Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU

A. Definisi
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Dinkes,
2006 ).
Menurut Christantie effendy ( 2003 ), tuberkulosis adalah infeksi
penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu
basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara. Sebagian kasus, infeksi
tuberculosis didapat melalui inhalasi partikel kuman yang sangat kecil (sekitar
1-5 mm).
TBC Paru adalah Penyakit infeksi yang terutama mengenai jaringan
paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yaitu : otak, ginjal, tulang.
Penyebab infeksi adalah kuman mycobacterium tuberculosa (Brunner &
Suddarth 2000). Jadi dapat disimpulkan TBC (tuberculosis) merupakan suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh microbacterium tuberculosis yang
ditularkan melalui udara dan jika tidak ada pengobatan yang efektif dapat
mengakibatkan perjalanan penyakit yang kronis dan bisa menimbulkan
kematian.
B. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman tahan asam yaitu Mycobacterium
Tuberculosa. Setelah terinfeksi kuman tersebut kira-kira 50% kuman akan
berkembang menjadi TBC aktif dalam satu tahun, sisanya kuman ini akan
menyebabkan infeksi laten. Risiko terinfeksi tuberkulosis sebagian besar adalah
faktor risiko eksternal, terutama adalah faktor lingkungan seperti rumah tak
sehat, pemukiman padat dan kumuh. Sedangkan risiko menjadi sakit
tuberkulosis, sebagian besar adalah faktor internal dalam tubuh penderita sendiri
yang disebabkan oleh terganggunya system pengobatan dengan
immunosupresan.
Adapun faktor yang mungkin terjadi antara lain :
a. Kontak langsung dengan penderita TBC aktif.
b. Menurunnya kekebalan tubuh
c. Kurang nutrisi yang adekuat.
d. Lingkungan dengan prevalensi TB yang tinggi
e. Pengobatan paru yang tidak tuntas.
Bakteri tuberkolosis ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA) 4. Sumber penularan adalah
penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam
saluran pernafasan.Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya.
Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman),
maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi
tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.
C. Patofisiologi
Secara klinis, tuberkulosis dapat terjadi melalui infeksi primer dan
pasca primer.
a. Infeksi primer
awalnya Infeksi primer terjadi saat seseorang terkena kuman
tuberkulosis untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi melalui
saluran pernafasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi
peradangan. Hal ini disebabkan oleh kuman tuberkulosis yang
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu
terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar
4-6 minggu. Kelanjutan infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan respon daya tahan tubuh dapat menghentikan
perkembangan kuman TB dengan cara menyelubungi kuman dengan
jaringan pengikat.
Ada beberapa kuman yang menetap sebagai “persister” atau
“dormant”, sehingga daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan
perkembangbiakan kuman, akibatnya yang bersangkutan akan menjadi
penderita tuberkulosis dalam beberapa bulan. Pada infeksi primer ini
biasanya menjadi abses (terselubung) dan berlangsung tanpa gejala,
hanya batuk dan nafas berbunyi. Tetapi pada orang-orang dengan sistem
imun lemah dapat timbul radang paru hebat, ciri-cirinya batuk kronik
dan bersifat sangat menular.

b. Infeksi pasca primer/ infeksi sekunder.


Tuberkulosis pasca primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40
tahun. Tuberkulosis pasca primer mempunyai nama yang bermacam-
macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang
terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi
sumber penularan. Tuberkulosis pasca / postprimer dimulai dengan
sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior
maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumoni kecil
Infeksi pasca primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
setelah infeksi primer. Ciri khas tuberkulosis pasca primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya efusi pleura. Penderita
tuberkulosis paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh
(BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini
seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini,
pengobatan dengan obat antituberkulosis (OAT) tidak diperlukan, tapi
cukup diberikan pengobatan simtomatis. Resistensi terhadap OAT
terjadi umumnya karena penderita yang menggunakan obat tidak sesuai
atau patuh dengan jadwal atau dosisnya. Resistensi ini menyebabkan
jenis obat yang biasa dipakai sesuai pedoman pengobatan tidak lagi
dapat membunuh kuman.

D. Manisfestasi Klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang
juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimtomatik.Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2
golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
d.Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala sistemik, meliputi:


a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam
beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,
sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.

c. Gejala sistemik/umum
1) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
2) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
3) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
d. Gejala khusus
1) Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai
sesak.
2) Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
e. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Kebanyakan individu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak dirawat
di rumah sakit. Jika TB paru terdiagnosa pada individu yang sedang
dirawat,klien mungkin akan tetap dirawat sampai kadar obat terapeutik telah
ditetapkan. Beberapa pasien yang di rumah sakit karena alasan :
a. Mereka sakit akut
b. Situasi kehidupan mereka dianggap beresiko tinggi
c. Mereka diduga tidak patuh terhadap pengobatan
d. Terdapat riwayat TB sebelumnya
e. Terdapat penyakit lain yang bersamaan dan bersifat akut
f. Tidak terjadi perbaikan setelah terapi
g. Mereka resisten terhadap pengobatan yang biasa.
Pengobatan dan perawatan singkat di rumah sakit diperlukan untuk memantau
keefektifan terapi dan efek samping obat-obat yang diberikan. Klien dengan
diagnosa TB aktif biasanya mulai diberikan 3 jenis medikasi untuk memastikan
bahwa organisme yang resisten telah disingkirkan. Dosis dari beberapa obat cukup
besar karena basil sulit untuk dibunuh. Pengobatan berlanjut cukup lama untuk
menyingkirkan atau mengurangi secara subtansial jumlah basil dorman atau
semidorman. Medikasi yang digunakan untuk TB dibagi menjadi preparat primer
dan preparat baris kedua. Preparat primer selalu diresepkan pertama kali sampai
laporan hasil kultur dan laboratorium memberikan data yang pasti. Klien dengan
riwayat terapi TB yang tidak selesai mungkin mempunyai organisme yang menjadi
resisten dan preparat sekunder harus digunakan. Lamanya pengobatan mempunyai
pendekatan 2 fase :
a. Fase intensif yang menggunakan dua atau tiga jenis obat,ditujukan untuk
menghancurkan sejumlah besar organisme yang berkembang biak dengan
cepat
b. Fase rumatan,biasanya denagan dua obat diarahkan pada pemusnaan
sebagian besar basil yang masih tersisa.
Program pengobatan dasar yang direkomendasikan bagi klien yang
sebelumnya belum diobati adalah dosis harian isoniazid, rifampin dan pirazinamid
selama 2 bulan. Kultur sputum digunakan untuk mengevaluasi kesakilan terapi. Jika
kepatuhan terhadap pendosisan harian menjadi masalah,maka diperlukan protokol
TB yang memberikan medikasi 2 atau 3 kali seminggu. Program ini diberikan di
klinik untuk memastikan klien menerima obat yang diharuskan. Jika medikasi yang
digunakan tidak aktif,program harus dievaluasi kembali dan kepatuhan klien harus
dikaji. Medikasi yang digunakan untuk mengobati TB mempunyai efek samping
yang serius,bergantung pada obat spesifik yang diresepkan. Toleransi obat,efek
obat dan toksisitas obat bergantung pada faktor-faktor seperti usia,dosis obat,waktu
sejak obat terakhir digunakan,formula kimia dari obat,fungsi ginjal dan usus serta
kepatuhan klien. Klien penderita TB yang tidak membaik atau yang tidak mampu
menoleransi medikassi membutuhkan pengkajian dan pengobatan pada fasilitas
medis yang mengkhususkan dalam pengobatan TB paru berkomplikasi.

Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)


Obat Anti TB
Aksi Potensi Per Minggu
Esensial Per Hari
3x 2x
Isoniazid (H) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirasinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin (S) Rendah 15 15 15
Etambutol (E) Bakterisidal Rendah 15 30 45
Bakteriostatik
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mnecegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase
yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang
digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin,
Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel
berikut:

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu


berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu
perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai
Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh
WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1) Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2) Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3) Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan
pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4) Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5) Pencatatan dan pelaporan yang baku.
e. Komplikasi
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut
adalah:
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
b. hipovolemik
c. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
d. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru Pnemotoraks
spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dansebagainya
f. WOC Penyakit TBC
WOC TBC

Kontak langsung dengan Lingkungan dengan


penderita TB prevalensi TB yang tinggi

Batuk berdahak
(droplet) Kuman TB berada
bebas diudara
Terhirup oleh orang yg
mengalami
kekebalan tubuh

Kuman TB masuk
kesaluran pernapasan

Menyebar masuk kelobus paru

Tuberculosis paru (TB)

Infeksi sekunder /
Infeksi primer
pasca primer

System kekebalan Kekebalan tubuh Kerusakan Efusi pleura


tubuh kuman mengalami paru luas
dormant
Peradangan hebat
Bersifat
di paru (alveolus )
sistemik

Suhu (demam), sesak Malam hari,


napas, batuk aktif perbedaan suhu luar
dan dalam tubuh
Terganggunya Stimulasi sel goblet dan
proses pertukaran sel mukosa Keringat dingin malam hari
CO2 Dan O2
Kerja sel mucus meningkat Sering terbangun

Produksi sel mucus berlebihan


MK: gangguan
pola tidur

Penumpukan secret
yg kental

Jumlah secret , di saluran pernapasan

Respon batuk

Batuk yang sangat


produktif

Sesak napas Pecah pembuluh Kekurangan O2


darah

Keletihan / kelemahan
MK: gangguan Batuk berdarah
MK : terganggunya
pola napas
jalan napas
Kehilangan
nafsu makan

MK : gangguan aktivitas
Anokreksia
Berat badan
menurun

MK: Tidak tercukupi


kebutuhan nutrisi
2.3 Daftar Diagnosa

No Diagnosa

1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan mucus yang terlalu
banyak
2.
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk menelan makanan.

3. Intoleransi aktuvitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara


suplai oksigen dengan kebutuhan
4.
Pola napas tidak efektif b. d Kelelahan otot-otot respirasi
5. Gangguan pemenuhan pola tidur b.d batuk malam hari,sesak napas,
keringat dingin

2.4 Asuhan Keperawatan TBC

2.4.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien

Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3
minggu.
b. Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh,
penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh.
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda yang di temukan pada pemeriksaan fisik tergantung luas dan
kelainan struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis dapat normal atau
dapat ditemukan tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru. Tanda pemeriksaan
fisik paru tersebut dapat berupa: fokal fremitus meningkat, perkusi redup, bunyi
napas bronkovesikuler atau adanya ronkhi terutama di apeks paru . Pada lesi luas
dapat pula ditemukan tanda-tanda seperti : deviasi trakea ke sisi paru yang
terinfeksi, tanda konsolidasi, suara napas amporik pada cavitas atau

B. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon)


a. Resepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien
menangani penyakitnya.
b. Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan
kelemahan tubuh yang dialami.
c. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena batuk yang dialami
pada malam hari
d. Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan dmengalami penurunan
akibat nafsu makan yang kurang / malaise.
e. Eliminasi
Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB
dan BAK.
f. Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien TB Paru kebanyakan dijumpai tidak mengalami
gangguan.
g. Konsep Diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien
tidak mengalami gangguan konsep diri.
h. Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan
meminta pertolongan orang lain.
i. Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kemalin.
Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan
tubuh
j. Pola peran Hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan
kapasitas fisik untuk melakukan peran.
k. Nilai dan kepercayaan
Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam melaksanakan
ajaran agama biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam sisitem nilai
dan kepercayaan.
NO NANDA NOC NIC

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Status pernapasan : kepatenan jalan nafas (558) a. Manajemen jalan napas
Efektif b.d mucus yang terlalu Kriteria hasil: 1) Posisikan pasien untuk
banyak 1. Frekuensi pernafasan dalam deviasi ringan dari memaksimalkan potensi ventilasi
kisaran normal 2) Melakukan fisioterapi dada yang
Batasan karakteristik: 2. Irama pernafasan dalam deviasi ringan dari sesuai
1. Batuk yang tidak efektif kisaran normal 3) Bersihkan sekret dengan
2. Gelisah 3. Kedalaman inspirasi dalam deviasi ringan dari menganjurkan batuk atau suction
3. Kesulitan verbalisasi kisaran normal 4) Mendorong lambat balik
4. Mata terbuka lebar 4. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret dalam pernapasan dan batuk
5. Ortopnea deviasi ringan dari kisaran normal 5) Menggunakan teknik
6. Penurunan bunyi nafas 5. Ansietas ringan menyenangkan untuk mendorong
7. Perubahan frekuensi napas 6. Suara napas tambahan ringan pernapasan dalam untuk anak-anak
8. Perubahan pola napas 7. Pernapasan cuping gidung ringan 6) Menginstruksikan cara batuk
9. Sianosis 8. Batuk ringan efektif
10. Sputum dalam jumlah yang 9. Akumulasi sputum ringan 7) Auskultasi bunyi nafas, mencatat
berlebig 10. Penggunaan otot bantu napas ringan daerah menurun atau hilangnya
11. Suara napas tambahan ventilasi dan bunyi tambahan
12. Tidak ada batuk 8) Mengelola udara lembab atau
oksigen yang sesuai
9) Mengatur asupan cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
10) Posisi untuk mengurangi dyspnea
11) Memonitor pernapasan dan status
oksigenasi yang sesuai
b. Peningkatan manajemen batuk 324
c. Monitor pernapasan 236
d. Fisioterapi dada 111
e. Terapi oksigen 444
f. Pengaturan posisi 306
g. Monitor tanda-tanda vital 237
h. Terapi intravena 435
i. Manajemen cairan 157

2. Intoleransi Toleransi terhadap aktivitas (582) a. Manajemen energy 177


aktivitas b.d Ketidakseimbangan Kriteria hasil: 1) Menilai status fisiologi pasien untuk
antara suplai oksigen dengan a. Saturasi oksigen ketika beraktivitas tidak mengurangi kelelahan sesuai umur
kebutuhan terganggu dan perkembangannya
b. Frekuensi nadi saat berktivitas tidak 2) Anjurkan mengungkapkan yang
Batasan karakteristik: terganggu dirasakan tentang keterbatasan
1. Dispnea saat beraktivitas c. Frekuensi pernafasan tidak terganggu 3) Gunakan alat yang benar untuk
2. Keletihan d. Kemudahan bernafas ketika beraktivitas tindakan kelelahan, bila perlu
3. Ketidaknyamanan setelah tidak terganggu 4) Tentukan pasien/persepsi penting
beraktivitas lainnya dari penyebab kelelahan
4. Perubahan EKG e. Tekanan darak sistol ketika beraktivitas tidak 5) Pilih intervensi untuk menurunkan
5. Respon frekuensi jantung terganggu kelelahan menggunakan kombinasi
abnormal terhadap aktivitas f. Tekanan darah diastol ketika beraktivitas antara farmakologi dan kategori
6. Respon tekanan darak tidak terganggu nonfarmakologi, untuk ketepatan\
abnormal terhadap aktivitas g. Warna kulit tidak terganggu 6) Tentukan apa dan berapa banyak
aktivitas yang diperlukan untuk
membangun ketahanan
7) Monitor intake nutrisi untuk
memastikan sumber energi yang
adekuat
8) Konsultasi dengan ahli diit tentang
cara untuk menambah intake dari
makanan energi tinggi
9) Negosiasi keinginan waktu makan
yang mungkin atau tidak mungkin
tepat dengan standar jadwal RS
10) Monitor pasien untuk menunjukkan
fisik berlebihan dan kelelahan
emosional
11) Monitor respon aktivitas
kardiorespiratori (takikardi, disritmia
lainnya, dispnea, diaphoresis, sianosis,
TD, frekuensi pernapasan)
12) Anjurkan latihan aerobik sebagai
pertahanan
13) Monitor/catat pola tidur pasien dan
jumlah jam tidur
14) Atur keterbatasan dengan
hiperaktifitas ketika terganggu dengan
lainnya atau dengan pasien
15) Bantu pasien memahami prinsip
menjaga energi (keperluan untuk
membatasi aktivitas atau istirahat)
16) Ajar mengatur aktivitas dan teknik
manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan
17) Bantu pasien dalam memberikan
prioritas untuk beraktifitas untuk
menyediakan tingkat energi
18) Bantu pasien/kepentingan lainnya
untuk menentukan tujuan aktifitas
19) Bantu pasien mengenal pilihan untuk
beraktifitas
20) Anjurkan pasien untuk memilih
aktifitas yang secara berangsur-angsur
membangun ketahanan
21) Bantu pasien untuk membatasi waktu
tidur sehari dengan aktifitas yang asal
saja yang meningkatkan sulit tidur,
jika perlu
22) Batasi jumlah pengunjung, jika perlu
23) Tingkatkan istirahat/ batasi aktifitas
(menambah jumlah waktu istirahat)
dengan memelihara waktu istirahat
sebagai pilihan
24) Anjurkan mengganti istirahat dan
waktu aktfitas
25) Atur aktifitas fisik untuk mengurangi
persaingan suplai oksigen untuk fungsi
vital tubuh( menghindari aktifitas
segera setelah makan)
b. Terapi aktivitas 431
c. Manajemen lingkungan 191
d. Bantuan perawatan diri 79
e. Peningkatan tidur 348
f. Manajemen lingkungan:
kenyamanan 192
g. Peningkatan latihan 338
h. Manajemen pengobatan 199
i. Terapi oksigen 444
3. Pola nafas tidak efektif b.d nyeri Status Penafasan (hal. 556) a. Manajemen jalan nafas (Hal. 186)
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil: 1) Posisikan pasien untuk
1. Bradipnea a. Frekuensi pernafasan normal memaksimalkan potensi ventilasi
2. Dispnea b. Irama pernafasan normal 2) Melakukan fisioterapi dada yang
3. Fase ekspirasi memanjang c. Kedalaman respirasi normal sesuai
4. Ortopnea d. Tidak ada penggunaan otot bantu 3) Bersihkan sekret dengan
5. Penggunaan otot bantu e. Tidak ada sianosis menganjurkan batuk atau suction
pernafasam f. Tidak ada retraksi dinding daada 4) Mendorong lambat balik
6. Penggunaan posisi tiga titik g. Tidak menggunakan pernafasan cuping hidung pernapasan dan batuk
7. Panurunan kapasitas vital 5) Menggunakan teknik
8. Penurunan tekanan ekspirasi menyenangkan untuk mendorong
9. Oenurunan tekanan inspirasi pernapasan dalam untuk anak-
10. Penurunan ventilasi semenit anak
11. Pernafasan bibir 6) Menginstruksikan cara batuk
12. Pernafasan cuping hidung efektif
13. Pola napas abnormal takipnea 7) Auskultasi bunyi nafas, mencatat
daerah menurun atau hilangnya
ventilasi dan bunyi tambahan
8) Mengelola udara lembab atau
oksigen yang sesuai
9) Mengatur asupan cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
10) Posisi untuk mengurangi dyspnea
11) Memonitor pernapasan dan status
oksigenasi yang sesuai
b. Pengurangan kecemasan (319)
c. Pemberian obat (hal.253)
d. Monitor pernafasan 236
e. Pemberian analgesik 247
f. Fisioterapi dada 111
g. Manajemen cairan 157
h. Manajemen nyeri 198
i. Pengaturan posisi 306

4. ketidakseimbangan nutrisi: Status nutrisi (551) a. Manajemen nutrisi 197


kurang dari kebutuhan tubuh b.d Kriteria hasil: 1) Tentukan status gizi pasien dan
ketidakmampuan untuk menelan 1. Asupan nutrisi tidak menyimpang dari kemampuan pasien untuk
makanan rentang normal memenuhi kebutuhan gizi
2. Asupan makanan tidak menyimpang dari 2) Indentifikasi alergi
batasan karakteristik: rentang normal 3) Intruksikan pasien mengenai
1. Berat badan 20 % atau lebih 3. Asupan cairan tidak menyimpang dari kebutuhan nutrisi
dibawah rentang berat badan rentang normal 4) Tentukan jumlah kalori dan jenis
ideal 4. Energi tidak menyimpang dari rentang nutrisi yang dibutuhkan
2. Bising usus hipeaktif normal 5) Berikan pilihan makanan
3. Cepat kenyang setelah makan 5. Rasio berat badan/tinggi badan tidak 6) Atur diet yang diperlukan
4. Diare menyimpang dari rentang normal 7) Ciptakan lingkungan yang
5. Gangguan sensi rasa 6. Hidrasi optimal
6. Kehilangan rambut berlebih
7. Kelemahan otot mengunyah 8) Anjurkan keluarga membawa
8. Kelemahan otot menelan makan favorit pasien
9. Ketidakmampuan memakan 9) Monitor kalori dan asupan
makanan makanan
10. Kram abdomen 10) Anjurkan klien untuk emmantau
11. Kurang informasi asupan kalori dan intake
12. Kurang minat pada makanan makanan
13. Membran mukosa pucat b. Bantuan peningkatan BB 78
14. Nyeri abdomen c. Manajemen diare 164
15. Penurunan berat badan d. Manajemen cairan/elektrolit 167
dengan asupan adekuat e. Monitor nutrisi 235
16. Sariawan rongga mulut f. Bantuan perawtaan driri: pemberian
17. Tonus otot menurun makan 82
g. Monitor tanda-tanda vital 237
h. Penahapan diet 268
i. Manajemen energi 177

5. Gangguan pola tidur b.d penyakit Tidur (566) a. Peningkatan tidur 348
paru obstruktif kronis Kriteria hasil: 1) Tentukan pola tidur/aktivitas
1. Jam tidur tidak terganggu pasien
Gejala dan tanda Mayor 2. Pola tidur tidak terganggu 2) Perkirakan tidur/siklus bangun
Subjektif 3. Kualitas tidur tidak terganggu pasien di dalam perawatan
4. Tidur rutin tidak terganggu perencanaan
1. Mengeluh sulit tidu 5. Perasaan segar ketika bangun tidur tidak 3) Jelaskan pentingnya tidyr
2. Mengeluh seing terjaga terganggu 4) Tentukan efek dari obat yang di
3. Mengeluh tidak puas tidur 6. Mudah bangun pada saat yang tepat tidak konsumsi klien
4. Mengeluh pola tidu berubah terganggu 5) Moitor atau catat pola tidur pasien
5. Mengeluh istirahat tidak 7. Kesulitan memulai tidur tidak ada anjurkan pasien untuk mencatat
cukup 8. Tidur yang terputus tidak ada pola tidur
9. Tidur yang tidak tepat tidak ada 6) Sesuaikan lingkungan
Objektif 10. Apnea saat tidur tidak ada 7) Bantu untuk menghilangkan stress
- 11. Nyeri tidak ada sebelum tidur
8) Monitor makan sebelum tidur dan
Gejala dan tanda Minor intake minuman yang dapat
mengganggu tidur
Subjektif
9) Berikan informasi mdengenai
1. Menegeluh kemampuan teknik peningkatan tidur
aktivitas menurun b. Manajemen lingkungan 191
c. Manajemen lingkungan: kenyamanan
Objektif 192
d. Pemberian obat 235
-
e. Manajemen pengobatan 199
f. Terapi relaksasi 446
g. Pengaturan posisi 306
h. Peningkatan keselamatan 327
i. Memandikan 222
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M.2013. Nursing Interventions Classification edisi


6.United State of America : Elsevier
Dr.Widoyono,MPH.2011. penyakit tropis edisi 2.jakarta.Erlangga
Herdman, T.H & Kamitsuru.2014.NANDA international Nursing Diagnoses
Definitions and Classification edisi 10.Oxford:Wiley Blackwell
Moorhead, Sue dkk.2013.Nursing Outcomes Classification edisi 5.United
State of America : Elsevier

25

Anda mungkin juga menyukai