Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH FILSAFAT

“kriteria GURU MASA DEPAN yang diharapkan”





KELOMPOK 3
OLEH :

MIRNAWATI DEWI SUTIAWATI 181050801017


MUHAJIR 181050801044
NUR ILMI SHAQINAH 181050801018
CICIT FATIMIYAH 181050801046
MUHAMMAD ILHAM 181050801025

PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayahnya-Lah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Kriteriaa

Guru Masa Depan yang Di Harapkan” ini, tepat pada waktunya. Semoga makalah ini

dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi

pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dari dosen

kami Prof. Dr. Muh. Danial, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat.

Harapan kami Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan

apabila ada penulisan kata yang tidak sesuai, kami minta maaf yang sebesar-besarnya

karena kami sebagai penulis tidak luput dari kesalahan. Dan tak lupa pula saya

ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut memberikan sumbangsi pemikiran

dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan dan kelemahan, karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk

memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

makalah ini.

Makassar, 01 Oktober 2018

Penyusun

KELOMPOK 3

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Kriteria Guru Masa Depan yang Diharapkan

1. Sosok Guru Masa Depan

2. Profesionalisme Guru Masa Depan

3. Kompotensi Guru

4. Guru yang Memiliki Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual

B. Pengembangan Model Pendidikan Guru Masa Depan

1. Landasan Filosofi dan pengembangan Visi Misi

2. Analisis Terhadap Kebutuhan Profil Guru Masa Depan

3. Profil Lulusan Pendidikan Prajabatan Guru Masa Depan

4. Struktur Kurikulum Pendidikan Prajabatan Guru Profesional yang

Direncanakan

5. Kualifikasi Dan Kompetensi Calon Guru Profesional Masa Depan

6. Kualifikasi Dan Kompetensi Para Pendidik Guru Professional Masa Depan

7. Kualifikasi Dan Kompetensi Para Pendidik Guru Professional Masa Depan


8. Proses Pembelajaran yang akan Dikembangkan bagi Guru Professional

Masa Depan

9. Sistem Penilaian Akhir yang Dikembangkan Bagi Guru Professional Masa

Depan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem pendidikan guru yang kompetitif dan efektif sangat diperlukan untuk

kemajuan suatu bangsa sebab guru merupakan ujung tombak pendidikan dan

pendidikan memegang peranan yang sangat penting terhadap kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan dilaksanakan dalam rangka untuk membangun kualitas sumber daya

manusia handal dan berwawasan global. Penyelenggaran pendidikan juga harus mampu

menjamin pemerataan kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan, relevansi dan

efisiensi. Tantangan pembangunan pendidikan dalam tingkat implementasi ada tiga hal,

yaitu: (1) pemerataan dan perluasan akses, (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya

saing, dan (3) peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik yang terkait

dengan efisiensi manajemen pendidikan. Oleh karena itu, proses pendidikan harus

dilakukan secara berjenjang, dari jenjang sekolah dasar sampai dengan ke jenjang

perguruan tinggi. Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk

mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera.

Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

bahwa bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang

memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Backward linkage berupa bahwa

pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni

guru yang profesional, sejahtera dan bermartabat. Karena keberadaan guru yang

bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang
berkualitas, hampir semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang

mendorong keberadaan guru yang berkualitas.

Salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah di banyak negara

adalah kebijakan intervensi langsung menuju peningkatan mutu dan memberikan

jaminan dan kesejahteraan hidup guru yang memadai. Beberapa negara yang

mengembangkan kebijakan ini bisa disebut antara lain Singapura, Korea Selatan,

Jepang, dan Amerika Serikat.

Negara-negara tersebut berupaya meningkatkan mutu guru dengan

mengembangkan kebijakan yang langsung mempengaruhi mutu dengan melalui

berbagai cara. Guru yang sudah ada harus mengikuti uji kompetensi untuk

mendapatkan sertifikat profesi guru. Pada saat ini mutu pendidikan di Indonesia masih

belum memenuhi harapan. Kondisi ini didasarkan pada peringkat perguruan tinggi di

Asia, perguruan tinggi di Indonesia tidak ada yang masuk sepuluh besar, apalagi tingkat

dunia. Selain itu, kualitas guru di Indonesia masih kalah jika dibandingankan dengan

negara tetangga seperti malaysia dan singapura. Oleh karena itu, pemerintah melakukan

berbagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah

dikeluarkannya kebijakan sertifikasi guru dan dosen dengan lahirnya Undang-Undang

Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diharapkan dapat memberikan dorongan

pada peningkatan martabat guru sebagai sebuah profesi, martabat dari sisi pengakuan

atas profesi baik secara formal maupun pengakuan dari masyarakat sebagai pengguna

jasa profesi. Martabat dari sisi keterdukungan perubahan sisi ekonomis karena
ketercukupan materi yang meningkatkan kedudukan tidak hanya pada social level tapi

juga economic level yang memberikan jaminan rasa aman sehingga dapat bekerja dan

berkarya. Ide kebijakan ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Selain itu, kebijakan tersebut merupakan usaha pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan guru dan dosen walaupun seharusnya itu sudah menjadi hak guru dan

dosen untuk mendapatkan kesejahteraan hidup yang layak.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KRITERIA GURU MASA DEPAN YANG DIHARAPKAN

1. Sosok Guru Masa Depan

Guru masa depan adalah guru yang memiliki kemampuan intelektual,

kemampuan emosional serta spiritual dan memiliki ketrampilan yang dapat

menciptakan hasil pembelajaran secara optimal, memiliki kepekaan dalam

membaca tanda-tanda zaman, memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju,

serta tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.

Guru masa depan harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan

kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai

kemajuan zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa memiliki

sikap kemandirian, perilaku adaptif, koperatif, kompetitif dalam menghadapi

tantangan, tuntutan kehidupan sehari-hari. Secara efektif menunjukkan motivasi,

percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerja sama. Selain itu guru masa

depan juga dapat menumbuh kembangkan sikap, disiplin, bertanggung jawab,

memiliki etika moral, dan memiliki sikap kepedulian yang tinggi, dan memupuk

kemampuan otodidak anak didik, memberikan reward ataupun apresiasi terhadap

siswa agar mereka bangga akan sekolahnya dan terdidik, juga untuk mau

menghargai orang lain baik pendapat maupun prestasinya. Kerendahan hati juga

perlu dipupuk agar tidak terlalu overmotivated sehingga menjadi congkak.


Diberikan pelatihan berpikir kritis dan strategi belajar dengan manajemen waktu

yang sesuai serta pelatihan cara mengendalikan emosi agar IQ, EQ, SQ dan ke

dewasaan sosial siswa berimbang.

Guru masa depan seperti yang diidamkan oleh banyak pihak, di antaranya

adalah:

a. Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program

kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan

seperangkat dokumen pembelajaran seperti Program Semester, Satuan

Pelajaran, LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan

bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal, dan

tentunya apa dan bagaimana rencana yang dilakukan, dan sudah terprogram

secara baik;

b. Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan

pembaharuan dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di

dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, system dan alat evaluasi,

serta nurturant effect lainnya. Secara individu maupun bersama-sama mampu

untuk merubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal,

dengan merubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan berdampak

kepada hasil yang lebih maksimal;

c. Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus

belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak

didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya;
d. Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan,

kecakapan dan ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai

sehinga mampu mengola proses pembelajaran secara efektif;

e. Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya

mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan

untuk semua orang. Guru masa depan haus akan menimbah ketrampilan, dan

bersikap peka terhadap perkembangan IPTEK, misalnya mampu dan terampil

mendayagunakan komputer, internet, dan berbagai model pembelajaran multi

media.

Jadi, Guru Masa Depan adalah guru bertindak sebagai fasilitator;

pelindung; motivator; motivasi; pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin,

loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang

diinginkan sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk

mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa dengan

berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan sosial untuk

belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap berciri khas "The

Habits for Highly Effective People" dan "Quantum Teaching" serta pendekatan

humanis terhadap siswa; Guru menguasai komputer, bahasa, dan psikologi

mengajar untuk diterapkan di kelas secara proporsional. Diberlakukan skema

rewards dan penegakan disiplin yang humanis terhadap guru dan karyawan.

Selain itu, guru masa depan juga harus memiliki keterampilan dasar

pembelajaran, kualifikasi keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas


maupun luar kelas tidak diragukan. Tentunya sebagai guru masa depan bangga

dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik profesinya.

Guru Masa depan harus mempunyai :

1. Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan

prinsip Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,

2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai

dengan bidang tugasnya,

3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di

samping itu, mereka juga harus

4. Mematuhi kode etik profesi,

5. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas,

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya,

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan,

8. Memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas profesionalnya,

dan

9. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru

dan Dosen).

2. Profesionalisme Guru

Guru profesional adalah guru yang memiliki “rasa kemanusiaan dan

kehangatan” - untuk mengetahui apa yang dilakukan siswa di kelas setiap saat dan

juga untuk peduli tentang apa yang mereka lakukan. Untuk itu, guru harus

dibebaskan dari pandangan-pandangan negatif tentang guru pada masa lalu,


sehingga mereka menjadi "lebih sadar akan apa yang mereka lakukan saat mengajar

dan lebih mudah mempertimbangkan praktik-praktik yang belum pernah mereka

lakukan". Guru juga harus berani menantang kebiasaan praktik-praktik

pembelajaran yang tidak inovatif dan tidak melakukan refleksi. Adapun ciri-ciri

pribadi guru yang profesional itu, antara lain : empati dengan siswa, menghormati

individu, memiliki pandangan dan sikap positif, memiliki kemampuan melakukan

pendekatan, dan rasa humor. Sementara itu, Moyles (1995) mencatat atribut

profesional yang diperlukan meliputi : kemampuan organisasi yang baik; hubungan

profesional dengan staf, orang tua dan siswa; menghargai keterampilan orang lain.

Dalam praktik pembelajaran yang tradisional, guru cenderung tidak melakukan

refleksi. Padahal refleksi itu sangat penting untuk perubahan dan perbaikan

pembelajaran. Guru yang profesional adalah guru yang memerlukan refleksi secara

kritis atas tindakan yang mereka lakukan dalam pembelajaran.


3. Kompetensi Guru

Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah guru yang profesional

yang memiliki kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi-kompetensi antara

lain kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi sosial yang kualifaid.

a. Kompetensi profesional

Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi :

1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya.

2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi.

3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam

pembelajaran.

4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi

5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas

b. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:

1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural,

emosional, dan intelektual.

2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan

kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya.

3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik.

4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.


5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang mendidik.

6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik

dalam pembelajaran.

7. Merancang pembelajaran yang mendidik.

8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik.

9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

c. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:

1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

berwibawa.

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan

bagi peserta didik dan masyarakat.

3. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa

yang baik.

4. Mengevaluasi kinerja sendiri.

5. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.

d. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:

1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat.


2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan

masyarakat.

3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional,

nasional dan global.

4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.

5. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur bahasa

yang baik.

Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan

prinsip-prinsip profesional. Mereka harus :

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,

b. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai

dengan bidang tugasnya,

c. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di

samping itu, mereka juga harus

d. Mematuhi kode etik profesi,

e. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas,

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya,

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara

berkelanjutan,

h. Memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas

profesionalnya, dan
i. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang

Guru dan Dosen)

1. Ciri Guru Profesional

Guru Pofesional mempunyai cirri-ciri antara lain :

a. Selalu punya energi untuk siswanya

Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan

atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam

mendengar dengan seksama.

b. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran

Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran

dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

c. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif

Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif

sehingga bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

d. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik

Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik

dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan

bekerja sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada

seluruh komponen didalam kelas.

e. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua

Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan
membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di

dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka

membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan telepon, rapat,

email dan sekarang.

f. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya

Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan

mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan

potensi terbaik mereka.

g. Pengetahuan tentang Kurikulum

Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum

sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga

memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu. Guru Yang

Profesional Memiliki Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spritual (H.M.

Sattu Alang)

h. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan

Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru

yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk

subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan

menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan

bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.

i. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dalam proses


Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak.

Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan mereka dan

memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan

siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.

j. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa

Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan sal saling

hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat

dipercaya.

4. Guru yang Memiliki Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual

Seorang pendidik harus mempunyai kecerdasaan Intelktual, Emosional, dan

Spiritual, Adapun penjabarannya antara lain :

a. Kecerdasan Intelektual (IQ)

Kecerdasan intelektual (IQ) yaitu sebuah kecerdasan yang memberikan

kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi

serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologis

dengan “What I Think“.

Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern.

Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang.

b. Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan

ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan

menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan


emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga

agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca

perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan

dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk

memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini dapat diajarkan

kepada anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang

memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral.

Kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan

menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya

dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan

pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsure penting kecerdasan emosional terdiri dari :

kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu

hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang

dikehendaki pada orang lain).

Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan

mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan

kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.

Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan Mental yang

membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan

orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-

perasaan tersebut. Jadi orang yang cerdassecara emosi bukan hanya memiliki

emosi atau perasaan-perasaan, tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat
diri sendiri seperti orang lain melihat kita, mampu memahami orang lain seolah-

olah apa yang dirasakan orang itu kita rasakan juga.

Ada lima unsure yang membangun kecerdasan emosional antara lain :

1. Memahami emosi-emosi sendiri.

2. Mampu mengelola emosi-emosi sendiri.

3. Memotivasi diri sendiri.

4. Memahami emosi-emosi orang lain.

5. Mampu membina hubungan sosial.

c. Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi atau

memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan.

B. PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN GURU MASA DEPAN

Pengembangan Model Pendidikan Guru Masa Depan sangat diperlukan oleh negera

kita sebab hal tersebut merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Adanya

globalisasi dan pasar bebas (guru dan dosen dari luar negeri bisa mengajar di

Indonesia), perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kebijakan-kebijakan

internasional yang mempengaruhi sistem pendidikan kita menyebabkan kita harus

mencari formulasi model pendidikan guru masa depan yang handal dalam rangka

peningkatan mutu dan menghadapi persaingan global. Adapun model sistem

pendidikan prajabatan guru profesional masa depan seperti gambar dibawah ini.
1. Landasan Filosofi dan pengembangan Visi Misi

Filsafat umum menurunkan cabang filsafat lain, yang salah satunya adalah

filsafat pendidikan. Adapun aliran-aliran filsafat pendidikan adalah Progressivisme,

Esensialisme, Perennialisme, Rekonstruksionalisme dan Eksistensialisme. Dalam

kaitannya dengan administrasi pendidikan aliran-aliran filsafat tersebut membawa

pengaruh sebagai berikut:

a. Aliran materialisme memberikan pengaruh bahwa dalam administrasi

pendidikan pada hakikatnya merupakan bagian dari materi, yaitu manusia.

Administrasi pendidikan merupakan salah satu bagian dari kegiatan hidup

manusia.

b. Aliran idealisme memberikan pengaruh terhadap pemikiran bahwa dalam

administrasi pendidikan terkandung unsur manusia sebagai subjek dan objek


yang memiliki fisik yang terlihat dan terbatas serta isi yang tak terlihat sebagai

potensi yaitu rohani.

c. Aliran realisme memberikan pengaruh terhadap pencapaian tujuan yang lebih

ditekankan kepada hasil secara fisik merupakan kenyataan yang sebenarnya

dari pencapaian setiap pekerjaan.

d. Aliran pragmatisme berpengaruh dalam perubahan yang terjadi dalam

organisasi sebagai sebuah kenyataan bukan kebetulan.

2. Analisis Terhadap Kebutuhan Profil Guru Masa Depan

Memperkirakan permintaan guru SMK didasarkan pada tiga komponen utama

dari permintaan guru: pendaftaran murid, rasio murid dengan guru dan pergantian.

Dua komponen ini, pendaftaran dan rasio murid dengan guru adalah layak mudah

untuk diperkirakan; ketiga komponen tersebut telah menjadi subjek yang banyak

diperdebatkan dan sumber perbedaan substansial dalam perkiraan numerik

menggunakan proyeksi tersebut. Dalam semua tiga kasus, meskipun, tanda poin

pada peningkatan signifikan dalam permintaan baru untuk para guru (Darling-

Hamond, Linda. & Sykes, Gary., 1999).

Rekrutmen guru adalah isu penting dari sistem sekolah. Mendapatkan para guru,

bagaimanapun, adalah hanya satu aspek masalah. Jika murid menjadi dilayani

dengan baik, sekolah harus mampu untuk merekrut para guru yang akan menjadi

efektif dalam kelas dan tetap mengajar selama perjalanan karir. Tidak satupun dari

isu ini adalah tidak bermasalah di Amerika. Penelitian tentang pendidikan guru,

perijinan dan praktek mempekerjakan mengungkap kriteria yang khusus, standar


yang sangat bervariasi dan prosedur tidak praktis yang dapat mengurangi keinginan

seleksi dan penempatan para kandidat terbaik (Wise, Darling – Hammond dan

Berry, 1987: Darling-Hammond, Wise dan Klein, 1995).

Hal yang sama dimana para guru yang baru dipekerjakan didukung dan dinilai

dalam awal tahun pengajaran mereka dapat menentukan apakah mereka tetap

mengajar dan apakah mereka mampu terus menerus mengembangkan pengetahuan,

keahlian dan penempatan mereka (Bolam,1995). Penelitian menyarankan, sebagai

contoh, bahwa sebanyak 30 persen para guru baru berhenti dalam waktu lima tahun

kerja (Darling – Hammond, 1997), namun kualitas tinggi pelantikan dan progam

mentoring merendahkan tingkat pengurangan untuk para guru baru dan dapat

memperkuat efektifitas guru (Hulling – Austin, 1990: Odell dan Ferraro, 1992).

3. Profil Lulusan Pendidikan Prajabatan Guru Masa Depan

Profil lulusan pendidikan prajabatan guru SMK Masa Depan harus didasarkan

pada standar internasional sebagaimana teori-teori di atas. Penggunaan standar ini

bagi lulusan pendidikan prajabatan guru sangat bermanfaat, yaitu: 1) standar dapat

digunakan sebagai titik berangkat (starting point) untuk menetapkan kemampuan

dasar minimum yang harus dikuasai calon guru dari aspek Professional-Knowledge

Based of Teaching sebelum memasuki jabatan guru standar digunakan untuk

menyusun dan menetapkan program pendidikan atau pelatihan calon guru yang

memungkinkan standar lulusan yang ditetapkan bisa tercapai; 3) standar sangat

diperlukan untuk melaksanakan akreditasi terhadap lembaga penyelenggara

pedidikan guru yang harus dikaitkan dengan pemenuhan standar minimum kualitas
program pendidikan guru profesional (adopsi dari Udin S. Sa’ud, 2008). Selain itu,

profil lulusan guru professional di masa depan harus memiliki ciri-ciri atau

karakteristik dari Houle (Suyanto, 2007) sebagai berikut ini.

1. Guru profesional harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat.

2. Guru profesional harus berdasarkan kompetensi individual.

3. Guru profesional harus melalui sistem seleksi dan sertifikasi.

4. Guru profesional harus mampu bekerjasama dan berkompetisi yang sehat

dengan sejawat.

5. Guru profesional harus mempunyai kesadaran professional yang tinggi.

6. Guru profesional harus memahami dan memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik).

7. Guru profesional harus patuh terhadap sistem sanksi profesi.

8. Guru profesional mempunyai militansi individual.

9. Guru profesional harus memiliki organisasi profesi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru professional tidak bisa datang

dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Para

pendidik dan pembuat kebijakan mengenali kompleksitas dari tantangan rekrutmen

guru, mereka merespon dengan sejumlah program inovatif untuk mengembangkan

kelompok guru dan memperbaiki saluran kedalam pengajaran. Usaha tersebut

masuk secara kasar dalam lima kategori:

a. inisiatif rekrutmen calon mahasiswa/wi.

b. program untuk memperbaiki perekrutan dan retensi dalam tradisional empat

– tahun dan redesain lima tahun universitas – berbasis program.


c. program untuk mengembangkan jalan bagi murid dalam komunitas

perguruan tinggi.

d. inisiatif yang membuka kelompok substansial dari sekolah para profesional

dan bantuan guru.

e. program yang menarik para calon karir menengah dan lulusan kuliah lain

kedalam pengajaran melalui program paska Sarjana muda.

4. Struktur Kurikulum Pendidikan Prajabatan Guru Profesional yang

Direncanakan

Struktur kurikulum pendidikan prajabatan guru profesional masa depan harus

mengacu pada tiga strategi untuk menciptakan struktur kurikulum dengan prespektif

global. Adapun tiga strategi kurikulum dengan prespektif global sebagai berikut:

1) Menginternasionalisasikan kurikulum pendidikan prajabatan guru profesional

masa depan.

2) Meninjau kembali dasar nilai profesi pendidikan prajabatan guru profesional

masa depan.

3) Menguji framework (kerangka baru) kurikulum yang dapat digunakan untuk

profesi pendidikan prajabatan guru professional di seluruh dunia. Kurikulum

inti berorientasi pada pengembangan pengetahuan, pembelajaran, pedagogic

mata pelajaran, dan penilaian yang diajarkan dalam konteks praktis.

5. Fasilitas Belajar Pendidikan Prajabatan Guru Profesional yang

dibutuhkan
Fasilitas belajar pendidikan prajabatan guru professional masa depan harus

didasarkan pada teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan standar

internasional sebagaimana teori-teori di atas.

Teknologi Komputer dan Video untuk Pengembangan Guru

Teknologi adalah relatif sumber yang sedang dibahas untuk pembelajaran

profesional guru. Teknologi komputer menjanjikan untuk membantu pembelajaran

guru dengan mempermudah akses ke informasi (internet dan penggunaan CD-

ROOM) dan memfasilitasi komunikasi dengan yang lainnya. Sebagian sekolah

telah mendorong penggunaan komputer dan interaksi diantara guru. Sebagian

sekolah telah mendorong penggunaan komputer dan interaksi diantara guru lain

dengan membuat ruang terpisah dan dilengkapi dengan akses internet dan software

yang berguna untuk pengembangan kurikulum. Jaringan kerja guru dan kolaboratif

telah menetapkan jaringan elektronik sebagai cara untuk mendorong pertukaran

lebih diantara para anggota mereka.

Sebagaimana dicatat sebelumnya, video club mendemonstrasikan

keuntungan bahwa para guru didatangkan dari serangkaian percakapan fokus pada

kutipan video dari kelas mereka. Splitscreen video membuat mereka untuk

memonitor dua sudut pada kelas secara simultan, maka mengamati tindakan mereka

sendiri dan para murid tersebut. Penelitian yang tersedia memberikan kesaksian

pada apa yang tidak diharapkan guru dan ikatan kuat ditetapkan diantara para

partisipan (Frederiksen, Sipusik, Gamoran dan Wolfe, 1992; Gamoran, 1996).

Buku Putih Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)


Catatan penting dari buku putih TIK ini, yang pertama bahwa hasil

penelitian TIK di Indonesia diharapkan mampu berperan dalam:

1. Meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat

2. Meningkatkan daya saing bangsa

3. Memperkuat persatuan dan kesatuan nasional

4. Mewujudkan pemerintahan yang transparan

5. Meningkatkan jati diri bangsa di tingkat internasional

Bisa disimpulkan bahwa para peneliti bidang TIK diharapkan lebih melihat user

needs (kebutuhan pengguna atau stakeholder), lebih membumi dan

memprioritaskan penelitian ke arah mencari solusi kebutuhan riil masyarakat.

Tentu peneliti bidang TIK akan semakin sibuk karena disamping harus memilih

tema penelitian yang siap terap untuk masyarakat, juga unggul dan dapat bersaing

secara internasional. Bahasa lainnya, penelitian yang dilakukan harus menjawab

kepentingan beberapa stakeholder, yaitu:

1. Masyarakat dan publik, untuk menuju masyarakat berbasis pengetahuan

(knowledge based society) dan layanan elektronik (eServices).

2. Pemerintah, untuk menuju eGovernment.

3. Industri, untuk menuju industri TIK yang global dan berdaya saing.

4. Lembaga Iptek, untuk menuju lembaga Iptek kelas dunia.


Kemudian apa prioritas tema penelitian TIK yang direkomendasikan dalam

buku putih tersebut? Ada 5 prioritas utama yang masing-masing memiliki bidang

garapan seperti di bawah:

1. Infrastruktur Informasi: jaringan informasi dan telekomunikasi, information

exchange, digital broadcasting, perangkat keras komputer dan device

pendukungnya, community access point.

2. Perangkat Lunak: sistem operasi, sistem aplikasi, bahasa pemrograman dan

development tool, opensource, simulasi dan komputasi.

3. Kandungan (Content) Informasi: respositori dan information sharing, creative

digital, data security, eServices.

4. Pengembangan SDM dan Kelembagaan: edukasi dan research center,

sertifikasi dan kurikulum TIK, pengembangan software house lokal, inkubator

bisnis dan competence center, pengembangan ICT park.

5. Regulasi dan Standardisasi: regulasi konvergensi TIK, pengembangan sistem

insentif, standardisasi peralatan TIK, universal service obligation (USO).

Di Indonesia sebenarnya dokumen-dokumen semacam Jakstranas Iptek, ARN

dan buku putih ini masih menyisakan pekerjaan rumah. Diantaranya yang paling

mencolok adalah bagaimana kita bisa mensinkronkan arah penelitian dan

pengembangan, karena beberapa kementrian maupun departemen lain juga

membuat kajian, kebijakan dan buku putih yang meskipun bertema sama tetapi

sering isinya berbeda dan susah mencari titik temunya.


Masalah berikutnya adalah sosialisasi, mungkin perlu dipikirkan teknik

sosialisasi yang lebih efektif secara kualitas dan kuantitas, karena seminar dan

workshop sepertinya agak kurang efektif dalam proses diseminasi informasi dari

kebijakankebijakan pemerintah.

6. Kualifikasi Dan Kompetensi Calon Guru Profesional Masa Depan

Beberapa negara telah mengadakan beberapa program beasiswa dan setidaknya

negara lain menawarkan bentuk pinjaman bagi para calon guru. Sebagian

menawarkan insentif, seperti periode pembayaran yang lebih pendek atau beasiswa

khusus, bagi mereka yang bersiap untuk mengajar dalam bidang kebutuhan tinggi

atau dalam lokasi yang sangat memerlukan guru. Beberapa penelitian telah

diadakan dalam sebagian besar negara bagian untuk mengevaluasi efektifitas dari

model ini untuk memenuhi tujuan perekrutan (Darling –Hammond, 1994; Harris,

1995).

Aspek penting lainnya dari perekrutan adalah desain dan kualitas dari program

persiapan guru itu sendiri. Bagian penting lainnnya dari redesain terbaru persiapan

guru termasuk usaha untuk menciptakan pendekatan yang lebih sistematis untuk

mentoring dan tim pengajaran dalam setting restruktur sekolah. Sekolah perlu

bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk penyiapan guru, seperti PPL (praktek

pengalaman lapangan), guru magang di sekolah – sekolah, pelatihan guru-guru

secara kontinyu oleh pihak kampus dalam bentuk PPM dosen, dan lain-lain. Hal-hal

lain yang perlu diperhatikan adalah prosedur seleksi, alat seleksi, hasil seleksi dan

lain-lain.
7. Kualifikasi Dan Kompetensi Para Pendidik Guru Professional Masa Depan

Pengembangan profesi pendidik guru menunjukkan usaha yang luas dalam

meningkatkan pembelajaran dan kinerja di perguruan tinggi. Menurut Gaff (1975)

dan Doughty (2006), ada tiga usaha lain yang saling berkaitan, yaitu pengembangan

instruksional (instructional development = ID), pengembangan organisasi

(organization development = OD), dan pengembangan professional (professional

development = PD). Bergquist dan Phillips berpendapat bahwa pengembangan

tenaga dosen merupakan bagian inti dari pengembangan kelembagaan (institutional

development),dan meliputi sebagian dari pengembangan personal, pengembangan

profesional, pengembangan organisasi, dan pengembangan masyarakat.).

Saya sendiri cenderung untuk menambahkan pengembangan sarana,

pengembangan karier sebagai bagian pengembangan organisasi, dan pengembangan

kesejahteraan sebagai bagian penting dari pengembangan personal.

8. Proses Pembelajaran yang akan Dikembangkan bagi Guru Professional

Masa Depan

Proses pembelajaran yang akan dikembangkan bagi guru profesional harus

berdasarkan pada teknologi untuk mengarahkan pendidikan guru dengan visi

reformasi kontemporer dan standar mutu. Teknologi memiliki potensi menciptakan

ruang kerja untuk pembelajaran pendidik guru dan guru yang berbeda dalam cara-

cara penting dari jenis peluang yang terdapat dalam hubungan dan keadaan

sekarang. Adapun ciri-ciri yang berbeda untuk ruang kerja pembelajaran pendidikan

guru adalah:
Pertama adalah isi dari praktek dan alat untuk mengerjakan isi itu.

Teknologi membuatnya mungkin untuk mengakses informasi yang tertutup,

kongkrit, dan didalam mengenai pengajaran dan pembelajaran, guru dan murid,

materi pelajaran dan kelas. Meskipun ini merupakan materi inti dari praktek, dan

sehingga praktek pembelajaran, informasi semacam itu tidak pernah tersedia pada

pendidik guru dan calon guru. Dan dalam kelas, informasi dipercepat bahkan oleh

guru aktif.

Mengembangkan keahlian untuk melihat lebih, mendengar lebih, banyak

menafsirkan tidak secara otomatis datang dengan peluang. Memiliki pengalaman

mengajar tidak membuatnya mungkin untuk belajar dalam dan dari pengajaran. Ini

merupakan pradoks dari pembelajaran untuk mengajar bahwa materi sesungguhnya

dari praktek jarang tersedia pada mereka yang berusaha mempelajarinya.

Teknologi memberikan kemungkinan untuk mengumpulkan dan menelusuri

materi kongkrit dari praktek dan menggunakan informasi semacam itu menyelidiki

dan mengembangkan pemahaman pada pengejaran dan pembelajaran.

Kedua, teknologi membuatnya mungkin untuk memanipulasi materi

praktek semacam itu dalam cara imajinatif yang membangun.

Kaset video bisa dihentikan, dimainkan kembali, dan dimainkan dalam

gerakan lambat; kehadiran anak di bulan September bisa dikumpulkan untuk

perbandingan berikutnya pada pendiriannya di bulan Mei; pola bicara guru bisa

dikaji menurut waktu. Bermain dengan data tidak hanya memungkinkan eksplorasi

terencana; namun juga bisa memungkinkan ruang dan alat untuk imajinasi
pedagogis untuk terbang dalam cara-cara yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu

nyata baik oleh pengamat maupun oleh guru. Ide-ide, interpretasi, pertanyaan, dan

cara melihat bisa dikembangkan melalu usaha menyenangkan.

Ketiga adalah kemungkinan untuk mendukung jenis wacana profesional dan

kerja gabungan dan pertukaran yang sering terhambat untuk induk dari pemikiran

kultural dan praktis rumit. Meskipun kerja yang kami gambarkan bisa secara pasti

diselesaikan oleh guru individual, kelompok guru bisa mengembangkan peluang

mereka untuk belajar melalui kemungkinan datang bersama dengan yang lainnya

untuk membicarakan pengajaran dan pembelajaran. Yang tidak perlu menjadi

praktek dari setiap partisipan bisa melepaskan norma kebaikan yang seringkali

menghalangi

Pembahasan kritis. Objek penyelidikan yang tersimpan untuk akses dari

pada terjadi dalam waktu nyata bisa melepaskan batas geografis yang membagi dan

mengisolasi guru. Materi bisa secara kolektif diakses dan diselidiki bisa

meningkatkan penafsiran, pertimbangan, dan perkiraan, pada intinya memperluas

peluang untuk pembelajaran pendidik, dalam lingkungan ini juga dalam kelas

dimana bisa kemudian mengambil mata, telinga, dan suara yang lainnya.

Teknologi menawarkan alat mekanis dan konseptual untuk digunakan dalam

pendidikan guru. Ini bisa meningkatkan kapasitas kami dikarenakan jenis proses

dan interaksi yang membuatnya mungkin dalam studi pengajaran.

Bisa meningkatkan kapasitas koneptual kami karena bisa mendukung cara-

cara baru untukmendukungan penyelidikan pengajaran, cara-cara baru untuk


memikirkan mengenai pembagian hasil penyelidikan itu, dan cara-cara baru untuk

menggunakan pengetahuan tersusun melalui penyelidikan itu (Darling-Hamond,

Linda. & Sykes, Gary., 1999).

9. Sistem Penilaian Akhir yang Dikembangkan Bagi Guru Professional Masa

Depan

Standar untuk Mengajar

Peningkatan kualitas pendidikan dengan mengembangkan dan memastikan

kualitas praktek pengajaran. Peer Review (Tinjauan rekan kerja) adalah mungkin

demonstrasi yang paling baik dari kreasi guru dan demonstrasi praktek

pengetahuan. Peer review dimulai pada tahun 1981 ketika Toledo, Ohio, sekolah

dan Toledo Federation of Teacher menambahkan perjanjian perundingan bersama

pada satu kalimat klausa dimana para guru setuju pada kebijakan tingkat guru yang

lebih berpengalaman mereka dalam mengembalikan hak untuk meninjau prestasi

profesional dari para guru baru.

Peer review membawa standar lebih tinggi pada pengajaran dalam dua cara:

Pertama, sistem peer review secara umum mempunyai lebih banyak sumber dan

maka menempatkan sistem yang lebih menyeluruh dari evaluasi, dari pada

konvensional secara administratif mengarah skema evaluasi. Dalam daerah dengan

rencana tinjauan rekan, serikat dan distrik menegosiasikan substansial finansial

terpisah (diperkirakan $2,000 untuk setiap guru yang ditinjau) untuk maksud

menerapkan sistem evaluasi.


Kedua, sistem peer review menghubungkan pengajaran yang baik dan

pengembangan profesional. Sistem evaluasi tradisional hanya mencakup sebagian

dari kerja guru, terutama yang dapat diamati dalam kunjungan administrasi singkat

pda kelas guru. Didesain sebagai jenis sistem ceklis akuntabilitas. Peer review,

sebaliknya, membuka segmen yang lebih luas dari porto folio profesional guru

melalui pelibatan ekstensif dan panjang dan observasi dengan mengajar kolega dan

penekanan dalam meningkatkan praktek profesional.

Peer review juga menyajikan permulaan radikal untuk serikat guru dari

menetapkan norma industrial dimana evaluasi adalah bidang administrator sekolah.

Peran serikat dalam skenario ini adalah pengawas proses dan melindungi para

anggota dari pelanggaran atas hak proses mereka. Dalam tinjauan rekan, peran

serikat menjadi salah satu dari perlindungan seimbang para guru individual dengan

proteksi mengajar.

Kita percaya para guru mempunyai sedikit kekurangan dan banyak

mendapatkan dari mengorganisasi dalam kualitas dimensi pengajaran. Peer review

adalah kapasitas membangun untuk para guru dan serikat. Menciptakan cetakan

pembangun untuk menggunakan unionisme untuk memperbaiki sekolah.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan yang dihadapi guru dan dunia pendidikan guru merupakan

permasalahan yang sangat kompleks dan memerlukan pemecahan yang komprehensif

dan sistemik. Guru-guru dihadapkan pada masalah sistem insentif dan disinsentif yang

kurang mendorong upaya pengembangan kemampuan professional yang dibutuhkan

dalam mengajar. Masalah kekuarangan guru di daerah terpencil, disparitas dalam

distribusi penugasan guru yang kurang efisien dan adanya ketidak sesuaian antara

bidang keahlian dengan tugas mengajar. Selain itu, adanya sorotan dari stakeholders

mengenai kualitas mengajar sebagian guru yang belum memadai.

Berdasarkan beberapa permasalahan guru tersebut, maka kebutuhan akan

pemenuhan guru yang professional untuk masa sekarang dan masa depan dirasakan

sangat diperlukan. Agar dapat menghasilkan guru professional masa depan, maka

diperlukan suatu model sistem pendidikan prajabatan guru masa depan dengan

pendekatan manajemen strategik. Model sistem pendidikan prajabatan guru masa depan

tersebut merupakan Conceptual-Frame Work administrasi pendidikan yang sistematis

berbasis manajemen strategik sehingga guru-guru yang dihasilkan dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat, dunia usaha dan bangsa serta negara.


B. SARAN

Berdasarkan kesimpualan di atas, maka untuk dapat mengimplementasikan

Model Pendidikan Prajabatan Guru Masa Depan tersebut beberapa sebagai berikut:

a. Kebijakan pemerintah melalui Depdiknas yang mendukung untuk

mengimplementasikan model tersebut dalam rangka menghadapi persaingan global

dan peningkatan mutu pendidikan.

b. Model Pendidikan Prajabatan Guru Masa Depan yang telah diformulasikan tersebut

bukan satu-satunya model yang handal, tetapi masih perlu dilakukan

penyempurnaan dan penyesuaian situasi dan kondisi dalam implementasinya.

c. Adanya dukungan dari berbagai pihak terkait seperti: masyarakat, pemerintah,

sekolah, dinas pendidikan, dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

Nurdiansyah, Aziz Shofi. “Profesionalisme Guru dan Tantangan Kedepan Dalam


Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Era Global”. Malang
Suraji, Imam. 2008. “Dinamika Profesi Guru : Citra, Harapan, dan
Tantangan”.Pekalongan. Cakrawala Pendidikan. No.1.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=416853&val=445&title=
DINAMIKA%20PROFESI%20GURU:%20CITRA,%20HARAPAN,%20DA
N%20TANTANGAN. (25 September 2018)

Arifin, Zainal. 2013. “Menjadi Guru Profesional (Isu dan Tantangan Masa
Depan)”.Bandung. Jurnal : Edutech. Vol. 1. No. 1.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=448314&val=4867&title=
MENJADI%20GURU%20PROFESIONAL%20(ISU%20DAN%20TANTAN
GAN%20MASA%20DEPAN).(25 September 2018)

Alang, H. M. Sattu. 2014.”Guru Yang Profesional Memiliki Kecerdasan Intelektual,


Emosional dan Spiritual”. Makassar. Jurnal : Bimbingan Penyuluhan Islam.
Vol. 1. No. 1:1-97
file:///C:/Users/minno/Downloads/2553-5451-1-SM%20(1).pdf. (25 September
2018)

Prasojo, Lantip Diat. “Model Pendidikan Guru Masa Depan “. Yogyakarta


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pendidikan%20Guru%20Masa%20depa
n%20Lantip.pdf. (25 September 2018)

Darling-Hamond, Linda. & Sykes, Gary. (editors) (1999). Teaching as the learning
profession. San Farncisco: Jossey-Bass Publishing Co.

Darling-Hamond, Linda. (2006). Powerful teacher education. San Farncisco: Jossey-


Bass Publishing Co.

Darling-Hamond, Linda. & Bransford, John. (editors) (2005). Preparing teachers


education for A Changing World. San Farncisco: Jossey-Bass Publishing Co.

Deming. W.E. (1986). Quality Assurance system. Cambridge: Massachusetts Institute


of Technology.

Depdiknas. (2006). Teropong pendidikan kita: antologi artikel 2005-2006. Jakarta:


Pusat Informasi dan Humas Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai