Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan,kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tujuan pendidikan ini dapat terwujud jika peserta didik atau murid
mengembangkan bakat atau potensi dalam dirinya secara utuh. Namun, tidak semua
peserta didik memahami tentang dirinya sendiri, tentang potensi yang ia miliki
ataupun kelemahan yang ia miliki. Pada umumnya dalam jenjang pendidikan peserta
didik hanya diberikan materi-mataeri pelajaran secara umum.

Hendaknya Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam


kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruan
kepribadian anak. Karena itu, peserta didik tidak hanya memerlukan materi – materi
pelajaran sekolah, materi bimbingan konseling pun perlu, Bimbingan Konseling yang
dilaksanakan atau dipraktekan sebagai upaya untuk membantu individu-individu yang
memerlukan bantuan diperlukan adanya berbagai persiapan-persiapan agar pelayanan
yang diberikan optimal. Persiapan yang dimaksud adalah meliputi perencanaan yang
merupakan fungsi dasar atau fundamental. Setelah dilaksanakan perencanaan
diperlukan pengorganisasian yang merupakan fungsi organik kedua. Kemudian
pengarahan atau penggerak yang merupakan fungsi fundamental sebagai tindak lanjut
fungsi perencanaan dan pengorganisasian. Terakhir adalah pengawasan yang harus
2

dilaksanakan oleh seorang manajer dan merupakan fungsi yang terakhir. Dan
kesemuanya tersebut terangkum dalam manajemen bimbingan konseling.

Pada dasarnya setiap kehidupan pasti ada masalah. Memang sebagian orang
biasa mengatasi masalahnya sendiri, tetapi tidak sedikit juga orang yang memerlukan
bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah – masalah tersebut. Jadi apabila
peserta didik tetap dibiarkan memiliki masalah tanpa dibantu, bagaimana mungkin
peserta didik bisa berkonsentrasi untuk memahami atau berfikir mengenai
pelajarannya. Kalau ia masih punya beban fikiran yang lain. Maka dari itu bimbingan
dan konseling disekolah sangatlah diperlukan. Apa pengertian serta bagaimana
Bimbingan Konseling yang terdapat di lembaga

pendidikan. Atas dasar inilah maka Makalah ini dibuat.

1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan apa yang telah disampaikan pada latar belakang masalah, maka
yang menjadi rumusan masalah di sini adalah :

1. Apa pengertian bimbingan Konseling?


2. Bagaiman Peranan Bimbingan konseling dalam Pendidikan Sekolah?
3. Apa Tujuan konseling?
4. Bagaimana Peranan Bimbingan Konseling dalam pembelajaran Siswa?

1.3. Tujuan.

Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah dan
rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan.


2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana Bimbingan
konseling.
3. Mengetahui Peranan Bimbingan konseling dalam Pendidikan Sekolah
3

4. Mengetahui Peranan Bimbingan Konseling dalam pembelajaran Siswa


5. Mengetahui tujuan dan fungsi dari bimbingan konseling dalam kehidupan
sehari-hari.

1.4. Manfaat

Berdasarkan hal-hal yang terdapat dalam latar belakang masalah, rumusan


masalah dan tujuan, manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan laporan wawancara
ini adalah :

1. Pembaca atau pendengar dapat memperoleh informasi mengenai


Bimbingan konseling.
2. Pembaca dan pendengar mengetahui pengertian dari bimbingan,
pengertian konseling, pengertian Bimbingan dan konseling serta tujuan
dan manfaatnya

1.5 Metode

Dalam pembuatan makalah bimbingan konseling ini penulis menggunakan


metode studi kepustakaan, yakni teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-
laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan
4

BAB II

KAJIAN TEORI

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah


“guidance” dan “counseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah
“guidance” berasal dari akar kata “guide” yang berarti :Mengarahkan (to
direct), Memandu (to pilot), mengelola (to manage. Pengertian Bimbingan
dan Konseling

2.1 Sejarah Bimbingan Konseling di Indonesia

Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari


dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan
Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960.
Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal
20 – 24 Agustus 1960.

Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang


mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri Proyek
Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang,
IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP
Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan
Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan
Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum
1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman
Bimbingan dan Penyuluhan.
5

Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan


dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru
Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah
pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan
sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan
Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan
lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi
Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di
dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah
masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan
membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.

Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di


sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid
berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak
yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid
diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya
di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan
No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di
dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK
Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan
dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan
dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling di sekolah mulai jelas.
6

2.2 Pengertian Bimbingan


Terdapat beragam pengertian bimbingan yang dikemukakan para ahli.
Diantaranya adalah pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Crow
& Crow yang menyatakan bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang
memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia
untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri,
mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri
dan menanggung bebannya sendiri.
Selanjutnya pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Bimo
Walgito, bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang
diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari
atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu
atau sekumpulan individu ini dapat mencapai kesejahteraan hidup.
Menurut Prayitno dan Erman Amti yang mendefinisikan Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangan berdasarkan norma-
norma yang berlaku.
Selanjutnya Pendapat Abu Ahmadi Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang
dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan
memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Menurut Moegiadi bimbingan berarti suatu proses pemberian bantuan
atau pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri sendiri;
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan;
7

memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep


dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.
Chiskolm dan McDaniel Bimbingan diadakan dalam rangka
membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi
tentang dirinya sendiri. Menurut Frank Parson, Bimbingan sebagai
bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat
memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat
kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.

2.3 Pengertian Konseling


C. Patterson mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang
melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu atau
lebih konseli dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas
dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya
meningkatkan kesehatan tentang kepribadian manusia dalam upaya
meningkatkan kesehatan mental konseli. Bila definisi ini dikaji lebih jauh,
maka beberapa ciri-cirinya yang menonjol akan terlihat : (1) merupakan
suatu proses, (2) bisa dilakukan dengan satu atau lebih konseli, (3)
konselor harus dipersiapkan secara professional, dan (4) hubungan antar
pribadi yang andalannya adalah upaya bersama.
Edwin C. Lewis (1970) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu
proses dimana orang bermasalah (konseli) dibantu secara pribadi untuk
merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan
seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan
reaksi-reaksi yang merangsang konseli untuk mengembangkan perilaku-
perilaku yang memungkinkan berhubungan secara lebih efektif dengan
dirinya dan lingkungannya. Definisi ini juga melihat konseling sebagai
suatu proses yang melibatkan interaksi antara konselor dan konseli dalam
8

suatu upaya bersama agar lebih efektif dalam berhubungan dengna dirinya
dan lingkungannya.
Konseling, menurut Division of Conseling Psychologi merupakan
suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan
perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal
kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap
waktu.
Jones menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan
profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan
ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-
kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu
klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup
hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Dari pendapat para ahli saya simpulkan bahwa Konseling itu
merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh seorang Konselor yang
terlatih pada individu yang mengalami masalah (klien), secara tatap muka,
yang bertujuan agar individu tersebut dapat mengambil keputusan secara
mandiri atas permasalahan yang dihadapinya baik masalah psikologis,
social, dan lain-lain dengan harapan dapat memecahkan masalahnya,
memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan
potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Konseling juga merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
hubungan yang bersifat pribadi dan memerlukan tingkat keterampilan
yang tinggi. Oleh karena itu dalam kegiatannya konseling melibatkan
emosional dan intelektual untuk memiliki pengendalian perilaku yang
cermat, kepekaan terhadap manusia dan masalahnya, dan keterampilan-
keterampilan teknis yang memadai.
9

Sehingga pengertian dari Bimbingan dan Konseling, adalah Proses


interaksi antara konselor-konselor dengan klien atau konselee baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu klien agar
dapat mengembangkan potensi dirinya atau pun memecahkan permasalahan
yang dialaminya.
10

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Sekolah

Pendidikan merupakan komponen utama dalam menentukan tingkat


kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat mengarahkan kepada masa depan
bangsa, baik itu baik taupun buruk, itu ditentukan oleh pendidikan kita saat ini.
Jika pendidikan saat ini sudah teroptimalkan dan dimanfaatkan fungsinya
secara baik maka kemajuan bangsa, masa depan bangsa yang cerah bukan lagi
hanya sekedar impian belaka, tapi sudah menjadi kepastian yang akan
terwujud.

Seperti yang kita pahami bersama bahwa pendukung utama bagi


tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah
pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam
penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui taranformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, teori-teori, taupun hal-hal yang bersifat kognitif
saja tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem
manajemen tenaga pendidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik
untuk menolong dirinya sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan
untuk pencapaian cita-cita dan harapan yang dimilikinya.

Kemampuan diatas tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat


akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial,
kematangan intelektual, dan sistem nilai peserta didik. Dari sana kita dapat
melihat bahwa pendidiakn yang bermutu adalah pendidiakn yang
mengahntarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis yang
diharapakn dalam kondisi perkembnagan diri yang sehat dan optimal.
11

Didalam keseluruhan proses pendidikan setidaknya ada 3 (tiga)


komponen pokok yang paling menunjang dan harus dilaksanakan dalam
pendidikan yaitu: program yang baik, administrasi dan supervisi yang lancar,
serta pelayanan bimbingan yang terarah. Dari sini jelas bahwa bimbingan dan
konseling mempunyai peran yang cukup penting didalam proses pendidikan.

Sebagai salah satu komponen penunjang pendidikan, bimbingan dan


konseling mempunyai posisi kunci didalam kemajuan atau kemunduran
pendidikan. Mutu pendidikan ikut ditentukan oleh bagaimana bimbingan dan
konseling itu dimanfaatkan dan dioptimalkan fungsinya dalam pendidikan,
khususnya institusi sekolah.

Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia


yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai
kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat
selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling
menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran,
tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara
khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan
kemampuannya secara penuh.

Kehadiran konselor di sekolah dapat meringangkan tugas guru.


Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru, dalam
hal:

1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah


efektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru
2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan
mempengaruhi proses belajar mengajar
12

3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih
efektif
4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan
tugasnya.

Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan


seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak hanya terbatas pada
bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga sosial, pribadi, intelektual dan
pemberian nilai. Dengan bantuan bimbingan dan konseling maka pendidikan
yang tercipta tidak hanya akan menciptakan manusia-manusia yang
berorientasi akademik tinggi, namun dalam kepribaian dan hubungan
sosialnya rendah serta tidak mempunyai sistem nilai yang mengontrol dirinya
sehingga yang dihasilkan pendidikan hanyalah robot-robot intelektual, dan
bukannya manusia seutuhnya. Dengan adanya bimbingan dan konseling maka
integrasi dari seluruh potensi ini dapat dimunculkan sehinga keseluruhan
aspek yang muncul, bukan hanya kognitif atau akademis saja tetapi juga
seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian, hubungan sosial serta
memiliki niali-nilai yang dapatdijadiakn pegangan.

Jadi, dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa peran bimbingan dan
konseling didalam meningkatkan mutu pendidikan terletak pada bagaiaman
bimbingan dan konseling itu membangun manusai yang seutuhnya dari
dberbagai aspek yang ada didadalam diri peserta didik. Karena seperti diawal
telah dijelaskan bahwa pendidikan yang bermutu bukanlah pendidikan yang
hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi juga
harus meningaktkan profesionalitas dan sistem manjemen, dimana
kesemuanya itu tidak hanya menyangkut aspek akademik tetapi juga aspek
pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai. Peran BK dalam
keempat aspek inilah yang menjadikan bimbingan konseling ikut berperan
dalam peningkatan mutu pendidikan.
13

3.2 Tujuan Bimbingan Konseling di Sekolah

Tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai:

1. kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,


2. kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat,
3. hidup bersama dengan individu-individu lain,
4. harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.

Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat :

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta


kehidupan-nya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik
secaraoptimal.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat
serta lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan


untuk :

1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas


perkembangannya.
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana
pencapaian tujuan tersebut
4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan
lembaga tempat bekerja dan masyarakat.
6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
14

7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara


optimal.

3.3 Peranan Bimbingan Koseling Dalam Pembelajaran Siswa

Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai


keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan
memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak bisa terwujud,
karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan. Maka sering mengalami
berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai petanda bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis
gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi sebagai berikut :

1. Hasil belajarnya rendah, dibawah rata-rata kelas


2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
3. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau
menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya.
4. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka
mengganggu dan sebagainya.

Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, maka bimbingan dan


konseling dapat memberikan layanan dalam (1) bimbingan belajar, (2) bimbingan
sosial, (3) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.

Bimbingan belajar

Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang


berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun
di luar sekolah.Bimbingan ini antara lain meliputi:

1. Cara belajar, baik secara kelompok ataupun individual


2. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
15

3. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran


4. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran
tertentu
5. Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran

Di samping itu Winkel mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling


mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:

1. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka


lagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
2. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah
hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang
tua/keluarga dan sebagainya.

Bimbingan sosial

Dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri
dengan kehidupan kelompok. Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu
siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan
masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif.
Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk :

1. Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai

2. Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai

3. Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu

Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi

Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-


masalah pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang
mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/ dipecahkannya, akan cenderung
16

mengganggu konsentrasinya dalam belajar, akibatnya prestasi belajar yang dicapai


rendah.

Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan muda-


mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleh Downing bahwa layanan bimbingan di
sekolah sangat bermanfaat, terutama membantu :

1. Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan


2. Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam
kegiatan belajar mengajar
3. Siswa agar dapat menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajarnya
itu penuh arti
4. Meningkatkan motivasi belajar siswa
5. Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.

3.4 Landasan Bimbingan dan Konseling

Landasan bimbingan dan konseling ada 6, yaitu landasan filosofis,


landasan religius, landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan
ilmiah dan teknologis, landasan pedagogis. Dan dibawah ini akan di uraikan
lebih jelasnya

Landasan Filosofis

Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos berarti
cinta, dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap
kebijaksanaan. Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat
memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam
melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa
dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
17

1. Hakikat Manusia

Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat telah
mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :

1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan


ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila
dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
3. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan
dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup
berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-
tidaknya mengontrol keburukan.
5. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spritual yang harus dikaji
secara mendalam.
6. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia
terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
7. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya
sendiri.
8. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri.
Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa
sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
9. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana
apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan
berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

Landasan Religius
18

Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan


penekanan pada 3 hal pokok, yaitu; (1) Keyakinan bahwa manusia dan
seluruh alam adalah mahluk tuhan, (2) Sikap yang mendorong perkembangan
dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah
agama, dan (3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan
dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta
kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk
perkembangan dan pemecahan masalah individu.

1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan

Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan.


Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak
mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan
mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.

2. Sikap Keberagamaan

Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan


akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan
tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus
dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus
diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai
upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.

3. Peranan Agama

Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara


wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang
yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama
dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai
19

pedoman hidup ia memiliki fungsi memelihara fitrah, memelihara jiwa,


memelihara akal dan memelihara keturunan.

Landasan Psikologis

Psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan


sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat
dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless
tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam
perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual;
(3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori
dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg
tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang
perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan
sosial; dan (8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas
perkembangan individu

Landasan sosial budaya

Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor


yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu
hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi keuangan,
perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan
komunikasi dll

Landasan Ilmiah dan Teknologis

Salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai


sarana reproduksi social. Landasan paedagogis dalam layanan
bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
20

1. Pendidikan Sebagai Upaya Pengembangan Individu: Bimbingan


Merupakan Bentuk Upaya Pendidikan.
2. Pendidikan Sebagai Inti Proses Bimbingan Dan Konseling.
3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan
konseling

Landasan Pedagogis

Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling


ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya
pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk
kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan
konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan
bimbingan dan konseling.

3.5 Asas Bimbingan dan Konseling

Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan


sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling.
Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan
bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti
sama sekali.

Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah :

1. Asas Kerahasiaan (confidential) yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya


segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui
orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban
memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga
kerahasiaanya benar-benar terjamin,
21

2. Asas Kesukarelaan yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan


kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang
diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina
dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor)
berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar
peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih
dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini
bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
4. Asas Kegiatan yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu
mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum
bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-
individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan
bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta
didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa
22

depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada
dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan
dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan.
Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait
dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma
agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan –
kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam
bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus
terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan
konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang
tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara
23

tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat
mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing
(konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain,
atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat
mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang
berada di dalam lembaga sekolah maupun diluar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-
luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.
24

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bimbingan ialah suatu proses membantu individu melalui sendiri


untuk mengembangkan dan menemukan kemampuannya agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Konseling adalah serangkai
hubungan langsung dengan individual yang bertujuan untuk membantu dia
langsung dalam bersikap dan tingkah laku. Bimbingan dan Konseling, adalah
Proses interaksi antara konselor-konselor dengan klien atau konselee baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu klien
agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau pun memecahkan
permasalahan yang dialaminya.

Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat


dikembangkan.Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari
potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan mengembangkannya.
Disisi lain sebagai individu yang berinterksi dengan lingkungan, siswa juga
tidak dapat lepas dari masalah.

Sehingga Bimbingan konseling perlu diaplikasikan dalam sekolah


karena kesulitan-kesulitan praktisi pendidikan terutamadisiswa dapat
teratasi, selain itu juga dapat mengimprovisasikan potensi siswa sehingga
siswa mampu mengenal pribadinya dan dapat men gaktualisasikan
potensi yang dimilikisecara tepat.

4.2 Saran
Suatu kemampuan dapat berkembang secara optimal apabila mendapat
bimbingan dan konseling yang terarah. Karena itu untuk jenjang pendidikan
25

hendaknya terdapat tempat untuk melakukan bimbingan dan konseling agar


peserta didik bisa mngetahui potensi yang ia miliki.
26

DAFTAR PUSTAKA

Kosasi, Raflis dan Soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta

http://belajarpsikologi.com/sejarah-lahirnya-bimbingan-dan-konseling/

http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-dan-konseling/

http://makalahpendidikan-sudirman.blogspot.com/2012/02/fungsi-bimbingan-
konseling.html

http://warnaa-warnii.blogspot.com/2012/12/pengertian-bimbingan-konseling-
menurut.html

Anda mungkin juga menyukai