NOMOR : 016/PER/DIR/IX/2018
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP)
Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Keputusan Direktur Utama PT Sarana Budi Mulyo Nomor 003/SK-DIR/PT-
SBM/VII/2018 Tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Wava Husada
Kesamben;
1.
2. MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KESAMBEN TENTANG
PANDUAN PELAYANAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP);
Pertama : Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagaimana
dimaksud dalam diktum kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini;
Kedua : Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagaimana
dimaksud dalam diktum kedua wajib dijadikan acuan dalam penyelenggaraan
Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di Rumah Sakit Wava
Husada Kesamben;
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
Ditetapkan di : Kesamben
Lampiran Tanggal : 18 Mei 2018
Peraturan Direktur Rumah Sakit Wava Husada DIREKTUR,
RUMAH SAKIT WAVA HUSADA
KESAMBEN
Ditetapkan
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab di : Kesamben
Pelayanan – Hal. 1
Tanggal : 18 Mei 2018
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 1
Direktur,
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab
RumahPelayanan
Sakit Budi–Mulyo
Hal. 1 Kesamben
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian atau kecacatan. Dalam
melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula mengendalikan atau meminimalkan risiko baik
klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung,
sehingga terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien.
Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas utama dalam semua
bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan yang efektif, efisien dan
aman bagi pasien, diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dari seluruh personil
pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.Selanjutnya
pelayanan berfokus pada pasien, patient centered care, dengan elemen utama asuhan
terintegrasi merupakan standar dalam akreditasi. Untuk penerapannya diperlukan kolaborasi
interprofesional para Profesional Pemberi Asuhan (PPA) karena merupakan prasyarat untuk
mencapai tujuan tersebut dan dilengkapi dengan kompetensi praktek kolaborasi termasuk
komunikasi yang baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa peranan dokter sebagai ketua tim (Clinical
Leader) sangat besar dan sentral dalam menjaga keselamatan pasien, karena semua proses
pelayanan berawal dan ditentukan oleh dokter.
Sebagai instrumen monitoring dan evaluasi maka tidak kalah pentingnya faktor catatan medis
yang lengkap dan baik, dimana semua proses pelayanan terhadap pasien direkam secara real
time dan akurat. Apabila terjadi sengketa medis maka rekam medis ini benar benar dapat
menjadi alat bukti bagi rumah sakit bahwa proses pelayanan telah dijalankan dengan benar dan
sesuai prosedur, atau kalau terjadi sebaliknya dapat pula berfungsi sebagai masukan untuk
memperbaiki proses pelayanan yang ada.Salah satu elemen dalam pemberian asuhan kepada
B. PENGERTIAN
DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap kepada satu
pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan di rumah
sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan
asesmen medis sampai dengan implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan
pasien.
Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai kewenangan
klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi, maka harus ada DPJP Utama. Contoh :
pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu DPJP : Dokter
Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Saraf.
DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis tsb dilakukan
secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP Utama adalah
sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien, dengan tugas menjaga
terlaksananya asuhan medis komprehensif - terpadu - efektif, demi keselamatan pasien melalui
komunikasi efektif dengan membangun sinergisme dan mencegah duplikasi serta mendorong
penyesuaian pendapat antar anggota / DPJP, mengarahkan agar tindakan masing – masing DPJP
bersifat kontributif (bukan intervensi).
Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian / data tentang
hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak memberikan asuhan
medis yang lengkap.
Profesional Pemberi Asuhan – PPA adalah tenaga kesehatan yang secara langsung memberikan
asuhan kepada pasien, antara lain. dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, psikolog klinis,
penata anestesi, terapis fisik dsb.
Asuhan pasien terintegrasi dan Pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered Care – PCC)
adalah istilah yang saling terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan pusat pelayanan,
PPA memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin/klinis dengan DPJP sebagai ketua tim klinis -
Clinical Leader, PPA dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang antara lain.
terdiri dari dokter, perawat, bidan, nutrisionis / dietisien, apoteker, penata anestesi, terapis fisik
dsb.
C. TUJUAN
1. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah sakit.
BAB II
RUANG LINGKUP
B. SASARAN
D. ASUHAN MEDIS
Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut sebagai DPJP. Di unit /
instalasi gawat darurat dokter jaga yang bersertifikat kegawat-daruratan, antara lain ATLS, ACLS,
PPGD, General Emergency Life Support(GELS) menjadi DPJP pada saat asuhan awal pasien gawat-
darurat. Saat pasien dikonsul / rujuk ke dokter spesialis dan memberikan asuhan medis, maka
dokter spesialis tsb menjadi DPJP pasien tsb menggantikan DPJP sebelumnya, yaitu dokter jaga
IGD tersebut diatas.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu kepada Buku Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep Konsil no 18/KKI/KEP/IX/2006). Penerapan panduan ini
Dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit versi 2015, konteks asuhan tersebut terdiri dari
unsur-unsur antara lain :
1. keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.
2. dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai Ketua tim asuhan pasien oleh
profesional pemberi asuhan (PPA) (Clinical Leader).
3. profesional pemberi asuhan (PPA) bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi
interprofesional dibantu antara lain oleh Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya, Alur Klinis/Clinical Pathway terintegrasi, Algoritme,
Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).
4. perencanaan pemulangan pasien (P3)/Discharge Planning terintegrasi.
5. asuhan gizi terintegrasi (lihat PAP 5).
6. manajer pelayanan pasien/case manager.
C. PENENTUAN DPJP
1. Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit (baik rawat
jalan, IGD maupun rawat inap) dengan menuliskan nama DPJP pada pengantar rawat inap
yang dilampirkan di dalam berkas rekam medis pasien.
2. Dokter IGD menuliskan pada rekam medis untuk pasien yang dirawat oleh seorang
dokter pada visit pertama Dokter Penanggung Jawab Pelayanan bersangkutan.
3. Dokter IGD menuliskan pada rekam medis untuk pasien yang dirawat bersama
beberapa dokter pada nama Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Utama saat visit pertama
sebagai DPJP utama.
4. Apabila dari IGD maupun rawat jalan poli umum DPJP belum ditentukan, maka dokter
poli umum / IGD wajib segera melakukan klarifikasi tentang siapa DPJP pasien tersebut.
Apabila pasien dirawat bersama dokter poli umum / IGD maupun petugas ruangan juga wajib
melakukan klarifikasi siapa DPJP Utama dan siapa DPJP Tambahannya.
5. Pengaturan penetapan DPJP dapat berdasarkan
a. Jadwal konsulen jaga di IGD atau Ruangan, konsulen jaga hari itu menjadi DPJP dari
semua pasien masuk pada hari tersebut, kecuali kasus pasien anak dan obstetri ginekologi
di jam kerja ( 08.00 – 16. 00WIB ) serta kasus dengan surat rujukan.
b. Surat rujukan langsung kepada konsulen, maka dokter spesialis yang dituju otomatis
menjadi DPJP pasien tersebut, kecuali dokter yang dituju berhalangan, maka beralih ke
konsulen jaga hari itu.
c. Atas permintaan keluarga dan pasien berhak meminta salah seorang dokter spesialis
untuk menjadi DPJP nya sepanjang sesuai dengan disiplinnya. Apabila penyakit yang
diderita pasien tidak sesuai dengan disiplin dokter dimaksud, maka diberi penjelasan
kepada pasien atau keluarga, dan bila pasien atau keluarga tetap pada pendirinnya maka
dokter spesialis yang dituju yang akan mengkonsulkan kepada disiplin yang sesuai.
d. Hasil rapat Komite medis pada kasus tertentu ; pada kasus yang sangat kompleks atau
sangat spesifik maka penentuan DPJP berdasarkan rapat komite medis.
D. RAWAT BERSAMA
1. Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan sesuai bidang /disiplin dan
kompetensinya saja. Bila ditemukan penyakit yang memerlukan penanganan multi disiplin,
maka perlu dilakukan rawat bersama.
H. SUPERVISI
1. Pada proses asuhan medis dimana dilaksanakan oleh DPJP yang dibantu oleh Staf
Medis non DPJP, misalnya Residen (PPDS), Dokter Ruangan (DR) dsb, maka diperlukan
supervisi klinis medis untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap asuhan
pelayanan klinis yang dilaksanakan. Supervisi sangat diperlukan untuk memastikan asuhan
pasien aman dan memastikan bahwa koordinasi dan kerjasama tim yang baik adalah
pengalaman belajar bagi para profesional pemberi asuhan, bahwa pelayanan telah diberikan
dengan cara yang efektif, dan juga untuk kepastian hukum bagi pemegang
kewenangaklinisnya.
2. Diperlukan tingkat pengawasan yang konsisten dengan tingkat pelatihan dan tingkat
kompetensi para staf medis yang membantu asuhan medis.
3. Seluruh staf medis yang terlibat dalam asuhan medis memahami proses supervisi
klinis: siapa supervisor dan frekuensi supervisinya termasuk penandatanganan harian dari
semua catatan dan perintah, penandatanganan rencana asuhan dan kemajuan catatan
harian, atau membuat entri terpisah dalam catatan pasien. Demikian juga, jelas tentang
bagaimana bukti pengawasan yang didokumentasikan, termasuk frekuensi dan lokasi
dokumentasi.
4. Rumah sakit memiliki prosedur mengidentifikasi dan memonitor keseragaman proses
supervisi klinis, monitoring dan evaluasi pelayanan asuhan klinis .
5. Apabila supervisi klinis tidak dilaksanakan dengan baik maka akan menimbulkan
potensi untuk terjadinya kejadian yang tidak diharapkan, atau menurunnya mutu asuhan
medis.
6. Supervisi dan umpan balik yang dihasilkan penting untuk mengakuisisi dan
mengembangkan keterampilan klinis dan profesionalisme seluruh staf medis yang terlibat
dalam asuhan medis. Supervisi dilakukan secara bertahap meningkatkan otoritas dan
kemandirian, pengawasan dan umpan balik.
BAB IV
DOKUMENTASI
Perencanaan pasien pulang dimulai sejak pasien dirawat dirumah sakit sebagai pasien rawat inap.
Dalam pengkajian awal rawat inap didalamnya ada poin-poin yang harus dikaji secara berkelanjutan
mengenai persiapan kepulangan pasien. Poin-poin tersebut harus dilakukan secara bertahap setiap
hari dan selesai sebelum pasien pulang. Discharge Planning adalah form yang digunakan untuk
mengecek kesiapan pemulangan pasien (terlampir). Salinan Discharge Planning diberikan kepada
pasien atau keluarga pasien saat akan pulang dari Rumah Sakit. Kurun waktu penyusunan Discharge
Planning pasien harus dibuatkan maksimal 1 x 24 jam setelah pasien rawat inap.
Ditetapkan di : Kesamben
Tanggal : 18 Mei 2018
DIREKTUR,
RUMAH SAKIT WAVA HUSADA
KESAMBEN
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 15
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 15
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 15