Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan

Data pengamatan diperoleh berdasarkan dua metode, yaitu pengamatan

langsung dan pengamatan koordinat lokasi turbin angin PLTB Sidrap melalui satelit

1. Pengamatan langsung:

a. Jenis turbin angin : Model gamesa lolica corporation

b. Jumlah unit : 30 unit

c. Daya output turbin per- unit : 2,5 MW

d. Jumlah Sudu atau blades : 3 Buah

e. Tinggi menara (H) : 80 m

f. Panajng blades (L) : 56 m

g. Diameter rotasi (D) : 114 m

2. Pengamatan koordinat lokasi turbin angin PLTB Sidrap melalui satelit:

27
Gambar 4.1 Koordinat Lokasi Turbin Angin Sidrap

Gambar 4.2 Kecepatan angin ketinggian 100 m pada koordinat lokasi PLTB

Sidrap

28
Gambar 4.3 Temperatur udara pada koordinat lokasi PLTB Sidrap

Berdasarkan gambar diatas maka diperoleh data berikut ini:

a. Potensi angin :

- Kecepatan minimum (Vmin) : 6,6 m/s

- Kecepatan maksimum (Vmax) : 7,5 m/s

b. Temperatur udara :

- Temperatur udara minimum ( Tmin) : 24,8 0C

- Temperatur udara maksimum (Tmax) : 28 0C

4.2. Perhitungan

4.2.1. Massa Jenis Udara

Massa jenis udara dapat diketahui melalui tabel sifat-sifat udara pada lampiran

B. dengan temperatur udara 28 0C pada ketinggian 100 m diatas permukaan tanah

untuk koordinat lokasi PLTB Sidrap, maka didapatkan massa jenis udara sebagai

berikut:

Temperatur Massa jenis


No
(0C) udara (kg/m3)
1 20 1.205

2 28 ?

3 40 1.127

29
Massa jenis udara didapatkan melaui interpolasi berikut:

( X  X 1)
Y = Y1 + ( X 2  X 1 ) ) (Y2 - Y1)
(

(28  20)
= 1,205 + ( ( 40  20) ) (1,127 - 1,205)

= 1,174 kg/m3

Dengan cara yang sama hasil perhitungan massa jenis udara dengan temperatur

berbeda diperlihatkan pada tabel A.5 Lampiran A.

4.2.2 Luas Area Sapuan Rotor

Untuk menghitung luas area sapuan rotor (A) digunakan persamaan (2.6) yang

dinyatakan sebagai berikut:

A =  .R2

Dimana : A : Luas area sapuan rotor (m2)

R : Jari-jari rotor turbin angin (m)

D = 114 m

30
Gambar 4.4 Rotor turbin angin PLTB Sidrap

Berdasarkan gambar diatas, maka jari- jari rotor turbin dapat dicari berdasarkan

persamaan berikut:

D
R = 2

114
= 2

= 57 m

Sehingga,

A = 3,14 . (57)2

= 10201,86 m2

4.2.3 Daya angin yang melewati penampang rotor (Avaliable Power)

Sebagai contoh perhitungan untuk turbin angin PLTB Sidrap digunakan

koordinat lokasi dengan temperatur udara 28 oC pada kecepatan angin 7,5 m/s.

Daya angin yang melewati penampang rotor (Avaliable Power) dapat dihitung

berdasarkan persamaan (2.5) sebagai berikut:

1
Pa = 2 ρ. A. V3

Dengan : Pa : Daya angin yang melewati penampang rotor (Watt)

ρ : Massa jenis udara = 1,174 kg/m3

A : luas sapuan bidang rotor = 10201,86 m2

V : Kecepatan angin = 7,5 m/s

1
Pa = 2 1,174 . 10201,86 . (7,5)3

31
= 2526394,987 Watt

= 2,53 MW

Dengan cara yang sama hasil perhitungan avaliable power untuk kecepatan

angin dan temperatur udara yang lain diperlihatkan pada Lampiran A.

4.3.4 Daya keluaran rotor (Maximum Power)

Besarnya daya keluaran rotor atau maximum power (Pmax) dapat diketahui

dengan Persamaan (2.7) yang dinyatakan sabagai berikut :

8
Pmax = 27 . ρ. A. V3

Dengan : Pa : Daya keluaran rotor (Watt)

ρ : Massa jenis udara = 1,174 kg/m3

A : luas sapuan bidang rotor = 10201,86 m2

8
Pmax = 27 1,174 . 10201,86 . (7,5)3

= 1497122,955 Watt

= 1,5 MW

Dengan cara yang sama hasil perhitungan daya keluaran rotor (maximum

power) yang lain diperlihatkan pada Lampiran A.

4.2.5 Koefisien Daya (Power cocoefficient)

Koefisien daya (Cp) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.8)

yaitu sebagai berikut :

P max
Cp = Pa .

Dengan : Cp : Koefisien daya

32
Pmax : Daya maksimum = 1,5 MW

Pa : Daya tersedia = 2,53

1,5
Cp = 2,53

= 0,5926

Maka koefisien daya (CP) bernilai maksimum karena memenuhi batas Betz’s atau

Betz’s limit, dimana nilai koefisien daya yaitu sebesar 0,5926.

Dengan cara yang sama hasil perhitungan koefisien daya yang lain

diperlihatkan pada Lampiran A.

4.3. Pembahasan

4.3.1 Daya Tersedia dan Daya maximum

Hasil perhitungan daya tersedia dan daya maksimum dapat dilihat pada

lampiran A, yang selanjutnya dibuatkan kedalam bentuk kurva daya tersedia

(avaliable power) pada Gambar 4.5 dan daya maksimum pada Gambar 4.6. Pada

kurva menunjukkan bahwa hubungan kecepatan angin terhadap daya tersedia.

Besarnya daya tersedia dipengaruhi oleh besarnya kecepatan angin yang dihasilkan.

Semakin tinggi kecepatan angin, maka putaran rotor yang dihasilkan akan semakin

tinggi pula, sehingga daya yang dihasilkan bertambah. Demikian juga untuk

hubungan kecepatan angin terhadap daya maksimum.

33
Hubungan antara kecepatan angin terhadap daya tersedia
3.5
3
Daya tersedia (MW)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5

kecepatan angin (m/s)

T= 24.8 C T = 26.4 C T=28 C

Gambar 4.5 Kurva kecepatan angin terhadap daya tersedia

Pada kurva diatas menunjukkan bahwa daya tersedia berbanding lurus

terhadap kecepatan angin. Apabila temperatur udara sekitar 28 0C pada ketinggian

100 m diatas permukaan tanah dapat menghasilkan kecepatan angin kecepatan

angin minimum sebesar 6,6 m/s, sehingga menghasilkan daya tersedia sebesar 0,85

MW. Sedangkan kecepatan angin maksimum sebesar 7,5 m/s dapat menghasilkan

daya tersedia turbin sebesar 3,08 MW.

Hubungan antara kecepatan angin terhadap daya maksimum


2.1
1.8
Daya maximum (MW)

1.5
1.2
0.9
0.6
0.3
0
5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
kecepatan angin (m/s)

T = 24.8 C T =26.4 C T = 28 C

34
Gambar 4.6 Kurva kecepatan angin terhadap daya maximum

Pada kurva kecepatan angin terhadap daya maksimum diatas menunjukkan

bahwa daya maksimum atau daya keluaran rotor berbanding lurus terhadap

kecepatan angin. Apabila temperatur udara sekitar 28 0C pada ketinggian 100 m

diatas permukaan tanah dapat menghasilkan kecepatan angin kecepatan angin mini

mum sebesar 6,6 m/s, sehingga menghasilkan daya keluaran rotor sebesar 0,49

MW. Sedangkan kecepatan angin maksimum sebesar 8 m/s dapat menghasilkan

daya keluaran rotor sebesar 1,82 MW. Sementara itu daya output turbin sebenarnya

sebesar 2,5 MW per-unit. Hal tersebut menggambarkan bahwa daya output teoritis

yang diperoleh mengalami perbedaan terhadap daya output sebenarnya karena daya

mekanik poros harus diubah menjadi daya listrik yang dipengaruhi oleh efisiensi

transmisi dan generator.

4.3.2 Koefisien Daya

Hasil perhitungan koefisen daya dapat dilihat pada Lampiran A dan

selanjutnya dibuatkan kurva kecepatan angin terhadap koefisen daya dengan

perubahan temperatur yang di perlihatkan pada Gambar 4.7. Temperatur udara yang

meningkat dengan kecepatan angin yang bertambah akan mengakibatkan koefisien

daya yang tetap. Hal tersebut disebabkan karena perbandingan daya antara daya

keluaran rotor dengan daya total yang melalui penampang rotor memenuhi batas

Betz’s atau Betz’s limit yaitu sebesar 0,593.

35
Hubungan antara kecepatan angin terhadap daya tersedia
0.8 Gambar

4.7.

Kurva
Koefisien daya

0.6

0.4
5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5

kecepatan angin (m/s)

T = 24.8 C T =26.4 C T = 28 C

kecepatan angin terhadap koefisien daya

Pada kecepatan angin 5,2 m/s dengan temperatur udara 28 0C pada ketinggian

100 m diatas permukaan tanah menghasilkan koefisien daya sebesar 0,5926.

Sedangkan Pada kecepatan angin 8 m/s dengan temperatur udara 28 0C pada

ketinggian 100 m diatas permukaan tanah menghasilkan koefisien daya yang sama

yaitu sebesar 0,5926.

Data pada Lampiran A diperoleh bahwa koefisien daya sebesar 0,5926 pada

temperatur udara dari 24.8 0C, 26.4 0C, sampai 28 0C dengan ketinggian 100 m

diatas permukaan tanah tetap sama karena rotor kincir dapat mengekstraksi daya

dari aliran udara, rotor tersebut memperlambat aliran udara dimana kecepatan

udara setelah rotor lebih rendah dari pada sebelum rotor. Daya maksimum yang

diekstraksi dapat dicapai bila kecepaatan angin sesudah rotor 1/3 kali kecepatan

sebelum rotor.

36
37

Anda mungkin juga menyukai