Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara disebut
bahwa Perbendahraan negara adalah “pengelola dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi, dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan didalam APBN dan APBD”.
Pengertian ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara Undang-undang tentang
perbendaharaan negara ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak
dan kewajiban negara, yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.
Dari pengertian diatas terdapat kewenangan pejabat Perbendaharaan negara, pelaksanaan
pendapatan dan belanja negara atau daerah pengelolaan investasi dan barang milik negara atau
daerah pertanggungjawaban APBN atau APBD, pengendalian intern pemerintah, penyelesaian
kerugian negara atau daerah serta pengelolaan keuangan badan layanan umum.
Saat ini Kementerian Keuangan sedang mengembangkan suatu Sistem besar yang akan
kita kenal nantinya dengan nama Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). Sistem
Perbendaharaan Anggaran Negara (SPAN) merupakan Sistem Informasi yang menggabungkan
beberapa fungsi, seperti Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran, Manajemen Kas,
Akuntansi & Pelaporan dalam satu sistem aplikasi. Sistem pengelolaan anggaran negara di
Indonesia terus berubah dan berkembang sesuai dengan dinamika manajemen sektor publik.
Pemerintah telah menerapkan pendekatan anggaran berbasis kinerja, anggaran terpadu dan
kerangka pengeluaran jangka menengah pada tahun anggaran 2005 dan 2006. Ternyata masih
banyak kendala yang dihadapi, terutama karena belum tersedianya perangkat peraturan
pelaksanaan yang memadai, sehingga masih banyak terjadi multi tafsir dalam implementasi di
lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari perbendaharaan negara?
2. Apakah pengerian dari sistem perbendaharaan negara?
3. Apakah tujuan dan sasaran dari sistem perbendaharaan negara?
4. Bagaimana pelaksanaan dari sistem perbendaharaan negara?
5. Apa yang dimaksud dengan sistem aplikasi keuangan tingkat instansi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perbendaharaan negara.
2. Untuk mengetahui perngertian dari sistem perbendaharaan negara.
3. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran dari sistem perbendaharaan negara.
4. Untuk mengetahui pelaksanaan dari sistem perbendaharaan negara.
5. Untuk mengetahui tentang sistem aplikasi keuangan tingkat instansi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perbendaharaan Negara


Pengertian Perbendaharaan Negara menurut UU No. 1 Tahun2004 adalah “pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan,
yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD)”.
Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan keuangan negara, dirasakan semakin
pentingnya fungsi perbendaharaan dalam rangka pengelolaan sumber daya keuangan pemerintah
yang terbatas secara efisien. Fungsi perbendaharaan tersebut meliputi:
1. perencanaan kas yang baik;
2. pencegahan agar jangan sampai terjadi kebocoran dan penyimpangan;
3. pencarian sumber pembiayaan yang paling murah; dan
4. pemanfaatan dana yang menganggur (idle cash) untuk meningkatkan nilai tambah
sumber daya keuangan.
Upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang dilaksanakan di
dunia usaha ke dalam pengelolaan keuangan pemerintah tidak dimaksudkan untuk menyamakan
pengelolaan keuangan sektor pemerintah dengan pengelolaan keuangan sektor swasta. Pada
hakikatnya, negara adalah suatu lembaga politik. Dalam kedudukannya yang demikian, negara
tunduk pada tatanan hukum publik.
Ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 dimaksudkan pula
untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, kepada daerah telah diberikan kewenangan yang
luas, demikian pula dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan kewenangan itu. Agar
kewenangan dan dana tersebut dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk penyelenggaraan
tugas pemerintahan di daerah, diperlukan kaidah-kaidah sebagai rambu-rambu dalam
pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu Undang-undang Perbendaharaan Negara ini selain
menjadi landasan hukum dalam pelaksanaan reformasi pengelolaan Keuangan Negara pada
tingkat pemerintahan pusat, berfungsi pula untuk memperkokoh landasan pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.2 Sistem Perbendaharaan Negara
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) adalah sistem terintegrasi seluruh
proses yang terkait dengan pengelolaan anggaran yang meliputi penyusunan anggaran,
manajemen dokumen anggaran, manajemen komitmen pengadaan barang dan jasa,
manajemen pembayaran, manajemen penerimaan negara, manajemen kas, dan pelaporan. SPAN
direncanakan akan menggantikan seluruh sistem yang digunakan untuk mendukung pengelolaan
Keuangan Negara dalam lingkup Ditjen Perbendaharaan dan Ditjen Anggaran. Namun demikian,
Satker yang terkait erat dengan proses pengelolaan keuangan tersebut tidak termasuk dalam
ruang lingkup pekerjaan pengembangan SPAN. Oleh karena itu, untuk mendukung keberhasilan
SPAN, penyederhanaan proses dan pengembangan Sistem Aplikasi Satker menjadi begitu
penting.
SPAN mengembangkan konsep database yang terintegrasi dengan otomatisasi proses
bisnis untuk meminimalisir kesalahan input manual SPAN terbagi menjadi enam modul, yaitu:
Modul Manajemen DIPA (Spending Authority), Modul Manajemen Komitmen (Budget
Commitment), Modul Pembayaran (Payment), Modul Penerimaan (Government Receipt), Modul
Manajemen Kas (Cash Management), dan Modul Akuntansi dan Pelaporan (General Ledger &
Accounting). Ditjen Perbendaharaan, bersama dengan Ditjen Anggaran dan Pusat Informasi dan
Teknologi (Pusintek) Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, mengembangkan SPAN
dengan mengacu pada beberapa negara maju yang telah berhasil menerapkan program sejenis,
contoh: Australia, Amerika, dan Kanada, namun tetap memperhatikan keunikan budaya dan
proses yang ada di Indonesia.
Sistem Informasi Keuangan Negara yang Terintegrasi:
- Mendokumentasikan setiap transaksi keuangan dan mendukung penyajian laporan keuangan
dan managerial
- Didesain dengan relasi yang baik antara pemilihan software, hardware, SDM, prosedur,
kontrol, dan data
- Operasi terotomasi secara penuh serta bermuara pada database yang terpusat

2.3 Tujuan dan Sasaran SAPN


Tujuan dari SPAN adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan
anggaran dan perbendaharaan negara.
2. Menyempurnakan proses bisnis dan pemanfaatan teknologi informasi keuangan negara
yang terintegrasi.
3. Memberikan informasi yang komprehensif dan tepat waktu tentang posisi keuangan
pemerintah pusat.
4. Memudahkan pengambilan keputusan dalam manajemen keuangan pemerintah.

Sasaran yang ingin dicapai SPAN adalah sebagai berikut:


1. Otomatisasi proses operasional penganggaran dan perbendaharaan;
2. Meningkatan kehandalan proses penganggaran dan pengelolaan kas, aset dan utang
pemerintah;
3. Meningkatkan efisiensi layanan kepada Kementerian/ Lembaga, masyarakat dan
perbankan;
4. Meningkatkan akuntabilitas melalui penyusunan dan penyajian LK yang lebih
komprehensif, akurat dan tepat waktu;
5. Menyediakan fasilitas rekonsiliasi yang andal, akurat serta tepat waktu antara pemerintah
dan perbankan;
6. Menyediakan jejak audit (audit trail);
7. Mengintegrasikan data pada berbagai sub sistem manajemen keuangan pemerintah.

2.4 Pelaksanaan SPAN


Pelaksanaan SPAN diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014
tentang Pelaksanaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara. Peraturan Menteri tersebut
mencabut berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2013
tentang Pelaksanaan Piloting Sistem Perbendaharaan dan Anggaran.
Pelaksanaan SPAN meliputi seluruh modul yang terdapat dalam SPAN, yaitu:
a. Modul Penganggaran;
b. Modul Komitmen;
c. Modul Pembayaran;
d. Modul Kas;
e. Modul Penerimaan; dan
f. Modul Akuntansi dan Pelaporan.
Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan SPAN, Direktur Jenderal
Perbendaharaan dapat membentuk Tim atau Kelompok Kerja. Prinsip dasar dalam pelaksanaan
SPAN adalah sebagai berikut:
1. SPAN dilakukan secara sistem elektronik dengan menggunakan aplikasi SPAN.
2. Aplikasi SPAN hanya dapat diakses oleh penerima hak akses (User License) yang memiliki
user ID dan password.
3. Informasi Elektronik, Dokumen Elektronik, dan/atau hasil cetak dari aplikasi SPAN
merupakan alat bukti hukum yang sah.
4. Proses validasi dan approval pada aplikasi SPAN dilakukan secara elektronik.
5. SPAN dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai teknologi dan informasi yang berlaku
di lingkungan Kementerian Keuangan.
6. SPAN dilaksanakan dengan berpedoman pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang
Pelaksanaan SPAN yang ditetapkan oleh Pimpinan Unit Eselon I di Lingkungan
Kementerian Keuangan yang melaksanakan SPAN.
7. SPAN dilaksanakan secara bertahap setelah sarana dan infrastruktur pendukung SPAN siap
beroperasi.

2.5 Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI)


Pada dasarnya, SPAN adalah bagian dari Integrated Financial Management Information
System (IFMIS) yaitu Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Negara yang Terintegrasi,
sehingga pengembangan SPAN merupakan langkah awal menuju implementasi IFMIS. Di
Indonesia, pengelolaan keuangan negara dimulai dengan adanya transaksi keuangan di lingkup
Satuan Kerja (satker) di Kementerian Negara/Lembaga. Dalam lingkup satuan kerja tersebut,
implementasi IFMIS diwujudkan dalam bentuk beberapa penyempurnaan proses bisnis
pengelolaan keuangan negara dengan menggunakan aplikasi yang terintegrasi. Perubahan yang
akan dilaksanakan meliputi penyederhanaan aplikasi yang saat ini jumlahnya sangat banyak pada
satuan kerja dengan basis data yang terpisah-pisah, menjadi satu aplikasi dengan basis data yang
terintegrasi. Penyederhanaan sistem aplikasi ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya duplikasi
pekerjaan dan pengulangan entry data. Duplikasi pekerjaan dan entry data pada praktiknya
seringkali menyebabkan terjadinya perbedaan data antara satu aplikasi dengan aplikasi lainnya
sehingga informasi yang dihasilkan pun menjadi tidak akurat. Penggabungan aplikasi dan basis
data pada tingkat satker akan diwujudkan dalam suatu sistem aplikasi di lingkup Satuan kerja
yang dinamakan Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI).
Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) adalah aplikasi yang dibangun guna
mendukung pelaksanaan SPAN pada tingkat Instansi dalam hal pengelolaan anggaran,
komitmen, pembayaran, bendahara, persediaan, aset tetap, general ledger, dan pelaporan, dengan
memanfaatkan sumber daya dan teknologi informasi. SAKTI merupakan gabungan dari beberapa
aplikasi yang telah digunakan pada tingkat satuan kerja (satker) sebelumnya. Selain
menggabungkan beberapa aplikasi yang dahulunya terpisah-pisah juga mengadopsi proses bisnis
yang baru sesuai dengan proses bisnis yang dianut oleh SPAN. Dalam penyusunan anggaran,
fungsi yang akan digabung meliputi penyusunan RKAKL, penyusunan DIPA dan revisi DIPA.
Dalam pelaksanaan APBN, akan terdapat beberapa proses bisnis yang baru, yaitu manajemen
data supplier, manajemen data kontrak, Resume Tagihan dan Surat Perintah Membayar. Dalam
penyusunan laporan keuangan, penyempurnaan yang akan dilakukan meliputi aplikasi akuntansi
keuangan, akuntansi barang milik negara, rekonsiliasi SAI, penyusunan LPJ bendahara, dan
akuntansi persediaan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
SPAN menjadi komponen terbesar modernisasi pengelolaan perbendaharaan negara
dengan memfasilitasi kebutuhan proses pelayanan mulai dari sisi hulu (penganggaran) hingga
hilir (penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat). SPAN adalah sistem aplikasi yang ada di
lingkungan Kemenkeu dan untuk mendukung otomatisasi sistem dari pengguna anggaran yang
ada di setiap Kementerian Negara/Lembaga. SPAN mengembangkan konsep database yang
terintegrasi dengan otomatisasi proses bisnis untuk meminimalisir kesalahan input manual SPAN
terbagi menjadi enam modul, yaitu: Modul Manajemen DIPA (Spending Authority), Modul
Manajemen Komitmen (Budget Commitment), Modul Pembayaran (Payment), Modul
Penerimaan (Government Receipt), Modul Manajemen Kas (Cash Management), dan Modul
Akuntansi dan Pelaporan (General Ledger & Accounting).
Ditjen Perbendaharaan, bersama dengan Ditjen Anggaran dan Pusat Informasi dan
Teknologi (Pusintek) Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, mengembangkan SPAN
dengan mengacu pada beberapa negara maju yang telah berhasil menerapkan program sejenis,
contoh: Australia, Amerika, dan Kanada, namun tetap memperhatikan keunikan budaya dan
proses yang ada di Indonesia. Pengembangan dan implementasi SPAN menjadi salah satu bagian
dari upaya pencapaian visi Ditjen Perbendaharaan untuk menjadi pengelola Perbendaharaan
Negara yang unggul di tingkat dunia. Bahkan, SPAN pernah menjadi salah satu agenda
pembahasan pada APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) pada tahun 2013 dan menjadi
salah satu acuan berbagai Negara lain untuk dapat mengembangkan program sejenis pada
negaranya masing masing.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem


Perbendaharaan dan Anggaran Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

http://www.djpbn.kemenkeu.go.id/portal/id/profil/modernisasi-pengelolaan-keuangan-
negara/sistem-perbendaharaan-dan-anggaran-negara-span.html

http://www.wikiapbn.org/sistem-perbendaharaan-dan-anggaran-negara/

Anda mungkin juga menyukai