Anda di halaman 1dari 2

Daftar Undang-Undang yang Menyebut

Profesi Perawat
Bulan September tahun 2014 seluruh Perawat di Indonesia berbangga dan mensyukuri karena
disahkannya Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 yang kurang lebih 20 tahun
diperjuangkan oleh Perawat Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun
2014 dijelaskan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai perundang-
undangan.

Namun, tauhkah kita profesi perawat atau keperawatan disebut dalam 4 (tiga) undang-undang
(diluar dari undang-undang keperawatan diatas) yakni:

Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Dalam undang-undang ini pada pasal 29 ayat (1) dijelaskan “Persyaratan sumber daya manusia
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) yaitu rumah sakit harus memiliki tenaga tetap
yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis, TENAGA KEPERAWATAN, tenaga
kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit, dan tenaga nonkesehatan”.

Pasal 33 ayat (2) “Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit ataua
Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, UNSUR KEPERAWATAN, unsur penunjang
medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan”

Pasal 13 ayat (2) “Tenaga Kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit Wajib memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Pada penjelasanya yang dimaksud
dengan tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga PERAWAT, bidan, perawat gigi, apoteker,
asisten apoteker, fisioterapis, refreksionis ptisien, terapis wicara, raiografer, dan okupasi terapi.

Selain itu juga pada Undang-Undang tentang rumah sakit ini juga menjelaskan tentang praktik
keperawatan harus didasari dengan standar asuhan keperawatan.

Undang-Undang Tenaga Kesehatan No. 36 tahun 2014

Pada pasal 11 ayat (1) dijelaskan bahwa Tenaga Kesehatan dikelompokan kedalam: tenaga
medis, tenaga psikologi klinis, KEPERAWATAN, kebidanan, kefarmasian, kesehatan
masyarakat, kesehatan lingkungan, keterapian fisik, keteknisian medis, teknik biomedika,
kesehatan tradisional dan kesehatan lain. Penjelasan Pasal 11 ayat (4) Jenis perawat antara lain
perawat kesehatan masyarakat, perawat kesehatan anak, perawat maternitas, perawat medikal
bedah, perawat geriatri, dan perawat kesehatan jiwa.

Pasal 62 ayat (1) tenaga kesehatan dalam menjalanakn praktik harus dilakukan sesuai dengan
kewenangan yang didasarkan pada kompetensi yang dimilikinya. Penjelasan pasal 62 ayat (1)
yakni perawat memiliki kewenangan untuk melakukan asuhan keperawatan secara mandiri dan
komprehensif serta tindakan kolaborasi keperawatan dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan
kualifikasinya.

Selanjutnya pada pasal 63 ayat (1) “Dalam keadaan terentu tenaga kesehatan dapat memberikan
pelayanan diluar kewenangannya. Pada penejelasannya Keadaan Tertentu adalah suatu kondisi
tida adanya tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan serta tidak dimungkinkan untuk dirujuk. Tenaga kesehatan yang
dapat memberikan pelayanan diluar kewenangannya adalah PERAWAT atau bidan yang
memberikan pelayanan kedokteran dan/atau kefarmasian dalam batas tertentu.

Pasal 65 ayat (1) “dalam melakukan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dapat menerima
pelimpahan tindakan medis dari tenaga medis. Tenaga Kesehatan dalam ketentuan ini, antara lain
adalah PERAWAT, bidan, penata anastesi, tenaga keterapian fisik dan keteknisian medis.

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 21 ayat (1) pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan,


dan pengawasan mutu enaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Pada penjelasannya tenaga kesehatan dapat dikelompokan dengan keahlian dan
kualifasi yang dimili, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga
keperawatan, tenaga kesehatan masyarakata dan lingkunan, gizi, keteapian fisik, ketenisian
medis, dan tenaga kesehatan lainya.

Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Pada undang-undang ini pasal 73 ayat (3) “Ketentuan sebagaiamana dimaksud pada ayat (1:
Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan
kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangktutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah
memiliki surat registrasi/surat izin praktik) dan ayat (2: Setiap orang dilarang menggunakan alat,
metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan
kesan seolah-seolah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi telah memiliki surat tanda
registrasi/surat izin praktik) TIDAK BELAKU bagi tenaga kesehatan yang diberikan
kewenangan oleh peraturan perundang-undangan. TENAGA KESEHATAN dimaksud anatara
lain bidan dan PERAWAT yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan medis sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai