Nama Kelompok :
1. Fauzan Fadhlurrahman (D400160081)
2. Naufan Faldiansyah (D400160085)
3. Gilang Aji Saputra (D400160098)
4. Ilham Alrino Nugroho (D400160106)
5. Muhammad Harish H. (D400160089)
Umat Islam dan Pengembangan IPTEK
Pengertian IPTEK
Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun.
Dimana upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan
kesejahteraan dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas dasar
kreatifitas, akalnya, manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk
mengolah SDA yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam
pengembangan iptek harus didasari terhadap moral dan kemanusiaan yang adil
dan beradab, agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara merata. Disatu
sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi,
namun oelaksanaan pembangunan IPTEK masih belum merata.
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa “alat” untuk
mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah (1) indera, untuk
menangkap kebenaran fisik, (2) naluri, untuk mempertahankan hidup dan
kelangsungan hidup manusia secara pribadi maupun sosial, (3) pikiran dan atau
kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga jenis
pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan
penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi, (4) imajinasi, daya khayal yang
mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya, (5)
hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran
tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan
IPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem
nilai dan norma-norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi
Ghulsyani (1995), dalam menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim
dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok; (1) Kelompok yang menganggap
IPTEK modern bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK
moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang
bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan
filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3)
Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir
istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak
ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada
dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan”
untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut Islam
haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah
bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan
derajat spiritialitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang
merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah
martabatnya.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa
yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran
agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan
cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan
oleh manusia. Pola hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman Galileio-
Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan
gereja berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo
dipersalahkan dan dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan
masyarakat.
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran
ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi
juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan
dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam
masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak
mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak
mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan
seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah
terbiasa dengan pemisahan agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama
bersinggungan dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai
dampak karena tampak terasa aneh kalau dikaitkan. Mungkin secara individu
dampak itu ada, tetapi secara komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak
menimbulkan dampak apa-apa.
Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya
pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran
agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler.
Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama
mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung
ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama
tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung
pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.
Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan
pokok, yakni:
Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh
negara-negara barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan
IPTEK di negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan
kemajuan IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan
klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya
bertengkar sendiri.
Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa
nasihat langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak
tentang akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud
ini dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam
adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang
alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara
kebenaran dan keindahan.
Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai
dasar nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk
keberadaan manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena
empat alasan:
Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa
kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan
pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai
kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil
dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik,
dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama
yang dianut oleh bangsa kita.
Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut
duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias
gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu,
tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan
fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.
Artinya : “Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun.
Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal – amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat
perhitungan-Nya”. (Q.S An-Nur : 39)
Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format
yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita
meraih kebaikan dunia dan kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita
panjatkan kepada Allah.
Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)
3. Beberapa Tokoh Ilmuan Muslim dan Penemuannya..
a. Abbas bin Firnas (Penemu Prototipe Pesawat)
Dia adalah Abu al-Qasim, Abbas bin Firnas bin Wirdas at-Takurini al-
Andalusi al-Qurthubi. Ia merupakan seorang penemu dari Andalusia. Seorang
filsuf dan juga penyair. Ia dibina dan dididik di kota ilmu dan ulama, Takurina
di wilayah Kordoba. Beliau penemu prototipe pesawat terbang pertama kali
setelah mentadaburi Q.S Al-Mulk:19, dan mentadaburi mengapa burung bisa
terbang. Walaupun protoripe dari beliau hanya bisa terbang sejauh 30m pada
saat itu, tapi prototipe beliaulah yang dikembangkan sehingga bisa menjadi
pesawat terbang hingga saat ini.
Abbas bin Firnas menyandang kedudukan sebagai penyair kerajaan di ibu kota
Kordoba. Ia merupakan sosok yang langka. Amat perhatian dengan matematika,
ilmu falak, fisika, dan terkenal dengan riset tentang penerbangan. Ia adalah pilot
pertama di dunia.
Para ahli sejarah sepakat, Abbas bin Firnas wafat pada tahun 887 M di umur
yang ke 80 tahun.
Di masa hidupnya, Abbas tumbuh di pusat ilmu dan penemu. Ia tumbuh besar di
Kota Kordoba, kota yang menjadi tujuan orang-orang Arab dan non-Arab untuk
menimba ilmu pengetahuan dengan berbagai macam jurusannya.
Abu Musa Jabir bin Hayyan, atau dikenal dengan nama Geber di dunia
Barat, diperkirakan lahir di Kuffah, Irak pada tahun 750 dan wafat pada
tahun 803. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia.
Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, di
masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan
teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap
eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas
zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap
Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi,
distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen
untuk melakukan proses-proses tersebut.
KARYA-KARYANYA ADALAH :
Kitab Al-Kimya
Kitab Al-sab’een
Kitab Al-Rahmah
Kitab Al-Tajmi
Kitab Al-Zilaq Al-sharqi
Book Of The Kingdom
Book Of Eastern Mercury
Book Of Balance
Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu All Muhammad al-Hassan ibnu
al-Haitham, atau dalam kalangan cerdik pandai di Barat, beliau dikenal dengan
nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains,
falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Beliau banyak pula
melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada
ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop
serta teleskop
Nama lain Al-Jazari adalah Badi Al-Zaman Abullezz Ibn Alrazz Al-Jazari atau
Ibnu Ismail Al Jazari atau bisa disapa Al Jazari atau Aljazar.
”Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting. Dalam
bukunya, ia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan
membuat sebuah mesin”, begitulah pendapat Donald Hill.
Kalimat di atas merupakan komentar Donald Hill, seorang ahli teknik asal
Inggris yang tertarik dengan sejarah teknologi, atas buku karya ahli teknik
Muslim yang ternama, Al-Jazar.
Al Jazari merupakan seorang tokoh besar dibidang mekanik dan industri. Lahir
di Al Jazira, yang terletak diantara sisi utara Irak dan timur laut Syiria, tepatnya
antara Sungai tigris dan Efrat.
Nama lengkapnya adalah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin
Jusuf Habibie. Ia dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25
Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan
Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo.
Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962
ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil
Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-
kanak.
Hal ini dibuktikan oleh Yogi ketika dia membuat tulisan desertasi perihal
persamaan Helmholtz yang selama 30 tahun terakhir belum ada yang mampu
menyelesaikannya. Penelitian yang dilakukan oleh Yogi ini mendapat sambutan
positif dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, industri, pertambangan,
dan masih banyak lagi. Karena penelitian ini akan sangat membatu dalam dunia
ilmu pengetahuan, ditambah mendapat pendanaan dari salah satu perusahaan
yang mengetahui rencana tersebut. Selanjutnya dalam penelitian dosen ITB ini
menggunakan metode “Ekuasi Helmholtz”. Metode ini digunakan untuk dapat
mengukur gelombang akustik. Persamaan ini digunakan untuk dapat
menemukan lokasi minyak bumi dan sebenarnya persamaan ini telah ditemukan
sejak satu abad silam.