Anda di halaman 1dari 105

OBSTETRIC

EMERGENCY
Dr. Cut Rika Maharani, Sp.OG
Sumber :Dirjen Kesmas-Kemenkes RI
AKI DI INDONESIA DAN TARGET SDGS
• Di Indonesia 38 ibu
meninggal/hari akibat
penyakit/komplikasi terkait
kehamilan dan persalinan
• Sebagian besar kematian tsb
seharusnya bisa dicegah dan
diselamatkan tetapi
meninggal karena tidak
mendapatkan upaya
pencegahan dan penanganan
yang seharusnya
Sumber: Key facts. Maternal mortality. 16 February 2018
Sumber: Profil Kesehatan Aceh,Dinkes Aceh 2018 https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/maternal-mortality
MENGAPA TERJADI AKI?
• Ibu meninggal karena komplikasi kebidanan yang tidak
ditangani dengan baik dan tepat waktu
• Sekitar 15% dari kehamilan/ persalinan mengalami komplikasi,
85% normal
• Memerlukan kesiapan pelayanan berkualitas setiap saat, atau
24 jam 7 hari (24/7), agar semua ibu hamil/melahirkan yg
mengalami komplikasi setiap saat mempunyai akses ke
pelayanan darurat berkualitas dlm waktu cepat, karena
sebagian komplikasi memerlukan pelayanan kegawat-daruratan
dlm hitungan jam
PENYEBAB UTAMA AKI

• Kira-kira 75% kematian ibu disebabkan:


– Perdarahanan (sebagian besar perdarahan pasca salin)
– Preeclampsia/Eclampsia)
– infeksi (biasanya pasca salin)
– Partus lama/macet
–Aborsi yg tdk aman

Sumber: Key facts. Maternal mortality. 16 February 2018 https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/maternal-mortality
AKB

Sumber :Dirjen Kesmas-Kemenkes RI


Sumber: Profil Kesehatan Aceh,Dinkes Aceh 2018
PREEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIA
• Preeklampsia merupakan gangguan multi organ yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, pada wanita
yang sebelumnya normotensi. Keadaan ini ditandai oleh
peningkatan tekanan darah (140/90 mmHg) yang disertai
oleh Proteinuria (300 mg atau lebih protein dalam urin 24
jam atau 30 mg/dL (+1 pada dipstik) secara menetap pada
sampel urin acak.
FAKTOR RESIKO
 Primigravida
 Usia
 Family history
 Placental
abnormalities
 Obesitas
 Pre-existing
vascular disease
 Paternal baru
SEVERE FEATURE PREEKLAMPSIA (PEB)
Preeclampsia dengan salah satu dari kriteria dibawah
• BP ≥160/110 mmHg
• Trombositopenia (Tromb <100,000/mm
• Peningkatan hepatic transaminases (SGOT /SGPT) 2 x Lipat
• Progressive renal insufficiency (creatinine ≥1.1 mg/dL
• Nyeri Kepala Persistent atau gangguan cerebral or visual
• Persistent epigastric Pain(or right upper quadrant)
• Pulmonary edema or cyanosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Urinalisa

DR, Ur/Cr, SGOT/SGPT,


LDH,Ca,Mg
Ro Thorax, USG
TATALAKSANA

Definitif
(Terminasi Kehamilan)
Tatalaksana
(Sesuai Usia
Kehamilan dan
Perburukan)
Konservatif
SEVERE FEATURE PREECLAMPSIA (PEB)

Rawat Inap Penilaian Ibu dan JaninPemberian MgSO4 Kontrol


Tekanan Darah
Delivery
At >34 Weeks
TERAPI
TERAPI
KOMPLIKASI

Maternal complication
 Eclampsia
Fetal complications
 Intrauterine death
 Accidental hemorrhage
 Asphyxia
 Oliguria and anuria
 Prematurity
 Preterm labour
 IUGR
 HELLP syndrome
 Dimness of vision and even blindness
 Cerebral hemorrhage
 Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
EKLAMPSIA
• Eklampsia adalah adanya kejang pada pasien PEB. Kondisi
Emergency yang Harus segera ditangani karena mengancam nyawa
ibu dan janin
• Dapat disertai penurunanan kesadaan
• Beberapa gejala dialami sebelum kejang:
• Sakit kepala Frontal
• Penglihatan Kabur
• Nyeri ulu hati
• Sesak nafas
• Gelisah
• Hiperrefleks
Rujuk ke Rumah Sakit
ABORTUS
(PERDARAHAN KEHAMILAN AWAL)
DEFINISI

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum


janin dapat hidup di luar kandungan.

WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22


minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
FAKTOR PREDISPOSISI
Janin (fetal) Kelainan genetik (kromosom)

Ibu (maternal) • infeksi


• kelainan hormonal: hipotiroidisme, DM, insufisiensi
progesteron
• malnutrisi
• penggunaan obat- obatan, merokok, konsumsi
alkohol
• faktor immunologis
• defek anatomis: uterus didelfis, inkompetensia
serviks, sinekhiae uteri karena sindrom Asherman,
Kelainan fungsi koagulasi darah

Ayah kelainan sperma


(paternal)
DIAGNOSIS

• Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak


• Perut nyeri dan kaku
• Pengeluaran sebagian produk konsepsi
• Serviks dapat tertutup maupun terbuka
• Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya
TATALAKSANA UMUM
• Nilai keadaan umum ibu (vital sign)
• Evaluasi tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan
sistolik <90 mmHg).
– Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok.
– Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk
dengan cepat.
• Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
• Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.
TATALAKSANA KHUSUS ABORTUS IMINENS
• Pertahankan kehamilan.
• Tidak perlu pengobatan khusus.
• Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
• Jika perdarahan berhenti: pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal (kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4
minggu). Nilai ulang bila perdarahan terjadi lagi.
• Jika perdarahan tidak berhenti: nilai kondisi janin dengan USG.
Nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
TATALAKSANA KHUSUS ABORTUS INSIPIENS

• Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa


tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan
informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran.

• Jika usia kehamilan <16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus.


Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
– Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit
kemudian bila perlu)
– Rencanakan evakuasi segera.
TATALAKSANA KHUSUS ABORTUS INSIPIENS

Jika usia kehamilan ≥ 16 minggu:


• Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa
hasil konsepsi dari dalam uterus.
• Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi
• Berikan misoprostol
TATALAKSANA KHUSUS ABORTUS INSIPIENT

Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan berat:


• Evakuasi isi uterus. Metode yang dianjurkan adalah aspirasi vakum
manual (AVM). Kuret tajam dapat dilakukan bila AVM tidak tersedia.
• Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2
mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
TATALAKSANA KHUSUS ABORTUS INKOMPLIT

Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan ringan atau


sedang:
• Keluarkan hasil konsepsi yang tampak muncul dari ostium uteri eksterna dengan
jari atau forsep cincin.
• Rekomendasi FIGO: Misoprostol 600µg per oral dosis tunggal atau 400µg sublingual
dosis tunggal.

Jika usia kehamilan ≥ 16 minggu:


• Berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.
TATALAKSANA KHUSUS ABORTUS KOMPLIT

• Tidak diperlukan evakuasi.


• Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
• Observasi keadaan ibu.
• Apabila terdapat anemia lihat tatalaksana anemia
• Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
TATALAKSANA KHUSUS ABORTUS SEPTIK

• Bila terdapat tanda-tanda abortus septik maka berikan kombinasi


antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
– Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
– Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
– Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
PERDARAHAN ANTEPARTUM
(PERDARAHAN KEHAMILAN
LANJUT)
• Definisi
Perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu
dan mulainya persalinan
• Insidens
• 2% - 5% dari keseluruhan persalinan
• Jenis perdarahan antepartum
• solusio plasenta 20% (0,5% dr total kasus)
• tidak terklasifikasi 35%
• plasenta previa 40% (1% dr total kasus)
• lesi traktus genitalia 5%
PLASENTA
IMPLANTASI NORMAL, SEPARASI PREMATUR DAN PREVIA
PLASENTA PREVIA

Plasenta Previa Totalis (A), Parsialis (B), dan Marginalis (C)


SOLUSIO PLASENTA

Solusio Plasenta dengan Perdarahan (A) dan Perdarahan Tersembunyi (B)


• Prosedur Diagnostik
• Riwayat persalinan dan pemeriksaan fisik
• Ultrasound
– konfirmasi plasenta previa
– sulit untuk mengenali pasti solusio plasenta
• Electronic Fetal Monitoring
– kontraksi dan kesejahteraan janin
• Spekulum
– jangan melakukan VT pada dugaan plasenta previa
• Laboratorium
• jenis golongan darah, Rhesus
• fungsi koagulasi
– waktu perdarahan dan pembekuan
• uji silang kesesuaian donor-resipien
• maturitas paru janin (bila mungkin)
Perdarahan pervaginam
Faktor risiko Pemeriksaan konfirmatif
Penilaian Fetal / Maternal

Ibu atau bayi tak stabil Ibu dan bayi stabil

Resusiitasi hemodinamik Data dan hasil pemantauan ibu


dan bayi menunjukkan perbaikan
Ibu dan bayi tak stabil
Ekspektatif
nilai prognosis, etiologi, usia gestasi
Terminasi
• Penatalaksanaan
• Informed choice dan informed consent
• Siapkan infus cairan dengan jarum besar
• Pastikan ketersediaan cairan dan darah
• Nilai dan pertahankan kondisi ibu dan bayi
• Golongan darah dan cross-match
• Bekerja secara tim
• Resusitasi hemodinamik
• resusitasi secara agresif untuk memelihara
perfusi organ bayi dan ibu mencegah DIC
• stabilisasi tanda vital
• infus cairan kristaloid atau plasma expanders
• perbaiki kadar Hb
• beri oksigen
• Perhatian untuk bayi
• lateroposisi untuk meningkatkan cardiac output hingga
30%
• Uji maturitas paru
• Pemantauan kesejahteraan janin (biophysic profile)
• Nilai waktu pembekuan darah (dugaan solusio)
• Bila perdarahan terjadi pascatrauma, observasi selama 4
jam untuk melihat kemungkinan terjadinya gawat janin,
solusio plasenta atau kondisi gawatdarurat lainnya
Solusio Plasenta
Separasi prematur palsenta dari tempat implantasinya

• Insiden : 0.5 – 1%
• 15 – 20% dari semua kematian perinatal
• Diagnosis terbaik adalah secara klinis
• Berisiko membutuhkan transfusi darah, histerektomi, gangguan
pembekuan darah, gagal ginjal
• Akibat untuk janin berupa kelahiran preterm, berat badan lahir
rendah, asfiksia perinatal, lahir mati, dan kematian neonatus
Faktor Risiko Solusio Plasenta
• hipertensi: gestasional atau kronik
• trauma abdomen
• pengguna narkotika (mis. cocaine atau morfin)
• riwayat solusio pada kehamilan sebelumnya
• overdistensi uterus
– hamil kembar, polihydramnion
• perokok berat (>1 bungkus/hari)
Gambaran Klinik Solusio
• Perdarahan perabdominam yang disertai nyeri
uterus tegang
• adanya faktor risiko
• Syok yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang
keluar (concealed abruptio)
• gawat janin
• uterus - tegang, mudah terangsang, tetanik
• gunakan USG untuk menyingkirkan plasenta
previa dan melihat hematoma retroplasenter
SOLUSIO

Janin hidup Janin mati


± koagulopati

Terminasi
(perhatikan DIC)

Nilai maturitas bayi

Maturitas cukup Imatur

Partus pervaginam atau abdominam Steroid dan ekspektatif


Transfusi? Rujuk?
Plasenta Previa
• plasenta menutupi seluruh atau sebagian
ostium kanalis servisis

• Klasifikasi
• total  menutupi seluruh ostium
• parsial menutupi sebagian ostium
• marginal menutupi tepi ostium dan
risiko tinggi perdarahan bila
terjadi pendataran dan dilatasi
serviks
Faktor Risiko Plasenta Previa
• pernah hamil dengan plasenta previa
sebelumnya
• riwayat seksio atau operasi pada uterus
• multiparitas (5% pada grande multipara)
• usia lanjut
• hamil kembar
• perokok berat
Gambaran Klinik Plasenta Previa
• perdarahan pervaginam tanpa nyeri (di luar kontraksi)
• perubahan hemodinamik sesuai dengan jumlah darah yang
keluar
• kemampuan kompensasi terhadap perdarahan cukup
memadai pada ibu dan bayi
• uterus – ada fase relaksasi, tidak rentan rangsangan
• umumnya disertai dengan kelainan letak
• pemeriksaan USG cukup sensitif untuk plasenta previa
PLASENTA PREVIA
Nilai Hemodinamik Ibu
Nilai maturitas janin

Cukup matur Imatur

Terminasi (seksio sesar) Steroid dan ekspektatif


Transfusi? Transfer?
Rangkuman
• nilai status kesehatan dan stabilitas ibu
• nilai kesejahteraan bayi
• lakukan resusitasi yang sesuai
• tentukan penyebab perdarahan – jangan lakukan VT
• terapi ekspektatif bila memungkinkan
• Terminasi atas dasar kondisi ibu dan/atau janin
PERDARAHAN
POST PARTUM
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
HEMORARGIA POST PARTUM

PERDARAHAN PASCA PERSALINAN:


PERDARAHAN > 500 CC

PRIMER SEKUNDER

PERDARAHAN PERDARAHAN
< 24 JAM SSD > 24 JAM SSD
BAYI LAHIR PERSALINAN

•ATONIA UTERI
•RETENSIO PLASENTA / SISA PLASENTA •SISA PLASENTA
• ROBEKAN JLN LAHIR •ENDOMETRITIS
•KEL. PEMBEKUAN DRH
•INVERSIO UTERI
PENYEBAB

• TONUS
• TISSUE
• TRAUMA
• THROMBIN
PENILAIAN KLINIK

Gejala & Tanda Penyulit Diagnosis Kerja

Darah Segar Setelah Bayi Lahir Pucat Laserasi Jalan


Kontraksi Uterus Baik Lemah Lahir
Plasenta Lengkap Menggigil

Kontraksi Uterus (-) / Lembek Syok Atonia


Perdarahan Segera Bekuan Darah Di Serviks
Robekan Jalan Lahir (-)
Plasenta Lengkap
Plasenta Belum Lahir  30 Menit Tali Pusat Putus Ok Traksi Retensio dan
Perdarahan Segera >> Separasi Parsial
Kontraksi Tidak Adekuat (Inversio Uteri)
Tak ada Robekan Jalan Lahir Perdarahan Lanjut
PENILAIAN KLINIK

Gejala & Tanda Penyulit Diagnosis Kerja

Subinvolusi Uterus Anemia Metritis


Nyeri Tekan Perut Bawah Dan Demam (Endometritis)
Uterus
Perdarahan
Lokhia Mukopurulen Dan Berbau

Uterus Tak Teraba di Supra Simfisis Syok Neurogenik Inversio Uteri


Lumen Vagina Terisi Massa Padat Pucat & Limbung
Tampak Tali Pusat
Plasenta Tidak Lengkap Uterus Kontraksi Tinggi Sisa Plasenta
Perdarahan Segera Fundus Tetap
Kontraksi Baik
Tak ada Robekan Jalan Lahir
ATONIA UTERI
KONDISI YG BERISIKO

• Polihidramnion • Persalinan dengan


• Kehamilan kembar induksi
• Makrosomia • Infeksi intrapartum

• Persalinan lama • Paritas tinggi

• Persalinan terlalu
cepat
PENANGANAN UMUM ATONIA

• Siapkan tindakan gawat


darurat
• Bekerja dalam tim

• Bila syok , cari penyebab &


atasi
• Kosongkan kandung
kemih
• Pencegahan : Manajemen
aktif kala III
BAGAN PENANGANAN ATONIA UTERI

Masase fundus uteri


Segera ssdh plasenta lahir
(maksimal 15 detik)

Uterus kontraksi? ya
Evaluasi rutin
tidak
Evaluasi / bersihkan bekuan darah /sel.ketuban
KBI maksimal 5 menit

Uterus kontraksi? Pertahankan KBI 1 – 2 mnt


ya Keluarkan tangan secara hati2
tidak
Lakukan pengawasan kala IV
BAGAN PENANGANAN ATONIA UTERI

Keluarkan tangan secara hati-hati (KBE - SP atau KBI - GBP)


Pasang infus kristaloid, guyur (single or group-based provider)
Oksitosin 40 I.U dalam 500 ml cairan ifus dengan 40 gtt /mnt
Berikan ergometrin 0,2 im
Lakukan KBI lagi (single provider)

ya Pengawasan kala IV
Uterus kontraksi ?

tidak Lakukan kompresi aorta abdominalis atau


pasang kondom kateter intra kaviter
Berikan misoprostol per rektal
Rujuk ke RS utk persiapan laparotomi (B-Lynch atau Ligasi Arteri)
Lanjutkan infus dan 40 IU oksitosin dlm 500 cc cairan infus 40 gtt /mnt
Temani ibu hingga ditangani di tempat rujukan
KOMPRESI BIMANUAL INTERNA

Benar Salah
KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA
KOMPRESI AORTA ABDOMINAL
TAMPON KONDOM KATETER
PASTIKAN TIDAK BOCOR
PERLUKAAN JALAN LAHIR

• Robekan perineum • Robekan Perineum Tk


• Robekan Vulva I II III IV

• Robekan dinding
vagina
• Robekan serviks
• Ruptura Uteri
PENANGANAN
ROBEKAN JALAN LAHIR
• PASANG KATETER
• PILIH BENANG JAHIT TERBAIK
• RAPATKAN / RAPIKAN UJUNG LUKA
• JAHITAN TUNGGAL JARAK 1 CM
• APROKSIMASI
• ATASI PERDARAHAN
• TIDAK ADA DEAD SPACE
• LAPIS DEMI LAPIS
PENJAHITAN ROBEKAN SERVIKS
RETENSIO PLASENTA
GEJALA SEPARASI / PLASENTA PLASENTA
AKRETA INKARSERATA AKRETA
PARSIAL

KONSISTENSI KENYAL KERAS CUKUP


UTERUS PUSAT 2 JARI < PUSAT PUSAT
TFU DISKOID AGAK GLOBULER DISKOID
BENTUK UTERUS SDG-BANYAK SEDANG SDKT-TDK ADA
PERDARAHAN TERJULUR TERJULUR TERJULUR
TALI PUSAT SBGTERBUKA KONSTRIKSI TERBUKA
OSTIUM UTERI LEPAS SUDAH LEPAS MELEKAT
SEPARASI SEBAGIAN SELURUHNYA
PLASENTA JARANG JARANG
MANUAL PLASENTA
MANUAL PLASENTA ADALAH TINDAKAN UNTUK MELEPAS PLASENTA SECARA
MANUAL (MENGGUNAKAN TANGAN) DARI TEMPAT IMPLANTASINYA DAN
KEMUDIAN MELAHIRKANNYA KELUAR DARI KAVUM UTERI
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
•Kosongkan kandung kemih
•Jepit tali pusat 5-10 cm dari vulva
•Masukkan tangan ke dalam vagina (telusuri tali pusat)
•Minta asisten memegang klem tali pusat
•Tangan luar menahan fundus, tangan dalam mencari tempat implantasi
plasenta

Melepas plasenta dari dinding uterus


•Temukan tepi plasenta paling distal.
•Sisipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus
•Setelah ujung jari masuk diantara plasenta-dinding uterus, perluas
pelepasan plasenta dengan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil
bergeser ke proksimal fundus
SISA PLASENTA

• TEGAKKAN DIAGNOSIS KERJA


• PERDARAHAN
• SUBINVOLUSI UTERUS
• ANTIBIOTIKA PROFILAKSI
• EKSPLORASI DIGITAL KELUARKAN BEKUAN
DARAH / SISA JARINGAN
• SERVIKS TERTUTUP  ASPIRASI VAKUM
MANUAL
• BILA PERLU TRANFUSI DARAH
MENGAPA PERLU MANAJEMEN AKTIF KALA III ?

• Proses persalinan Kala III bisa berjalan sendiri / fisiologis


• Mengingat Kematian Ibu Bersalin - perdarahan Pasca
Persalinan -- atonia uteri - retentio placenta
• Upaya terbaik - pencegahan -PENATALAKSANAN AKTIF
KALA III
MANAJEMEN AKTIF KALA III

• Pemberian uterotonika dalam


1 menit setelah bayi lahir

• Penegangan Talipusat
Terkendali
( Controlled Cord Traction )

• Masase uterus setelah


placenta lahir
MANFAAT MANAJEMEN AKTIF KALA III
• Kala III lebih singkat
• Uterotonik memperbaiki kontraksi
uterus
• Jumlah perdarahan lebih sedikit
• Angka kejadian Retentio Plasenta
menurun
INFEKSI
INTRAPARTUM
FAKTOR RESIKO

• Status sosial ekonomi buruk


• Anemia
• Kehamilan pada usia muda
• Vaginosis bakterial
• Ketuban pecah dini
• Persalinan prematur
• Partus Lama
• Ibu hamil yang mendapat terapi
Imunosupresan
• Penyakit sistemik  DM
DIAGNOSIS

 Anamnesis  faktor resiko


 Gejala klinis:
• Demam > 38oC tanpa infeksi di tempat lain
• Takikardia pada ibu/ janin
• Nyeri tekan uterus
• Cairan ketuban berbau
• Lekositosis > 20.000/µL
KOMPLIKASI

 Pada ibu:
• Endometritis post partum/ post SC
• ISK
• Septik Syok

 Pada anak:
• Sepsis neonatal
• Pneumonia
• Meningitis
• Perdarahan intrakranial
PENATALAKSANAAN

• Antibiotika
• Terminasi Kehamilan
• Fetal monitoring
• Observasi Vital Sign ibu selama persalinan
• Observasi masa nifas untuk mengetahui
adanya atonia uteri
RESUSITASI JANTUNG
PARU PADA IBU HAMIL
• Evaluasi kemungkinan penyebab hilangnya kesadaran
ibu:
penyakit tromboemboli
perdarahan hebat
sepsis
penyakit jantung
eklampsia
keracunan obat
perdarahan intracranial
perdarahan intracranial
gangguan metabolik/elektrolit
gangguan metabolik/elektrolit
hipoksia karena gangguan jalan
napas dan/atau penyakit paru
SYOK
Syok adalah suatu kondisi di mana terjadi kegagalan pada
sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital.

Diagnosis
Gelisah, bingung, penurunan kesadaran
Nadi >100 kali/menit, lemah
Tekanan darah sistolik <90 mmHg
Pucat
Kulit dingin dan lembab
Pernapasan >30 kali/menit
Jumlah urin <30 ml/jam
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi
berikut ini:
Perdarahan pada kehamilan muda
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat
persalinan
Perdarahan pascasalin
Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis,
metritis)
Kejadian trauma
Gagal jantung
TATALAKSANA UMUM
• Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
• Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
• Miringkan ibu ke kiri.
• Hangatkan ibu.
• Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan
jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia).
• Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) dengan
cepat (15-20 menit).
TATALAKSANA KHUSUS

SYOK HEMORAGIK
• Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok, cari tahu dan
atasi sumber perdarahan
• Transfusi dibutuhkan jika Hb < 7 g/dl atau secara klinis ditemukan
keadaan anemia berat
TATALAKSANA KHUSUS

SYOK SEPTIK
Ambil sampel darah, urin, dan pus/nanah untuk kultur mikroba lalu
mulai terapi antibiotika sambil menunggu hasil kultur

Berikan kombinasi antibiotika kepada ibu dan lanjutkan sampai ibu


tidak demam selama 48 jam:
• Ampisilin 2g IV/ 6 jam, DITAMBAH
• Gentamisin 5mg /kgBB IV/ 24 jam, DITAMBAH
• Metronidazol 500 mg IV /8 jam
TATALAKSANA KHUSUS
SYOK ANAFILAKTIK
• Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai.
• Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang agresif dan berikan
epinefrin/adrenalin 1:1000 (1 mg/ml) dengan dosis 0,2-0,5 ml IM atau
subkutan.
• Berikan terapi suportif dengan antihistamin (difenhidramin 25-50 mg
IM atau IV), penghambat reseptor H2 (ranitidin 1 mg/kgBB IV) dan
kortikosteroid (metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari, diberikan tiap 6
jam).
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai