Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dzaqia Alya Shofi

Kelas : VI

No.Absen : 14

Bacaan Sayyidul Istighfar

Fadhillah Membaca Sayyidul Istighfar

، ‫ َو َم ْن قَالَهَا ِمنَ اللَّ ْي ِل َو ْه َو ُمو ِقنٌ ِبهَا‬، ‫ فَ ُه َو ِم ْن أَ ْه ِل ا ْل َجنَّ ِة‬، ‫ِى‬


َ ‫ َف َماتَ ِم ْن َي ْو ِم ِه قَ ْب َل أ َ ْن يُ ْمس‬، ‫َار ُمو ِق ًنا ِبهَا‬
ِ ‫َم ْن قَالَهَا ِمنَ النَّه‬
َ َ
‫ فه َْو ِم ْن أ ْه ِل ا ْل َجنَّ ِة‬، ‫صبِ َح‬ َ َ
ْ ُ‫ف َماتَ ق ْب َل أ ْن ي‬ َ

“Barangsiapa yang mengucapkannya (sayyidul istighfar) pada siang hari dan meyakininya
(ampunannya akan diterima oleh Allah), kemudian dia mati pada hari itu sebelum waktu sore
maka dia termasuk golongan penghuni surga, dan barangsiapa mengucapkannya pada malam
hari dalam keadaan meyakininya, kemudian dia mati sebelum waktu pagi tiba maka dia termasuk
golongan penguhuni surga.”

Hadits shohih tersebut diriwayatkan oleh:

 Al Bukhori dalam shohihnya no 63o3, 6323 dan al Adabul Mufrad no 617, 620.
 An Nasa-i, as Sunnanul Kubra no 9763, 10225.
 Ath Thabarni dalam kitabnya al Mu’jamul Kabir no 7172 dan al Mu’jamul Ausath no
1018 dan kitab ad Du’aa no 312-313.
 Ibnu Hibban dalam kitab at Ta’liiqaatul Hisaan no 928-929.
PENJELASAN TENTANG ANJURAN ISTIGHFAR
Setiap bani Adam itu pasti banyak berbuat dosa, namun yang terbaik dari oang yang berbuat
dosa yaitu yang memohon ampun kepada Allâh Azza wa Jalla dan bertaubat. Allâh Azza wa
Jalla memerintahkan hamba-Nya untuk selalu memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya.
Allâh pun berjanji akan mengampuni orang-orang yang meminta ampun dan bertaubat kepada-
Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

 ‫صا ِل ًحا ث ُ َّم ا ْهتَدَى‬ َ َ‫َاب َوآ َمنَ َو َع ِمل‬ َ ‫ار ِل َم ْن ت‬ ٌ ‫َو ِإ ِني َل َغ َّف‬
 Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman dan berbuat kebajikan,
kemudian tetap dalam petunjuk.” [Thâha/20:82]
 ‫الر ِحي ُم‬ َّ ‫ور‬ ُ ُ‫وب َج ِميعًا ۚ إِنَّهُ ه َُو ْالغَف‬ َ ُ‫َّللاَ يَ ْغ ِف ُر الذُّن‬ َّ ‫طوا ِم ْن َرحْ َم ِة‬
َّ ‫َّللاِ ۚ إِ َّن‬ ُ َ‫ِي الَّذِينَ أَس َْرفُوا َعلَى أ َ ْنفُ ِس ِه ْم ََل تَ ْقن‬
َ ‫قُ ْل يَا ِعبَاد‬
 Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allâh. Sesungguhnya Allâh
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” [az-Zumar/39:53]
 Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepada kita untuk banyak beristighfâr/meminta
ampun kepada-Nya. Begitu pula Allâh memerintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk beristighfâr. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
 ‫ت‬ ِ ‫َوا ْست َ ْغ ِف ْر ِلذَ ْن ِبكَ َو ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬
 “…Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan dosa orang mukmin laki-laki dan
perempuan…” [Muhammad/47:19]
 ‫ارا‬ ً َّ‫فَقُ ْلتُ ا ْست َ ْغ ِف ُروا َربَّ ُك ْم إِنَّهُ َكانَ َغف‬
 “Maka aku berkata (kepada mereka), ‘Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh,
Dia Maha Pengampun.’” [Nûh/71:10]
 ‫ورا َر ِحي ًما‬ ً ُ‫َّللاَ َكانَ َغف‬ َّ ‫َوا ْست َ ْغ ِف ِر‬
َّ ‫َّللاَ ۖ ِإ َّن‬
 Dan mohon ampunlah kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. [an-Nisâ’/4:106]
 ‫س ِب ْح ِب َح ْم ِد َر ِبكَ َوا ْستَ ْغ ِف ْرهُ ۚ ِإنَّهُ َكانَ ت ََّوابًا‬ َ َ‫ف‬
 Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepadaNya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. [an-Nashr/110: 3]
 َ‫ار ُه ْم يَ ْست َ ْغ ِف ُرون‬ ِ ‫َوبِ ْاْل َ ْس َح‬
 Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allâh). [adz-Dzâriyât/51:18]
 Maksudnya, bangun di akhir malam untuk shalat tahajjud dan di waktu sahur mereka
memohon ampun kepada Allâh Azza wa Jalla .
 ‫ورا َر ِحي ًما‬ ً ُ‫َّللاَ َغف‬
َّ ‫َّللاَ يَ ِج ِد‬ َّ ‫سهُ ث ُ َّم يَ ْست َ ْغ ِف ِر‬
َ ‫ظ ِل ْم نَ ْف‬ْ َ‫سو ًءا أ َ ْو ي‬ ُ ‫َو َم ْن يَ ْع َم ْل‬
 Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya kemudian dia mohon
ampun kepada Allâh, niscaya ia mendapati Allâh Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. [an-Nisâ’/4:110]
 َّ َ‫َّللاُ ِليُ َع ِذ َب ُه ْم َوأ َ ْنتَ ِفي ِه ْم ۚ َو َما َكان‬
َ‫َّللاُ ُم َع ِذ َب ُه ْم َو ُه ْم َي ْست َ ْغ ِف ُرون‬ َّ َ‫َو َما َكان‬
 Dan sekali-kali Allâh tidaklah akan mengadzab mereka, sedang kamu (Muhammad)
berada diantara mereka, dan tidaklah pula Allâh akan mengadzab mereka sedang mereka
meminta ampun.” [al-Anfâl/8:33]
 Dalam hadits Qudsi, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
 … ‫ فَا ْستَ ْغ ِف ُر ْونِ ْي أ َ ْغ ِف ْرلَ ُك ْم‬، ‫ب َج ِم ْي ًعا‬ َ ‫ َوأَنَا أَ ْغ ِف ُر الذُّنُ ْو‬، ‫ار‬ ِ ‫ِي إِنَّ ُك ْم ت ُ ْخ ِطئ ُ ْونَ بِاللَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬
ْ ‫…يَا ِعبَاد‬
 …Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya kalian selalu berbuat kesalahan (dosa) di
waktu malam dan siang hari, dan Aku mengampuni dosa-dosa seluruhnya, maka
mohonlah ampunan kepada-Ku niscaya Aku mengampuni kalian…[1]
 Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa Istighfâr ketika ruku’ atau sujud sebagai
berikut :
 ‫س ْب َحانَكَ اللهم َر َّبنَا َو ِب َح ْمدِكَ اللهم ا ْغ ِف ْر ِل ْي‬ ُ .
 Maha suci Engkau, ya Allâh! Rabb kami dan dengan memuji-Mu ya Allâh ampunilah
dosaku. [2]
 Para Ulama menyebutkan bahwa Allâh Azza wa Jalla memberikan rasa aman kepada
manusia dengan 2 hal, yaitu adanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diantara mereka
dan Istighfâr. Sekarang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat, berarti yang masih
tinggal satu yaitu istighfâr. Oleh karena itu istighfâr menjadi pengaman dari kemarahan
Allâh Azza wa Jalla .
 ‫ُص ُّروا َعلَى َما‬ ِ ‫َّللاُ َولَ ْم ي‬ َّ ‫وب ِإ ََّل‬َ ُ‫َّللاَ فَا ْستَ ْغفَ ُروا ِلذُنُو ِب ِه ْم َو َم ْن يَ ْغ ِف ُر الذُّن‬
َّ ‫س ُه ْم ذَك َُروا‬ َ ُ‫ظلَ ُموا أ َ ْنف‬
َ ‫شةً أ َ ْو‬َ ‫اح‬ِ َ‫َوالَّذِينَ ِإذَا فَ َعلُوا ف‬
َ‫فَعَلُوا َو ُه ْم يَ ْعلَ ُمون‬
 Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri mereka ingat akan Allâh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan
siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allâh ? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan keji itu sedang mereka mengetahui. [Ali ‘Imrân/3:135]
 Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma berkata :
 ‫ص ِغي َْرة َ َم َع ِإس َْر ٍار‬ َ ‫ار َو ََل‬ ٍ َ‫ََل َك ِبي َْرة َ َم َع ا ْس ِت ْغف‬
 Tidak ada dosa besar jika diiringi dengan istighfâr dan tidak ada dosa kecil jika
dikerjakan terus menerus.[3]
 Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
 ً‫وهللاِ ِإنِي ْل َ ْستَ ْغ ِف ُر هللاَ وأَتُوبُ ِإلَ ْي ِه في ْاليَ ْو ِم أَ ْكثَ َر ِم ْن س ْبعِينَ َم َّرة‬
 Demi Allâh, sesungguhya aku benar-benar memohon ampun kepada Allâh dan bertaubat
kepada-Nya dalam sehari semalam lebih dari 70 kali.[4]
 Dalam riwayat Imam Muslim :
 …ٍ‫مرة‬ َّ َ‫َوإِنِ ْي ْلَسْت ْغ ِف ُر هللاَ فِ ْي ْال ْيو ِم ِمئَة‬
 …Dan sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan Allâh dalam sehari semalam
sebanyak 100 kali.[5]
 ِ « : ٍ‫اح ِد ِمائَةَ َم َّرة‬
‫رب‬ ِ ‫سلَّ َم فِ ْي ْال َمجْ ِل ِس ْال َو‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ ُ ‫ ُكنَّا نَعُدُّ ِل َر‬: ‫ي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع َم َر َر‬
ُ ‫و َع ِن اب ِْن‬
‫الر ِح ْي ُم‬ َّ
َّ ُ‫ي إِنكَ أنتَ الت َّواب‬ ْ َ َّ َ ُ
َّ ‫ وتبْ َعل‬، ‫ « اغ ِف ْر ِل ْي‬. ْ
 Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma beliau berkata, “Kami dahulu menghitung dalam
satu majlis Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam 100 kali membaca, ‘Ya Allâh
ampunilah dosaku, dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat
dan Maha Penyayang.’” [6]
 ‫ِي ََل إِلَهَ إَِلَّ ه َُو‬ْ ‫ « أَ ْستَ ْغ ِف ُر هللاَ الَّذ‬: ‫من قَا َل‬ ْ : ‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ َ ‫ض‬ ِ ‫و َع ِن اب ِْن َم ْسعُ ْو ٍد َر‬
‫ف‬ ِ ‫الز ْح‬ َّ َ‫ت ذُنُوبُهُ و ِإ ْن َكانَ قَدْ فَ َّر ِمن‬ ْ ‫غ ِف َر‬ ُ ،» ‫ي ْالقَي ُّْو ُم َوأَت ُ ْوبُ ِإلَ ْي ِه‬ ‫ح‬
ُّ َ ْ
‫ال‬ .
 Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu beliau berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barang siapa yang membaca :
 ‫ي ْالقَي ُّْو ُم َوأَت ُ ْوبُ إِلَ ْي ِه‬ ُّ ‫ي ََل إِلَهَ إَِلَّ ه َُو ْال َح‬ ْ ‫أ َ ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ الَّ ِذ‬
 (Aku mohon ampun kepada Allâh yang tiada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar
selain Dia, yang Maha Hidup dan Maha Berdiri sendiri, dan aku bertaubat kepadaNya)
maka akan diampuni dosa-dosanya walaupun pernah lari dari medan perang.[7]
 Di antara do’a Istighfâr yang paling baik adalah sayyidul Istighfâr, sebagimana yang
telah diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Syaddad bin Aus
Radhiyallahu anhu .

SYARAH HADITS
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan lafazh istigfâr ini dengan Sayyidul Istighfâr
karena terkandung dalam hadits ini makna taubat dan merendahkan diri di hadapan Allâh
Azza wa Jalla , yang tidak terdapat dalam hadits-hadits taubat lainnya.

 Imam ath-Thîbiy rahimahullah berkata, “Karena do’a ini mengandung makna-makna


taubat secara menyeluruh maka dipakailah istilah sayyid, yang pada asalnya, sayyid itu
artinya induk atau pimpinan yang dituju dalam semua keperluan dan semua urusan
kembali kepadanya.”[8]
 Ibnu Abi Jamrâh rahimahullah berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengumpulkan dalam hadits ini makna-makna yang indah dan lafazh-lafazh yang bagus
sehingga pantas untuk dinamakan sayyidul Istighfâr. Dalam hadits ini terdapat :
 • Pengakuan terhadap uluhiyah Allâh dan ibadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla •
Pengakuan bahwa Allâh Azza wa Jalla adalah satu-satu-Nya yang Maha Pencipta.
Pengakuan bahwa Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan janji yang diambil untuk
hamba-Nya.
• Harapan yang telah Allâh janjikan kepada hamba-Nya,
• Berlindung dari keburukan yang telah diperbuat hamba terhadap dirinya,
• Menisbatkan semua nikmat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengadakan
semua nikmat ini, menisbatkan dosa kepada diri seorang hamba,
• Keinginan dan harapan dia agar diampuni dosa-dosanya oleh Allâh Subhanahu wa
Ta’ala
• Dan pengakuannya bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Allâh.” [9]

SAYYIDUL ISTIGHFAR
1. ‫( اللّٰـ ُه َّم أَ ْنتَ َر ِب ْي‬Ya Allâh Engkau adalah Rabb-ku) [10]
Pengakuan seorang hamba bahwa Allâh Azza wa Jalla adalah Rabbnya. Rabb adalah pemilik,
pencipta, pemberi rizki dan pengatur semua urusan makhluk-Nya. Terkandung dalam hadits
ini pengakuan tentang rububiyyah Allâh Azza wa Jalla .

 2. َ‫( ََل إِلـهَ إِ ََّل أَ ْنت‬Tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Engkau)
Yaitu tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Engkau ya Allâh.
Kalimat ini merupakan perwujudan tauhid uluhiyyah. Semua Muslim wajib meyakini
bahwa satu-satunya yang berhak diibadahi dengan benar hanyalah Allâh, sedangkan
selain Allâh tidak boleh disembah dan kita hanya berdo’a kepada Allâh saja.
 3. َ‫( َخلَ ْقتَنِ ْي َوأَنَا َع ْبدُك‬Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu)
Pengakuan hamba bahwa tidak ada yang menciptakan alam semesta beserta isinya ini
melainkan hanya Allâh Azza wa Jalla saja. Seluruhnya adalah makhluk, baik di langit
maupun di bumi. Allâh Azza wa Jalla yang telah menciptakan semua makhluk. Kalimat
ini mengandung (prilaku hamba) yang menghinakan dan merendahkan dirinya di hadapan
Allâh Azza wa Jalla . Di dalamnya terkandung tauhid rububiyyah. Doa ini diucapkan
oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga menunjukan bahwa beliau
n adalah seorang hamba, yang tidak berhak untuk diibadahi.
 4. ُ‫ط ْعت‬ َ َ ‫( َوأَنَا َعلَى َع ْهدِكَ َو َو ْعدِكَ َما ْست‬Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan
kemampuanku)
Aku tetap dalam perjanjian-Mu Ya Allâh, beriman kepada-Mu, melaksanakan ketaatan
kepada-Mu dan melaksanakan perintah-perintah-Mu semampuku. Menurut kemampuan
aku, karena Allâh tidaklah membebani suatu jiwa melainkan sesuai dengan
kemampuannya. Yang dimaksud janji di sini adalah janji ketika Allâh mengeluarkan
calon-calon makhluk atau ruh. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
 ‫ش ِهدْنَا ۛ أَ ْن تَقُولُوا َي ْو َم‬ َ ۛ ‫ور ِه ْم ذ ُ ِريَّت َ ُه ْم َوأ َ ْش َهدَ ُه ْم َعلَى أ َ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَ ْستُ ِب َر ِب ُك ْم ۖ قَالُوا َبلَى‬ ُ ‫َو ِإذْ أ َ َخذَ َربُّكَ ِم ْن َبنِي آدَ َم ِم ْن‬
ِ ‫ظ ُه‬
َ َّ ُ َّ
َ‫ال ِقيَا َم ِة إِنا كنا َع ْن َهذا غَافِلِين‬ ْ
 Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu
Adam keturunan mereka dan Allâh Mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya
Berfirman), ‘Bukankah Aku ini Rabb-mu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Rabb
kami), kami bersaksi.’ (Kami Lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu
tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.’” [al-A’râf/7:172]
 Kalau mereka bersaksi bahwa Allâh Azza wa Jalla sebagai Rabb mereka, maka
konsekuensinya adalah mereka harus beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla.
Konsekuensinya adalah melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan meninggalkan
larangan Allâh Azza wa Jalla .
 Allâh Azza wa Jalla berfirman :
 ‫ط ُم ْستَ ِقي ٌم‬ٌ ‫ص َرا‬ ِ ‫﴾وأ َ ِن ا ْعبُد ُونِي ۚ َهذَا‬ َ ٦٠﴿‫ين‬ ٌ ِ‫طانَ ۖ إِنَّهُ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُمب‬ َّ ‫أَلَ ْم أ َ ْع َهدْ إِلَ ْي ُك ْم يَا بَنِي آدَ َم أ َ ْن ََل تَ ْعبُدُوا ال‬
َ ‫ش ْي‬
 Bukankah Aku telah Memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak
menyembah setan ? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu, dan hendaklah
kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.” [Yâsîn/36:60-61]
 Kalimat ( َ‫“)و َو ْعدِك‬janji-Mu” َ yaitu tentang balasan pahala dan ganjaran, yaitu ‘Aku tetap
dalam perjanjianku dengan Allâh selama aku mampu. Aku yakin dengan janji-Mu Ya
Allâh.’ Bagi orang-orang yang bertauhid dan menjauhkan perbuatan syirik, dijanjikan
dengan Surga dan pahala yang besar.’
 Oleh karena itu hadits di atas menyebutkan barangsiapa membacanya dengan penuh
keyakinan maka dijanjikan dengan Surga.
 5. ُ‫صنَ ْعت‬ َ ‫( أَع ُْوذُ ِبكَ ِم ْن ش َِر َما‬Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku)
Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan amal perbuatanku dan akibat buruknya, (Aku
berlindung kepada-Mu agar tidak) ditimpa dengan petaka, agar diampuninya dosa, dan
kembali kepada perbuatan jelekku.
 Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan perbuatan dosa dan maksiat. Sesungguhnya
perbuatan dosa membawa akibat yang jelek. Orang yang durhaka kepada orang tua,
memutuskan silaturahim, menzhalimi orang lain, mengambil hak orang lain, makan riba,
dan dosa-dosa lainnya akan membawa akibat yang jelek. Diantara akibat buruknya adalah
hilangnya barakah dalam ilmu kita dan hafalan kita. Akibat dosa yang paling berbahaya
adalah akan di adzab oleh Allâh Azza wa Jalla . Harta yang diperoleh dengan cara zhalim
maka harta itu tidak akan mendapatkan barakah, akan membuat istrinya dan anak-
anaknya durhaka. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika khutbatul
haajah bersabda :
 ‫ت أَ ْع َما ِلنَا‬ َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو‬
ِ ‫س ِيئَا‬ ُ ‫…ونَعُ ْوذ ُ ِباهللِ ِم ْن‬
َ
 Kami berlindung kepada Allâh dari keburukan jiwa kami dan kejelekan amal perbuatan
kami…
 Oleh karena itu, hendaknya kita berlindung kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dari
segala perbuatan dosa kita.
 Akibat dosa tersebut diantaranya hilangnya barakah umur kita, barakah ilmu kita, amal
ketaatan, dan hilangnya hafalan. Yang paling bahaya adalah tidak diampuni dosa kita.
Atau kita kembali kepada perbuatan dosa itu. Nas-alullâha al-‘afwa wal ‘âfiyah was
salâmah fid dunyâ wal akhirah.
 6. ‫ي‬ َّ َ‫( أَب ُْو ُء لَكَ بِ ِن ْع َمتِكَ َعل‬Aku akui nikmat-Mu kepadaku)
Aku mengakui dan menetapkan besarnya nikmat-Mu kepadaku, dan agungnya karunia-
Mu dan kebaikan-Mu kepadaku. Setiap Muslim dan Muslimah wajib menisbatkan semua
nikmat kepada Allâh Azza wa Jalla . Semua nikmat yang diberikan Allâh Azza wa Jalla ,
baik di langit, bumi dan diantara keduanya adalah berasal dari Allâh Azza wa Jalla .
 Firman Allâh Azza wa Jalla :
 َ‫س ُك ُم الض ُُّّر فَإِلَ ْي ِه تَجْ أ َ ُرون‬ َّ ‫َّللاِ ۖ ث ُ َّم إِذَا َم‬
َّ َ‫َو َما بِ ُك ْم ِم ْن نِ ْع َم ٍة فَ ِمن‬
 Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu
ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. [an-
Nahl/16:53]
 Nikmat Allâh Azza wa Jalla yang diberikan kepada kita sangatlah banyak. Kita tidak
akan pernah bisa menghitungnya. Cobalah kita hitung nikmat yang Allâh Azza wa Jalla
berikan sejak kita lahir ! Nikmat mata, telinga, lisan, rambut, hati, udara, oksigen, air,
tumbuhan, nikmat hidayah, kesehatan, dijauhkan dari malapetaka, nikmat di atas tauhid
dan sunnah, dan lainnya.
 Allâh Azza wa Jalla berfirman :
 ‫ار‬ٌ َّ‫ظلُو ٌم َكف‬َ َ‫سانَ ل‬ ِ ْ ‫صوهَا ۗ ِإ َّن‬
َ ‫اْل ْن‬ ُ ْ‫َّللاِ ََل تُح‬ َّ َ‫سأ َ ْلت ُ ُموهُ ۚ َو ِإ ْن تَعُدُّوا نِ ْع َمت‬ َ ‫َوآت َا ُك ْم ِم ْن ُك ِل َما‬
 Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan
jika kamu menghitung nikmat Allâh, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.
Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allâh).
[Ibrâhîm/14:34]
 Apabila kita mengakui nikmat-nikmat Allâh Azza wa Jalla , maka konsekuensinya adalah
bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla . Bila seorang hamba bersyukur kepada Allâh
Azza wa Jalla , maka Allâh akan menambah nikmat-nikmat-Nya kepada kita. Allâh
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
 ٌ‫شدِيد‬ َ َ‫شك َْرت ُ ْم َْل َ ِزيدَ َّن ُك ْم ۖ َولَئِ ْن َكفَ ْرت ُ ْم ِإ َّن َعذَا ِبي ل‬
َ ‫َو ِإذْ تَأَذَّنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن‬
 Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” [Ibrâhîm/14:7]
 Jika seseorang bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla maka Allâh Azza wa Jalla tidak
akan mengadzabnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
 ‫َّللاُ شَا ِك ًرا َع ِلي ًما‬ َّ َ‫شك َْرت ُ ْم َوآ َم ْنت ُ ْم ۚ َو َكان‬ َّ ‫َما يَ ْفعَ ُل‬
َ ‫َّللاُ بِعَذَابِ ُك ْم إِ ْن‬
 Allâh tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allâh Maha
Mensyukuri, Maha Mengetahui. [an-Nisâ’/4:147]
 7. ‫( َوأَب ُْو ُء ِبذَ ْن ِب ْي‬Aku mengakui dosaku kepada-Mu)
Aku mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah aku lakukan, berupa perbuatan dosa,
kesalahan, kelalaian, kewajiban yang aku tinggalkan, perbuatan haram dan maksiat yang
aku lakukan. Pengakuan ini sebagai langkah awal untuk bertaubat dan kembali kepada
Allâh Azza wa Jalla .
 8. ‫( فَا ْغ ِف ْر ِل ْي‬Ampunilah dosaku)
Ya Allâh, ampunilah seluruh dosa yang telah aku lakukan. Sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun dan Maha Penyayang. Seorang hamba yang bertakwa tatkala ia berbuat dosa,
ia segera memohon ampun kepada Allâh Azza wa Jalla . Sebagaimana firman-Nya :
 ‫ُص ُّروا َعلَى َما‬ ِ ‫َّللاُ َولَ ْم ي‬ َ ُ‫َّللاَ فَا ْستَ ْغفَ ُروا ِلذُنُو ِب ِه ْم َو َم ْن يَ ْغ ِف ُر الذُّن‬
َّ ‫وب إِ ََّل‬ َ ُ‫ظلَ ُموا أ َ ْنف‬
َّ ‫س ُه ْم ذَك َُروا‬ َ ‫شةً أ َ ْو‬ ِ َ‫َوالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا ف‬
َ ‫اح‬
َ‫فَ َعلُوا َو ُه ْم َي ْعلَ ُمون‬
 Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri
sendiri, mereka (segera) mengingat Allâh, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya,
dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allâh ? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” [Ali ‘Imrân/3:135]
 9. َ‫ب إَِلَّ أَ ْنت‬ َ ‫( فَإِنَّهُ َلَيَ ْغ ِف ُر الذُّنُ ْو‬Karena yang tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain
Engkau ya Allâh)
Pengakuan kita bahwa tidak ada yang dapat mengampuni semua dosa-dosa kecuali hanya
Allâh Azza wa Jalla . Oleh karena kita memohon ampun hanya kepada Allâh Azza wa
Jalla , tidak kepada selain-Nya. Allâh Maha Pengampun dan Penerima taubat.
 10. Barangsiapa yang membacanya di pagi hari dengan penuh keyakinan, kemudia ia
meninggal dunia sebelum sore hari, maka ia termasuk penghuni Surga. Barangsiapa yang
membacanya di sore hari dengan penuh keyakinan, kemudia ia meninggal dunia sebelum
esok pagi hari, maka ia termasuk penghuni Surga
 Yaitu membacanya dengan penuh keyakinan, ikhlas, mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla ,
meninggalkan syirik, membenarkan kandungan do’a sayyidul Istighfâr ini, mengakui
tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, mengakui semua dosa-dosanya, mengakui semua
nikmat dari Allâh Azza wa Jalla dan meminta ampunan hanya kepada Allâh Azza wa
Jalla .
 Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk membacanya dengan penuh
keyakinan ketika kita di waktu pagi dan sore hari.
 Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Orang yang mengenal Allâh Azza wa Jalla yang ia
tuju, maka dia mempersaksikan bahwa semua itu karunia Allâh dan menyadari dirinya
yang banyak dosa dan aib.”[11]
 Beliau rahimahullah menjelaskan, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan 2
hal, yaitu persaksian semua nikmat dari Allâh Azza wa Jalla dan pengakuan dosa-dosa
yang telah dilakukan, bahwa kita banyak berbuat kesalahan. Lalu dilanjutkan dengan
amal. Menyaksikan semua nikmat, anugerah dan karunia Allâh Azza wa Jalla kepada
kita, konsekuensinya adalah wajibnya kita mencintai Allâh Azza wa Jalla . Ini juga
menuntut kita memuji Allâh, bersyukur kepada Allâh karena Allâh telah memberi semua
nikmat dan kebaikan. Kita pun harus menyadari diri kita yang banyak berbuat dosa dan
kesalahan, yang menuntut kita agar menghinakan diri kepada Allâh Azza wa Jalla ,
merendahkan diri kita di hadapan Allâh Azza wa Jalla serta menyatakan diri kita fakir,
membutuhkan Allâh dan kita wajib bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla pada setiap
waktu dan dia tidak melihat dirinya kecuali orang yang tidak punya apa-apa sama
sekali.[12]

FAIDAH-FAIDAH HADITS
1. Wajib menetapkan rububiyyah Allâh Azza wa Jalla , karena Allâh adalah Pencipta, Yang
Maha Pemberi Rezeki, Yang Maha Pemberi karunia, Yang Maha Menahan, dan Yang Maha
Melapangkan, Yang Maha menghidupkan, Yang Maha mematikan, dan Yang Maha
mengatur segala urusan.

 2. Wajib menetapkan ‘ubudiyyah, uluhiyyah, dan wahdaniyyah bagi Allâh Azza wa Jalla
. Bahwa hanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang wajib dan berhak diibadhi dengan
benar.
 3. Dalam sayyidul Istighfâr terdapat penetapan dan pengakuan seorang hamba bahwa
dirinya adalah hamba yang hina di hadapan Rabb-nya, Pencipta-nya, dan Pemberi
Rezeki-nya.
 4. Di dalamnya juga terdapat penetapan seorang hamba bahwa dia berpegang kepada
perjanjian yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala ambil atasnya.
 5. Hendaklah seorang hamba melaksanakan perintah Allâh Subhanahu wa Ta’ala sesuai
dengan kemampuannya. Ini seperti dalam firman Allâh Azza wa Jalla :
 َ َ‫َّللاَ َما ا ْست‬
‫ط ْعت ُ ْم‬ َّ ‫فَاتَّقُوا‬
 “…Maka bertakwalah kamu kepada Allâh menurut kesanggupanmu…” [at-
Taghâbun/64:16]
 6. Pengakuan seorang hamba atas dosa-dosanya dengan taubat.
 7. Penetapan dan pengakuan seorang hamba kepada Rabb-nya dengan kelemahan dan
kekurangan, dengan menyembah-Nya dengan sebenar-benarnya.
 8. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allâh Azza wa Jalla.
 9. Hendaklah seorang hamba berlindung kepada Allâh Azza wa Jalla dari kejelekan apa-
apa yang telah dia perbuat.
 10. Keutamaan Istighfâr (meminta ampun kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala) dan
keutamaan sayyidul Istighfâr.
 11. Hendaklah seorang hamba berlindung kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dari
kejelekan perbuatan dan niatnya, karena itu merupakan sebab mendapat hukuman dan
adzab.
 12. Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa segala tujuan itu hendaknya dicapai dengan
cara-cara yang benar, dan sebab-sebab yang mencapai kepada tujuan itu. Adapun
menggunakan khurafat, bid’ah, cara-cara yang syirik, maka itu tidak menambah
(kedudukan) seorang manusia di hadapan Rabb-nya kecuali (tetap seorang) hamba (yang
hina).

Anda mungkin juga menyukai