PREVALENSI
Di Indonesia merupakan jenis keganasan ke 3 kanker ginekologi setelah kanker serviks
dan kanker ovarium. Di Amerika dan negera Eropa menempati urutan atas dengan insidens 3-4
kali lebih sering dibandingkan dengan Negara berkembang. Sebagian besar terdiagnosis pada
usia pasca menopause, hanya 5% yang terdiagnosis pada usia di bawah 40 tahun dan hampir
70% terdiagnosis pada stadium awal
ETIOLOGI
Kanker endometrium banyak dikatikan dengan masalah hormonal, terutama disebabkan
rangasngan yang terus menerus estrogen pada endometrium, tanpa hamabtan progesterone.
FAKTOR RISIKO
1. Unopposed . inadequate opposed estrogen therapy
2. Obesitas
3. Hipertensi
4. Diabetes Mellitus
5. Nulliparritas
6. Early menarche dan late menopause
7. Chronic anovulation, polikistik ovarium
8. Riwayat keluarga kanker payudara, ovarium, colorectal
9. Penyakit hepar
10. Granulose cell tumor ovarium
PENCEGAHAN
Menghindari penggunan estrogen terus menerus tanpa progesterone
Menjaga berat badan ideal
Penggunaan kontrasepsi oral
Penangan dini perdarahan abnormal :
1. Simple hyperplasia
2. Hyperplasia atipik
GEJALA
1. Perdarahan per vaginam terutama pasca menopause
2. Fluor albus
3. Nyeri daerah pelvis
4. Gamabran Pap smear yang abnormal
DIAGNOSIS
1. Dilatasi dan kuretase
2. Histeroskopi / biopsy
3. Ultra Sonography (USG)
GAMBARAN PATOLOGI
1. Endometroid carcinoma
2. Papillary serous cardinoma
3. Clear cell carcinoma
4. Squamous cell carcinoma
5. Undifferentiated Carcinoma
6. Mixed type
7. Miscellanous epithelial tumor
PENATALAKSANAAN
HIPERPLASIA
Hyperplasia Simpel
1. Progestian sekuensial
2. Oral pill
3. Progestin dosis tinggi
4. Induksi ovulasi
5. Histerektomi
Hiperplasia Atipik
Merupakan lesi pra kanker endometrium
Untuk penderita pasca menopause dianjurkan histerektomi
Penggunan progesterone dosis tingg masih bisa dipertimbangkan
CARCINOMA ENDOMETRIUM
Penanganan pre operatif meliputi :
Penilaian klinis besar rumot dan penyebarannya
Risiko operasi pada pasien seperti usia, obesitas, hipertensi, Diabetes mellitus (DM)
Stadium I
Histerektomi dengan Bilateral Salpingo Oophorectomy (BSO), bila perlu diberikan radiasi
pasca operasi
Stadium II
Histerektomi radikal
Histerektomi dengan sebelumnya diberikan radiasi (brachi terapi)
Penilaian kelenjar pelvic
Kemoterapi
Terapi hormone
Stadium III-IV
Debulking
Radiasi pasca operasi
Radiasi saja
Kemoterapi
Terapi hormone