Anda di halaman 1dari 4

Potensi Mangrove sebagai Obat Anti malaria

Pendahuluan

Sekitar 3 juta hektar hutan mangrove tumbuh di sepanjang 95.000 kilometer pesisir
Indonesia. Jumlah ini mewakili 23% dari keseluruhan ekosistem mangrove dunia (Giri et al.,
2011). Hutan mangrove ditemukan di banyak wilayah Indonesia, dan ekosistem mangrove
regional penting terdapat di Papua, Kalimantan dan Sumatera (FAO, 2007). Tinggi pohon
mangrove di Indonesia dapat mencapai 50 meter. Kelompok pohonnya padat, dengan akar
berkelindan keluar dari batang pohon. Ketika laut pasang, hutan mangrove dibanjiri oleh air.
Dan saat laut surut, lumpur tebal melapisi permukaan mangrove, menyimpan material
organik yang sangat kaya (FAO, 2007). Hutan mangrove merupakan ekosistem utama
pendukung kehidupan di wilayah pesisir. Keberadaan hutan mangrove menjadi sangat
penting karena sangat potensial dalam menunjang kehidupan masyarakat baik dari segi
ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

Hutan mangrove memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia, diantaranya


adalah sebagai sumber obat. Laksono dkk., (2000) mengemukakan bahwa masyarakat suku-
suku yang tinggal di daerah terpencil dan di sekitar pesisir memiliki keunikan tersendiri
dalam memanfaatkan mangrove. Mahmud dan Wahyudi (2014) dalam penelitiannya juga
menyatakan bahwa lima suku di Papua telah memanfaatkan tujuh jenis dari lima famili
vegetasi mangrove di pesisir pantai tanah Papua sebagai obat tradisional untuk berbagai
gejala penyakit seperti, kudis, malaria, gatal-gatal, sakit gigi, obat nyamuk, pestisida alami,
dan menambah stamina (stimulan). Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan beragam, dari akar,
kulit, daun, dan buah. Salah satu pemanfaatan manggrove adalah sebagai sumber obat
malaria.

Obat malaria yang umum dikenal saat ini adalah Kina. Kina telah digunakan untuk
mengobati malaria (penyakit berulang yang ditandai dengan menggigil parah dan demam).
Kina merupakan alkaloid yang ditemukan dalam kulit pohon cinchona. Pohon ini berasal dari
Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela,
Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Sedangkan di Indonesia sendiri tanaman ini masih
tergolong langka. Mengingat luasnya hutan mangrove di Indonesia dan potensi yang dimiliki,
maka sudah sepatutnya tanaman manggrove dimanfaatkan sebagai obat malaria selain kina.

Selama ini pengetahuan tentang obat tradisional malaria dari tanaman mangrove
belum dieksplor secara luas. Oleh karena itu diperlukan penelitian dan kajian mengenai
potensi mangrove sebagai obat malaria. Artikel ini merupakan hasil kajian dari berbagai
jurnal terkait pemanfaatan mangrove sebagai obat-obatan tradisional terutama untuk
mengobati malaria.
Pembahasan

Pemanfaatan tumbuhan mangrove untuk pengobatan secara tradisional telah


diwariskan secara turun temurun untuk mengobati berbagai penyakit karena tumbuhan ini
mengandung senyawa bioaktif, diantaranya senyawa golongan alkaloid, steroid, terpenoid,
saponin, dan tanin serta senyawa golongan flavonoid dan quinon dengan berbagai
bioaktivitas seperti antimikroba, antifungi, antivirus, antitumor, antileukemia, dan insektisida
(Sutarmo, 2000; Mukarromah dan Suyatno, 2014).

Dari hasil kajian berbagai jurnal tentang pemanfaatan tanaman mangrove sebagai
obat malaria, diperoleh data sebagai berikut:

No JUDUL, PENULIS, TAHUN HASIL

1 Etnofarmakologi Tumbuhan Mangrove Mangrove jenis Xylocarpus rumphii,


Achantus ilicifolius L., Acrostichum terutama pada kulit batang digunakan
speciosum L. dan Xylocarpus rumphii untuk mengobati malaria yaitu suatu
Mabb. Di Desa Sungai Tekong penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten protozoa parasit yang disebarkan melalui
Kubu Raya (Sri Wedari Ernianingsih, gigitan nyamuk Anopheles. Kulit batang
Mukarlina, Rizalinda, 2014). tumbuhan ini direbus dan diminum airnya.
Berdasarkan hasil uji fitokimia kulit
batang Xylocarpus rumphii banyak
mengandung alkaloid.

2 Pemanfaatan Vegetasi Mangrove sebagai Berbagai suku di Papua telah


Obat-obatan Tradisional pada Lima Suku memanfaatkan bagian-bagian dari
di Papua (Mahmud dan Wahyudi, 2014) tanaman mangrove sebagai obat-obatan
tradisional. Bagian tumbuhan Jenis
Rhizophora sp yang dimanfaatkan oleh
Suku Sough di Papua adalah kulit untuk
sakit gigi dan malaria.

3 Aktivitas Insecticidal Dari Ekstrak yang Ekstrak kulit kayu dari Rhizophora
Dihasilkan Dari Bagian Berbeda pada mucronata, empulur, dan batang memiliki
Pohon Mangrove Rhizophora Mucronata efek toksik pada larva dari Aedes aegypti
(Rhizophoraceae) Lam. Melawan Tiga dan Artemia salina larvae dan dewasa
Arthropods (JM Kabaru dan L. Gichia, Schistocerca gregaria. Selain itu, ekstrak-
2001) ekstrak ini memiliki efek antifeedant pada
jenis dewasa Schistocerca gregaria

4 Senyawa Insektisidal Dari Tanaman Bagian tanaman yang berbeda (daun, kulit
Mangrove Rhizophoraceae untuk kayu, akar, akar pangkal, hypocotyl dan
Pengelolaan Vektor Dengue Aedes bunga) dari tanaman mangrove jenis
Aegypti (M. Syed Ali, S. Ravikumar, J. Rhizophoraceae ( Bruguiera cylindrica,
Margaret Beula, V. Anuradha & N. Ceriops decandra, Rhizophora mucronata
Yogananth, ) dan R. apiculata ) dari pantai tenggara
Karangadu di India dapat dijadikan
sebagai insektisida alami dalam melawan
nyamuk aedes aegypti

5 Menyaring Jamur Endofitik Mangrove Ekstrak jamur Endofitik yang berasal dari
untuk Produk Alami Antimalaria hutan bakau dapat dijadikan obat alami
anti malaria

6 Senyawa bioaktif diekstrak dari Tanaman Kandungan kimia yang terdapat dalam
mangrove (Avicenna marine dan tanaman manggrove adalah alkohol
Rhizophora mucronata) alifatik, asam amino, alkaloid,
karbohidrat, karotenoid, hidrokarbon dan
asam lemak bebas termasuk asam lemak
tak jenuh ganda, lipin, feromon,ester
phorbol, fenolik dan senyawa terkait
seperti steroid, triterpen, glikosida, tanin
dan terpen lainnya. Di Afrika, daun
mangrove yang kaya akan tanin
dimanfaatkan dalam penyembuhan
malaria

7 Uji Fitokimia Dan Uji Antibakteri Dari Senyawa golongan metabolit sekunder
Akar Mangrove Rhizopora Apiculata yang terkandung dalam ekstrak akar
Terhadap Bakteri Escherichia Coli Dan mangrove R. apiculata adalah senyawa
Staphylococcus Aureus (Usman, 2017) alkaloid, flavonoid, dan triterpenoid.
Ekstrak metanol akar mangrove R.
apiculata menunjukkan aktivitas anti
bakteri tertinggi.

8 Uji Efek Antibakteri Daun Mangrove Berdasarkan hasil pengujian jamur endofit
Rhizophora Apiculata Terhadap Bakteri yang diisolasi dari tumbuhan mangrove
Pseudomonas Aeruginosa Dan Rhizophora apiculata terhadap bakteri
Staphylococcus Aureus (Santoso, Jimmy Pseudomonas aeruginosa dan bakteri
Posangi, Henoch Awaloei dan Robert Staphylococcus aureus, diperoleh hasil
Bara, 2015) bahwa terdapat dua jenis jamur yaitu
jamur endofit berwarna putih gading dan
jamur endofit berwarna putih berserabut
yang diisolasi dari daun mangrove
Rhizophora apiculata. Kedua jenis jamur
menunjukan adanya daya hambat
pertumbuhan kedua bakteri uji, namun
jamur endofit berwarna putih berserabut
memiliki efek antibakteri lebih besar dari
pada jamur endofit berwarna putih gading.

Kesimpulan

Dari hasil kajian berbagai jurnal terkait potensi mangrove sebagai obat anti malaria
dapatdisimpulkan bahwa tanaman mangrove yang dijadikan sebagai obat malaria terutama
berasal dari jenis Rhizophora dan Xylocarpus. Adapun bagian tanaman yang dapat dijadikan
obat adalah daun, buah, kulit batang dan juga akar. Kemungkinan senyawa yang berperan
sebagai anti malaria adalah Alkaloid. Namun dari berbagai jurnal yang dianalisis belum
ditemukan secara spesifik jenis senyawa alkaloid yang berperan sebagai anti malaria. Oleh
karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai senyawa bioaktif yang berperan
sebagai anti malaria dalam tanaman mangrove.

Anda mungkin juga menyukai