sel amorf. Proses terprogram ini pematangan yang
mengakibatkan kematian sel disebut terminal diferensiasi. Diferensiasi terminal juga terlihat pada
tahap involuting dari keratoacanthomas, di mana fase awal proliferasi memberikan cara untuk
keratinisasi terminal dan involusi.

6
Sel Langerhans
Sel Langerhans biasanya ditemukan tersebar di antara keratinocytes dari stratum
spinosum. Mereka merupakan 3-5% dari sel-sel di lapisan ini. Seperti melanocytes, mereka tidak
terhubung keratinosit yang berdekatan dengan desmosom. Kepadatan tertinggi sel Langerhans di
mukosa mulut terjadi di vestibular, dan kepadatan terendah di sublingual, menyarankan yang
terakhir adalah "istimewa" yang secara imunologis situs.
Secara fungsional, sel Langerhans adalah monocyte– garis keturunan makrofag dan
berasal dari sumsum tulang. Mereka berfungsi terutama di daerah aferen dari respon imun oleh
memberikan pengakuan, serapan, pemrosesan, dan presentasi antigen menjadi limfosit T peka, dan
penting dalam induksi sensitivitas tipe tertunda. Sekali sebuah antigen disajikan, sel Langerhans
bermigrasi ke getah bening node. Hyaluronan (asam hyaluronic) memainkan peran penting dalam
Pematangan sel dan migrasi Langerhans. Sel Langerhans mengekspresikan langerin, membran
ATPase (CD39), dan CCR6, sementara CD1α + sel dendritik dermal mengekspresikan mannose
makrofag reseptor, CD36, faktor XIIIa, dan reseptor kemokin 5, menunjukkan fungsi yang berbeda
untuk dua populasi CD1α + ini. Jika kulit sel Langerhans habis oleh paparan UV radiasi, ia
kehilangan kemampuan untuk menjadi peka sampai populasinya sel Langerhans diisi ulang.
Makrofag itu antigen yang ada di kulit sel Langerhans yang habis dapat menginduksi toleransi
kekebalan. Berbeda dengan sel Langerhans, yang membuat interleukin (IL) -12, makrofag yang
ditemukan di epidermis 72 jam setelah iradiasi UVB menghasilkan IL-10, menghasilkan
menurunkan regulasi respon imun. Setidaknya pada tikus, kekebalan virus tampaknya
membutuhkan priming oleh CD8α + dendritic sel, bukan sel Langerhans, menunjukkan kompleks
pola presentasi antigen pada imunitas kulit.5

II. Dermis
Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang juga memberi ketahanan
pada kulit, termoregulasi, perlindungan imunologik, dan eksresi. Fungsi-fungsi tersebut
mampu dilaksanakan dengan baik karena berbagai elemen yang berada pada dermis, yakni
struktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, dan selular yang terdiri atas endotel,
fibroblast, sel radang, kelenjar, folikel rambut dan saraf.1
Serabut kolagen (collagen bundles) membentuk sebagian besar dermis, bersama-sama
serabut elastic memberikan kulit kekuatan dan elastisitasnya. Keduanya tertanam dalam

7
matriks yang disebut ground substance yang terbentuk dari proteoglikans (PG) dan
glikosaminoglikans (GAG). PG dan GAG dapat menyerap dan mempertahankan air dalam
jumlah besar sehingga berperan dalam pengaturan cairan dalam kulit dan mempertahankan
growth factors dalam jumlah besar.1
Fibroblast, makrofag dan sel mast rutin ditemukan pada dermis. Fibroblast adalah sel
yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut kolagen serta elastic di dermis.
Makrofag merupakan salah satu elemen pertahanan imunologik pada kulit yang mampu
bertindak sebagai fagosit, sel penyaji antigen, maupun mikrobisidal dan tumorisidal.1

III. Subkutis
Subkutis yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan suhu tubuh, dan
merupakan cadangan energy, juga menyediakan bantalan yang meredam trauma melalui
permukaan kulit. Deposisi lemak menyebabkan terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan
efek kosmetis. Sel-sel lemak terbagi-bagi dalam lobus, satu sama lain dipisahkan oleh septa.1

The skin and its appendages.3

8
ADNEKSA KULIT

Yang tergolong adneksa kulit adalah rambut, kelenjar ekrin dan apokrin, serta kuku. Folikel
rambut sering disebut sebagai unit pilosebasea karena terdiri atas bagian rambut dan kelenjar
sebasea yang bermuara ke bagian folikel rambut yang disebut ismus. Rambut yang tebal dan
berpigmen disebut rambut terminal, misalnya rambut kulit kepala dan janggut. Rambut yang halus,
panjangnya kurang dari 1 cm dan tidak berpigmen disebut velus, terdapat pada sebgaian besar
permukaan kulit kecuali kulit glabrosa. Unit pilosebasea pada aksila dan inguinal mengandung
kelenjar apokrin, dan pada dada, punggung atas dan wajah memiliki kelenjar sebasea yang besar.
Rambut tumbuh mengikuti siklus 3 fase anagen (pertumbuhan), katagen (involusi), dan telogen
(istirahat). Panjang masing-masing fase berbeda pada lokasi kulit yang berbeda. Pada suatu waktu
pada kulit kepala 85% rambut berada pada fase telogen dan sisanya pada tahap katagen. Maka,
pada keadaan normal dapat ditemukan rambut yang rontok.1
Kelenjar ekrin berada pada epidermis dan dermis. Bagian di epidermis disebut
akrosiringium. Bagian sekretorik kelenjar ekrin terletak di dermis dalam, dekat perbatasan dengan
subkutis. Kelenjar ini tersebar diseluruh permukaan kulit kecuali di daerah ujung penis, klitoris,
dan bibir. Kepadatan pada berbagai lokasi tubuh berbeda-beda. Fungsi utama kelenjar ekrin
adalah:

1. Mengatur penglepasan panas1,


2. Eksresi air dan elektrolit1,
3. Mempertahankan keasaman permukaan kulit sehingga mencegah kolonisasi kuman
pathogen1.

9
Kelenjar apokrin baru aktif saat pubertas; secret yang dihasilkannya akan diurai oleh kuman
sehingga keluarlah bau. Fungsi kelenjar apokrin pada manusia tidak jelas tetapi mungkin secret
kelenjar ini mengandung semacam feromon.1

Anatomy of the hair follicle.4

Folikel Rambut

Selama embriogenesis, sel mesenkimal pada dermis janin kumpulkan segera di bawah
lapisan basal epidermis. Tunas epidermis tumbuh ke dalam dermis di situs ini. Itu mengembangkan
bentuk folikel pada sudut ke permukaan kulit dan melanjutkan pertumbuhannya ke bawah. Di
dasar ini, kolom dari sel-sel melebar, membentuk bulbus, dan mengelilingi koleksi-koleksi kecil
sel mesenkimal. Mesenkimal papiler tubuh mengandung sel punca mesenkimal dengan fungsi

10
yang luas. Setidaknya pada tikus, mereka menunjukkan hematopoietik ekstramedular aktivitas sel
induk, dan merupakan terapi potensial sumber sel-sel induk hematopoietik dan sumber
kemungkinan hematopoiesis ekstramedular dalam vivo.5
Sepanjang satu sisi folikel janin, dua kuncup terbentuk: atas, yang berkembang menjadi
kelenjar sebasea, dan lebih rendah, yang menjadi perlekatan otot arrector pili. Tunas epitel ketiga
berkembang dari sisi berlawanan folikel di atas kelenjar sebaceous, dan menimbulkan kelenjar
apokrin. Bagian paling atas dari folikel, yang membentang dari pembukaannya ke pintu masuk
dari saluran sebaceous, disebut segmen infundibular. Bagian dari folikel antara ductus sebaseous
dan penyisipan otot arrector pili adalah isthmus. Sepanjang hidup, bagian inferior mengalami
siklus involusi dan regenerasi.5
Folikel rambut berkembang secara berurutan dalam tiga baris. Folikel utama dikelilingi oleh
penampilan dua sekunder folikel; folikel sekunder lainnya kemudian berkembang di sekitar unit
utama. Kepadatan unit pilosebaceous menurun sepanjang hidup, mungkin karena putus sekolah
folikel sekunder. Dalam model tikus, memberi sinyal oleh molekul ditunjuk sebagai ectodysplasin
A dan noggin sangat penting untuk pengembangan folikel rambut primer dan induksi sekunder
folikel. Otot arrector pili yang terdapat di dalam folikel unit interkoneksi di tingkat tanah genting.5
Batang rambut yang sebenarnya, serta akar bagian dalam dan luar selubung, diproduksi
oleh bagian matriks bulbus rambut. Akar-akar dan berisi rambut membentuk silinder konsentris
lapisan. Batang rambut dan selubung akar bagian dalam bergerak bersama saat rambut tumbuh ke
atas sampai bagian dalam yang keratin sepenuhnya gudang selubung akar pada tingkat tanah
genting. Epidermis dari bagian atas saluran folikel berdekatan selubung akar luar. Dua bagian atas
folikel (infundibulum dan isthmus) bersifat permanen; yang inferior segmen sepenuhnya diganti
dengan setiap siklus baru rambut pertumbuhan. Pada kulit kepala, anagen, fase pertumbuhan aktif,
berlangsung sekitar 3–5 tahun. Biasanya, sekitar 85-90% dari semua kulit kepala rambut berada
dalam fase anagen, angka yang menurun seiring bertambahnya usia dan menurun lebih cepat pada
individu dengan kebotakan laki-laki (karena panjang anagen menurun drastis). Kulit kepala
anagen rambut tumbuh pada tingkat sekitar 0,37 mm / hari. Catagen, atau involusi, berlangsung
sekitar 2 minggu. Telogen, fase istirahat, bertahan sekitar 3–5 bulan. Sebagian besar situs di tubuh
memiliki lebih pendek fase anagen dan telogen lebih lama, menghasilkan singkat rambut yang
tetap di tempat untuk jangka waktu yang lama tanpa tumbuh lebih lama. Prolongasi dari hasil fase
anagen bulu mata panjang pada pasien dengan imunodefisiensi didapat sindrom (AIDS).5

11
Pertumbuhan rambut manusia bersifat siklus, tetapi setiap folikel berfungsi sebagai unit
independen. Karena itu, manusia tidak ditumpahkan rambut serempak, seperti kebanyakan
binatang. Setiap folikel rambut mengalami tahapan aktivitas yang intermiten dan ketenangan.
Terminasi sinkron hasil anagen atau telogen di telogen effluvium. Paling umum, telogen effluvium
adalah hasil pelepasan dini dari anagen, seperti yang diinduksi oleh penyakit demam, operasi, atau
penurunan berat badan.5

Phases of the growth cycle of a hair.5

Kuku

Kuku berfungsi membantu menggenggam benda-benda kecil dan melindungi ujung jari dari
trauma. Keratinisasi matriks mengarah ke pembentukan lempeng kuku. Kuku tumbuh rata-rata 0,1
mm / hari, membutuhkan sekitar 4–6 bulan untuk mengganti yang lengkap plat kuku. Tingkat
pertumbuhan jauh lebih lambat untuk kuku kaki, dengan 12-18 bulan diperlukan untuk mengganti
kuku jari kaki yang besar. Kelainan kuku dapat berfungsi sebagai petunjuk penting penyakit kulit

12
dan sistemik, dan dapat memberikan kecerdasan dokter dengan informasi tentang penyakit atau
paparan racun yang terjadi beberapa bulan di masa lalu.5
Jenis keratin yang ditemukan di kuku adalah campuran epidermal dan jenis rambut, dengan
jenis rambut yang mendominasi. Kuku keratinisasi isthmus berbeda dari kuku di dalamnya K10
hanya hadir di isthmus kuku. Kuku rapuh berdemonstrasi pelebaran ruang antar sel antara
keratinosit kuku pada mikroskop elektron.5
Padahal sebagian besar kulit ditandai dengan rete pasak itu menyerupai peti telur, alas
paku memiliki punggung retard paralel yang benar. Punggungan ini menghasilkan pembentukan
perdarahan serpihan ketika jumlah kecil sel darah merah ekstravasasi menandai mereka jalan.
Kutikula kuku terbentuk oleh keratinosit kuku proksimal, sedangkan lempeng kuku dibentuk oleh
keratinosit matriks. Pigmen endogen cenderung mengikuti kontur lunula (bagian distal dari
matriks), sedangkan pigmen eksogen cenderung mengikuti kontur kutikula. Piring kuku dorsal
dibentuk oleh matriks proksimal, dan plat kuku ventral dibentuk oleh matriks distal dengan
beberapa kontribusi dari alas kuku. Lokasi melanositik lesi dalam matriks dapat dinilai dengan
kehadiran pigmen di dalam piringan kuku punggung atau perut.5

FISIOLOGI KULIT

Kulit dan (adneksa) menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan manusia
secara utuh yang meliputi fungsi, yaitu1:

1. Perlindungan fisik (terhadap gaya mekanik, sinar ultraviolet, bahan kimia),


2. Perlindungan imunologik,
3. Eksresi,
4. Pengindera,
5. Pengaturan suhu tubuh,
6. Pembentukan vitamin D
7. Kosmetis.

Peran utama kulit adalah menyediakan penghalang mekanis terhadap eksternal lingkungan
[1]. Cornified Cell Envelope (CCE) dan stratum korneum batasi kehilangan air dari kulit,

13
sementara keratinosit diturunkan antibiotik endogen (defensins dan cathelicidins) memberikan
suatu pertahanan imun bawaan terhadap bakteri, virus dan jamur [2]. epidermis juga mengandung
jaringan sel sekitar 2 × 109 Langerhans, yang berfungsi sebagai sel sentinel yang fungsi utamanya
adalah untuk mensurvei lingkungan epidermis dan untuk memulai respon imun terhadap ancaman
mikroba, meskipun mereka juga dapat berkontribusi terhadap kekebalan tubuh toleransi pada kulit.
Melanin, yang kebanyakan ditemukan di basal keratinocytes, juga memberikan perlindungan
terhadap kerusakan DNA dari radiasi ultraviolet.6

Fungsi penting kulit adalah termoregulasi. Vasodilatasi atau vasokonstriksi pembuluh darah
di dalam atau di luar permukaan pleksus membantu mengatur kehilangan panas. Kelenjar keringat
Eccrine adalah ditemukan di semua situs kulit dan hadir dalam kepadatan 100-600 / cm2; mereka
memainkan peran dalam kontrol panas dan menghasilkan sekitar 1 liter keringat per jam selama
latihan sedang [3]. Sekresi dari kelenjar keringat apokrin berkontribusi terhadap bau badan
(feromon). Pelumasan kulit dan waterproofing disediakan oleh sebum yang disekresikan dari
kelenjar sebasea.6

Kuku memberikan perlindungan ke ujung jari tangan dan kaki serta menjadi penting dalam
menjepit dan menarik objek. Rambut mungkin memiliki nilai sosial dan psikologis yang penting,
mencerminkan gagasan bahwa penampilan kulit manusia dan yang terkait struktur memiliki
dampak besar pada hubungan interpersonal dan kesejahteraan pribadi. Kulit juga memiliki fungsi
kunci dalam mensintesis berbagai produk metabolik, seperti vitamin D.6

14
TABEL 1. FUNGSI KULIT2

Selain keberadaan rambut, warna kulit merupakan aspek yang paling mudah dilihat pada
kulit manusia. Dikenal pembagian warna kulit menurut Fitzpatrick berdasarkan pada kemampuan
kulit untuk berpigmentasi (tanning) dan kemungkinan terbakar (sunburn) pasca pajanan sinar
ultraviolet (Tabel 2). Terdapat pula variasi regional pigmentasi kulit berdasarkan lokasi tubuh1

15
TABEL 2. TIPE KULIT MENURUT FITZPATRICK2

TYPE DESCRIPTION
I Always burns, never tans
II Usually burns, tans with difficulty
III Sometimes mild burns, tans gradually to light brown
IV Rarely burns, tans easily to moderate brown
V Never burns, tans very easily, deeply pigmented

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Rihatmadja, R. Anatomi dan Faal Kulit. Dalam: Menaldi, SLSW. Bramono, K. Indriatmi, W.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015. p. 3-6
2. Chu, DH. Overview of Biology, Development, and Structure of Skin. In: Goldsmith LA, Katz
SI, Gilcherest BA, Paller AS, Lefeel DJ, Wolff K, editor. Fitzpatrick’s. Dermatology in
General Medicine. 8th ed. New York : McGraw Hill Company. 2012. P. 58-9
3. McGrath. JA, Uitto J. Structure and Function of the Skin. In: Griffiths CEM, Barker J, Bleiker
T, Chalmers R, Creamer D, editor. Rook’s. Textbook of Dermatology. 9 th ed. New Delhi;
Wiley Blackwell; 2016. P. 35
4. Neuhaus IM. Skin: Basic Structure and Function. In: James WD, Elston DM, Berger TG,
editor. Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. 11th ed. San Fransisco; Sanders
Elsevier; 2014. P. 2
5. Neuhaus IM. Skin: Basic Structure and Function. In: James WD, Elston DM, Berger TG,
editor. Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. 11th ed. San Fransisco; Sanders
Elsevier; 2014. P. 5-11
6. McGrath. JA, Uitto J. Structure and Function of the Skin. In: Griffiths CEM, Barker J, Bleiker
T, Chalmers R, Creamer D, editor. Rook’s. Textbook of Dermatology. 9 th ed. New Delhi;
Wiley Blackwell; 2016. P. 76

17

Anda mungkin juga menyukai