Anda di halaman 1dari 6

1.

- Lemahnya desain organisasi


- Entrepreneurship dan inovasi perusahaan belum optimal
- Motivasi karyawan fluktuatif
- Kurang apresiatif dewan direksi terhadap prestasi karyawan
- Corporate culture belum terbentuk

Menurut generic strategy, Strategi yang sebaiknya dipilih oleh maskapai flying air yaitu:

Strategi Diferensiasi
Design organisasinya mencakup:
- Orientasi pembelajaran: Bertindak dengan cara yang fleksibel dan longgar, dengan
koordinasi horizontal yang kuat. Koordinasi horizontal adalah pengembangan hubungan-
hubungan yang lancar diantara individu-individu atau kelompok-kelompok pada tingkat
yang sama.
- Kemampuan yang kuat dalam penelitian
- Menciptakan nilai dan membangun mekanisme untuk keintiman pelanggan
- Penghargaan atas kreativitas karyawan, pengambilan risiko, dan inovasi

Terdapat dua bidang syarat yang harus dipenuhi untuk memutuskan memanfaatkan strategi
ini ; bidang sumber daya (resources) dan bidang organisasi.  Dari sisi  sumber daya
perusahaan, maka untuk menerapkan strategi ini dibutuhkan kekuatan-kekuatan yang tinggi
dalam hal: pemasaran produk, kreativitas dan bakat, perekayasaan produk (product
engineering), riset pasar, reputasi perusahaan, distribusi, dan ketrampilan kerja. Sedangkan
dari sisi bidang organisasi, perusahaan harus kuat dan mampu untuk melakukan: koordinasi
antar fungsi manajemen yang terkait, merekrut tenaga yang berkemampuan tinggi, dan
mengukur insentif yang subyektif di samping yang obyektif.

Strategi Kepemimpinan Biaya (cost Leadership)

Design organisasinya mencakup:


Orientasi efisiensi: Otoritas pusat yang kuat, pengendalian biaya yang ketat, dengan laporan
kontrol yang sering dan terperinci
- Prosedur standar operasi
- Pengadaan dan sistem distribusi yang sangat efisien
- Pengawasan yang ketat, tugas rutin, dan pemberdayaan karyawan terbatas

Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan harus mampu memenuhi
persyaratan di dua bidang, yaitu: sumber daya (resources) dan organisasi. Strategi ini hanya
mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber daya perusahaan, yaitu:
kuat akan modal, trampil pada rekayasa proses (process engineering), pengawasan yang ketat,
mudah diproduksi, serta biaya distribusi dan promosi rendah. Sedangkan dari bidang organisasi,
perusahaan harus memiliki: kemampuan mengendalikan biaya dengan ketat, informasi
pengendalian yang baik, insentif berdasarkan target (alokasi insentif berbasis hasil).

2. Mempertajam budaya perusahaan merupakan tugas sentral kepemimpinan stratejik yang


efektif. Budaya organisasai yang tepat mendorong pengembangan orientasi kewirausahaan
pekerja dan kemampuan untuk mengubah budaya jika diperlukan.
Langkah-langkah untuk membangun dan mengembangkan corporate culture adalah:
1. Menetapkan Misi, Visi dan Value atau Nilai Perusahaan.
Tanpa adanya Misi, sebuah organisasi tidak akan mampu menghasilkan produk
maupun service secara optimal. Demikian juga jika Visi tidak dimiliki, organisasi akan
kehilangan daya saing sehingga mudah dikalahkan oleh kompetitor. Yang terakhir, jika
organisasi tidak menetapkan Value atau Nilai, para karyawan akan kehilangan Motivasi
dan Iklim Kerja akan terganggu.  Semangat untuk memberi lebih terganjal dengan adanya
Lingkungan yang tidak Mendukung.
2. Mengerti Motivasi Kerja (Driving Force)
Di dunia kerja, Anda perlu mengetahui mengapa Anda harus menyelesaikan suatu tugas,
dari mana asalnya dan bagaimana pemanfaatan hasil akhir tugas tersebut, itulah yang
disebut Driving Force.  Pemahaman Tujuan Bekerja sebagai Individu dan Tim sangat
berperan besar dalam Membangun Budaya Perusahaan yang Sustain. 
3. Mengerti Desain dan Struktur Organisasi (Organization Structure)
Kedua hal tersebut menggambarkan sebuah kerangka organisasi, sehingga jika
pemahaman tentang desain maupun struktur kurang, kita pun akan kehilangan jati diri
organisasi tersebut.
4. Pengukuran Kinerja (Performance Appraisal)
Secara berkala, kinerja karyawan harus diukur secara spesifik dan jelas apapun alat
ukurnya. Yang diukur tentunya tidak hanya performa yang menyangkut operasional
tetapi juga strategis, termasuk di dalamnya penerapan budaya perusahaan tersebut.
5. Menetapkan Sistem Kontrol yang Baik (Management Control)
Perusahaan atau organisasi harus menetapkan kontrol dan akuntabilitas. Hal ini tercermin
dalam pengambilan keputusan, memegang kepercayaan dan memberikan kepercayaan
kepada karyawan, semuanya harus mampu memfasilitasi terbentuknya kepatuhan
terhadap budaya perusahaan tersebut.

Dalam menyikapi perubahan:

1. Memperjelas/merumuskan strategic intent


Artikulasi criteria yang singkat atau karakteristik apa yang mau dicapai oleh
perusahaan/organisasi
2. Mengembangkan organisasi
3. Membentuk kultur organisasi
Sejumlah asumsi penting (sering tidak dinyatakan) yang disepakati oleh anggota
suatu organisasi.

3. Faktor penyebab suksesnya dalam sebuah strategi aliansi:


1. Kepercayaan
Kepercayaan harus ada dalam sebuah aliansi karena masing-masing pihak tergantung
pada yang lain untuk memenuhi tujuan bersama . Kepercayaan harus hadir untuk mitra
dalam berbagi informasi penting untuk mengelola aliansi dan untuk masing-masing
pasangan untuk percaya kebutuhan jangka panjang akan dipenuhi.
2. Dukungan Manajemen Senior
Dukungan manajemen senior memberikan dorongan dan sumber daya (misalnya, tenaga,
waktu, perjalanan, teknologi) untuk individu yang terlibat langsung dalam kegiatan
aliansi. Dukungan manajemen senior diperiksa di kedua daerah strategis dan operasional
aliansi. Strategis mengacu pada keputusan dan tindakan yang mempengaruhi tujuan
jangka panjang masing-masing pasangan dan arah. Operasional mengacu pada keputusan
dan tindakan yang mempengaruhi perencanaan jangka pendek masing-masing pasangan
dan sehari-hari kinerja operasi.
3. Kemampuan untuk memenuhi kinerja harapan
Kemampuan untuk memenuhi harapan kinerja menyangkut pelaksanaan dan evaluasi
tujuan aliansi serta tujuan mitra individu . Perhatian ini berfokus pada inti dari sebuah
aliansi alasan : untuk meningkatkan posisi kompetitif masing-masing perusahaan di
pasar.
4. Tujuan yang jelas
Sukses dalam aliansi tergantung pada mitra yang memiliki kesamaan visi masa depan
(Spekman et al 1998). Keberhasilan aliansi mengharuskan pembentukan dan pelaksanaan
tujuan yang jelas, dan untuk mencapai tujuan ini, prosedur yang terdefinisi dengan baik
harus jelas dikomunikasikan kepada para manajer terlibat dengan aliansi.
5. Kompatibilitas mitra
Kompatibilitas Mitra mengacu pada kemampuan untuk merencanakan dan bekerja sama
dalam cara yang berorientasi solusi produktif. Kompatibilitas mitra secara khusus
berkaitan dengan dua hal: (1) penilaian filosofi operasional dan gaya, dan (2) kerjasama
dan kemampuan pemecahan masalah.

Faktor-faktor penyebab kegagalan aliansi strategis


1.    Ketidakcocokan antar partner aliansi strategis menjadi penyebab utama kegagalan
perjanjian. Ketidakcocokan dapat menghasilkan konflik yang serius, walaupun biasanya
hanya menghasilkan penurunan kinerja aliansi. Ketidakcocokan dapat berasal dari
perbedaan budaya perusahaan, budaya negara, sasaran dan tujuan, atau hampir semua
dimensi dasar lain yang menghubungkan kedua partner.
2.     Supaya kolaborasi dapat berjalan dengan efektif satu (kedua partner) harus
memberitahukan informasi yang lebih suka dirahasiakan oleh salah satu partner. Pada
awalnya memang sulit untuk mengidentifikasi kebutuhan tersebut; Oleh karena itu
perusahaan membuat perjanjian tanpa antisipasi harus berbagi informasi tertentu
3.    Konflik tentang distribusi penghasilan. Setiap pihak (partner-partner) yang membentuk
aliansi harus bersedia membagi risiko, biaya dan juga profit yang diterima. Ada
pertimbangan finansial lain diluar distribusi dasar dari penghasilan yang dapat
menimbulkan perselisihan. Untuk itu, masing-masing partner bisnis juga harus
menyetujui proporsi penghasilan yang akan dibagi diantara mereka.
4.    Hilangnya Otonomi. Karena perusahaan-perusahaan dalam aliansi saling berbagi resiko
dan profit, perusahaan tersebut juga berbagi pengendalian, dengan demikian akan
membatasi kegiatan masing-masing perusahaan.
5.    Perubahan Keadaan. Kondisi ekonomi yang dulunya memotivasi perjanjian kerjasama
sudah tidak ada lagi, atau keunggulan teknologi membuat perjanjian menjadi tidak
menguntungkan.

4. Desain organisasi merupakan modal awal dalam proses perencanaan strategis organisasi.
Agar desain organisasi berperan efektif manjemen harus melakukan adalah
 Proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan antara
atasan dan bawahan dalam segala persoalan.
 Proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode Partisipasi.
 Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir secara
bebas keseluruh orgranisasi yaitu ke atas ke bawah dan kesamping.
 Proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif, baik atasan ataupun bawahan dapat
mempengaruhi tujuan dan metode partemental.
 Proses pengambilan keputusan dilaksanakan di semua tingkatan melalui proses
kelompok.
 Proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk menetapkan
sasaran yang tinggi dan realistis.
 Proses kendali menyeber ke seluruh orgranisasi dan menekan pemecahan masalah dan
pengendalian diri.
Desain organisasi yang efektif tidak dapat berpedoman pada teori sebagai satu cara terbaik
melainkan manajer harus menerima sudut pandang bahwa desain mekanistik atau desain
organik lebih efektif bagi organisasi atau sub-sub untit di dalamnya.
Selain itu, Desain Organisasi yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
Pertama, rancanglah struktur organisasi sesuai dengan misi dan visi organisasi Anda
Kedua, rancanglah susunan organisasi setelah organisasi Anda merumuskan bisnis proses
utama untuk mencapai sasaran organisasi.
Ketiga, susunlah susunan organisasi Anda dengan mempertimbangkan bakat dan kemampuan
yang dimiliki pekerja
Keempat, pertimbangkanlah umur pekerja ketika Anda menempatkan pekerja pada jabatan-
jabatan yang telah Anda rancang.
Kelima, lakukanlah pembagian tugas kepada pekerja-pekerja untuk mendukung bahwa
jabatan mereka saat ini masih relevan dengan bakat dan talenta mereka.
Keenam, berbicaralah dengan pekerja bahwa posisi yang Anda tawarkan pada pekerja bisa
tidak sesuai dengan bakat dan talentanya.

5. Kerangka Kerja 7s McKinsey adalah sebuah alat yang digunakan untuk menganalisis aspek
Internal organisasi sebuah perusahaan dengan menggunakan 7 elemen utama yaitu Strategy,
Structure, Systems, Share-values, Style, Staff dan Skills. keselarasan ketujuh elemen tersebut
dalam organisasi merupakan faktor kunci keberhasilan sebuah perusahaan.  Ketujuh Elemen
yang dimaksud dalam McKinsey 7s ini memiliki hubungan yang saling berketergantungan
satu sama lainnya. Perubahan pada satu elemen akan mempengaruhi elemen lainnya.

1. Strategy (Strategi)

Strategi merupakan suatu rumusan organsasi yang digunakan untuk mempertahankan dan
membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dalam persaingan. Strategi pada
dasarnya memiliki arahan yang tegas dan jelas  sehingga setiap individu ataupun
kelompok mengetahui dengan jelas tentang cara yang diharus digunakan untuk mencapai
sasaran organisasi.

2. Structure (Struktur)

Struktur yang dimaksud disini adalah Struktur Organisasi Perusahaan yang mengatur
sistem kerja, komunikasi, wewenang dan tanggung jawab serta pendelegasian tugas
kepada unit kerja atau orang-orang tertentu untuk mencapai sasaran organisasi. Struktur
merupakan elemen yang dapat terlihat sehingga mudah untuk mengatur ataupun
mengubahnya.

3. Systems (Sistem)

Sistem di dalam McKinsey 7s ini adalah Proses dan Prosedur Perusahaan yang berisikan
kegiatan operasional sehari-hari dan pembuatan keputusan dalam perusahaan. Sistem ini
merupakan fokus utama manajemen apabila terjadi perubahaan organisasi dalam suatu
perusahaan.

4. Skills (Keterampilan)
Skill adalah kemampuan karyawan yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga dapat
berkinerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat membantu
perusahaan dalam mencapai sasarannya. Skill atau Keterampilan yang dimaksud ini juga
termasuk Kapabilitas (Capabilities) dan Kompetensi (Competences).

5. Staff (Karyawan)
Staff adalah Karyawan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Elemen Staff berkaitan dengan
bagaimana karyawan tersebut diseleksi, direkrut, dilatih, dimotivasi dan dihargai.

6. Style (Gaya Kepemimpinan)


Elemen Style ini berkaitan dengan Gaya Kepemimpinan Manajemen yang digunakan
dalam organisasi untuk mencapai sasaran perusahaannya.

7. Shared Values (Nilai-nilai Perusahaan)


Shared Values merupakan inti utama dari Kerangka McKinsey 7s karena berkaitan
dengan nilai-nilai inti perusahaan yang menjadi budayanya. Share Values pada dasarnya
adalah Standar ataupun norma-norma yang menjadi panduan perilaku bagi semua
karyawan dan manajemen perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai