1. PENDAHULUAN
organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat
pada perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemia terjadi sebagai akibat
kebanyakan akibat dari kehilangan darah akut sekitar 20% dari volume
total. Tanpa darah yang cukup atau penggantian cairan, syok hipovolemik
udara dapat mencapai paru dan melakukan pertukaran oksigen dan karbon
dioksida. Oleh karena itu, pada pasien dengan hemoragik syok diperlukan
penanganan pengelolaan jalan napas yang baik dan tepat untuk menjamin
2. DEFINISISYOK HEMORAGIK1
oleh kehilangan volume darah secara akut dan cepat. Dimana syok
oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi
pernapasan.
jantung ini berasal dari cetusan listrik (depolarisasi) pada otot jantung itu
dengan muara vena cava superior. Impuls listrik yang dihasilkan oleh SA
berasal dari sistim vena sitemik akan dipompakan ke ventrikel kana, dan
darah pada atrium kiri yang berasl dari paru (vena pulmonalis) akan
seluruh sel-sel otot ventrikel jantung. Impils listrik yang ada di ventrikel
mengeluarkan darah dari jantung disebut sebagai fase sitolik atau ejeksi
ventrukuler. Jumlah darah yang dikeluarkan dalam satu kali pompan pada
kontraksi rata-rata 72 kali permenit, maka dalam satu menit jumlah darah
yang sudah melewati dan diponpakan oleh jantung sekitar 5 liter, yang
tanpa kontrol pusat kesadaran yang dipengaruhi oleh sistim saraf otonom
disebut sebagai oxygen delivery (DO2), dan curah jantung adalah faktor
mengakibatkan hipoksia pada organ vital lainnya yaitu otak. System saraf
peran yang sangat penting pada respon homeostatic bila terjadi penurunan
hipovolemi akibat perdarahan secara garis besar dibagi atas tiga yaitu
a. Tahap Kompensasi
baroreseptor yang berada pada arkus aorta dan sinus karotis yang
menyebabkan pengaktivan system saraf simpatis. Ketika saraf
b. Tahap Dekompensasi
Pada tahap ini, respon system saraf simpatis tidak lagi cukup sehingga
c. Tahap Ireversibel
secara terus menerus, pada akhirnya akan terjadi syok ireversibel yang
signifikan, dan tekanan nadi yang sangat kecil atau tekanan diastolic
yang tidak teraba. Produksi urin hamper tidak ada, dan kesadaran jelas
tekanan darah.
6. MANAJEMEN PENGELOLAAN JALAN NAPAS3
dengan cepat dan tepat. Bila ditemukan masalah atau dicurigai, tindakan-
Raba (Feel) merasakan apakah ada aliran udara yang keluar dari
hal ini maneuver chin lift dan maneuver jaw trust, sedangkan teknik-
kearah depan. Ibu jari tangan yang sama dengan tangan menahan bibir
diangkat.
rahang bawah kiri dan kanan dan mendorong rahang bawah kedepan.
Bila cara ini dilakukan sambil menggunakan masker dari alat bag-
valve dapat dicapai kerapatan yang baik dan ventilasi yang adekuat.
definitive di pasang.
disisipkan.
PASIEN TRAUMA3
a. Trauma Maksilofasial
b. Trauma Leher
c. Hematothoraks Massif
tersebut terjadi pada jarang sekitar 2,4cm dari carina. Sebagian besar
paratracheal.
kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil.
darah yang terkumpul pada jalan napas, bruising, luka, dan tanda-
B. Circulation
jaringan.
a) Kontrol Perdarahan
cairan intravenous.
b) Akses Intravena
Akses pada pembuluh darah harus didapat dengan benar. Pilihan
pemberian cairan.
d) Respon Terhadap Resusitasi Cairan
Respon Cepat
dikerjakan.
Respon Sementara
menghentikan perdarahan.
e) Transfusi Darah
respon pasien.
Tansfusi PRC
Transfusi Platelete
C. Disability
pergerakan mata dan respon pupil, serta fungsi motoric dan sensorik.
D. Exposure
Pada tahap ini yang perlu dipantau adalah produksi urin pasien.
Yogyakarta. 2017
Boston. 2014
Canada. 2013
12. Hudson, Aet. Al. Airway And Ventiation Management Strategies for