MENINGOENSEFALITIS
Oleh :
Adolf Finensius Sarumaha (123307001)
Pembimbing
Nilai :
Pembimbing
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Meningoensefalitis”
dalam rangka melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di RS
Bhayangkara Medan.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pembimbing dr. Irna Sp.A atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepanitraan
Klinik Ilmu Kesehatan Anak RS Bhayangkara Medan, serta dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa jurnal ini masih banyak kekurangan, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan, guna perbaikan laporan kasus ini di kemudian
hari.
Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan Ilmu Kesehatan Anak di klinik dan
masyarakat.
2.1. Anatomi
Meningens merupakan selaput atau membran yang terdiri atas jaringan ikat yang melapisi
dan melindungi otak. Selaput otak atau meningens terdiri dari tiga bagian yaitu:
2.1.1. Durameter
Durameter merupakan selaput otak yang terbentuk dari jaringan ikat fibrous.
Durameter ini terdiri atas dua lapis, yaitu endosteal dan lapisan meningeal. Kedua lapisan
ini melekat dengan rapat, kecuali sepanjang tempat-tempat tertentu, terpisah dan
membentuk sinus-sinus venosus. Lapisan endosteal sebenarnya merupakan lapisan
periosteum yang menutupi permukaan dalam tulang cranium. Lapisan meningeal
merupakan lapisan durameter yang sebenarnya, sering disebut dengan cranial durameter.
Lapisan meningeal ini terdiri atas jaringan fibrous padat dan kuat yang membungkus otak
dan melanjutkan menjadi durameter spinalis setelah melewati foramen magnum yang
berakhit sampai segmen kedua dari os sacrum.15,16
Lapisan meningeal membentuk septum ke dalam, membagi rongga cranium menjadi
ruang-ruang yang saling berhubungan dengan bebas dan menampung bagian-bagian otak.
Fungsi septum ini adalah untuk menahan pergeseran otak. Adapun empat septum itu
antara lain:
a. Falx cerebri adalah lipatan durameter berbentuk bulan sabit yang terletak pada garis
tengah diantara kedua hemisfer cerebri. Ujung bagian anterior melekat pada crista
galli. Bagian posterior melebar, menyatu dengan permukaan atas tentorium cerebelli.
b. Tentorium cerebelli adalah lipatan durameter berbentuk bulan sabit yang menutupi
fossa crania posterior. Septum ini menutupi permukaan atas cerebellum dan
menopang lobus occipitalis cerebri.
c. Falx cerebelli adalah lipatan durameter yang melekat pada protuberantia occipitalis
interna.
d. Diapharma sellae adalah lipatan sirkuler kecil dari durameter, yang mmenutupi sella
turcica dan fossa pituitary pada os sphenoidalis. Diafragma ini memisahkan pituitary
gland dari hypothalamus dan chiasma opticum. Pada bagian tengah terdapat lubang
yang dilalui oleh tangkai hypophyse.
Pada pemisahan dua lapisan durameter ini, terdapat sinus duramatris yang berisi
darah vena. Sinus venosus/duramatris ini menerima darah dari drainase vena pada otak
dan mengalir menuju vena jugularis interna. Dinding dari sinus-sinus ini dibatasi oleh
endothelium. Sinus pada calvaria yaitu sinus sagitalis superior. Sinus sagitalis inferior,
sinus transverses dan sinus sigmoidea. Sinus pada basis crania antara lain: sinus
occipitalis, sinus sphenoidalis, sinus cavernosus, dan sinus petrosus.
Pada lapisan durameter ini terdapat banyak cabang-cabang pembuluh darah yang
berasal dari arteri carotis interna, a. maxilaris, a.pharyngeus ascendens,a.occipitalis dan
a.vertebralis. 15,16
2.1.2. Arachnoid
Lapisan ini terletak diantara piameter dan durameter. Membran ini dipisahkan dari
durameter oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale dan dari piameter oleh cavum
subarachnoid yang berisi cerebrospinal fluid. Cavum subarachnoid (subarachnoid space)
merupakan suatu rongga/ruangan yang dibatasi oleh arachnoid dibagian luar dan piameter
pada bagian dalam. Dinding subarachnoid space ini ditutupi oleh mesothelial cell yang
pipih. Pada daerah tertentu arachnoid menonjol ke dalam sinus venosus membentuk villi
arachnoidales. Agregasi ini berfungsi sebagai tempat perembesan cerebrospinal fluid ke
dalam aliran darah.
Arachnodi berhubungan dengan piameter melalui untaian jaringan fibrosa halus yang
melintasi cairan dalam cavum subarachnoid. Struktur yang berjalan dari dan ke otak
menuju cranium atau foraminanya harus melalui cavum subarachnoid. 15,16
2.1.3. Piameter
Lapisan piameter berhubungan erat dengan otak dan sum-sum tulang belakang,
mengikuti tiap sulcus dan gyrus. Piameter ini merupakan lapisan dengan banyak
pembuluh darah dan terdiri atas jaringan penyambung yang halus serta dilalui pembuluh
darah yang memberi nutrisi pada jaringan saraf.
Astrosit susunan saraf pusat mempunyai ujung-ujung yang berakhir sebagai end feet
dalam piameter untuk membentuk selaput pia-glia Selaput ini berfungsi untuk mencegah
masuknya bahan-bahan yang merugikan ke dalam susunan saraf pusat.
Piameter membentuk tela choroidea, atap ventriculus tertius dan quartus dan menyatu
dengan ependyma membentuk plexus choroideus dalam ventriculus lateralis, tertius dan
quartus. 15,16
Sedangkan encephalon adalah bagian sistem saraf pusat yang terdapat di dalam cranium;
terdiri atas proencephalon (disebut juga forebrain yaitu bagian dari otak yang berkembang
dari anterior tiga vesikel primer terdiri atas diensefalon dan telensefalon); mesencephalon
(disebut juga brainstem yaitu bagian dari otak yang berkembang dari bagian tengah tiga
vesikel primer, terdiri atas tektum dan pedunculus); dan rhombencephalon (disebut juga
hindbrain,terdiri atas mesensefalon (serebelum dan pons) dan mielensefalon (medulla
oblongata). 15,16
Gambar 3. jaringan otak (encephalon)
Virus yang menyebabkan meningitis pada prinsipnya adalah virus golongan enterovirus
dimana termasuk didalamnya adalah coxsackieviruses, echovirus dan pada pasien yang tidak
vaksinasi (poliovirus). Virus golongan enterovirus dan arbovirus adalah golongan virus yang
paling sering menyebabkan meningoencephalitis. Selain itu virus yang dapat menyebabkan
meningitis yaitu HSV, EBV, CMV lymphocytic choriomeningitis virus, dan HIV. Virus
mumps adalah virus yang paling sering menjadi penyebab pada pasien yang tidak
tervaksinasi sebelumnya. Sedangkan virus yang jarang menyebabkan meningitis yaitu
Borrelia burgdorferi (lyme disease), B. hensalae (cat-scratch virus), M. tuberculosis,
Toxoplasma, Jamus (cryptococcus, histoplasma, dan coccidioides), dan parasit
(Angiostrongylus cantonensis, Naegleria fowleri, Acanthamoeba).
Encephalitis adalah suatu proses inflamasi pada parenkim otak yang biasanya
merupakan suatu proses akut, namun dapat juga terjadi postinfeksi encephalomyelitis,
penyakit degeneratif kronik, atau slow viral infection. Encephalitis merupakan hasil dari
inflamasi parenkim otak yang dapat menyebabkan disfungsi serebral. Encephalitis sendiri
dapat bersifat difus atau terlokalisasi. Organisme tertentu dapat menyebabkan encephalitis
dengan satu dari dua mekanisme yaitu (1). Infeksi secara langsung pada parenkim otak atau
(2) sebuah respon yang diduga berasal dari sistem imun (an apparent immune-mediated
response) pada sistem saraf pusat yang biasanya bermula pada beberapa hari setelah
munculnya manifestasi ekstraneural.
Pada bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) gejala yang muncul, yaitu:
a. Demam,
b. Malas makan,
c. Muntah,
d. Kejang,
e. Menangis dengan merintih,
f. Ubun-ubun menonjol,
g. Kaku kuduk dan tanda Kernig dan Brudzinski positif.
Pada anak-anak dan remaja gejala yang terjadi:
a. Demam tinggi,
b. Sakit kepala,
c. Muntah yang diikuti oleh perubahan sensori,
d. Fotofobia,
e. Halusinasi,
f. Perilaku agresif,
g. Stupor,
h. Koma,
i. Kaku kuduk, tanda Kernig dan Brudzinski positif.
Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa permulaan penyakit juga terjadi akut diantaranya:
a. Panas,
b. Nyeri kepala yang bisa hebat sekali,
c. Malaise umum,
d. Nyeri otot dan nyeri punggung.
Biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas. Selanjutnya terjadi
kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan takikardi karena septikimia
Gejala klinis meningitis dan ensefalitis pada anak umur lebih 2 tahun lebih khas dibandingkan
anak yang lebih muda. Gejala tersebut antara lain terdapatnya panas, menggigil, muntah, nyeri
kepala, kejang, gangguan kesadaran, dan yang paling utama terdapatnya tanda-tanda rangsangan
meningeal seperti kaku kuduk, tanda Brudzinski, Kernig, dan Laseque. Yang membedakan
meningitis dan ensefalitis dari segi pemeriksaan fisik ialah pada meningitis didapatkan tanda-
tanda perangsangan meningeal seperti kaku kuduk, tanda Brudzinski, Kernig, dan Laseque,
sedangkan pada ensefalitis tidak terdapat tanda-tanda tersebut melainkan adanya gejala-gejala
fokal kerusakan jaringan otak tergantung dari lokasi infeksi.6
2. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan jenis leukosit, kadar glukosa,
kadar ureum. Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit dengan pergeseran
ke kiri pada hitung jenis, biasanya terdapat kenaikan jumlah leukosit.11 Gangguan elektrolit
sering terjadi karena dehidrasi. Di samping itu hiponatremia dapat terjadi akibat pengeluaran
hormon ADH (Anti Diuretic Hormon) yang menurun.2 Pada Mycobacterium tuberculosa,
leukosit meningkat sampai 500/mm3 dengan sel mononuklear yang dominan, pemeriksaan
pada darah ditemukan jumlah leukosit meningkat sampai 20.000, dan test tuberkulin sering
positif. 9
3. Pemeriksaan Radiologis
CT scan dan Magnetic Resonance Maging (MRI) otak dapat menyingkirkan kemungkinan
lesi massa dan menunjukkan edema otak. Untuk menegakkan diagnosa dengan penyebab herpes
simpleks, diagnosa dini dapat dibantu dengan immunoassay antigen virus dan PCR untuk
amplifikasi DNA virus. Elektroensefalografi (EEG) menunjukkan kelainan dengan bukti disfungsi
otak difus. 10
2.7.Diagnosis Banding Meningoencephalitis
3,11,12,13
Beberapa diagnosis banding untuk meningoencephalitis adalah:
1. Kejang demam
2. Meningitis
3. Encephalitis
4. Intracranial abscess
5. Infark cerebral
6. Perdarahan cerebral
b. Gentamisin
Diberikan secara intravena drip tiap 30 menit.
Dosis :
Umur kehamilan Umur Pascnatal Dosis (mg/kg) Interval
(pascakonsepsi) (hari)
dalam minggu)
0-7 5 48
≤29 8-28 4 36
≥29 4 24
0-7 4,5
30-34 24
≥8 4
≥ 35 Semua 4 24
c. Kloramfenikol
Diberikan secara intravena driip
Dosis :
Infeksi Ringan-Sedang: 50-70 mg/kgBB/hari
Infeksi Berat (Intrakranial) : 75-100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis
d. Ceftriaxone
Diberikan secara intravena
Dosis biasa : 80 mg/kgbb/hari
Dosis Intrakranial : 100 mg/kgbb/hari terbagi dalam 2 dosis.
Bila dilakukan kultur dan bakteri penyebab dapat ditemukan, biasanya antibiotika yang
digunakan adalah seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.7: Pilihan antibiotik berdasakan kuman penyebab
No Kuman penyebab Pilihan pertama Alternatif lain
1. H. influenza Ampisilin Cefotaksim
2. S. pneumonia Penisillin G Kloramfenikol
3. N. meningitides Penisillin G Kloramfenikol
4. S. aureus Nafosillin Vancomisin
5. S. epidermitis Sefotaksim Ampisillin bila sensitif dan atau
Enterobacteriaceae ditambah aminoglikosida secara
intrateca.
6. Pseudomonas Pipersillin + Sefotaksim
Tobramisin
7. Streptococcus Penicillin G Vankomisin
Group A / B
8. Streptococcus Ampisillin +
Group D Gentamisin
9. L monocytogenes Ampisillin Trimetoprim
Sulfametoksasol
2.9. Prognosis
Prognosis penyakit ini bervariasi, tergantung pada :
1. Umur : Semakin muda semakin bagus prognosisnya
2. Kuman penyebab
3. Lama penyakit sebelum diberikan antibiotika
4. Jenis dan dosis antibiotika yang diberikan
5. penyakit yang menjadi faktor predisposisi.
Pada banyak kasus, penderita meningitis yang ringan dapat sembuh sempurna walaupun
proses penyembuhan memerlukan waktu yang lama. Sedangkan pada kasus yang berat, dapat
terjadi kerusakan otak dan saraf secara permanen, dan biasanya memerlukan terapi jangka
panjang. 14
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sopar Tambunan
Umur : 1 tahun 6 bulan 4 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Periuk Sei Putih.
Pendidikan :-
Status : Umum
Agama : Kristen
Tanggal masuk : 20 Juni 2017
Tanggal keluar : 20 Juni 2017
II. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 20 Juni 2017.
1. Keluhan utama : Kejang
2. Telaah :
Os dibawa ibunya ke RS Bhayangkara tingkat II Medan dengan keluhan kejang
disertai dengan demam. Kejang didahului oleh demam. Demam dirasakan 1
hari ini. Kejang berlangsung >30 menit dengan sifat kejang seluruh tubuh,
sebelumnya os tidak mengalami gangguan kesadaran. Mual, muntah (-),
mencret (+) dengan frekuensi >20x / hari, sejak 1 hari yang lalu, air lebih
banyak dari ampasnya, os juga tidak nafsu makan dan sedikit minum, nyeri
kepala (-), badan lemas (+).
3. Riwayat Penyakit Terdahulu :
Os tidak pernah mengalami seperti ini sebelumnya
4. Riwayat Pemberian Obat :
Tidak ada riwayat pemberian obat
5. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada riwayat serupa dalam keluarga
6. Riwayat alergi : Os tidak memiliki alergi obat tertentu
7. Riwayat imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
V. PEMERIKSAAN FISIK
a) Kepala
Bentuk kepala simetris
Rambut hitam, tebal, berombak
Tidak ada terlihat ikterik pada sklera
Tidak ada anemis pada konjungtiva, mata isokor dan tidak cekung
Septum nasi terletak di tengah, hidung simetris
Telinga simetris, membran timpani intak, tidak ada serumen
Mulut tidak sianosis, bibir kering
b) Leher
a. Tidak ada pembesaran KGB
b. Trakea terletak di tengah
c) Paru
a. Inspeksi : bentuk thorax simetris
b. Palpasi : stem fremitus normal
c. Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan batas paru, suara perkusi sonor
d. Auskultasi : suara napas vesikuler
suara tambahan wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
d) Jantung
a. Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
b. Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan batas jantung
c. Auskultasi : tidak terdengar suara bising jantung
e) Abdomen
a. Inspeksi : bentuk abdomen normal, simetris, tidak terlihat adanya
ascites
b. Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
c. Auskultasi : suara peristaltik (+)
f) Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan genitalia
g) Ekstremitas
a. Nadi teraba, tekanan per volume cukup, akral hangat
b. Tidak ada clubbing finger, tidak ada sianosis, capillary refill time normal
DAFTAR PUSTAKA