SERVISITIS
RSUD Ambarawa
Pembimbing :
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
lakukan, karena seringkali tidak ada gejala yang jelas. Jika servisitis tidak diobati,
dapat menyebabkan penyakit radang panggul, infertilitas, kehamilan ektopik,
nyeri panggul kronis, aborsi spontan, kanker serviks, atau komplikasi lain selama
kehamilan.3,4
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
4
servikalis. Karena epitel selaput kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan
silindris mana dengan muda terjadi infeksi. Pada seorang multipara dalam
keadaan normal canalis servikalis bebas kuman, dengan ostium uteri eksternum
sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.5,7
2.2. Definisi
Servisitis adalah peradangan jaringan serviks. Hampir semua kasus
servisitis disebabkan oleh penyakit menular seksual dan, bisa juga karena cedera
pada jaringan serviks, kontrol jalan lahir yang berkurang seperti diafragma dan
bahkan kanker. Kondisi ini memiliki gejala khusus yang membantu dalam
diagnosis. Servisitis merupakan infeksi jangka panjang yang tidak memiliki gejala
khusus dan karena itu tidak diobati oleh banyak wanita. Kondisi ini hanya
terdeteksi dengan pemeriksaan ginekologi rutin.8,9
Ada dua jenis servisitis, yaitu servisitis akut dan kronis. Servisitis
akut biasanya merupakan infeksi bakteri atau virus dengan gejala yang spesifik.
Servisitis kronis adalah infeksi jangka panjang yang mungkin tidak memiliki
gejala dan hanya dapat terdeteksi pada pemeriksaan gynekologi rutin. servisitis
adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput
lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih
mudah terinfeksi dibanding selaput lendir vagina.7
5
2.3. Etiologi
Sebagaimana disebutkan di atas servisitis akut disebabkan karena infeksi
seperti herpes gonore dan klamidia. Penyebab servisitis kronis termasuk infeksi
bakteri yang juga sering menyebabkan servisitis akut. Ketika episode akut
servisitis tidak diobati, maka akan berkembang menjadi servisitis kronis. Risiko
servisitis meningkat saat seorang wanita menderita diabetes, vaginitis akut dan
servisitis berulang atau memiliki banyak pasangan seksual. Servisitis disebabkan
oleh kuman-kuman seperti: trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau
mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus,
enterococus, e.coli, dan stapilococus. kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi
pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang
mengalami trauma.3,8
6
Infeksi trichomonas vaginalis
Trikomoniasis asosiasi dengan Kandidiasis
Gonorrheae Neisseria (Gonore)
Herpes simplex virus
Human papilloma virus (HPV)
Penyebab kurang umum lainnya adalah: mikosis, sifilis , tuberkulosis ,
Mycoplasma.
7
Gambar 3. Gambaran serviks normal dan servisitis.9
2.4. Diagnosis
a) Flour hebat, biasanya berlangsung lama, warna putih keabu-abuan atau kuning
yang kental atau purulent dan biasanya berbau.
b) Sering menimbulkan erusio (erythroplaki) pada portio yang tampak seperti
daerah merah menyala.
c) Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulent
keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka
harus diingat kemungkinan gonorhoe.
d) Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
8
e) Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput
lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh
ovulonobothi dan akibat retensi kelenjer-kelenjer serviks karena saluran
keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena peradangan.
f) Gejala-gejala non spesifik seperti dispareuni (nyeri saat senggama), nyeri
punggung, rasa berat di panggul dan gangguan kemih.
g) Perdarahan uterus abnormal:
Pasca sanggama
Pasca menopause
Diantara haid
Namun pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala dan tanda, disarankan
agar penderita keputihan menjalani pemeriksaan skrining klamidia.8
Keputihan
Servik kemerahan
Edema (inflamasi) dinding vagina
9
2.5. Klasifikasi
A. Servisitis Akut
Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorroe, infeksi
postabortum, postpartum, yang disebakan oleh streptococcus, sthapilococus, dan
lain-lain. Dalam hal ini streptococcus merah dan membengkak dan
mengeluarkan cairan mukopurulent, akan tetapi gejala-gejala pada serviks
biasanya tidak seberapa tampak ditengah-tengah gejala lain dari infeksi yang
bersangkutan. Pengobatan diberikan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut.
Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau dapat menjadi kronika.4
B. Servisitis Kronik
Penyakit ini dijumpai pada sebagian wanita yang pernah melahirkan.
Luka-luka kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan
masuknya kuman-kuman kedalam endoserviks serta kelenjar-kelenjarnya
sehingga menyebabkan infeksi menahun.4
10
Kolposkopi: metode pemeriksaan leher rahim yang menggunakan sebuah alat
optik yang meningkatkan citra, yang disebut colposcope, selama kolposkopi tes
Lugol juga dilakukan (solusi diterapkan pada mukosa serviks).
Pemeriksaan patologi anatomi: yaitu sepotong mukosa yang diambil untuk
biopsi dengan conization atau kuretase endoserviks (kuretase di dalam kanal
leher rahim).
2.7. Penatalaksanaan
Pengobatan cervicitis kronis terdiri dari dua tahap. Tahap pertama terdiri
dari pengobatan medis sesuai etiologinya, yang bertujuan untuk membasmi
infeksi. Langkah selanjutnya adalah menggunakan prosedur pembedahan,
diantaranya: electrocauterization, cryotherapy, terapi laser, loop eksisi
(electrorezection), conization, dan amputasi serviks.8
1. Medika mentosa
Pengobatan medika mentosa bertujuan untuk membasmi infeksi,
tergantung pada agen etiologi dan kepekaan agen etiologi yang ditemukan, dengan
memberikan antibiotik spesifik dan jika perlu diberikan pengobatan dengan
antibiotik atau anti jamur oral. Untuk servisitis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri (Chlamydia, Gonorrhoea) diberikan antibiotika. Pada infeksi herpes dapat
diberikan antiviral. Terapi hormonal (dengan estrogen atau progesterone) dapat
diberikan pada pasien menopause.4,5,6
Jika servisitisnya tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam
AgNO3 10% dan irigasi. Erosi akibat servisitis dapat disembuhkan dengan obat
keras seperti, AgNO3 10 % atau Albothyl yang menyebabkan nekrosis pada epitel
silindris, dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan oleh banyak epitel
gepeng berlapis. Berikutnya dianjurkan untuk memberikan pengobatan untuk
penyembuhan mukosa, tetapi dalam banyak kasus gagal untuk mencapai remisi
lengkap dari lesi, sehingga pasien akan memerlukan tindakan bedah. Hanya
setelah sekitar 2 bulan setelah pemberantasan infeksi dengan medikamentosa tidak
menampakkan perubahan dan jika perubahan serviks terus berlangsung,
diindikasikan untuk dilakukan tindakan pembedahan (operasi).5,8,9
11
2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan pada hari-hari pertama setelah menstruasi, agar
dapat memberikan waktu penyembuhan untuk bekas luka setelah pembedahan
sampai haid berikutnya sehingga dapat mencegah infeksi. Sebelum melakukan
pembedahan terlebih dahulu dibutuhkan pemeriksaan ginekologi. Prosedur ini
tidak boleh dilakukan pada keadaan peradangan akut serviks, pada keadaan ini
prosedur pembedahan harus ditunda, karena beresiko memperparah peradangan.8
Metode pembedahan yang dilakukan tergantung pada usia, kedalaman dan
keadaan permukaan lesi, munculnya perubahan kolposkopi dan sitologi,
pembedahan dapat dilakukan dengan salah satu prosedur berikut:5,8
Electrocauterization
Cryotherapy adalah metode yang dilakukan dengan menghancurkan jaringan
patologis sampai kedalaman 3-4 mm, dengan pembekuan, dengan
menggunakan karbon dioksida, nitrogen cair dan freon.
Terapi laser: metode modern dengan menguapkan sel-sel, tanpa menyebabkan
nekrosis jaringan, tidak ada luka dan karena itu tidak ada sekresi berikutnya
seperti dalam kasus electrocauterization
Loop eksisi menggunakan arus eletric, daerah lesi dipotong untuk dilakukan
biopsi.
Conization: sebagian mukosa serviks dipotong. Metode ini digunakan untuk
luka infeksi yang lama, luka berulang dan displastik.
Pemotongan serviks: operasi pengangkatan leher rahim, dalam kasus displasia
serviks yang terkait dengan hipertrofi.
12
Gambar 4. Pembedahan dengan metode loop eksisi (electrorezection)8
13
Gambar 5. Pembedahan dengan metode electrocauterization8
2.8. Prognosis
2.9. Komplikasi
14
infeksi kronis saluran kemih .
Peradangan kronis leher rahim dapat menyebabkan stenosis serviks yang
dapat diikuti oleh infertilitas. Juga iritasi kronis memiliki berkontribusi dalam
menyebabkan kanker serviks. Oleh karena itu, pengobatan servisitis kronis dapat
dianggap sebagai tindakan pencegahan dalam memerangi kanker serviks.
Servisitis dapat berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.5
2.10. Pencegahan
Hindari bahan kimia iritan seperti sabun intravaginal atau tampon dengan
deodoran
Pastikan bahwa benda asing yang dimasukkan kedalam vagina (seperti
pembalut wanita khusus) digunakan secara tepat dengan mengikuti
petunjuk pemakaian
Tidak melakukan senggama untuk mencegah IMS atau tidak melakukan
senggama dengan sembarangan orang.
Gunakan pengaman (kondom) setiap melakukan aktivitas seksual bebas.
Berlatih perilaku seksual yang aman, seperti monogami, adalah salah satu
cara menurunkan prevalensi servisitis. Selain itu, wanita yang memulai
aktivitas seksual pada usia lanjut telah terbukti memiliki insiden lebih
rendah terhadap servisitis. Rekomendasi lain adalah dengan menggunakan
kondom secara rutin selama hubungan seksual. Jika servisitis disebabkan
oleh penyakit menular seksual, pasien disarankan untuk memberitahu
semua pasangan seksualnya.
Jika rentan terhadap infeksi, kenakan celana dalam katun. Hindari celana
dalam yang terbuat dari bahan non-ventilasi. Bahan sintetis dalam keadaan
vagina yang basah dan hangat, yang dapat memicu infeksi vagina atau
serviks.
Menghindari tertularnya gonore atau penyakit menular seksual dengan
membatasi pada satu pasangan seksual.
15
BAB III
KESIMPULAN
Servisitis adalah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel
selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah
terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. servisitis merupakan
infeksi non spesifik dari serviks, erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler
(permukaan kasar), erosi folikuler (kistik) dan biasanya terjadi pada serviks
bagian posterior.
Pengobatan cervicitis kronis terdiri dari dua tahap. Tahap pertama terdiri
dari pengobatan medis sesuai etiologinya, yang bertujuan untuk membasmi
infeksi. Tahap kedua adalah menggunakan prosedur pembedahan, diantaranya:
electrocauterization, cryotherapy, terapi laser, loop eksisi (electrorezection),
conization, dan amputasi serviks. Pembedahan hanya diindikasikan setelah sekitar
2 bulan setelah pengobatan infeksi dengan medikamentosa tidak menampakkan
perubahan dan jika perubahan serviks terus berlangsung.
Salah satu pencegahan servisitis adalah perilaku seksual yang aman,
seperti monogami, tidak memulai aktivitas seksual pada usia terlalu muda,
menggunakan kondom secara rutin selama hubungan seksual. Jika servisitis
disebabkan oleh penyakit menular seksual, pasien disarankan untuk memberitahu
semua pasangan seksualnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. David, Ovedoff. 1995. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Bina Pura Aksara.
2. Taber, Benzion. 1995. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi.
Jakarta: EGC.
3. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
4. Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
5. Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung: Elstar offset.
6. Robin, Cotran, Humar. 1999. Buku Saku Robbins, Dasar Patologi Penyakit.
Jakarta: EGC.
7. Biggs WS, Williams RM. Common gynecologic infections. Prim Care.
2009;36:33-51. [PubMed]
8. Diseases characterized by urethritis and cervicitis. Sexually transmitted
diseases treatment guidelines 2006. Update to CDC's sexually transmitted
diseases treatment guidelines. 2006: fluoroquinolones no longer recommended
for treatment of gonococcal infections. Available at www.guidelines.gov.
Accessed January 25, 2010.
9. http://obginround.blogspot.com/2011/05/servisitis.html.
17