Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE )

“Keluarga Pasien Ny. M dengan Gangguan Persepsi


Sensori : Halusinasi Penglihatan”

STASE KEPERAWATAN JIWA

OLEH :

NAMA : MIA AUDINA


NIM : 04064881820018

PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Identitas Pasien


Nama Pasien (Inisial) : Ny. M
Usia : 32 tahun
No. RM : 074614
Tanggal dirawat : 12 Oktober 2018
Ruang Rawat : Kenanga
Alamat : Jln. Sako Baru No.469 RT.08 RW.04 Kecamatan Sako
Palembang

1.2 Latar Belakang


Dalam rangka meningkatkan kesehatan pelayanan keperawatan kepada klien yang
mengalami gangguan jiwa. Dukungan dari pihak keluarga merupakan unit yang paling
dekat dengan klien serta keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang
diperlukan bagi klien dengan gangguan jiwa, mengenai masalah yang sedang dihadapi oleh
klien dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Home visite adalah suatu kegiatan kunjungan rumah dimana petugas yang ditugaskan
akan mengunjungi rumah klien dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dari keluarga
kemudian memvalidasi data yang telah dicapai. Selain itu memberikan informasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan perawatan keluarga pada klien khususnya perawatan di
rumah.
Kunjungan rumah atau home visit pada keluarga klien yang sedang dirawat atau yang
pernah dirawat di RS Dr. Ernaldi Bahar Palembang merupakan salah satu bentuk tindakan
keperawatan yang bertujuan untuk memberdayakan keluarga sehingga keluarga dapat
melakukan perawatan di rumah.

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Keluarga dapat menerima dan merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa dan menjadi sistem pendukung yang efektif.
b. Tujuan Khusus
1. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan kondisi klien
selama di rumah sakit.
2. Memvalidasi data dan melengkapi data yang diperoleh dari klien dan data sekunder
rekam medik mengenai :
a) Alasan masuk atau dirawat di rumah sakit
b) Faktor predisposisi dan presipitasi
c) Genogram keluarga
d) Persepsi keluarga terhadap penyakit yang diderita klien
e) Dukungan dalam keluarga
3. Mendapat informasi langsung dari keluarga tentang anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa
4. Melakukan implementasi diagnosa keperawatan yang terkait dengan diagnose
keperawatan dan tugas kesehatan keluarga
5. Melakukan pendidikan kesehatan sesuai dengan masalah klien
6. Memotivasi keluarga untuk berpartisipasi dalam merawat klien
7. Keluarga dapat membantu klien menggunakan obat dengan benar

1.4 Pelaksanaan Kegiatan


Hari/ Tanggal : Minggu/ 02 Desember 2018
Waktu : Pukul 14.00 WIB s.d selesai
Sasaran : Ny. M dan Keluarga
Tempat : Jln. Sako Baru No.469 RT.08 RW.04 Kecamatan Sako Palembang
Petugas : Mia Audina

1.5 Strategi Pelaksanaan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik dan perkenalan
- Mengucapkan salam
- Memperkenalkan nama dan asal institusi
- Menjelaskan tujuan kunjungan
b. Validasi informasi tentang klien
- Menanyakan alasan klien masuk rumah sakit
- Menanyakan susunan anggota keluarga
- Menanyakan tentang perilaku klien dirumah yang menyebabkan klien mengalami
gangguan jiwa
- Menanyakan kepada keluarga faktor apakah yang menyebabkan klien mengalami
gangguan jiwa
- Menanyakan tanggapan keluarga mengenai penyakit yang diderita klien
- Menanyakan harapan keluarga terhadap kesembuhan klien
- Menanyakan dan mengobservasi kondisi lingkungan tempat tinggal klien
- Menanyakan kepada keluarga mengenai cara perawatan dan pengobatan yang
telah dilakukan keluarga selama klien dirumah

2. Fase Kerja
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa keperawatan
 Diagnosa I : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan
SP Keluarga :
 Tujuan Umum : Keluarga mampu merawat klien dengan halusinasi di rumah
 Tujuan Khusus :
a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya
b. Keluarga mengetahui dan memahami pengertian halusinasi, penyebab halusinasi,
tanda dan gejala,macam-macam halusinasi dan proses terjadinya halusinasi
c. Keluarga dapat mengerti cara merawat pasien halusinasi
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah untuk mempersiapkan kepulangan
klien
e. Keluarga dapat membantu klien menggunakan obat dengan benar dan tepat
f. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat
 Rencana Tindakan Keperawatan :
1. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya :
- Salam terapeutik, perkenalan diri dengan sopan
- Tanya nama lengkap dan nama panggilan keluarga
- Jelaskan tujuan interaksi
- Membuat kontrak waktu dengan keluarga
b. Pertahankan kontak mata, tunjukkan rasa empati dan beri kesempatan pada
keluarga untuk mengungkapkan perasaannya.

2. Keluarga mengetahui dan memahami pengerian halusinasi, penyebab halusinasi,


tanda dan gejala,macam-macam halusinasi dan faktor penyebab halusinasi
Intervensi :
a. Jelaskan pada keluarga tentang pengertian halusinasi
b. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab halusinasi
c. Jelaskan pada keluarga tentang tanda dan gejala dari halusinasi
d. Jelaskan pada keluarga tentang macam-macam halusinasi
e. Jelaskan pada keluarga tentang proses terjadinya halusinasi

3. Keluarga dapat mengerti cara merawat pasien halusinasi


Intervensi :
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien halusinasi
b. Jelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
c. Latih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham.
- Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat.
- Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
- Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala halusinasi.
d. Latih keluarga cara merawat langsung kepada pasien halusinasi
e. Berikan pujian positif atas kemampuan keluarga merawat klien.

4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah untuk mempersiapkan kepulangan


pasien
Intervensi :
a. Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam aktivitas harian keluarga
b. Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam makan bersama-sama dengan
anggota keluarga lainnya.
5. Keluarga dapat membantu klien menggunakan obat dengan benar dan tepat
Intervensi :
a. Jelaskan dan tunjukkan obat yang harus diminum klien pada keluarga
b. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa izin
dokter
c. Jelaskan prinsip 5 benar dalam minum obat
d. Anjurkan keluarga agar klien minta obat dan minum obat tepat waktu
e. Anjurkan keluarga melapor kepada perawat atau dokter jika merasakan efek
yang tidak menyenangkan
f. Dorong keluarga memberikan pujian positif jika klien minum obat dengan benar

6. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat


Intervensi:
a. Anjurkan keluarga melapor kepada perawat atau dokter jika merasakan efek
yang tidak menyenangkan dari penggunaan obat
b. Anjurkan keluarga untuk memeriksakan kesehatan klien ke puskesmas atau
rumah sakit terdekat apabila tanda dan gejala penyimpangan perilaku muncul
kembali.

7. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon subjektif keluarga terhadap kunjungan rumah
Menanyakan perasaan keluarga setelah bercakap-cakap dengan perawat
b. Evaluasi respon objektif keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan klien
- Observasi ekspresi keluarga selama interaksi dan respon perilaku
- Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan cara berkomunikasi dengan
klien serta menyebutkan pengertian, tanda gejala, penyebab dan proses
terjadinya pada klien dengan halusinasi
- Meminta keluarga mengingat jenis, dosis, cara pemberian, efek dan akibat
tidak meminum obat.
c. Rencana Tindak Lanjut
- Meminta kepada keluarga untuk melibatkan klien dalam aktivitas-aktivitas
yang dilakukannya saat di rumah
- Menganjurkan keluarga untuk melakukan kontrol kesehatan klien secara
teratur di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Palembang.
BAB II

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

2.1 Topik

a. Pokok Bahasan : Halusinasi


b. Sasaran : Ny. M
c. Waktu : 14.00 s/d selesai
d. Hari / Tanggal : Minggu / 02 Desember 2018

2.2 Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan keluarga pasien dapat mengetahui dan
memahami tentang halusinasi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, keluarga pasien dapat:
a. Membina hubungan saling percaya kepada pasien sehingga pasien mau
mencurahkan perasaannya kepada keluarga
b. Menyebutkan kembali jenis halusinasi
c. Menyebutkan kembali isi halusinasi
d. Menyebutkan kembali waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi
e. Menyebutkan kembali dan memperagakan cara mengontrol halusinasi yang telah
diajarkan.

2.3 Metode

1. Ceramah
2. Diskusi

2.4 Media

Leaflet

2.5 Materi

Terlampir
2.6 Pelaksanaan Kegiatan

Tahap Kegiatan Pemberi Materi Kegiatan Media Alokasi


sasaran waktu
Orientasi 1. Mengucapkan salam Menjawab 15 menit
2. Memperkenalkan diri salam
3. Menjelaskan tujuan umum Memperhatikan
dan khusus Memperhatikan
4. Kontrak waktu dengan Menyetujui
sasaran

Kerja 1. Mengajarkan keluarga Memperhatikan Leaflet 30 menit


tentang jenis halusinasi
2. Mengajarkan keluarga Memperhatikan
tentang isi halusinasi
3. Mengajarkan keluarga Memperhatikan
tentang waktu, frekuensi, dan
situasi yang menyebabkan
halusinasi.
4. Mengajarkan keluarga cara Memperhatikan
mengontrol halusinasi dengan dan
cara menghardik halusinasi, memperagakan
minum obat teratur, bercakap-
cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas
terjadwal.
5. Memberikan kesempatan
sasaran untuk bertanya Bertanya
6. Menjawab pertanyaan yang
diajukan sasaran Menjawab

Terminasi 1. Menyimpulkan materi yang Memperhatikan 15 menit


telah disampaikan
2. Mengevaluasi pengetahuan Menjawab
sasaran tentang materi yang
telah disampaikan
3. Berpamitan dan Menjawab
mengucapkan salam salam
LAMPIRAN

I. Masalah Utama : Halusinasi

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pasien yang mengalami perubahan
sensori persepsi serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penciuman (Yusuf, Fitryasari & Hihayati, 2015).
Halusinasi adalah perubahan persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa
melibatkan sumber dari luar yang meliputi semua sistem panca indera. Halusinasi
Penglihatan adalah perubahan sensori persepsi dimana pasien mendengar suara-suara
orang yang berbicara atau membicarakannya tanpa adanya stimulus dari luar dan suara
tersebut biasanya familiar (Cancro dan Lehman, 2000).

B. Klasifikasi Halusinasi
1. Halusinasi dengar atau suara
Data Objektif :
a. Bicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Mengarahkan telinga kearah tertentu
d. Menutup telinga

Data Subjektif :
a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
b. Mendengar suara yang bercakap-cakap
c. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi Penglihatan
Data Objektif :
a. Menunjuk-nunjuk kearah sesuatu
b. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
Data Subjektif :
a. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster.
3. Halusinasi Penciuman
Data Objektif :
a. Mencium seperti sedang mebaui bau-bau tertentu
b. Menutup hidung
Data Subjektif :
a. Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses dan kadang-kadang bau
menyenangkan
4. Halusinasi Pengecapan
Data Objektif :
a. Sering meludah
b. Muntah
Data Subjektif :
a. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses.
5. Halusinasi Perabaan
Data Objektif :
a. Menggaruk-garuk permukaan kulit
Data Subjektif :
a. Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit
b. Merasa seperti tersengat listrik.

C. Tanda dan Gejala Halusinasi Penglihatan


1) Bicara atau tertawa sendiri tanpa ada orang lain
2) Memiringkan telinga seperti sedang mendengarkan orang lain
3) Mendengar suara yang mengajak bicara
4) Mendengar suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang berbahaya
5) Marah-marah tanpa sebab
6) Menutup telinga

D. Penyebab
Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan terlambat
a. Usia bayi : tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman
b. Usia balita : tidak terpenuhi kebutuhan ekonomi
c. Usia sekolah : mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
a. Tidak ada komunikasi
b. Tidak ada kehangatan
c. Komunikasi dengan emosi yang berlebihan
3) Faktor sosial budaya
a. Isolasi sosial pada usia lanjut
b. Cacat fisik
c. Sakit kronis
d. Tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi
4) Faktor psikologis
a. Mudah kecewa
b. Mudah putus asa
c. Kecemasan tinggi
d. Menutup diri
e. Ideal diri rendah
f. Identitas tidak jelas
g. Krisis peran
5) Faktor biologis
a. Adanya kejadian secara fisik
b. Atrofi otak
c. Pembesaran ventrikel
d. Perubahan besar dan bentuk sel korteks dalam limbik
6) Faktor genetik
Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami schizophrenia sebesar 50%
jika salah satunya mengalami schizophrenia, sementara jika dizygote peluangnya
sebesar 15%.

Faktor Presipitasi
1) Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gatting abnormal)
3) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan yaitu nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat,
kurangnya latihan, dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
Lingkungan yaitu lingkungan yang memusuhi dan krisis, masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup dan pola aktivitas sehari-
hari, kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya
dukungan sosial, tekanan kerja, kurangnya alat transpostasi dan ketidakmampuan
dalam mendapatkan pekerjaan. Sikap dan perilaku yaitu merasa tidak mampu (harga
diri rendah), putus asa (tidak percaya diri), merasa gagal, kehilangan kendali diri
(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa
malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan, perilaku
agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan penanganan gejala.

E. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran menyimpang Kelainan fikir/ delusi


Pikiran logis
Ilusi Halusinasi
Persepsi akurat
Reaksi emosional Ketidakmampuan
Emosi konsisten berkurang atau untuk mengendalikan
Perilaku sesuai berlebih emosi

Hubungan sosial yang Perilaku ganjil atau Ketidakteraturan


harmonis tak lazim
Isolasi sosial
Menarik diri

a. Respon Adaptif
1) Pikiran logis adalah ide yang berjalan secara logis dan koheren
2) Persepsi akurat yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang
didahului oleh perhatian sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di
dalam maupun di luar dirinya
3) Emosi konsisten yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau efek keluar
disertai banyak komponen fisiologi dan biasanya berlangsung tidak lama
4) Perilaku sesuai yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyesuaian
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang
berlaku
5) Hubungan sosial yang harmonis yaitu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antara individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama
b. Respon Maladaptif
1) Proses pikir (ilusi) yaitu manifestasi dari persepsi impuls ekstrenal melalui panca
indera yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian
di interpretasi sesuai dengan kejadian yang telah di alami sebelumnya.
2) Emosi berlebihan/kurang yaitu manifestasi perasaan atau efek keluar atau
berlebihan.
3) Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
4) Isolasi sosial yaitu menghindar dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.
F. Proses Terjadinya Halusinasi
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien
Fase I Klien mengalami perasaan 1. Tersenyum atau
Comforting seperti ansietas, kesepian, tertawa yang tidak
Ansietas sedang, halusinasi rasa bersalah, takut sesuai
menyenangkan sehingga mencoba untuk 2. Menggerakkan
berfokus pada fikiran bibir tanpa suara
menyenangkan untuk 3. Pergerakan mata
meredakan ansietas yang cepat
individu mengenali bahwa 4. Respon verbal yang
fikiran-fikiran dan lambat jika sedang
pengalaman sensori berada asyik
dalam kendali kesadaran 5. Diam dan asyik
jika ansietas dapat sendiri
ditangani
NONPSIKOTIK
Fase II 1. Pengalaman 1. Meningkatkan
Condemning sensori yang tanda-tanda sistem
Ansietas berat syaraf otonom
Halusinasi menjadi menjijikkan dan akibat ansietas
menjijikkan menakutkan seperti peningkatan
2. Klien mulai lepas denyut jantung,
kendali dan pernapasan, dan
mungkin mencoba tekanan darah.
untuk mengambil 2. Rentang perhatian
jarak dirinya menyempit
dengan sumber 3. Asyik dengan
yang dipersepsikan pengalaman sensori
3. Klien mungkin dan kehilangan
mengalami kemampuan
dipermalukan oleh membedakan
pengalaman sensori halusinasi dan
dan menarik diri realita
dari orang lain 4. Menyalahkan
4. Mulai merasa 5. Menarik diri dari
kehilangan kontrol orang lain
5. Tingkat kecemasan 6. Konsentrasi
berat, secara umum terhadap
halusinasi pengalaman sensori
menyebabkan kerja
perasaan antisipati.
PSIKOTIK RINGAN
Fase III 1. Klien berhenti 1. Kemauan yang
Controlling melakukan dikendalikan
Ansietas berat perlawananan halusinasi akan
Pengalaman sensori jadi terhadap halusinasi lebih baik di ikuti
berkuasa dan menyerah pada 2. Kesukaran
halusinasi tersebut berhubungan
2. Isi halusinasi dengan orang lain
menjadi menarik 3. Rentang perhatian
3. Klien mungkin hanya beberapa
mengalami detik atau menit
pengalaman 4. Adanya tanda-
kesepian jika tanda fisik ansietas
sensori halusinasi berat: berkeringat,
berhenti tremor, dan tidak
PSIKOTIK mampu mematuhi
perintah
5. Isi halusinasi
menjadi atraktif
6. Perintah halusinasi
di ikuti
7. Tidak mampu
mengikuti perintah
dari perawat.
Fase IV 1. Pengalaman 1. Perilaku eror akibat
Conquering sensori menjadi panik
Panik mengancam jika 2. Potensi kuat suicide
Umumnya menjadi klien mengikuti atau homecide
melebur dalam perintah 3. Aktivitas fisik
halusinasinya. halusinasinya merefleksikan isi
2. Halusinasi berakhir halusinasi, seperti
dari beberapa jam perilaku kekerasan,
atau hari jika tidak agitasi, menarik
ada intervensi diri, atau katatonik
terapeutik 4. Tidak mampu
PSIKOTIK BERAT merespon perintah
yang kompleks
5. Tidak mampu
merespons lebih
dari satu orang
6. Agitasi

III. Diagnosa Keperawatan


Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan
IV. Tindakan Keperawatan Pasien dengan Halusinasi
1) Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
 Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
 Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi,
konsumsi obat secara teratur, bercakap-cakap dengan orang lain dan
beraktivitas secara teratur
b. Tindakan keperawatan
 Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi tentang isi
halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
respon pasien saat halusinasi muncul
 Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara:
o Menghardik halusinasi
o Konsumsi obat secara teratur
o Bercakap- cakap dengan orang lain
o Melakukan aktivitas yang terjadwal
2) Tindakan keperawatn untuk keluarga
a. Tujuan tindakan untuk keluarga meliputi:
 Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit
maupun di rumah
 Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
b. Tindakan keperawatan
 Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, jenis, proses dan
cara merawat pasien dengan halusinasi
 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien mulai dari
bina hubungan saling percaya dengan pasien, mengenal halusinasi pasien,
memutus halusinasi pasien dan mengajarkan keluarga dalam membimbing
pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi,
konsumsi obat secara teratur, bercakap-cakap dengan orang lain dan
melakukan aktivitas yang terjadwal.
 Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang perawatan
lanjutan pasien dan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

V. SP KELUARGA
1. Fase orientasi
Bina hubungan saling percaya
a. Salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan kunjungan rumah
2. Fase kerja
a. Keluarga mengetahui dan memahami pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien dengan halusinasi
1. Mengajarkan pada keluarga tentang pengertian halusinasi
2. Mengajarkan keluarga tentang proses terjadinya halusinasi
3. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala halusinasi
4. Mengajarkan keluarga tentang jenis-jenis halusinasi
5. Mengajarkan keluarga tentang cara memutus halusinasi dan mengontrol
halusinasi pada pasien
b. Keluarga mengerti cara merawat klien dengan halusinasi
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan mempraktikan cara merawat klien dengan halusinasi
3. Memberikan pujian positif atas kemampuan keluarga merawat klien
4. cara-cara merawat klien dengan halusinasi
5. Melatih keluarga Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah
6. Mengajarkan keluarga untuk melibatkan klien dalam aktivitas harian keluarga
7. Menganjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam makan bersama-sama
dengan anggota keluarga lainnya
c. Keluarga dapat membantu klien menggunakan obat dengan benar dan tepat
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang obat klien (nama obat, dosis, frekuensi,
efek samping, dan akibat penghentian minum obat)
2. Menganjurkan keluarga agar klien minum obat tepat waktu
3. Mendorong keluarga memberikan pujian positif jika klien minum obat dengan
benar
d. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
1. Keluarga dapat menerima dan ikut serta dalam merawat klien di rumah
2. Keluarga dapat memberikan informasi berkaitan dengan riwayat klien
3. Keluarga dapat menerima informasi dari perawat dan aktif berdiskusi
4. Keluarga mengatakan bahwa penjelasan penyuluh sangat bermanfaat dalam
keluarga
b. Evaluasi objektif
1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, proses
terjadinya dan cara merawat klien dengan halusinasi
2. Keluarga mengatakan akan merawat klien dengan baik dan memperhatikan
pemberian obat pada klien
c. Rencana tindak lanjut
1. Menganjurkan keluarga untuk mengawasi klien minum obat secara teratur
2. Mengingatkan keluarga dan klien untuk kontrol ke poliklinik RS Ernaldi Bahar
3. Melibatkan klien dalam aktivitas sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

TIM MPKP RS ERBA & DIKLAT RS ERBA.Modul Asuhan Keperawatan Jiwa. Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
Yusuf, Ah., Fitryasari, R.A & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai