Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini
sangat cepat dan tidak terkendali serta bentuk sel-sel darah putihnya tidak
normal. Pada pemeriksaan mikroskopis apus darah tepi terlihat sel darah
putih muda, besar-besar dan selnya masih berinti (disebut megakariosit)
putih (neoplasma hematology). Beberapa ahli menyebut leukemia sebagai
keganasan sel darah putih (neoplasma hematology). Leukemia ini sering
berakibat fatal meskipun leukemia limpositik yang menahun (chronic
lympocytic leucaemia), dahulu disebut sebagai jenis leukemia yang bisa
bisa bertahan lama dengan pengobatan yang intensif. Kemungkinan anak-
anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat tingginya risiko anak-anak
terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian
dan kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala
mirip dengan gejala kanker. Lebih ditekankan para orangtua, terutama
masyarakat awam, mengetahui dan mendapatkan informasi cukup tentang
kanker dan tumor yang menyerang anak-anak. Masyarakat diharapkan
tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat sesuatu untuk
menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus
memberikan perhatian khusus pada kanker anak yang antara lain adalah
kanker darah atau leukemia, kanker tulang, saraf, ginjal, dan getah bening.
Pengobatan penyakit-penyakit ini pada anak-anak berbeda dari orang
dewasa, karena mereka masih di usia pertumbuhan. Kanker darah atau
leukemia merupakan bertambahnya sel darah abnormal sel darah
putihsecara berlebihan dan tidak terkendali, dan penyebarannya ke seluruh
tubuh sangat cepat. bertahan lama dengan pengobatan yang intensif.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

1
Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan
masalahkesehatan terutama leukemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dan
keluarga dengan masalah leukemia.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah leukemia.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan interfensi
keperawatan terhadap klien dengan leukemia.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai
denganinterfensi keperawatan yang telah disusun.

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap


implementasikeperawatan yang telah dilaksanakan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. DEFINISI

2
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175). Leukimia adalah
proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang
menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G,
2002 : 248 ). Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah
berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495). Leukimia
adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi sel
hemopoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam
pembentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain

2. KLASIFIKASI

a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)

LMA mengenai sel sistem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke


semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan
trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering
terjadi.

b. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)

LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. LMK jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip
dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang
sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

c. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 - 70 tahun.


Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa
saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.

3
d. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada


anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia
4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan
sel normal.

3. ETIOLOGI

Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.


Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan
risiko timbulnya penyakit leukemia.

a. Host

1) Umur, jenis kelamin, ras Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi


menurut umur. LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-
anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-
39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK
merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia
lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih
tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok
kulit hitam. Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker.
Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang
dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia
terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal
itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.

2) Faktor Genetik

Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali


lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott

4
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D. Pada sebagian penderita
dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan
untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain
itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.

Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case


control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif
leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang
yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga
positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.

b. Agent

1) Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada


binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah
satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam
darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia
pada binatang. Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis
cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien
dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di
Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan
Amerika Serikat.

2) Sinar Radioaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat


menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat
setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif
rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih
besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan
Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi

5
LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai
7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing
spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14
kali lebih banyak.

3) Zat Kimia

Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,


fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian
besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada
orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.

Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan


bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia
terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita
leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang
tidak menderita leukemia.

4) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya


leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita
leukemia terutama LMA. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok
meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain
case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan
risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita
LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan
orang yang tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan
adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di
Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan
risiko LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok
tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.

c. Lingkungan (Pekerjaan)

6
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang,
sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk
mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di
antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan
17% adalah petani.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja


di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI =
1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja
di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

4. PATOFISIOLOGI

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda
dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi
memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi.
Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk
sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
jaringan.

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi


kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom
dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh
kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali),
delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah
bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan
mulainya proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sistem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.

7
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah
tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum
tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah
yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk
hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

5. PATHWAYS

6. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah


sebagai berikut :

a. Anemia

Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang.

8
Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang
sesak nafas.

b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi

Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan


menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.

c. Perdarahan

Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan


mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering
disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.

d. Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel


abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti
kejang sampai koma.

e. Penurunan nafsu makan

f. Kelemahan dan kelelahan fisik

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Darah tepi

Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya
ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit
biasanya berbanding langsung dengan jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil

9
seringkali rendah, demikian pula dengan kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil
pemeriksaan sum-sum tulang biasanya menunjukkan sel blas yang dominan

Gejala yang terlihat dari darah tepi berdasarkan pada kelainan sum-sum
tulang berupa adanya pansitopenia, limositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton.

2) Sumsum tulang

Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang


monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoitik patologis sedangkan sistem lain
terdesak

3) Biopsi limpa

Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukimia dan sel yang


berasal dari jaringan limpa yang terdesak

b. Cairan cerebrospinal

Bila sel patologis dan protein meningkat, maka merupakn suatu leukimia
meningeal. Kedaan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit. Untuk
pencegahannya adalah dengan pemberian metotreksat (MTX)

8. PENATALAKSANAAN

A. Program terapi

Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996)


yaitu:

1) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:

10
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit
kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit. · Pemberian
antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

2) Pengobatan spesifik

Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.


Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi
prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi


kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5%
baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-
gajala yang tampak.
b. Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa
tidak memperbanyak diri lagi.

c. Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat.

d. Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa


remis
3) Fase Pelaksanaan Kemoterapi
a. Fase Induksi Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada
fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%. · Fase profilaksis sistem
saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan
hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia
ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
b. Konsolidasi Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap

11
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
B. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam
tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya
dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
C. Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel


leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain
dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi
gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma.
Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan
karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

D. Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang


yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak
dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka
keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai.
Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang
pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.

E. Terapi Suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan


penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah
untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk
mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

9. KOMPLIKASI

12
Berikut ini dapat dicermati komplikasi yang timbul pada leukimia:

a. Anemia (kurang darah) : hal ini dikarenakan produksi sel darah merah
kurang atau akibat perdarahan

b. Terinfeksi berbagai penyakit : hal ini dikarenakan sel darah putih yang ada
kurang berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan tetapi sudah
berubah menjadi ganas sehingga tidak mampu melawan infeksi dan benda asing
yang masuk ke dalam tubuh. Di samping itu, pada leukimia, obat-obatan anti
leukimia menurunkan kekebalan.

c. Perdarahan : hal ini terjadi sebagai akibat penekanan sel leukimia pada sum-
sum tulang sehingga sel pembeku darah produksinya berkurang.

d. Gangguan metabolisme

1. Berat badan turun

2. Demam tanpa infeksi yang jelas

3. Kalium dan kalsium darah meningkat,bahkan ada yang rendah

4. Gejala asidosis sebagai akibat asam laktat meningkat

e. Penyusupan sel leukimia pada organ-organ:

1. Terlihat organ limpa membesar

2. Gejala gangguan saraf otak

3. Gangguan kesuburan

4. Tanda-tanda bendungan pembuluh pembuluh darah paru

Penyebab Kematian

Telah diketahui bahwa leukimia (kanker darah) merupakan satu penyebab


kematian. Hal ini dikarenakan seseorang yang didiagnosa menderita leukimia,
sepanjang hidupnya harus berhadapan dengan:

a. Penyakit infeksi

13
b. Perdarahan

c. Gabungan infeksi dan perdarahan

d. Gangguan fungsi organ fital seperti otak, jantung dan paru akibat
penyusupan sel leukimia (Faisal Yatim, 2003)

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Keluhan Utama

Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika
disertai infeksi) juga disertai dengan sakit kepala.

2. Riwayat Perawatan Sebelumnya

3. Riwayat kelahiran anak :

a) Prenatal

b). Natal

c). Post natal

4. Riwayat Tumbuh Kembang

Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa


pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.

5. Riwayat keluarga

Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang
terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).

2. Pemeriksaan Fisik :

a. Keadaan Umum tampak lemah

Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.

14
b. Pemeriksaan Kepala Leher Rongga mulut

Apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri), perdarahan


gusi Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat
infiltrasi ke SSP.

c. Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi
dehidrasi
d. Pemeriksaan Dada dan Thorax
- Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
- Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret akibat
infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
- Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
- Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
e.Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan


vena

- auskultasi peristaltic usus,

- palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh

b. Defisit volume cairan b.d output berlebihan

c. kerusakan membran mukosa oral b.d program pengobatan


d. Nyeri akut yang b.d efek fisiologis dari leukemia

3. Intervensi Keperawatan

NO. DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pengendalian infeksi

15
berhubungan dengan tindakan .....x 24 jam a. Pantau hasil laboratorium
(hitung darah lengkap,hitung
menurunnya sistem diharapkan pasien
granulosit, absolut, hitung
pertahanan tubuh mampu memperlihatkan
jenis,protein serum dan
status imun dengan albumin
indikator b. Ajarkan pasien
mencuci tangan yang benar
Mengeidentifikasi tanda c. Ajarkkkan kepada
dan gejala infeksi (5) pengunjung untuk mencuci
tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruangan
pasien
d. Pertahankan teknik
isolasi,bila dperlukan
e. Berikan terapi
antibiotik bila diperlukan.

2. Defisit volume cairan Setelah dilakukan Managemen cairan


a. monitor hasil
b.d output berlebihan tindakan keperawatan
selama .....x 24 jam laboratorium yang
diharapkan pasien relevan dengan
retensi cairan
mampu menunjukan
(misalnya
keseimbangan cairan
peningkatan berat
dengan indikator jenis, peningkatan
keseimbangan intake dan BUN, penurunan
output dalam 24 jam (5) hematokrit dan
peningkatan kadar
osmolaritas urine)
b. dukung pasien dan
keluarga untuk
membantu dalam
pemberian makan
dengan baik
c. tawarkan makanan
ringan (misal
minuman ringan
dan buah-buahan
segar atau jus buah)
berikan cairan IV sesuai suhu
kamar

16
3. kerusakan membran Setelah dilakukan Pemulihan kesehatan
mulut
mukosa oral b.d tindakan keperawatan
selama .....x 24 jam a. Pantau pasien
program pengobatan setiap shift terhadap
diharapkan pasien
mampu menunjukan kekeringan pada
integritas jaringan : mukosa mulut
kulit dan membran b. Bantu pasien
mukosa dengan dalam memilih
indikator : makanan yang
lembut,lunak dan
a. Eritema (5) tidak asam
b. Lesi c. Instruksikan pasien
membran untuk melaporkan
mukosa (5) tanda infeksi kepada
dokter sesegera
mungkin

d. Berikan anestesi
topikal,pasta
pelindung mulut, da
analgesik topikal atau
sistemik jika perlu.

4. Nyeri akut yang b.d Setelah dilakukan Managemen Nyeri


tindakan keperawatan a. Kaji nyeri meliputi
efek fisiologis dari lokasi,
selama .....x 24 jam
leukemia diharapkan pasien karakteristik,beratnya
nyeri dan faktor
mampu mengontrol
pencetus
nyeri dengan indikator: b. Ajarkan teknik
a. Mengenali relaksasi nafas dalam
kapan nyeri pada pasien
terjadi (5) c. Libatkan poasien
b. Menggambar dalam modalitas
faktor penyebab peredaan nyeri, jika
(5) memungkinkan
kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
memengaruhi respons
pasien terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya,suhu
ruangan,pencahayaan,
dan kegaduhan)
kolaborasikan dengan
pasien untuk
menerapkan tindakan
nyeri non farmakologi

17
4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan


keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan

keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga


pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana
yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana


keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L,
(2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :

a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya


laporan peningkatan toleransi aktifitas.

c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak
nyaman

f. Masukan nutrisi adekuat

g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan


bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

h. Kulit tetap bersih dan utuh i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan
dengan kerontokan rambut, anak membantu menentukan metode untuk
mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak
bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

18
j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama
anak.

k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan
anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka
pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini disebabkan


olehsel darah putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada.
Leukemiaakut pada anak adalah suatu kelainan atau mutasi pembentukan
sel darah putih oleh sumsum tulang anak maupun gangguan pematangan
sel-sel tersebut selanjutnya. Gangguan ini sekitar 25-30% jumlahnya dari
seluruh keadaankeganasan yang didapat pada anak. Leukemia ada 4 jenis
berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan sel kanker yaitu Leukemia
Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK)

19
(Medicastore, 2009).Gejala- gejala yang dirasakan antara lain
anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi, mimisan, mudah
memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi. Penyebab
utama penyakit kelainan darah ini sampai sekarang belumdiketahui secara
pasti, dan masih terus diteliti. Namun, faktor genetik berperancukup
penting pada beberapa penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain,
adahubungannya dengan faktor keturunan, selain tentunya banyak faktor
penyebablain yang bervariasi sesuai kasus per kasus dan jenis subtipe yang
didapat. Terapi yang diberikan pada penderita leukemia akut bertujuan
untuk menghancurkan sel-sel leukemia dan mengembalikan sel-sel darah
yang normal.Terapi yang dipakai biasanya adalah kemoterapi (pemberian
obat melalui infus),obat-obatan, ataupun terapi radiasi. Untuk kasus-kasus
tertentu, dapat jugadilakukan transplantasi sumsum tulang
belakang.Mengenai kemungkinan keberhasilan terapi, sangat tergantung
waktupenemuan pertama penyakit si penderita. Apakah dalam stadium
awal atau sudahlanjut, subtipe penyakit, teratur tidaknya jadwal terapi
yang dilakukan, timbul Relapse (kambuh) atau tidak selama terapi maupun
kemungkinan penyebab yangbisa diperkirakan.

B. SARAN
Bagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana tatalaksana
terapeutik untuk pasien leukemia agar penyakitnya tidak memasuki
stadium lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

20
NANDA NIC NOC 2015

2000.Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Media aeskulapius

FKUI. Ngastiyah. 2005.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC Suriadi &


Rita. 2006. Asuhan Keperawatan anak Edisi 2.Jakarta:Sagung Seto
http://bantarmerak64.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-leukemia-pada-
anak.html http://delfielizablog.wordpress.com/2012/12/09/15/
http://jilioetamey.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-dengan-leukemia-
pada.html http://mocos-87.blogspot.com/p/askep-leukimia.html

21

Anda mungkin juga menyukai