Anda di halaman 1dari 4

1. Kabut Asap Riau Bikin Pernapasan 61.

017 Jiwa Terganggu

2.

Kiriman asap kebakaran hutan dan lahan dari provinsi tetangga yang menyelimuti Kota
Pekanbaru serta beberapa kabupaten di Riau, kian tebal. Jarak pandang di kota ini hanya 500
meter. (Liputan6.com/M Syukur)
Liputan6.com, Pekanbaru - Kabut asap masih memakan korban. Di Riau,
korban gangguan pernapasan akibat menurunnya kualitas udara dari kabut asap kini
menembus angka 61.017 jiwa. Jumlah ini meningkat dari hari sebelumnya. Seperti
dituturkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Andra Sjafril. "Meningkat dari hari
sebelumnya, yaitu 57.536 jiwa. Sementara jumlah 61.017 jiwa diprediksi bakal
meningkat karena kualitas udara di Riau masih berbahaya dan diselimuti kabut asap,"
kata Andra di Pekanbaru, Riau, Rabu (7/10/2015).Andra memaparkan, gangguan
kesehatan menyerang warga Riau terdiri dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA), asma, penyakit kulit, dan pneumonia. Yang paling tinggi adalah ISPA.
"Penderita ISPA mencapai 50.741 jiwa. Ini paling gampang menyerang warga karena
menghirup udara berbahaya. Kemudian penyakit pneumonia 893 jiwa, asma 2.409 jiwa,
sakit mata 3.040, dan penyakit kulit sebanyak 3.934 jiwa," tutur Andra.
Kota Pekanbaru merupakan daerah yang paling banyak menderita ISPA. Penderita di
Kota Bertuah itu menembus 12 ribu jiwa. Kemudian disusul Kabupaten Kuantan
Singingi, Siak, Bengkalis, Dumai, dan Rokan Hulu. "Rata-rata penderita ISPA di
kabupaten tersebut ada yang mencapai dan di atas 5 ribu penderita. Sementara penderita
paling sedikit terdapat di Kepulauan Meranti, karena kabut asap di sana tak separah
daerah lainnya," tutur Andra.
Sementara itu, berdasarkan data Satgas Siaga Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau,
kualitas udara di mayoritas daerah di Riau masih dinyatakan berbahaya. Bahkan tingkat
pencemaran dibanding kadar oksigennya berada di ambang batas.
Di Pekanbaru, tingkat pencemaran udaranya sudah mencapai 831 Pollutan Standard
Index (PSI). Sementara di Kabupaten Kampar, Siak, Bengkalis dan Rokan Hilir berada
pada angka 500 PSI. Angka itu sangat jauh dari kategori sehat yang hanya 50 PSI.
Sejauh ini, sudah ada 2 warga Pekanbaru yang meninggal dunia akibat kabut asap.
(Ndy/Mut)
3. Analisis dampak kejadian kabut asap diriau 2015
 Kesehatan
Kabut Asap akibat kebakaran hutan telah meningkatkan kasus ISPA, jumlah
kasus ISPA di riau meningkat tajam Hampir sebulan terpapar kabut asap, hingga
11 September 2015, Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat sudah 43.386 orang
yang terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Pada 2013, korban
berjumlah 19.862 orang dan pada 2014 sejumlah 27.200 orang. Jumlah korban
pada 2015 berpotensi mengalami kenaikan (kompas.com)
 Ekonomi
Kabut asap juga dapat mengganggu sektor ekonomi. Jarak pandang yang terbatas
menganggu aktivitas penerbangan dan pelayaran. (kompas.com)
 Hubungan Internasional
Kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan juga melanda negara tetangga
seperti Singapura dan Malaysia. Negara-negara tersebut melayangkan protes ke
negara kita atas kabut asap yang mereka terima. Jika dibiarkan maka hubungan
baik itu bisa terganggu.
 Pertanian
Asap tebal mulai mengancam sektor pertanian. Tebalnya kabut asap
dikhawatirkan dapat mengganggu produktivitas tanaman padi dan jagung.
 Sosial Budaya
Aktivitas sehari sehari yang terganggu akibat kabut asap bisa menyebabkan
hubungan sosial menjadi terganggu. Aktivitas anak yang bermain terganggu.
Sekolah juga banyak yang diliburkan karena khawatir siswa mereka terkena
dampak asap berupa ISPA dan sakit mata.

4. Yang dilakukan sebagai mahasiswa


 Menunjukkan sikap peduli kepada semua masyarakat. melakukan gerakan peduli
terhadap lingkungan dengan cara pembagian masker saat bencana kabut asap
 Pengumpulan dana bagi korban kabut asap
 Melakukan orasi yang positif
 Menunjukan kepedulian kepada korban kabut asap

5. Apa yang dilakukan sebagai perawat


 Membantu kesehatan warga dengan cara membuat rumah evakuasi terbuka
khususnya untuk ibu hamil, balita, dan orangtua,
 Melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap warga yang terpapar kabut asap.
“Khususnya yang berada di dekat lokasi kebakaran.
 Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan.
 Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan.
 Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS (perawat sebagai sarana transportasi).
 Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
 Memeriksa dan mengatur persediaan obat , makanan, peralatan kesehatan.
 Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun
kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya.
 Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi
yang ditunjukkan dengan seringnya mengais dan mengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan
kelemahan otot).
 Membantu terapi kejiwaan khususnya anak-anak dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misalnya dengan terapi bermain.
 Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan
psikiater.
 Konsultasikan bersama supervise setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.

Anda mungkin juga menyukai