PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengelola kerusakan, pengerjaan ulang, dan barang rongsokan merupakan hal yang
menantang bagi banyak perusahaan, tanpa memandang ukuran perusahaan itu atau produk
yang dibuatnya. Kerusakan, pengerjaan ulang, dan barang rongsokan sering kali ditetapkan
selama proses penelitian dan pengembangan serta perancangan produk ketika produk dan
proses produksi sedang dikembangkan. Para manajer semakin berfokus pada upaya
memperbaiki kualitas dan mengurangi kecacatan produk, jasa, serta aktivitasnya. Tingkat
kecacatan yang dulu dianggap normal tidak dapat ditoleransi lagi. Menyoroti dan mencatat
biaya unit yang cacat ketika biaya tersebut terjadi akan membantu manajer untuk
menentukan dengan lebih baik apa yang harus dilakukan dengan unit yang cacat serta
biayanya. Selain itu, para manajer juga memusatkan perhatiannya pada cara untuk
mengurangi barang rongsokan dan menggunakannya agar lebih menguntungkan, terutama
ketika biaya barang rongsokan berjumlah tinggi.
Di bab ini, kita akan berfokus pada jenis tiga biaya yang terjadi akibat adanya unit yang
cacat, kerusakan, pengerjaan ulang, dan barang rongsokan, dan cara untuk
memperhitungkannya. Isu-isu mengenai akuntansi untuk kerusakan akan muncul baik dalam
sistem kalkulasi biaya proses maupun kalkulasi biaya pekerjaan. Kita pertama akan
menyajikan akuntansi untuk kerusakan dalam sistem kalkulasi biaya proses. Kita juga akan
menguraikan cara menentukan (1) biaya produk, (2) harga pokok penjualan, dan (3) nilai
persediaan apabila ada kerusakan, pengerjaan ulang, dan barang rongsokan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan dari kerusakan, pengerjaan ulang, dan barang rongsokan?
2. Apa yang dimaksud dengan kerusakan normal dan abnormal?
3. Bagaimana perhitungan kerusakan dalam kalkulasi biaya proses dengan
menggunakan metode rata-rata tertimbang, metode FIFO, dan metode kalkulasi biaya
standar?
4. Bagaimana perhitungan kerusakan dan pengerjaan ulang dalam kalkulasi biaya
pekerjaan?
5. Bagaimana barang rongsokan diperhitungkan?
C. Tujuan
1. Untuk membedakan antara kerusakan, pengerjaan ulang, dan barang rongsokan.
2. Unutk mngetahui arti dari kerusakan normal dan abnormal.
3. Untuk mengetahui perhitungan kerusakan dalam kalkulasi biaya proses dengan
menggunakan metode rata-rata tertimbang, metode FIFO, dan metode kalkulasi biaya
standar.
4. Untuk mengetahui perhitungan kerusakan dan pengerjaan ulang dalam kalkulasi
biaya pekerjaan.
5. Untuk mengetahui perhitungan barang rongsokan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terminologi
Kerusakan (spoilage) adalah unit produksi baik yang telah selesai seluruhnya atau yang
baru selelsai sebagian yang tidak memenuhi spesifikasi yang diminta oleh pelanggan dan
akan dibuang atau dijual dengan harga yang lebih rendah. Beberapa contoh kerusakan adalah
kaus, jeans, sepatu dan karpet yang cacat yang dijual sebagai “barang bekas”.
Pengerjaan ulang (rework) adalah unit produksi yang tidak memenuhi spesifikasi yang
diminta oleh pelanggan tetapi kemudian diperbaiki dan dijual sebagai unit barang jadi.
Sebagai contoh, unit produk yang cacat (seperti pager, komputer, dan telepon) yang
terdeteksi selama atau setelah proses produksi tetapi sebelum unit tersebut dikirim ke
pelanggan kadang-kadang dapat dikerjakan ulang dan dijual sebagai produk yang baik.
Barang rongsokan (scrap) adalah bahan residu yang berasal dari pembuatan suatu
produk. Barang rongsokan memiliki total nilai jual yang rendah dibandingkan dengan total
nilai jual produk. Contohnya adalah potongan kayu kecil sisa dari operasi pemotongan kayu.
Kerusakan Normal
Kerusakan normal (normal spoilage) adalah kerusakan yang melekat dalam proses
produksi tertentu yang tetap saja terjadi meskipun operasi telah berlangsung secara efisien.
Manajemen memutuskan bahwa tingkat kerusakan yang dianggap normal bergantung pada
proses produksi. Biaya kerusakan normal umumnya dimasukan sebagai komponen biaya unit
yang baik yang telah dibuat karena unit yang baik tidak dapat dibuat tanpa disertai dengan
beberapa unit yang rusak. Tingkat kerusakan normal dihitung dengan membagi unit
kerusakan normal dengan total unit yang baik yang telah selesai bukan total unit actual yang
dimulai dalam produksi. Mengapa? Karena kerusakan normal adalah kerusakan yang terkait
dengan unit yang baik yang telah dibuat.
Kerusakan Abnormal
Kerusakan abnormal (abnormal spoilage) adalah kerusakan yang tidak melekat dalam
proses produksi tertentu dan tidak akan terjadi pada kondisi operasi yang efisien. Kerusakan
abnormal umumnya dianggap sebagai hal yang dapat dihindari dan dapat dikendalikan.
Untuk menyoroti pengaruh biaya kerusakan abnormal, perusahaan menghitung unit
kerusakan abnormal dan mencatat biayanya pada akun Kerugian dari Kerusakan Abnornmal,
yang disajikan sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi.
Panel A
(Langkah 1) (Langkah 2)
Unit Ekuivalen
Bahan Biaya
Arus Produksi Unit Fisik Langsung Konversi
Barang dalam proses, awal 1.500
Dimulai selama periode berjalan 8.500
Akan diperhitungkan 10.000
Unit yang baik yang telah selesai dan ditransfer keluar
selama periode berjalan: 7.000 7.000 7.000
a
Kerusakan normal 700
(700 x 100%; 700 x 100%) 700 700
Kerusakan abnormalb 300
(300 x 100%; 300 x 100%) 300 300
Barang dalam proses, akhirc 2.000
(2000 x 100%; 2000 x 50%) 2.000 1.000
Diperhitungkan 10.000
Pekerjaan yang dilakukan hingga tanggal tersebut 10.000 9.000
a
Kerusakan normal adalah 10% dari unit yang baik yang ditransfer keluar: 10% x 7.000 = 700 unit.
Tingkat penyelesaian kerusakan normal di departemen ini: bahan langsung, 100%; biaya konversi, 100%.
b
Kerusakan abnormal = Total kerusakan - Kerusakan normal = 1.000 - 700 = 300 unit.
Tingkat penyelesaian kerusakan abnormal di departemen ini: bahan langsung, 100%; biaya konversi, 100%.
c
Tingkat penyelesaian di departemen ini : bahan langsung, 100%; biaya konversi, 50%.
Panel B
Total Biaya
Produksi Bahan Langsung Biaya Konversi
(Langkah 3) Barang dalam proses, awal $21.000 $12.000 $9.000
Biaya yang ditambahkan selama periode berjalan 165.500 76.500 89.100
Biaya yang dikeluarkan hingga tanggal tersebut $88.500 $98.100
Dibagi dengan unit ekuivalen dari pekerjaan yang
dilakukan hingga tanggal tersebut ÷ 10.000 ÷ 9.000
Biaya per unit ekuivalen $8,85 $10,90
(Langkah 4) Total biaya yang akan diperhitungkan $186.600
(Langkah 5) Pembebanan biaya:
Unit yang baik yang telah selesai dan ditransfer keluar
(7.000 unit)
Biaya sebelum menambahkan kerusakan normal $138.250 (7.000 x $8,85) + (7.000 x $10,90)
Kerusakan normal (700 unit) 13.825 (700 x $8,85) + (700 x $10,90)
Total biaya unit yang baik yang telah selesai dan
(A) ditransfer keluar 152.075
(B) Kerusakan abnormal (300 unit) 5.925 (300 x $8,85) + (300 x $10,90)
(C) Barang dalam proses, akhir (2.000 unit) 28.600 (2.000 x $8,85) + (1.000 x $10,90)
(A) + (B) + (C) Total biaya yang akan diperhitungkan $186.600
(Langkah 1) (Langkah 2)
Unit Ekuivalen
Bahan Biaya
Arus Produksi Unit Fisik Langsung Konversi
Barang dalam proses, awal 1.500
Dimulai selama periode berjalan 8.500
Akan diperhitungkan 10.000
Unit yang baik yang telah selesai dan ditransfer keluar selama
periode berjalan:
a
Dari barang dalam proses awal 1.500
[1.500 x (100% - 100%); 1.500 x (100% - 60%)] 0 600
Dimulai dan diselesaikan b
5.500
(5.500 x 100%; 5.500 x 100%) 5.500 5.500
c
Kerusakan normal 700
(700 x 100%; 700 x 100%) 700 700
Kerusakan abnormald 300
(300 x 100%; 300 x 100%) 300 300
Barang dalam proses, akhire 2.000
(2000 x 100%; 2000 x 50%) 2.000 1.000
Diperhitungkan 10.000
Pekerjaan yang dilakukan hingga tanggal tersebut 8.500 8.100
a
Tingkat penyelesaian di departemen ini: bahan langsung, 100%; biaya konversi, 60%.
b
7.000 unit fisik yang telah selesai dan ditransfer keluar dikurangi 1.500 unit fisik yang telah selesai dan ditransfer
keluar dari persediaan awal barang dalam proses.
c
Kerusakan normal adalah 10% dari unit yang baik yang ditransfer keluar: 10% x 7.000 = 700 unit.
Tingkat penyelesaian kerusakan normal di departemen ini: bahan langsung, 100%; biaya konversi, 100%.
d
Kerusakan abnormal = Total kerusakan - Kerusakan normal = 1.000 - 700 = 300 unit.
Tingkat penyelesaian kerusakan abnormal di departemen ini: bahan langsung, 100%; biaya konversi, 100%.
e
Tingkat penyelesaian di departemen ini : bahan langsung, 100%; biaya konversi, 50%.
Panel B
Total Biaya
Produksi Bahan Langsung Biaya Konversi
(Langkah 3) Biaya standar per unit ekuivalen $ 19,00 $ 8,50 $ 10,50
Barang dalam proses, awal $ 22.200 $76.500 $89.100
Biaya yang ditambahkan selama periode berjalan pada
harga standar 157.300 (8.500 x $8,50) + (8.100 x $10,50)
(Langkah 4) Total biaya yang akan diperhitungkan $186.600
(Langkah 5) Pembebanan biaya pada biaya standar:
Unit yang baik yang telah selesai dan ditransfer keluar
(7.000 unit)
Barang dalam proses, awal (1.500 unit) $22.200
Biaya yang ditambahkan selama periode berjalan 6.300 (0 x $8,50) + (600 x $10,50)
Total persediaan awal sebelum kerusakan normal 28.500
Dimulai dan diselesaikan sebelum menambahkan
kerusakan normal (5.500 unit) 104.500 (5.500x $8,50) + (5.500 x $10,50)
Kerusakan normal (700 unit) 13.300 (700 x $8,50) + (700 x $10,50)
Total biaya unit yang baik yang telah selesai dan
(A) ditransfer keluar 146.300
(B) Kerusakan abnormal (300 unit) 5.700 (300 x $8,50) + (300 x $10,50)
(C) Barang dalam proses, akhir (2.000 unit) 27.500 (2.000 x $8,50) + (1.000 x $10,50)
(A) + (B) + (C) Total biaya yang akan diperhitungkan $ 179.500
Ayat Jurnal
Ayat jurnal untuk mentransfer unit baik yang telah selesai ke barang jadi dan untuk
mengakui kerugian dari kerusakan abnormal.
Biaya unit yang rusak diasumsikan sama dengan semua biaya yang dikeluarkan ketika
membuat unit yang rusak hingga titik inspeksi. Apabila barang yang rusak memiliki nilai
pelepasan, biaya bersih kerusakan dihitung dengan mengurangi nilai pelepasan dari biaya
barang yang rusak yang telah terakumulasi hingga titik inspeksi. Biaya per unit kerusakan
normal dan abnormal akan berjumlah sama apabila keduanya dideteksi pada titik inspeksi
yang sama.
F. Kalkulasi Biaya Pekerjaan dan Kerusakan
Konsep kerusakan normal dan abnormal juga dapat diterapkan pada sistem kalkulasi
biaya pekerjaan (job costing). Kerusakan abnormal diidentifikasi secara terpisah sehingga
perusahaan dapat berusaha mengeliminasinya sama sekali. Ketika membebankan biaya,
umumnya sistem kalkulasi biaya pekerjaan membedakan kerusakan normal yang disebabkan
oleh pekerjaan tertentu dengan kerusakan normal yang umum terjadi pada semua pekerjaan.
Kerusakan normal yang disebabkan oleh pekerjaan tertentu. Ketika terjadi kerusakan
normal yang disebabkan oleh spesifikasi pekerjaan tertentu, pekerjaan tersebut menanggung
biaya kerusakan dikurangi nilai pelepasan kerusakan. Ayat jurnal untuk mengakui nilai
pelepasan adalah:
Pengendalian Bahan (barang yang rusak pada nilai pelepasan bersih saat ini) xxx
Pengendalian Barang dalam Proses (pekerjaan tertentu) xxx
Kerusakan normal yang umum terjadi di semua pekerjaan. Ayat jurnalnya adalah:
Pengendalian Bahan (barang yang rusak pada nilai pelepasan bersih saat ini) xxx
Pengendalian Overhead Manufaktur (kerusakan normal) xxx
Pengendalian Barang dalam Proses (pekerjaan tertentu) xxx
Jika kerusakan normal sudah biasa terjadi pada semua pekerjaan, tingkat overhead
manufaktur yang dianggarkan akan mencakup provisi untuk biaya kerusakan normal. Biaya
kerusakan normal tersebar, melalui alokasi overhead, di semua pekerjaan dan bukan
dialokasikan ke pekerjaan tertentu.
Kerusakan abnormal. Jika kerusakan bersifat abnormal, kerugian bersih akan dibebankan
ke akun Kerugian dan Kerusakan Abnormal. Tidak seperti biaya kerusakan normal, biaya
kerusakan abnormal tidak dimasukkan sebagai bagian dari biaya unit yang baik yang
diproduksi.
Pengendalian Bahan (barang yang rusak pada nilai pelepasan bersih saat ini) xxx
Kerugian dari Kerusakan Abnormal xxx
Pengendalian Barang dalam Proses (pekerjaan tertentu) xxx
Pengerjaan ulang normal yang umum pada semua pekerjaan. Jika pengerjaan ulang
merupakan hal yang normal dan tidak dapat diatribusikan dengan pekerjaan tertentu, biaya
pengerjaan ulang akan dibebankan ke overhead manufaktur dan disebarkan, melalui alokasi
overhead, ke semua pekerjaan.
Pengerjaan ulang abnormal. Jika pengerjaan ulang bersifat abnormal, hal tersebut akan
dicatat dengan membebankan pengerjaan ulang abnormal ke akun kerugian.
Barang rongsokan yang umum pada semua pekerjaan. Ayat jurnal dalam kasus ini
adalah:
Barang rongsokan yang dapat diatribusikan dengan pekerjaan tertentu. Ayat jurnal:
Barang rongsokan yang Pengendalian Bahan xxx
dikembalikan ke gudang: Pengendalian Barang dalam Proses xxx
Amati bahwa akun Pengendalian Bahan didebet di Kas atau Piutang Usaha. Ketika
barang rongsokan dijual, ayat jurnalnya adalah:
A. Kesimpulan
Kerusakan adalah unit produksi baik yang telah selesai seluruhnya atau yang baru
selelsai sebagian yang tidak memenuhi spesifikasi yang diminta oleh pelanggan dan akan
dibuang atau dijual dengan harga yang lebih rendah. Pengerjaan ulang adalah unit produksi
yang tidak memenuhi spesifikasi yang diminta oleh pelanggan tetapi kemudian diperbaiki
dan dijual sebagai unit barang jadi. Barang rongsokan adalah bahan residu yang berasal dari
pembuatan suatu produk.
Ada dua jenis kerusakan yang terjadi yaitu kerusakan normal dan kerusakan abnormal.
Selain itu, terdapat lima langkah kalkulasi biaya proses untuk metode rata-rata tertimbang,
metode FIFO, dan metode kalkulasi biaya standar. Ketika membebankan biaya, pada
umumnya sistem kalkulasi biaya pekerjaan membebankan kerusakan normal yang
disebabkan oleh pekerjaan tertentu dengan kerusakan normal yang umum terjadi pada semua
pekerjaan. Selanjutnya, terdapat kalkulasi biaya pekerjaan dan pengerjaan ulang. Yang mana
pengerjaan ulang adalah unit produksi yang diinspeksi, ditentukan sebagai tidak dapat
diterima, diperbaiki, dan dijual sebagai barang jadi yang dapat diterima.
Terdapat juga akuntansi untuk barang rongsokan. Barang rongsokan adalah bahan
residu yang berasal dari pembuatan suatu produk, barang rongsokan memiliki total nilai jual
yang rendah dibandingkan dengan total nilai jual produk. Akuntansi untuk barang rongsokan
menurut kalkulasi biaya proses sama halnya seperti akuntansi menurut kalkulasi biaya
pekerjaan apabila pada semua pekerjaan merupakan hal yang umum terhadap barang
rongsokan.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis lebih mengetahui tentang perancangan produk
yang memperhatikan kerusakan, pengerjaan ulang, dan barang sisanya. Maka dari itu, penulis
menyarankan kepada para pembaca agar bisa mengelola dan memperhatikan kerusakan,
pengerjaan ulang, dan barang rongsokan pada produk yang dibuat karena hal tersebut
merupakan salah satu tantangan bagi banyak perusahaan. Terutama untuk para manajer agar
bisa semakin berfokus pada upaya memperbaiki kualitas dan mengurangi kecacatan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, George Foster. 2008. Akuntansi Biaya, Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.