Atau
F = (100-a)% - (b+c)%
Difusi Pasif
Transport aktif
Difusi difasilitasi
Transport Vesikular
Pore transport
Pembentukan ion pair
1. Difusi Pasif
Protein
a. Jumlah protein yg tersedia utk berikatan dg obat
2.Reabsorbsi
Reabsorbsi pasif terjadi disepanjang tubulus untuk bentuk-
bentuk nonion obat yang larut dalam lemak.
Derajat ionisasi tergantung dari pH larutan.
Fenomena ini dimanfaatkan untuk pengobatan keracunan
suatu obat asam atau basa.
Ditubulus distal juga terdapat protein transporter untuk
reabsorbsi aktif dari lumen tubulus kembali ke darah
untuk senyawa endogen.
3. Sekresi aktif
Sekresi aktif dari darah menuju tubulus proksimal terjadi
melalui transporter membran P-glikoprotein (P-gp) dan
MRP (multidrug-resistence protein) dengan selektivitas
yang berbeda, yaitu:
- MRP untuk anion organik dan konjugat (penisilin,
probenesid,glukoronat, dan lain-lain)
- P-gp untuk kation organik dan zat netral (kuinidin,
digoksin, dan lain-lain). Oleh karena itu, terjadi
kompetisi antara asam-asam organik maupun basa-
basa organik.
Hal ini dimanfaatkan untuk memperpanjang masa kerja
obat.
contoh: untuk memperpanjang masa kerja ampisilin,
diberikan bersama probenesid. Probenesid akan
menghambat sekresi aktif ampisilin di tubulus ginjal
karena berkompetisi untuk transporter membran yang
sama yaitu MRP.
Ekskresi obat utama yang kedua adalah melalui
empedu kedalam usus dan keluar bersama feses.
obat
Saluran cerna
hati
empedu
hidrofilik
lipofilik
Usus besar
tinja
Ekskresi
obat juga dapat melalui paru (gas
anastetik umum), ASI, saliva, keringat, dan
air mata (minor).
Ilmu yang mempelajari pengaruh obat terhadap
organisme hidup terutama cara dan mekanisme
kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang
ditimbulkan.
a. Antagonis kompetitif
Dua obat bersaing untuk dapat berikatan pada
reseptor yang sama.
Pada antagonis kompetitif reversibel efek agonis
dapat ditingkatkan dengan meningkatkan dosis obat
agonis.
b. Antagonis non kompetitif
Antagonis mengikat reseptor bukan pada tempat
ikatan reseptor agonis sehingga afinitas obat tidak
berubah, namun efek maksimalnya berkurang.
c. Antagonis parsial atau agonis parsial adalah agonis
yang mempunyai aktivitas intrinsik atau efektivitas
yang rendah sehingga menimbulkan efek maksimal
yang lemah.
Obat ini akan mengurangi efek maksimal yang
ditimbulkan agonis penuh. OKI, agonis parsial disebut
juga antagonis parsial.
Contoh nalorfin adalah agonis parsial atau
antagonis parsial dengan morfin sebagai
agonis penuh dan nalokson sebagai antagonis
kompetitif yang murni.
Nalorfin dapat digunakan sebagai antagonis
pada keracunan morfin, tetapi jika diberikan
sendiri nalorfin juga menimbulkan berbagai
efek opiate dengan derajat yang lebih
ringan.
Nalokson yang tidak mempunyai efek agonis
akan mengantagonisasi dengan sempurna
semua efek opiate dari morfin