Anda di halaman 1dari 19

i

MAKALAH
IMPLEMENTASI AHLAK DALAM ISLAM

DI SUSUN OLEH

NAMA/STB : SAIFUL
: MUHAMMAD NASIR YOGIE AKBAR.
KELAS : A1 & A2
FAKULTAS : TEKNIK
JURUSAN : MESIN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
ii

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah
pendidikan agama islam dengan judul "Memahami Pengertian dan Fungsi Perbankan
Syariah" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk
itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.

Makassar, 7 Desember 2018

Penyusun

AHLAK Page ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
BAB II
2.1 Ahlak ........................................................................................................1
2.2 sumber ahlak islam ...................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan ..............................................................................................15
3.2 Saran .........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

AHLAK Page iii


1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak
yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan
Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah
yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu
bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah
pangkalan yang menentukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau
susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.Hidup
susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap
kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap
pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak
adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat
atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk.
Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh
dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi.
Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut,
karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah
sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu,
sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai
subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban
atas perbuatannya itu.

AHLAK Page 1
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ahlak
a. Pengertian ahlak islami
Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang
berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang
berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada
islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga
bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhak islami yang
universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan
sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain Akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui
adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-
nilai yang bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang
universal itu. Sebagai contoh yaitu menghormati kedua orang tua, adalah
akhlak yang bersifat mutlak dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan
cara menghormati kedua orang tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil
pemikiran menusia yang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi di mana orang
yang menjabarkan nilai universal itu berada.
Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau
moral, walau etika dan moral itu di perlukan dalam rangka menjabarkan
akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal ini disebabkan karena
etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya
berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk
menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan
sepenuhnya oleh etika dan moral.

AHLAK Page 2
3

Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada


yang telah dikemukakan terdahulu secara mencangkup pula beberapa hal
yang tidak merupakan sikap lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap
batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan
Allah. Quraish shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur
kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Apa yang dinilai
baik oleh Allah pasti aik dalam esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak
munkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan
esensinya buruk.
b. pentingnya ahlak dalam islam
Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang
yang tidak berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam, dimana agama tanpa
akhlak seperti halnya manusia hidup tapi mati. Oleh karena itu, misi yang
dibawa oleh Rasululloh saw ialah membina kembali akhlak manusia yang
telah runtuh sejak zaman nabi terdahulu ekoran penyembahan berhala oleh
pengikutnya yang telah menyeleweng. Selain itu, pada zaman jahiliyah akhlak
manusia benar-benar dalam kehancuran dengan mewarisi peragai umat
terdahulu dengan tradisi meminum arak, membuang anak, membunuh,
melakukan kezaliman sesuka hati, menindas kaum yang lemah, dll. Dengan
itu sebenarnya mereka tidak berakhlak dan tidak ada bedanya dengan manusia
yang beragama.
Akhlak juga merupakan cirri-ciri kelebihan diantara manusia, karena
ia adalah lambang kesempurnaan iman, ketinggian taqwa dan kealiman
seseorang manusia yang berakal. Dalam hal ini Rasululloh saw bersabda yang
bermaksud : Orang yang sempurna imannya ialah mereka yang paling baik
akhlaknya.
Akhlak sebagai pengekal suatu ummat. Kekalnya suatu ummat juga
Karena kukuhnya akhlak dan runtuhnya suatu ummat itu karena lemahnya

AHLAK Page 3
4

akhlak. Hal itu juga dijelaskan dalam kisah-kisah sejarah manusia terdahulu
melalui al-Quran seperti kisahnya kaum Luth, Samud, Kaum Nabi Ibrahim,
Bani Israil dan lain-lain. Ummat yang berakhlak tinggi dan senantiasa berada
di bawah keridhoan dan perlindungan Alloh ialah seperti ummat yang seperti
di Madinah pada zaman Rosululloh saw.
Ketiadaan akhlak yang baik dalam kehidupan individu maupun
masyarakat akan mempengaruhi berbagai krisis, baik dari internal maupun
eksternal. Seperti halnya krisis nilai diri, keutuhan rumah tangga baik dalam
hal keluarga maupun Negara. Seperti yang Presiden Perancis pernah katakan,
Kekalahan Perancis di tangan tentara Jerman disebabkan tentaranya runtuh
moral dan akhlak.
Pencerminan diri seseorang sering digambarkan melalui tingkah laku
atau akhlak yang ditunjukkan. Seperi dalam pepatah jawa, ajining diri seka
lathi, ajining salira seka wusana.yang artinya,Orang itu dihormati dari apa
yang dia katakan. Secara tidak langsung seorang yang berakhlak baik akan
bertingkah laku baik, tingkah laku yang dimaksud itu baik perbuatannya
maupun perkataannya. Sudah barang tentu, kita hidup di masyarakat jawa
yang besar unggah ungguhnya, maka akhlak lah yang menjadi suatu tombak
untuk berinteraksi dengan masyarakat agar tercipta masyarakat yang kondusif
dan penuh kerahmatan. Orang yang berakhlak baik juga akan
disukai/diteladani dan menjauhkan diri dari perbuatan tercela yang
menyebabkan dibenci dan dijauhi sesame, sehingga dapat terputuslah tali
silaturahim antar ummat yang menjadikannya perpecahan.
Akhlak tidak bisa di beli atau dinilai dengan Rupiah karena
peruwujudannya ada dalam diri seseorang tersebut yang merupakan hasil
didikan dari Orang tua atau pengasuh yang sejak kecil mengasuhnya dan tidak
bisa lepas pula dari masyarakat yang ada di sekitarnya, karena pada dasarkan
lingkungan yang baik akan mencetak manusia yang baik. Jadi jika sejak kecil

AHLAK Page 4
5

diajarkan akhlak mulia, secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkah


laku kehidupan sehari-harinya hingga seterusnya.
Akhlak itu seperti pondasi dalam sebuah masyarakat, jika pondasinya
baik dan kuat maka akan kukuh dan tegaklah masyarakat itu. Namun jika
pondasinya saja lemah, maka robohlah apa-apa saja yang dibina di atasnya.
Akhlak menjadi sangat penting karena merupakan pondasi yang dilakukan
oleh Rasululloh saw ketika memulai pembentukan masyarakat Islam. Syeikh
Mohammad Abu Zahrah dalam kitabnya Tanzim al-Islam Li al-Mujatama
menyatakan bahwa budi pekerti atau moral yang mulia adalah satu-satunya
asas yang paling kuat untuk melahirkan manusia yang berhati bersih, ikhlas
dalam hidup, amanah dalam tugas, cinta kepada kebaikan dan benci kepada
kejahatan.
Dengan adanya akhlak, diharapkan manusia itu memiliki kehidupan
Islami sebagai berikut :
Meneladani perilaku Nabi dalam mempraktikkan akhlak mulia,
sehingga menjadi uswah hasanah yang diteladani oleh sesama berupa sifat
sidiq, amanah, tabliq, dan fathanah.
Dalam melakukan kegiatan hidup harus senantiasa didasarkan kepada
niat yang ikhlas dalam wujud amal-amal shalih dan ihsan, serta menjauhkan
diri dari akhlak yang tercela (akhlaq madzmumah) yang menyebabkan dibenci
dan dijauhi sesama.
c. Ruang Lingkup Implementasi Ahlak Dalam Islam
Dalam pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran dasar dalam Islam
dan pernah diamalkan seseorang, nilai-nilai yang harus dimasukkan ke dalam
dirinya dari semasa ia kecil.
Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak.
Ibadah dalam Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti
pelaksanaan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. Larangan Tuhan
berhubungan perbuatan tidak baik, orang bertaqwa adalah orang yang

AHLAK Page 5
6

menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar


dalam Islam.
Dalam persepktif pendidikan Islam, pendidikan akhlak al-karimah
adalah faktor penting dalam pembinaan umat manusia, oleh karena itu,
pembentukan akhlak al-karimah dijadikan sebagai bagian dari tujuan
pendidikan Islam. Pendapat Atiyah al-Abrasyi, bahwa pendidikan budi
pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan mencapai kesempurnaan
akhlak merupakan tujuan pendidikan Islam.

Firman Allah swt. dalam QS. (29): 45

‫َاء َو ْال ُم ْنك َِر‬


ِ ‫صالَة َ ت َ ْن َهى َع ِن ْالفَحْ ش‬ َّ ‫َوأَقِ ِم ال‬
َّ ‫صالَة َ إِ َّن ال‬

Terjemahnya:
“… dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar…”.
Firman Allah swt. dalam QS. (3): 159

ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬
َ‫ب الَ نـْفَضُّوا ِم ْن َح ْولِك‬ ًّ َ‫َّللاِ ِل ْنتَ لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْنتَ ف‬
َ ‫ظا َغ ِلي‬ َّ َ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمن‬

Terjemahnya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Dari dua ayat di atas sangat jelas menekankan kita untuk menjadikan akhlak
sebagai landasan segala tingkah laku yang berasal dari Al-Qur’an.
Secara garis besar, mata pengajaran aqidah akhlak berisi materi pokok
sebagai berikut:

AHLAK Page 6
7

1. Hubungan manusia dengan akhlak


Hubungan vertikal antara manusia dengan khaliqnya mencakup dari
segi aqidah yang meliputi, iman kepada Allah, iman kepada malaikat-
malaikatnya, iman kepada kitab-kitabnya, iman kepada rasul-rasulnya,
dan kepada qada’ dan qadarnya.
2. Hubungan manusia dengan hamba
Materi yang dipelajari meliputi akhlak dalam pergaulan hidup sesama
manusia, kewajiban membiasakan diri sendiri dan orang lain, serta
menjauhi akhlak yang buruk.
3. Hubungan manusia dengan lingkungannya
Materi yang dipelajari meliputi akhlak menusia terhadap
lingkungannya, baik lingkungan dalam arti yang luas, maupun akhlak
hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Yunahar Ilyas membagi pembahasan akhlak dengan enam bagian, yaitu:
1. Akhlak terhadap Allah swt.
2. Akhlak terhadap Rasulullah saw.
3. Akhlak pribadi
4. Akhlak dalam keluarga
5. Akhlak bermasyarakat
6. Akhlak bernegara.

Adapun ruang lingkup bidang studi akhlak adalah:


1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai
dengan larangan merusak, membinasakan dan menganiyaya diri baik secara
jasmani (memotong dan merusak badan), maupun secara rohani (membirkan
larut dalam kesedihan).
2. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga,
contohnya berbakti pada orang tua, menghormati orang tua dan tidak berkata-
kata yang menyakitkan mereka.

AHLAK Page 7
8

3. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan


soaial, menolong sesama, menciptakan masyarakat yang adil yang
berlandaskan Al-Qur’an dan hadist.
4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri selama
tidak bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun Negara dalam
bentuk lisan maupun fikiran.
5. Akhlak terhadap agama meliputi berimn kepada Allah, tidak
menyekutukan-Nya, beribadah kepada Allah. Taat kepada Rosul serta meniru
segala tingkah lakunya.
Prinsip akhlak dalam Islam yang paling menonjol adalah bahwa manusia
dalam melakukan tindakan-tindakannya, ia mempunyai kehendak-kehendak
dan tidka melakukan sesuatu. Ia harus bertanggung jawab atas semua
dilakukannya dan harus menjaga perintah dan larangan akhlak. Tanggung
jawab itu merupakan tanggung jawab pribadi muslim, begitupun dalam
kehidupan sehari-hari harus selalu menampakkan sikap perbuatan berakhlak.
Akan tetapi akhlak bukalah semata-mata hanya perbuatan akan tetapi lebih
kepada gambaran jiwa yang tersembunyi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Aqidah Akhlak

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Aqidah


Akhlak antara lain adalah:
1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh
kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab
gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para
Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak
yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:

AHLAK Page 8
9

a) Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat
makan tanpa didorang oleh orang lain.
b) Naluri Berjodoh (seksul instinct). Dalam alquran diterangkan, yang
artinya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak”.
c) Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada
anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d) Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk
mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.
e) Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa
perlu dipelajrari terlebih dahulu.
2. Adat atau kebiasaan
Adat atau Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila
dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu
dinamakan adat kebiasaan.
3. Wirotsah (keturunan) adapun warisan adalah:
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak
keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang
tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat
orang tuanya.
4. Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara
sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti
negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam:
a) Lingkungan Alam

AHLAK Page 9
10

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan


menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau
mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman
Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi
masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian
diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang
jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
b) Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya
manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling
mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak
orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga
akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang
diberikan oleh guru-guru disekolah.

2.2 Sumber akhlak Islam


Sumber untuk menentukan akhlak dalam Islam, apakah termasuk
akhlak yang baik (mulia) atau akhlak yang tercela, sebagaimana keseluruhan
ajaran Islam lainnya adalah al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Baik
dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut
kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran (akal) manusia.
Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-
beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum
tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut
sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik. Melalui
kedua sumber ajaran Islam itulah dapat dipahami bahwa sifat-sifat sabar,
tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan
mulia. Sebaliknya, dipahami juga bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub,
takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak

AHLAK Page 10
11

menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin


akan memberikan penilaian yang berbeda-beda.
Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain selain al-
Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruk akhlak manusia. Standar
lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk adalah akal dan
nurani manusia serta pandangan umum masyarakat. Dengan hati nuraninya,
manusia dapat menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan
potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)". (QS. al-Araf [7]: 172).

Dan dalam surat lain, Allah berfirman :


Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. al-Rum [30]: 30).
Dengan fitrah tauhid itulah manusia akan mencintai kesucian dan
cenderung kepada kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan
merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya,
karena kebenaran itu tidak akan dicapai kecuali dengan Allah sebagai sumber
kebenaran mutlak. Namun demikian, harus diakui bahwa fitrah manusia tidak
selalu dapat berfungsi dengan baik. Pendidikan dan pengalaman manusia
dapat mempengaruhi eksistensi fitrah manusia itu. Dengan pengaruh tersebut

AHLAK Page 11
12

tidak sedikit fitrah manusia menjadi kotor dan tertutup sehingga tidak lagi
dapat menentukan baik dan buruk dengan benar. Karena itulah ukuran baik
dan buruk tidak dapat diserahkan kepada hati nurani belaka, tetapi harus
dikembalikan kepada wahyu yang terjamin kebenarannya (Yunahar Ilyas,
2004: 4).
Akal pikiran manusia juga sama kedudukannya seperti hati nurani di
atas. Kebaikan atau keburukan yang diperoleh akal bersifat subjektif dan
relatif. Karena itu, akal manusia tidak dapat menjamin ukuran baik dan
buruknya akhlak manusia. Hal yang sama juga terjadi pada pandangan umum
masyarakat. Yang terakhir ini juga bersifat relatif, bahkan nilainya paling
rendah dibandingkan kedua standar sebelumnya. Hanya masyarakat yang
memiliki kebiasaan (tradisi) yang baik yang dapat memberikan ukuran yang
lebih terjamin.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ukuran baik dan
buruknya akhlak manusia bisa diperoleh melalui berbagai sumber. Dari sekian
banyak sumber yang ada, hanyalah sumber al-Quran dan Sunnah Nabi yang
tidak diragukan kebenarannya. Sumber-sumber lain masih penuh dengan
subjektivitas dan relativitas mengenai ukuran baik dan buruknya. Karena
itulah ukuran utama akhlak Islam adalah al-Quran dan Sunnah. Dan inilah
yang sebenarnya merupakan bagian pokok dari ajaran Islam. Apa pun yang
diperintahkan oleh al-Quran dan Sunnah pasti bernilai baik untuk dilakukan,
sebaliknya yang dilarang oleh al- Quran dan Sunnah pasti bernilai baik untuk
ditinggalkan.
Kedudukan Akhlak dalam Islam
Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan
bahwa kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk
menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. Misi Nabi ini
bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata untuk
merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 22

AHLAK Page 12
13

tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat


Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan syariah
setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan syariah),
Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat Islam pada
waktu itu.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh
bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya.
Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya. Kejayaan
seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu
membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan tercela.
Agama Islam telah menempatkan akhlak mulia sebagai sifat yang sempurna,
karena Alloh SWT sangat mencintai akhlak mulia dan membenci
kebalikannya. Sebagaimana dalam hadits :

Sesungguhnya Alloh mencintai perkara-perkara yang mulia dan membenci


perkara yang rendahan, (H.R Thabrani: 2894, Ibnu Adi 1/114, al-QudhoI
2/89. Lihat ash-shohihah: 1627)
Dengan demikian dapat kita pastikan bahwa akhlak termasuk ibadah. Karena
tidak ada satu pun perkara yang dicinta-Nya kecuali dia termasuk bagian
ibadah dan perkara penting dalam agama. Rasululloh SAW telah menegaskan
bahwa akhlak merupakan ibadah yang agung yang dapat mengangkat derajat
seorang mu;min, berdasarkan hadits:
Sungguh seorang mumin dapat meraih derajat orang yang sholat dan puasa
karena akhlaknya yang bagus. (H.R Abu Dawud: 4798, Hakim 1/60, Ibnu
Hibban: 1927, dishohihkan oleh al-Albani dalam ash shohihah: 795).
Karena perkaranya yang agung dan penting, pembuat syariat yang mulia ini
tidak luput untuk memperhatikan masalah akhlak. Bahkan boleh kita tegaskan
bahwa agama ini seluruhnya adalah akhlak.

AHLAK Page 13
14

Imam Ibnul Qoyyim berkata: Agama ini seluruhnya adalah akhlak,


barangsiapa memperbaiki akhlaknya maka baik pula agamanya.(Madarijus
Salikin 2/320)
Islam adalah agama yang selalu mengajarkan dan menganjurkam berakhlak
mulia. Diantaranya firman Alloh SWT:

Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan kebaikan serta


berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Q.S. al-Arof [7]:199)

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahkan bahan bakarnya adalah manusia dan batu (QS. At-Tahrim
[166]:6)

AHLAK Page 14
15

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan
aqidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari
bangunan tersebut setelah pondasi dan bangunannya kuat. Sumber akhlak
dalam Islam didasarkan pada Al Quran dan al Sunnah. Akhlak merupakan
salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki
kedudukan yang sangat penting. Akhlak dapat tercermin dalam tingkah laku
dalam kehidupannya, orang yang berakhlak baik akan dapat melakukan hal-
hal yang baik sedangkan orang yang tidak berakhlak akan melakukan hal-hal
yang buruk. Jadi akhlak merupakan sifat baik atau buruk dari seseorang.
3.2 Saran
Semoga dengan pemaparan tentang ahlak dalam islam di atas telah
memberikan pencerahan pada teman teman sekalian dan terutama bagi penulis
laporan ini, dan kita tidak lagi keliru dalam memahami definisi ahlak islami,
definisi ahlak dalam islam, dan ruang lingkup akhlak dalam islam agar kita
menjadi manusia yang baik dan bermanfaat bagi sesama ummat.

AHLAK Page 15
1

DAFTAR PUSTAKA
http://andriwirana.blogspot.com/
http://ekaprihatingsih99.blogspot.com/2017/04/kedudukan-dan-pentingnya-
akhlak-dalam.html
http://astro-remaja.blogspot.com/2013/05/pengertian-akhlak-islami.html

AHLAK

Anda mungkin juga menyukai