“KOMA”
Oleh:
Gita Syahputri KW
(14710125)
Pembimbing:
dr. Ali Santoso, Sp.PD
Koma • EDH
• SDH
diensefalik • Empiema subdural
• ICH
supratentorial • Tumor intraserebra
Klinis Akibat
Klinis Akibat
Klinis Akibat
Klinis Akibat
• Koma uremikum
• Koma diabetikum
• Koma hepatikum
Koma Uremikum
suatu ensefalopati
Koma uremikum yang timbul akibat
kegagalan ginjal
Patofisiologi
Intoksikasi,
Urea sirkulasi
Uremia gangguan
darah otak ↑
elektrolit
Neuron-neuron Gangguan
koma hemisfer otak metabolisme
berdegenareasi neuron otak
Koma Uremikum
Bola mata
Gangguan
bergerak
pernafasan
kontinyu
Gejala
neurologik Reaksi pupil
fokal utuh
(hemiparesis)
Asidosis metabolik
Obat-obat yg diminum Pemeriksaan derajat kesadaran (Hiperkalemi/ hipokalsemia)
(GCS)
Pertahankan Turunkan
Blood Bowel sirkulasi darah tekanan
• memantau tanda • perhatikan nutrisi dan
secara optimal intrakranial
tanda vital fungsi usus, pasang
NGT
Hentikan setiap
Obati infeksi
serangan
Brain Bladder yang ada
kejang
• menjaga fungsi otak • fungsi vesika urinaria
optimal & psng kateter
Perbaiki
Perhatikan
keseimbangan
suhu tubuh
cairan elektrolit
Koma Diabetikum
Diabetic Coma
KOMA HIPOGLIKEMIA
4. Bila belum sadar KGD 200 mg/dL : suntik hidrokortison 100 mg per 4 jam
selama 12 jam atau deksametason 10 mg iv bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6
jam, dan Manitol iv 1,5 – 2 gram/kgBB setiap 6 – 8 jam
5. Cari penyebab lain kesadaran menurun.
6. Bila hipoglikemia belum teratasi, berikan antagonis insulin seperti adrenalin,
kortison dosis tinggi atau glukagon 1 mg iv/im
7. Berikan cairan dekstrose 10 % per infus 6 jam per kolf untuk
mempertahankan glukosa darah dalam nilai normal atau di atas normal
disertai pemantauan gula darah secara intensif
Cont...
Stadium lanjut (koma hipoglikemia)
1. Injeksi glukosa 40% i.v. 25 ml (encerkan 2 kali) infus
martos (maltosa 10%) atau glukosa 1%,
2. Bila belum sadar dapat diulang 25 cc glukosa 40% setiap ½
jam (sampai sadar), dan dapat diulang sampai 6 kali, bila
gagal
3. Injeksi glukosa 40% i.v 25 ml, digunakan rumus 1.2.3:
– Rumus 1: diberikan 1 flash bila kadar gula darah 60-90 mg/dl
– Rumus 2: diberikan 2 flash bila kadar gula darah 30-60 mg/dl
– Rumus 3: diberikan 3 flash bila kadar gula darah < 30 mg/dl
Salah satu komplikasi yg serius pada komplikasi
akut DM selain HHS (Hyperglicemic
Hyperosmolar State/ Hiperosmolar non-
Ketotik/HONK)
Adanya
polidipsi, Asidosis
poliuri, mual
Hiperglikemi metabolik
muntah, Ketonuria
dehidrasi- > 300 mg/dL (pH < 7,0 &
shock, nafas HCO3 < 12)
Kussmaull
Tatalaksana
Fase Protokol Terapi KAD Uraian Terapi
1. Rehidrasi : NaCL 0,9% atau RL, 2 L/2 jam pertama, lalu 80 tt/m
selama 4 jam, lalu 30 tt/m selama 18 jam (4-6 L/24 jam),
diteruskan sampai 24 jam berikutnya (20 tt/m)
2. IDRIV* : 4 unit/jam i.v (rumus minus satu)
Fase 1 4. Infus K+ per 24 jam : 25 mEq (bila K+= 3,0-3,5 mEq/I), 50 mEq (K+ = 2,5-3,0), 75
mEq (bila K+ = 2,0-2,0 dan 100 mEq (bila K+ 2,0 mEq)
4. Infus BIK : Bila pH ≤ 7,2-7,3 atau BIK < 12 mEq/I: 50-100 mEq drip
dalam 2 jam (bolus BIK 50-100 mEq diberikan bila
pH ≤ 7,0)
5. Antibiotika : Dipilih yang up to date dan dosis adekuat
Glukosa Darah ± 250 mg/dl atau reduksi ±
Fase II
1. Rumatan : NaCI 0,9% atau pot. R (IR 4-8 u), Maltosa 10% (IR 6-12
u) Bergantian : 20tt/m (dimulai perlahan, berjalan
perlahan, dan diakhiri perlahan)
1. Kalium : p.e (bila K+ < 4 mEq/I) atau per os (air tomat/kaldu)
2. IR : 3 x 8-12 U sc
3. Makanan lunak, karbohidrat kompleks per oral
2 80 30 20 Atas
Rumus :
2 4 18 24 bawah
Patogenesis DKA dan HHS mirip, tetapi
pada HHS :
1) there is enough insulin to prevent
lipolysis and ketogenesis but not
adequate to cause glucose utilization
2) possible smaller increases in
counterregulatory hormones
Diagnosis pasti : Pentalogi HONK.
1. Hiperglikemia > 600 – 800 mg/dl
2. Riwayat DM negatif atau tidak jelas
3. Respirasi Kussmaul negatif
4. Ketonuria negatif atau meragukan
1. Rehidrasi : NaCL 0,45% (Na>150 mEq/l) /9% (Na<150 mEq/l) atau RL, 2
L/2 jam pertama, lalu 80 tt/m selama 4 jam, lalu 30 tt/m
selama 18 jam (4-6 L/24 jam), diteruskan sampai 24 jam
berikutnya (20 tt/m)
Fase 1 2. IDRIV* : 4 unit/jam i.v (rumus minus satu)
3. Infus K+ per 24 jam : 25 mEq (bila K+= 3,0-3,5 mEq/I), 50 mEq (K+ = 2,5-3,0), 75
mEq (bila K+ = 2,0-2,0 dan 100 mEq (bila K+ 2,0 mEq)
4. Antibiotika : sesuai indikasi
Fase II
1. Rumatan : NaCI 0,45%/9% atau pot. R (IR 4-8 u), Maltosa 10% (IR 6-12
u) Bergantian : 20tt/m (dimulai perlahan, berjalan
perlahan, dan diakhiri perlahan)
1. Kalium : p.e (bila K+ < 4 mEq/I) atau per os (air tomat/kaldu)
2. IR : 3 x 8-12 U sc
3. Makanan lunak, karbohidrat kompleks per oral
2 80 30 20 Atas
Rumus :
2 4 18 24 bawah
Suatu kompleks gangguan susunan saraf pusat
yang dijumpai pada pengidap gagal hati.
Kelainan ini ditandai oleh gangguan memori dan
perubahan kepribadian (Corwin., 2001).
- Hepatitis fulminan Sirosis hepar Tahap akhir dari Ada faktor pencetus,
- Hepatitis karena obat
dengan sistem kerusakan sel-sel spt : gangg.
dan racun kolateral yang hati yang difus Keseimbangan cairan,
ekstensif elektrolit dan pH,
- Sindroma reye Tanpa ada faktor operasi GIT, infeksi
- Sirosis hati. pencetus berat, obat2 narkotik/
hipnotik, azotemia
Patofisiologi
• Hipotesis ammonia
• Hipotesis neurotoksi sinergis
• Hipotesis neurotransmitter palsu
• Hipotesis GABA / benzodiazepine
(Budihusodo., 2002)
Tingkat Gejala-gejala Tanda-tanda EEG
Pemeriksaan Fisik
- Tentukan tingkat kesadaran / tingkat ensefalopati.
- Stigmata penyakit hati (tanda-tanda kegagalan faal hati dan hipertensi
portal).
→ Adanya kelainan neurologik : inkoordinasi tremor, refleks patologi,
kekakuan.
→ Kejang, disatria.
→ Gejala infeksi berat / septicemia.
→ Tanda-tanda dehidrasi.
→ Ada pendarahan gastrointestinal.
Pemeriksaan Lab
- Rutin
Hematologi (Hb, Hct, DL, faal pembekuan darah), biokimia
darah (Uji faal hati, uji faal ginjal, kadar amonia darah) , UL, px.
Feses, Atas indikasi : HbsAg, anti-HCV,AFP, elektrolit, analisis gas
darah.
- Tidak rutin
EEG, CT Scan, Pungsi Lumbal
Penatalaksanaan koma hepatik