I. PENDAHULUAN
Fungsi rumah sakit sebagai institusi penyedia sarana kesehatan dalam proses pemulihan
dan penyembuhan terhadap pasien, juga mengandung unsur upaya penanggulangan dan
penyembuhan penyakit. Sebagai salah satu indikator keberhasilan dari pelayanan Rumah
Sakit adalah rendahnya angka Infeksi Nosokomial. Untuk mencapai keberhasilan tersebut
perlu dilakukan pengendalian mutu dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSU
Bina Kasih.
Infeksi yaitu masuknya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu
gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru
menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi
nosokomial. Walaupun pemeliharaan kesehatan saat ini telah menjadi lebih baik antara lain
karena telah digunakannya cara-cara baru dan modern untuk membantu menegakkan
diagnosis dan pengobatan penyakit, namun insiden infeksi nosokomial masih harus
mendapat perhatian yang lebih banyak. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam
tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang
semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut
dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke
pasien lainnya.
Infeksi nosokomial merupakan masalah yang serius bagi semua rumah sakit. Kerugian
yang ditimbulkan sangat membebani rumah sakit maupun pasien. Meskipun berbagai
upaya pencegahan infeksi nosokomial telah dilakukan secara optimal, agaknya infeksi
nosokomial di rumah sakit akan tetap terjadi, namun dengan jumlah kejadian yang lebih
sedikit.
Bagi pasien di rumah sakit ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab
langsung atau tidak langsung penyebab kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi
nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi ia menjadi penyebab
penting pasien dirawat lebih lama di rumah sakit. Ini berarti pasien membayar lebih mahal
dan dalam kondisi tidak produktif, disamping itu rumah sakit juga akan membayar biaya
lebih besar. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi nosokomial adalah
infeksi yang secara potensial dapat dicegah atau sebaliknya ia juga merupakan infeksi yang
tidak dapat dicegah. Untuk itu setiap rumah sakit sebaiknya memiliki Komite Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi dan memiliki program kerja yang dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dan menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit
antara lain: melakukan surveilans, investigasi KLB, melaksanakan K3 RS, pengkajian
risiko infeksi di RS, monitoring pelaksanaan sterilisasi di setiap unit pelayanan RS,
monitoring pelaksanaan manajemen loundry dan linen di RS, monitoring pelaksanaan
manajemen peralatan kadaluarsa, single-use yang menjadi re-use, monitoring pembuangan
sampah infeksius, cairan tubuh dan darah, monitoring pembuangan pembuangan benda
tajam dan jarum, pelayanan makanan dan permesinan, monitoring pembongkaran,
pembangunan dan renovasi melalui ICRA, monitoring hand hygiene pada pasien,
pengunjung dan staff petugas, dan monitoring penggunaan alat pelindung diri.
III. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan keselamatan pasien, petugas dan keluarga/pengunjung melalui setiap aktivitas
yang berpotensi atau berisiko penyebaran infeksi diantara pasien oleh petugas kesehatan,
fasilitas dan lingkungan rumah sakit untuk mencapai kondisi lingkungan rumah sakit yang
memenuhi persayaratan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi serta membantu proses
pengobatan dan penyembuhan penderita sehingga rumah sakit dapat meningkatkan mutu,
cakupan dan efisiensi pelayanan.
b. Tujuan Khusus
1. Mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi rumah sakit (IRS/Incident Rate HAIs) di
RSU. Bina Kasih melalui kegiatan surveilans, investigasi outbreak/KLB, audit kepatuhan
PPI dan edukasi tentang PPI.
2. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman, panduan dan atau SPO tentang PPI
melalui kegiatan monitoring di semua unit pelayanan.
3. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit/instalasi
pelayanan.
4. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI RSU Bina Kasi
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan
sehingga tercapainya program PPI. Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
A. Menurunkan dan mengendalikan angka insiden infeksi rumah sakit (IRS/incident
rate HAIs) serta mengendalikan angka insiden Ventilator Associeted Pneumonia
(VAP), infeksi daerah operasi (IDO), infeksi pneumonia akibat tirah baring (HAP),
infeksi akibat pemakaian kateter vena sentral (IADP) dan infeksi saluran kemih
(ISK).
B. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SPO tentang PPI di semua
unit pelayanan dengan kegiatan.
2. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan kadaluarsa
obat
C. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SPO tentang PPI di semua
area pengunjung dengan kegiatan :
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh
petugas rumah sakit (medis dan non medis)
4. Membuat pelatihan PPI bagi petugas kesehatan di luar RSU. Bina Kasih
Metode surveilans yang digunakan oleh PPI RSU Bina Kasih adalah:
a. Surveilans IADP, menggunakan metode surveilans target (targeted surveillance) yang
terfokus pada pasien di ruang rawat intensif (ICU dan NICU)
IADP adalah ditemukannya organisme dari hasil kultur darah semi kuantitaif/kuantitatif
disertai tanda klinis yang jelas serta tidak ada hubungannya dengan infeksi di tempat
lain dan atau dokter yang merawat telah menyatakan infeksi.
IADP yaitu infeksi akibat pemakaian/pemasangan kateter intra vaskuler setelah 48 jam
pemakaian alat. Alat yang digunakan pasien adalah alat yang dipasang di RSU Bina
Kasih, dalam hal ini yang bisa dipantau oleh Tim PPI adalah alat kateter vena sentral
(CVC).
Surveilans Harian HAIS dilakukan oleh IPCLN yang ada di setiap unit perawatan dengan
menggunakan format harian rumah sakit yang mencakup semua variabel (satuan) yang
ada dalam formula dari seluruh jenis infeksi rumah sakit yang ada. Pencatatan dilakukan
bila ditemukan kelainan sesuai jenis infeksi rumah sakit yang ada maka petugas ruangan
atau IPCLN yang pertama kali menemukan pasien terinfeksi harus langsung mencatat dan
melaporkannya kepada IPCN.
Indikasi adanya infeksi rumah sakit juga dapat dengan melakukan telaah/kajian
laboratorium untuk mengetahui apakah ada hasil kultur atau isolasi positif pada waktu
tersebut di ruang perawatan dimana dilakukan kegiatan surveilans.
Data infeksi yang ditemukan terlebih dahulu dikonfirmasi dengan dokter yang merawat
untuk menegakkan apakah hal tersebut dapat diindikasikan sebagai data infeksi rumah
sakit.
2. Investigasi outbreak/wabah/KLB
Surveilans atau investigasi outbreak/KLB dilaksanakan terhadap temuan adanya kasus
infeksi yang muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging) serta kuman multi
resisten lain yang dipantau melalui pemantauan hasil laboratorium mikrobiologi seperti
ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase), MDRO (Multi Drug Resistant Organism),
MRSA (Meticllin Resistant Staphylococcus aureus), VRE (Vancomycin Resistant
Enterococcus).
Suatu kejadian disebut outbreak/ KLB adalah meningkatnya suatu kejadian, kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok pasien dalam kurun
waktu tertentu. Kriteria yang digunakan adalah:
a. Timbulnya penyakit/infeksi dan atau kuman yang sebelumnya tidak ada.
b. Adanya peningkatan kejadian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah yang terjadi
pada kurun waktu yang sama pada periode/tahun sebelumnya.
c. Monitoring hand hygiene pada petugas/ staf dilakukan dengan Audit kepatuhan
melakukan kebersihan tangan yang dilakukan setiap hari dan analisanya dubuat setiap 3
(tiga) bulan. Audit dilakukan terhadap petugas yang terlibat langsung dalam pelayanan
pasien meliputi unit rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap.
16. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan
kadaluarsa obat.
Monitoring pola pelayanan farmasi meliputi prosedur yang terkait dengan dispensing obat,
kebersihan peralatan yang digunakan, kebersihan lingkungan sekitar, penataan obat-obatan,
dan penatalaksanaan obat kadaluarsa. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap
bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
22. Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung penerapan PPI
di unit pelayanan seperti pengadaan APD, sarana kebersihan tangan (wastafel,
sabun,larutan desinfektan/antiseptik, tisu, handrub) dll. Rekomendasi PPI dalam
pengadaan sarana pendukung PPI akan dibuat dalam Rencana Anggaran Biaya
(RAB) yang disusun oleh Tim PPI untuk diajukan kepada Direktur yang selanjutnya
akan dimasukkan ke dalam RAB rumah sakit.
26. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi
seluruh petugas rumah sakit (medis dan non medis).
Program in house training PPI akan berkoordinasi dengan Bagian Diklit yang dilaksanakan
rutin dan berkesinambungan. Setiap petugas yang sudah mengikuti kegiatan in house
training akan mendapatkan sertifikat sebagai bukti keikutsertaannya dan masa berlaku
sertifikat adalah satu tahun. Tim PPI juga melakukan in house training ke Insatalasi-
Instalasi yang bertujuan agar semua staf yang ada di setiap Instalasi dapat terpapar
program in house training PPI.
VI. SASARAN
A. Sasaran program dengan melibatkan:
1. Seluruh staff RS
Seluruh staf RS dilibatkan dalam penerapan PPI dalam memberikan pelayanan kepada
pasien baik secara langsung maupun tidak langsung di unitnya masing masing.
2. Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut serta dalam upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi. Edukasi diberikan secara langsung (face to face)
ataupun dikumpulkan dalam suatu pertemuan dalam bentuk penyuluhan yang berkaitan
dengan PPI.
3. Pengunjung
Pengunjung pasien yang datang ke RS diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut
pula dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di RS terutama tentang aturan yang
harus dipatuhi dan dijauhi ketika mengunjungi pasien-pasien dengan penyakit menular
immunocompromissed, maupun tentang upaya lain yang berhubungan dengan PPI.
B. Menurunkan Angka Insiden IRS/incident rate HAIs
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di RSU.
Bina Kasih tahun 2018 untuk menurunkan angka insiden IRS adalah:
1. Surveilans IRS
a. Angka insiden IADP <10 kasus per-1000 hari pemakaian kateter vena sentral (<10‰)
dalam satu periode tertentu (1 bulan) yang terfokus pada pasien di ruang rawat intensif
(ICU dan PICU).
b. Angka insiden ISK <10 kasus per-1000 hari pemakaian kateter urine menetap (<10‰)
dalam satu periode tertentu (1 bulan) meliputi ruang intensif (ICU, ICCU), ruang
Perawatan Neurologi.
c. Angka insiden VAP <10 kasus per-1000 hari pemakaian ventilator (<10‰) dalam satu
periode tertentu (1 bulan) yang terfokus pada pasien yang di ruang rawat intensif (ICU
dan PICU).
d. Angka insiden IDO < 2 kasus per- 100 tindakan operasi (<2%), meliputi semua
pasien paska operasi di RSU. Bina Kasih yang sedang dirawat dan setelah pasien
keluar dari RS yaitu di Poliklinik Umum dan Bedah dan Kebidanan).
2. Investigasi outbreak/KLB
Sasaran surveilans kuman multiresisten aalah menurunnya angka insiden seperti ESBL
(Extended Spectrum Beta Lactamase),MDRO (Multi Drug Resistent Organism), MRSA
(Methicyllin Resistant Staphylococcus aureus), yaitu pada pasien yang sudah dinyatakan
infeksi dan atau dicurigai infeksi yang sedang dirawat di semua ruang perawatan, dengan
pemeriksaan kultur mikrobiologi. Sasaran pencapaiannya adalah tidak ditemukan kuman
multiresisten (0%) dalam 6 bulan.
3. Audit Kepatuhan
a. Sasaran audit kepatuhan melakukan kebersihan tangan adalah semua petugas baik
medis dan non medis seperti dokter, perawat, petugas radiologi, petugas laboratorium,
petugas fisioterapi, petugas kebersihan , dan peserta didik yang terlibat langsung
dalam pelayanan pasien meliputi di unit rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap.
Sasaran pencapaian kepatuhan kebersihan tangan adalah >80% dalam jangka waktu 3
bulan.
4. Edukasi
Sasaran yang ingin dicapai Komite PPI dalam pelaksanaan program edukasi dibagi dalam
kategori yaitu staf baru dan staf lama (medis dan non medis), pasien, keluarga
pasien/pengunjung serta petugas/pekerja non petugas RSU. Bina Kasih yang tidak melayani
pasien langsung tetapi berada di lingkungan RSU. Bina Kasih seperti pegawai Bank,
petugas parkir dan petugas kantin/kafetaria.
Staf Baru :
Staf baru tidak dibedakan perawat, dokter atau staf lain diberikan edukasi PPI saat
mereka memulai bekerja atau mulai menjadi karyawan di RSU. Bina Kasih. Kegiatan
ini bekerja sama dengan Bagian Diklat dan SDM. Sasaran pencapaian adalah semua
staf baru yang akan bekerja di RSU. Bina Kasih sudah teredukasi PPI (100%).
Staf Lama :
Dalam kaitan peningkatan pemahaman pengendalian infeksi akan dilakukan
inventarisasi staf medis dan non medis yang telah menjalani edukasi
sebelumnya, sehingga dapat diketahui siapa yang belum menjalani kegiatan edukasi.
Peningkatan pengetahuan untuk seluruh staf dalam bentuk in house training PPI
sehingga mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama untuk pengendalian
infeksi. Staf yang telah teredukasi sebelumnya, dalam kurun waktu 1 tahun harus
meng-update sertifikat pelatihannya. Sasaran pencapaian adalah >80% staf sudah
teredukasi PPI dalam waktu 1 tahun.
Khusus untuk staf di ruang perawatan isolasi Nusa Indah dan Bakung Barat, secara
berkesinambungan setiap 3 bulan diberikan edukasi PPI dengan lebih memberikan
perhatian khusus pada materi penggunaan APD, penempatan pasien
infeksius/immunocompromissed, dan implementasi perawatan pasien infeksius/
immunocompromissed. Diharapkan semua staf yang bertugas di ruang isolasi Nusa
Indah dan Bakung Barat (100%) dapat teredukasi PPI yang spesifik tentang
kewaspadaan berbasis transmisi dalam jangka waktu 3 bulan.
Peserta didik
Pelaksanaan program edukasi bagi peserta didik (dokter residen, dokter muda,
mahasiswa keperawatan dan non keperawatan), diberikan saat pertama kali kegiatan
orientasi dan praktek klinik di RSU. Bina Kasih. Sasaran pencapaian adalah semua
peserta didik sudah teredukasi PPI sebelum praktik klinik di RSU. Bina Kasih (100%)
dalam 1 tahun.
Pasien
Edukasi kepada pasien diberikan secara langsung dan melalui leaflet oleh IPCLN,
petugas ruangan atau IPCN saat kunjungan langsung ke unit pelayanan perawatan
tentang kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit infeksi di rumah sakit,
dan pengelolaan penyakit infeksi di rumah sakit. Sasaran pencapaian edukasi kepada
pasien adalah lebih dari 80% pasien yang sedang dirawat dapat teredukasi PPI dalam
waktu 6 bulan.
Pengunjung
Edukasi dengan pengunjung/keluarga pasien dilaksanakan berkoordinasi dengan Tim
PKRS dan petugas ruang perawatan. Kegiatan dilakukan di poliklinik/unit rawat jalan
dan ruang perawatan, meliputi kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit
infeksi di rumah sakit, kebersihan lingkungan, pengenalan penyakit seperti penyakit
menular, DM, penyakit Jantung, dll. Sasaran pencapaiannya adalah >80% pengunjung
dapat teredukasi dalam waktu 3 bulan.
Kantin
Edukasi pada karyawan kantin yang berada di lingkungan RSU. Bina Kasih diberikan
di kelas oleh IPCN atau langsung saat kunjungan ke kantin yang melayani pasien,
pengunjung/keluarga pasien dan petugas rumah sakit. Sasaran pencapaian edukasi
pegawai kantin adalah >80% sudah teredukasi PPI dalam waktu 6 bulan.
Petugas lainnya (Bank, Parkir,dll)
Sasaran pencapainnya adalah >80% petugas Bank dan Parir teredukasi PPI dalam
waktu 1 tahun.
2. Area Staff
a. Monitoring pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum.
Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan, HD, laboratorium dan radiologi
meliputi hasil dokumentasi pencatatan dan pelaporan insiden sehingga semua
insiden dapat terlaporkan (100%).
b. Monitoring kesehatan karyawan.
Sasaran yang dicapai adalah di semua unit pelayanan meliputi semua petugas RSU
Bina Kasih terutama di unit pelayanan yang berisiko tinggi seperti OK, HD,
intensif ISS, dan Binatu
3. Area Pengunjung
a. Monitoring pelaksanaan PPI di kantin/kafetaria rumah sakit
Sasaran yang dicapai adalah di kantin/kafetaria meliputi karyawan kantin, bahan
makanan mentah, makanan jadi, alat-alat dan lingkungan kantin.
b. Monitoring penerapan PPI di area pengunjung
Sasaran yang ingin dicapai adalah seluruh pengunjung yang datang ke RS.
D. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI
1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN.
Sasaran yang dicapai adalah 40% dari semua petugas IPCN (2 orang) dapat mengikuti
pelatihan lanjutan dalam 1 tahun.
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN.
Sasaran yang dicapai adalah >90% dari petugas IPCLN dapat mengikuti dan memiliki
sertifikasi pelatihan PPI Dasar dalam 1 tahun.
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi
seluruh petugas rumah sakit (medis dan non medis).
Sasaran yang dicapai adalah >80% petugas di RSU Bina Kasih dapat mengikuti kegiatan
in house training dan kegiatan dapat terlaksana minimal 1 kali dalam setahun.
4. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional
maupun internasional.
Sasaran yang dicapai adalah 30% dari semua petugas Tim PPI (2 orang) dapat
mengikuti seminar/simposium/work shop dalam 1 tahun.
BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Bulan
No. Kegiatan Ket.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
1 Surveilans data IRS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Audit kepatuhan kebersihan tangan √ √ √ √
3 Audit kepatuhan penggunaan APD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Audit kelengkapan prasarana/ sarana PPI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Edukasi petugas baru √ √ Sesuai kebutuhan/
rekrutmen
6 Edukasi petugas lama √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap instalasi 1 kali
setahun
7 Edukasi peserta didik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sesuai waktu orientasi/
praktek klinik
8 Edukasi pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Koordinasi PKRS
9 Edukasi pengunjung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Koordinasi PKRS
10 Monitoring pengendalian lingkungan RS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 Monitoring Gizi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 Monitoring Kantin/ Kafetaria √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 Monitoring Kamar Jenazah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
16 Monitoring Peralatan Single Use yang diReUse √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17 Monitoring Farmasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
18 Monitoring sampah infeksius dan cairan tubuh √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
19 Monitoring pembuangan darah dan komponen darah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20 Monitoring pembuangan benda tajam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
21 Monitoring pencatatan pelaporan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
22 Monitoring penggunaan ruang isolasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
23 Monitoring kesehatan karyawan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
24 Monitoring pelaksanaan renovasi/ rekonstruksi bangunan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 Monitoring ruang intensif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
26 Monitoring kamar operasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
27 Monitoring penatalaksanaan kebersihan/ dekontaminasi ambulan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
28 Rapat Komite PPI √ √ √ √
29 Rapat Tim PPI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
30 Peninjauan, perbaikan dan pengembangan Kebijakan/ SPO √ √ √ √ √
31 Usulan pelatihan lanjutan PPI √ 1 kali setahun
32 Usulan pelatihan dasar PPI √ 1 kali setahun
33 In House training PPI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
34 Seminar/ symposium/ workshop √ 1 kali setahun
VII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali atau 2 (dua)
kali setahun yang dilakukan oleh IPCN (perawat pengendali infeksi) dibawah koordinasi
Tim PPI dan Komite PPI. Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai pelaksanaan
evaluasi kegiatan ditujukan kkepada Komite PPI RSU Bina Kasih, menyangkut jadwal
pelaksanaannya serta elemen kegiatan yang sudah/belum/tidak dapat dilaksanakan agar
dapat dilakukan perbaikan bila mana perlu.
A. Pencatatan
Setiap hari IPCN mencatat data infeksi rumah sakit di unit-unit pelayanan (surveilans)
dengan formulir harian dari Komite PPI, mendokumentasikan hasil audit kepatuhan
kebersihan tangan, kepatuhan APD, kepatuhan penerapan SPO/kebijakan PPI dan atau
monitoring penerapan PPI di semua unit pelayanan.
Data yang terkumpul akan dibuatkan analisa dengan anggota Tim PPI dan
Komite PPI.
B. Pelaporan
Setiap 1 (satu) bulan sekali data dikumpulkan dan dibuatkan laporan oleh Tim PPI
untuk didiskusikan dengan Komite PPI dan selanjutnya laporan dikirim ke Direktur
RSU Bina Kasih ditembuskan ke semua Direksi, Bidang Keperawatan, Bidang
Pelayanan Medis dan Unit Penjamin Mutu.
Data kepatuhan kebersihan tangan dikumpulkan selama periode 3 bulan, dianalisa
dan didiskusikan dengan Tim PPI dan Komite PPI, selanjutnya dibuatkan laporan
yang dikirim ke Direktur RSU Bina Kasih ditembuskan ke semua Direksi, Bidang
Keperawatan, Bidang Pelayanan Medis dan Unit Penjamin Mutu.
Setiap 1 (satu) tahun semua pelaksanaan program Komite PPI dibuatkan Laporan
Tahunan yang akan dikirim kepada Direktur RSU Bina Kasih.
C. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
a. Semua kegiatan program berjalan sesuai jadwal.
b. Formulir terisi sesuai surveilans dan audit PPI.
2. Evaluasi Hasil
a. Hasil kegiatan program PPI tiap bulan akan dilakukan feed back oleh Direksi
dalam hal ini Direktur Medik dan Keperawatan untuk dilakukan tindak lanjut oleh
Komite PPI.
b. Hasil kegiatan pelaksanaan program PPI dalam satu tahun akan dilakukan
feedback oleh Direktur Utama RSU Bina Kasih.
Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI melalui pelatihan lanjutan bagi tenaga
IPCN, pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN, in house training tentang PPI, mengikuti
seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional
File 3/conversion/tmp/scratch/406406405.doc