Anda di halaman 1dari 15

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KESAMBEN

NOMOR : 016/PER/DIR/IX/2018
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP)

: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, maka


diperlukan standarisasi kegiatan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) Rumah Sakit Wava Husada Kesamben;
Bahwa agar proses Pelaksanaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
b. (DPJP) terlaksana dengan baik dan terstandardisasi maka perlu suatu
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagai
landasan;
Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan
c. berdasarkan Keputusan Direktur Rumah Sakit;

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Keputusan Direktur Utama PT Sarana Budi Mulyo Nomor 003/SK-DIR/PT-
SBM/VII/2018 Tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Wava Husada
Kesamben;
1.
2. MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KESAMBEN TENTANG
PANDUAN PELAYANAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP);
Pertama : Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagaimana
dimaksud dalam diktum kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini;
Kedua : Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagaimana
dimaksud dalam diktum kedua wajib dijadikan acuan dalam penyelenggaraan
Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di Rumah Sakit Wava
Husada Kesamben;
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;

Ditetapkan di : Kesamben
Lampiran Tanggal : 18 Mei 2018
Peraturan Direktur Rumah Sakit Wava Husada DIREKTUR,
RUMAH SAKIT WAVA HUSADA
KESAMBEN
Ditetapkan
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab di : Kesamben
Pelayanan – Hal. 1
Tanggal : 18 Mei 2018
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 1
Direktur,
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab
RumahPelayanan
Sakit Budi–Mulyo
Hal. 1 Kesamben

dr. DWI BAMBANG ARI WIBOWO


NIK. 01.0518.015
Kesamben
Nomor : NOMOR 016/PER/DIR/IX/2018
Tentang : Panduan Pelayanan Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP)
Tanggal : 06 September 2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian atau kecacatan. Dalam
melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula mengendalikan atau meminimalkan risiko baik
klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung,
sehingga terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien.
Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas utama dalam semua
bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan yang efektif, efisien dan
aman bagi pasien, diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dari seluruh personil
pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.Selanjutnya
pelayanan berfokus pada pasien, patient centered care, dengan elemen utama asuhan
terintegrasi merupakan standar dalam akreditasi. Untuk penerapannya diperlukan kolaborasi
interprofesional para Profesional Pemberi Asuhan (PPA) karena merupakan prasyarat untuk
mencapai tujuan tersebut dan dilengkapi dengan kompetensi praktek kolaborasi termasuk
komunikasi yang baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa peranan dokter sebagai ketua tim (Clinical
Leader) sangat besar dan sentral dalam menjaga keselamatan pasien, karena semua proses
pelayanan berawal dan ditentukan oleh dokter.
Sebagai instrumen monitoring dan evaluasi maka tidak kalah pentingnya faktor catatan medis
yang lengkap dan baik, dimana semua proses pelayanan terhadap pasien direkam secara real
time dan akurat. Apabila terjadi sengketa medis maka rekam medis ini benar benar dapat
menjadi alat bukti bagi rumah sakit bahwa proses pelayanan telah dijalankan dengan benar dan
sesuai prosedur, atau kalau terjadi sebaliknya dapat pula berfungsi sebagai masukan untuk
memperbaiki proses pelayanan yang ada.Salah satu elemen dalam pemberian asuhan kepada

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 2


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 2
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 2
pasien (patient care) adalah asuhan medis. Asuhan medis diberikan oleh dokter yang dalam
standar keselamatan pasien disebut Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
Pengaturan tentang DPJP sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan medis di rumah sakit
untuk menghindari kemungkinan terjadinya pelayanan yang kurang baik karena terjadinya
duplikasi, interaksi obat yang kurang terkontrol, kontra indikasi, ketidak jelasan peranan dokter
bila hanya diminta pendapat saja, dll.

B. PENGERTIAN
DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap kepada satu
pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan di rumah
sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan
asesmen medis sampai dengan implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan
pasien.
Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai kewenangan
klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi, maka harus ada DPJP Utama. Contoh :
pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu DPJP : Dokter
Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Saraf.
DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis tsb dilakukan
secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP Utama adalah
sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien, dengan tugas menjaga
terlaksananya asuhan medis komprehensif - terpadu - efektif, demi keselamatan pasien melalui
komunikasi efektif dengan membangun sinergisme dan mencegah duplikasi serta mendorong
penyesuaian pendapat antar anggota / DPJP, mengarahkan agar tindakan masing – masing DPJP
bersifat kontributif (bukan intervensi).
Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian / data tentang
hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak memberikan asuhan
medis yang lengkap.
Profesional Pemberi Asuhan – PPA adalah tenaga kesehatan yang secara langsung memberikan
asuhan kepada pasien, antara lain. dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, psikolog klinis,
penata anestesi, terapis fisik dsb.
Asuhan pasien terintegrasi dan Pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered Care – PCC)
adalah istilah yang saling terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan pusat pelayanan,
PPA memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin/klinis dengan DPJP sebagai ketua tim klinis -
Clinical Leader, PPA dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang antara lain.
terdiri dari dokter, perawat, bidan, nutrisionis / dietisien, apoteker, penata anestesi, terapis fisik
dsb.
C. TUJUAN
1. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah sakit.

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 3


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 3
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 3
2. Memberikan perlindungan kepada pasien agar memperoleh asuhan medis yang
terbaik.
3. Memberikan kemudahan kepada rumah sakit untuk mengelola penyelengggaraan
asuhan medis oleh DPJP.
4. Memberikan panduan dan kejelasan tentang peranan DPJP.
5. Memberikan panduan dan kejelasan tentang mekanisme koordinasi, kolaborasi
interprofesional dan kerjasama tim dalam memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit

BAB II
RUANG LINGKUP

A. PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


Dalam UU 44/2009 pasal 5 huruf b, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan di rumah sakit
adalah pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
Pada penjelasan pasal 5 huruf b, disebutkan : yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
paripurna tingkat kedua adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan
mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. Yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut
dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik. Dengan
demikian asuhan medis di rumah sakit kepada pasien diberikan oleh dokter spesialis.

B. SASARAN

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 4


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 4
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 4
Pedoman ini berlaku pada semua lini pelayanan rumah sakit yang meliputi : emergensi, rawat
jalan, rawat inap, ruang tindakan, ruang perawatan khusus.
1. Direktur Rumah Sakit dan Manajer Pelayanan di rumah sakit.
2. Komite Medis.
3. Dokter pemberi asuhan medis di rumah sakit.
4. Kelompok profesi medis / Kelompok staf medis.

C. PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN (PATIENT CENTERED CARE)DAN ASUHAN


TERINTEGRASI
Asuhan pasien harus dilaksanakan berdasarkan pola Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient
Centered Care), asuhan diberikan berbasis kebutuhan pelayanan pasien. Pasien adalah pusat
pelayanan, dan Profesional Pemberi Asuhan (PPA) diposisikan mengelilingi pasien.
PPA adalah tenaga kesehatan yang secara langsung memberikan asuhan kepada pasien, a.l.
dokter, perawat, bidan, nutrisionis / dietisien, apoteker, penata anestesi, terapis fisik dsb.,
dengan kompetensi yang memadai, sama pentingnya pada kontribusi profesinya, masing-masing
menjalankan tugas mandiri, kolaboratif dan delegatif. PPA memberikan asuhan yang terintegrasi
dalam satu kesatuan sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional. DPJP dalam tim
adalah sebagai ketua tim klinis, melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis, review
dan mengintegrasikan asuhan pasien. PPA melaksanakan asuhan pasien dalam 2 proses,
Asesmen pasien dan Implementasi rencana termasuk monitoring. Asesmen pasien terdiri dari 3
langkah (IAR) :
1. Informasi dikumpulkan, antara lain anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lain /
penunjang, dsb (I)
2. Analisis informasi, menghasilkan kesimpulan antara lain masalah, kondisi, diagnosis,
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien (A)
3. Rencana pelayanan / Care Plandirumuskan, untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
pasien (R)

D. ASUHAN MEDIS
Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut sebagai DPJP. Di unit /
instalasi gawat darurat dokter jaga yang bersertifikat kegawat-daruratan, antara lain ATLS, ACLS,
PPGD, General Emergency Life Support(GELS) menjadi DPJP pada saat asuhan awal pasien gawat-
darurat. Saat pasien dikonsul / rujuk ke dokter spesialis dan memberikan asuhan medis, maka
dokter spesialis tsb menjadi DPJP pasien tsb menggantikan DPJP sebelumnya, yaitu dokter jaga
IGD tersebut diatas.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu kepada Buku Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep Konsil no 18/KKI/KEP/IX/2006). Penerapan panduan ini

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 5


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 5
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 5
selain menjaga mutu asuhan dan keselamatan pasien, juga dapat menghindari pelanggaran
disiplin.
Asas, Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya adalah sbb :
1. Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta
perlindungan dan keselamatan pasien
2. Kaidah dasar moral :
a. Menghormati martabat manusia (respect for person)
b. Berbuat baik (beneficence)
c. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
d. Keadilan (justice).
3. Tujuan :
a. memberikan perlindungan kepada pasien
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medic
c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter,dan dokter gigi.
Tumpuan dasar kompetensi dokter mengacu kepada Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) (Perkonsil No 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia) yang adalah :
1. Profesionalitas yang Luhur
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Keterampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan

F. ASUHAN PASIEN TERINTEGRASI DAN PATIENT CENTERED CARE


Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan/asuhan berfokus pada pasien (patient centered care)
adalah elemen penting dan sentral dalam asuhan pasien di rumah sakit. Konsep inti asuhan
berfokus pada pasien terbagi dalam 2 perspektif :
1. Perspektif Pasien
a. Martabat dan Respek.
1) Profesional pemberi asuhan mendengarkan, menghormati dan menghargai
pandangan serta pilihan pasien – keluarga.
2) Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien –
keluarga dimasukkan dalam perencanaan pelayanan dan pemberian pelayanan
kesehatan.
b. Berbagi informasi.
1) Profesional pemberi asuhan mengkomunikasikan dan berbagi informasi
secara lengkap kepada pasien – keluarga.
2) Pasien – keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan akurat.
c. Partisipasi.
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 6
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 6
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 6
Pasien – keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi dalam asuhan, pengambilan
keputusan dan pilihan mereka.
d. Kolaborasi / kerjasama.
Rumah sakit bekerjasama dengan pasien – keluarga dalam pengembangan, implementasi
dan evaluasi kebijakan dan program. Pasien – keluarga adalah mitra PPA.
2. Perspektif PPA :
a. Tim Interdisiplin
1) Profesional pemberi asuhan diposisikan mengelilingi pasien
2) Kompetensi yang memadai
3) Berkontribusi setara dalam fungsi profesinya
4) Tugas mandiri, kolaboratif, delegatif, bekerja sebagai satu kesatuan
memberikan asuhan yang terintegrasi
b. Interprofesionalitas
1) Kolaborasi interprofessional
2) Kompetensi pada praktik kolaborasi interprofesional
3) Termasuk bermitra dengan pasien
c. DPJP adalah ketua tim klinis / clinical leader.
DPJP melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis, review dan mengintegrasikan
asuhan pasien
d. Personalized Care
1) Keputusan klinis selalu diproses berdasarkan juga nilai-nilai pasien
2) Setiap dokter memperlakukan pasiennya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan

Dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit versi 2015, konteks asuhan tersebut terdiri dari
unsur-unsur antara lain :
1. keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.
2. dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai Ketua tim asuhan pasien oleh
profesional pemberi asuhan (PPA) (Clinical Leader).
3. profesional pemberi asuhan (PPA) bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi
interprofesional dibantu antara lain oleh Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya, Alur Klinis/Clinical Pathway terintegrasi, Algoritme,
Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).
4. perencanaan pemulangan pasien (P3)/Discharge Planning terintegrasi.
5. asuhan gizi terintegrasi (lihat PAP 5).
6. manajer pelayanan pasien/case manager.

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 7


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 7
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 7
G. DPJP SEBAGAI CLINICAL LEADER
1. Dalam asuhan/pelayanan berfokus pada pasien (patient centered care) para PPA
memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin, masing-masing PPA melakukan tugas mandiri,
tugas delegatif dan tugas kolaboratif dengan pola IAR.
2. Asuhan pasien terintegrasi “dimotori” oleh DPJP dalam fungsi sebagai ketua tim
klinis (clinical leader) yang melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis. DPJP
melakukan review rencana PPA lainnya dan memverifikasinya.
3. Proses review dilakukan oleh DPJP dengan membaca rencana para PPA dan
memberikan catatan/notasi pada CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).

H. PENUNJUKAN DPJP DAN PENGELOMPOKAN STAF MEDIS


1. Regulasi tentang penunjukan seorang DPJP untuk mengelola seorang pasien,
pergantian DPJP, selesainya DPJP karena asuhan medisnya telah tuntas, ditetapkan Direktur /
Kepala Rumah Sakit. Penunjukan seorang DPJP dapat antara lain berdasarkan permintaan
pasien, jadwal praktek, jadwal jaga, konsul/rujukan langsung. Pergantian DPJP perlu
pengaturan rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak dibenarkan pergantian DPJP yang
rutin, contoh : pasien A ditangani setiap minggu dengan pola hari Senin oleh DrSp PD X, hari
Rabu DrSp PD Y, hari Sabtu DrSp PD Z; karena hal tersebut akan mengakibatkan tidak adanya
kontinuitas pelayanan.
2. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan
penunjukan DPJP Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direktur / Kepala Rumah
Sakit.
3. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat digunakan butir-butir
sbb :
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada awal
perawatan
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit dalam
kondisi (relatif) menonjol atau terparah
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antarpara DPJP terkait
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien
e. Pada pelayanan ICU maka DPJP Utama adalah Intensivis.

4. Pengaturan tentang pengelompokan Staf Medis ditetapkan oleh Direktur sesuai


kebutuhan, disebut KSM (Kelompok Staf Medis). Pengelompokan dapat dilakukan antara lain
dengan pola disiplin ilmu / spesialisasi (Kelompok Staf Medis Bedah, Penyakit Dalam,
Radiologi, Mata dsb), kategori penyakit (KSM Diabetes, KSM Onkologi) kategori organ (KSM
Ginjal, KSM Gastro-entero Hepatologi) Kategori Usia (KSM Geriatri) dan Kategori interes
tertentu/lainnya (KSM Sel Punca,dll).

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 8


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 8
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 8
BAB III
TATA LAKSANA

A. TATALAKSANA PELAYANAN DPJP


1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan maupun
rawat inap harus memiliki DPJP
2. Pada unit / instalasi gawat darurat, dokter gawat darurat, dokter jaga (dengan
sertifikat kegawatdaruratan, antara lain PPGD, ATLS, ACLS, GELS) menjadi DPJP pada
pemberian asuhan medis awal / penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya saat
dilakukan konsultasi / rujuk ditempat (on side) atau konsultasi lisan kepada dokter spesialis,
dan dokter spesialis tsb memberikan asuhan medis (termasuk instruksi secara lisan) maka
dokter spesialis tsb telah menjadi DPJP pasien ybs, sehingga saat itulah DPJP telah berganti
dari dokter gawat darurat/dokter jaga IGD kepada dokter spesialis tsb.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus ditunjuk
DPJP Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tsb bekerja secara tim
dalam tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi (dibedakan dengan
bekerja sendiri-sendiri).
4. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi
pasien ybs (sebagai “Ketua Tim”), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif - terpadu - efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi yang efektif
dan membangun sinergisme dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar
Anggota / DPJP, mengarahkan agar tindakan masing-masing DPJP bersifat kontributif (bukan
intervensi), dan juga mencegah duplikasi serta interaksi obat.
5. Tim membuat keputusan melalui DPJP Utama, termasuk keinginan DPJP
mengkonsultasikan ke dokter spesialis lain agar dikoordinasikan melalui DPJP Utama.
Kepatuhan DPJP terhadap jadwal kegiatan dan ketepatan waktu misalnya antara lain
kehadiran atau menjanjikan waktu kehadiran, adalah sangat penting bagi pemenuhan
kebutuhan pasien serta untuk kepentingan koordinasi sehari-hari.
6. Dibawah koordinasi DPJP Utama, sekurang-kurangnya ada rapat Tim yang melibatkan
semua DPJP ybs beserta profesi terkait lainnya sesuai kebutuhan pasien; rumah sakit
diharapkan menyediakan ruangan untuk rapat Tim di tempat-tempat pelayanan, misalnya di
Rawat Inap, ICU, UGD, dll. DPJP Utama juga bertugas untuk menghimpun komunikasi / data
tentang pasien.
7. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan/ keluarga, dan pasien
dan / keluarga dapat menyetujuinya ataupun sebaliknya. Rumah sakit berwenang mengubah
DPJP bila terjadi pelanggaran prosedur.

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 9


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 9
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 9
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan tertulis sesuai
kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam medis harus jelas tentang alih
tanggung jawabnya. Harap digunakan Formulir Daftar DPJP (Contoh Formulir Daftar DPJP
terlampir).
9. Pada unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifis. Koordinasi dan
tingkatan keikut-sertaan para DPJP terkait, tergantung kepada sistem yang ditetapkan dalam
kebijakan rumah sakit misalnya sistem terbuka / tertutup/ semi terbuka. Bila rumah sakit
memakai sistem terbuka, gunakan kriteria tsb diatas (lihat Bab VIII).
10. Pada kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada saat di
kamar operasi tsb.
11. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi / sedang
dioperasi, dokter yang dirujuk tsb melakukan tindakan / memberikan instruksi, maka
otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien tsb.
12. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh dokter lain
(antara lain dokter ruangan, residen) dimana ybs boleh menulis/ mencatat di rekam medis,
maka tanggung jawab adalah tetap ada pada DPJP, sehingga DPJP yang bersangkutan harus
memberikan supervisi, dan melakukan validasi berupa pemberian paraf/tandatangan pada
setiap catatan kegiatan tsb di rekam medis setiap hari.
13. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang bekerja
secara tim (“Tim Interdisiplin”) sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered
Care), DPJP sebagai ketua tim (Clinical / Team Leader) harus proaktif melakukan koordinasi
dan mengintegrasikan asuhan pasien, serta berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pulang (discharge plan) yang dapat
dilakukan pada awal masuk rawat inap atau pada akhir rawat inap
14. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi / informasi kepada pasien dan
keluarganya. Gunakan dan kembangkan tehnik komunikasi yang berempati. Komunikasi
merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient
Centered Care), selain juga merupakan kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3
(Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang
Baik di Indonesia, KKI 2006)
15. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus mencantumkan
nama dan paraf / tandatangan. Pendokumentasian tsb dilakukan antara lain di form asesmen
awal medis, catatan perkembangan pasien terintegrasi / CPPT (Integrated note), form
asesmen pra anestesi/sedasi, instruksi pasca bedah, form edukasi/informasi ke pasien dsb.
Termasuk juga pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil ronde
bersama multi kelompok staf medis / departemen, dsb. (contoh Formulir Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi dan contoh Formulir Perintah Lisan terlampir).
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 10
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 10
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 10
16. Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para professional pemberi asuhan
bekerjasama erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case Manager), sesuai dengan
Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (dari KARS, edisi I 2014), agar terjaga
kontinuitas pelayanan baik waktu rawat inap, rencana pemulangan, tindak lanjut asuhan
mandiri dirumah, kontrol dsb.
17. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu)
tentang DPJP, dalam bentuk satu formulir yang diisi secara periodik sesuai kebutuhan /
penambahan / pengurangan / penggantian, yaitu nama dan gelar setiap DPJP, tanggal mulai
dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai
DPJP Utama. Daftar ini bukan berfungsi sebagai daftar hadir. (Formulir Daftar DPJP, terlampir).
18. Rumah sakit yang terletak jauh dari kota besar, atau di daerah terpencil, penetapan
kebijakan tentang asuhan medis yang sifatnya khusus agar dikonsultasikan dengan pemangku
kepentingan antara lain Komite Medis, Fakultas Kedokteran ybs bagi residen, Organisasi
Profesi, IDI, Dinas Kesehatan, Badan Pengawas Rumah Sakit Propinsi, Kolegium dsb.
19. Keterkaitan DPJP dengan Panduan Praktek Klinis / Alur Perjalanan Klinis / Clinical
Pathway, setiap DPJP bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan
medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainnya) yang diberikan kepada pasien
patuh pada Panduan Praktek Klinis / Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathwayyang telah
ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan pada Panduan Praktek Klinis / Alur Perjalanan Klinis /
Clinical Pathwayini akan menjadi objek Audit Klinis dan Audit Medis.
20. Apabila dokter tidak mematuhi Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway/ Panduan
Praktek Klinik maka harus memberi penjelasan tertulis dan dicatat di rekam medis.

B. POLA OPERASIONAL DPJP


1. Setiap pasien yang berobat di Rumah Sakit Wava Husada Kesamben harus memiliki
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan.
2. Apabila pasien berobat di unit rawat jalan spesialis maka Dokter Penanggung Jawab
Pelayanannya adalah dokter poliklinik terkait.
3. Apabila pasien berobat di Poli umum/ IGD dan tidak dirawat inap, maka Dokter
Penanggung Jawab Pelayanannya adalah dokter Poli umum / IGD.
4. Apabila pasien dirawat inap maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanannya adalah
dokter spesialis disiplin yang sesuai.
5. Apabila pasien dirawat bersama oleh lebih dari 1 orang dokter spesialis , maka harus
ditunjuk seorang sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan utama berdasarkan keluhan

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 11


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 11
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 11
utama pasien dan yang lain sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan tambahan sesuai
diagnosis pasien.

C. PENENTUAN DPJP
1. Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit (baik rawat
jalan, IGD maupun rawat inap) dengan menuliskan nama DPJP pada pengantar rawat inap
yang dilampirkan di dalam berkas rekam medis pasien.
2. Dokter IGD menuliskan pada rekam medis untuk pasien yang dirawat oleh seorang
dokter pada visit pertama Dokter Penanggung Jawab Pelayanan bersangkutan.
3. Dokter IGD menuliskan pada rekam medis untuk pasien yang dirawat bersama
beberapa dokter pada nama Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Utama saat visit pertama
sebagai DPJP utama.
4. Apabila dari IGD maupun rawat jalan poli umum DPJP belum ditentukan, maka dokter
poli umum / IGD wajib segera melakukan klarifikasi tentang siapa DPJP pasien tersebut.
Apabila pasien dirawat bersama dokter poli umum / IGD maupun petugas ruangan juga wajib
melakukan klarifikasi siapa DPJP Utama dan siapa DPJP Tambahannya.
5. Pengaturan penetapan DPJP dapat berdasarkan
a. Jadwal konsulen jaga di IGD atau Ruangan, konsulen jaga hari itu menjadi DPJP dari
semua pasien masuk pada hari tersebut, kecuali kasus pasien anak dan obstetri ginekologi
di jam kerja ( 08.00 – 16. 00WIB ) serta kasus dengan surat rujukan.
b. Surat rujukan langsung kepada konsulen, maka dokter spesialis yang dituju otomatis
menjadi DPJP pasien tersebut, kecuali dokter yang dituju berhalangan, maka beralih ke
konsulen jaga hari itu.
c. Atas permintaan keluarga dan pasien berhak meminta salah seorang dokter spesialis
untuk menjadi DPJP nya sepanjang sesuai dengan disiplinnya. Apabila penyakit yang
diderita pasien tidak sesuai dengan disiplin dokter dimaksud, maka diberi penjelasan
kepada pasien atau keluarga, dan bila pasien atau keluarga tetap pada pendirinnya maka
dokter spesialis yang dituju yang akan mengkonsulkan kepada disiplin yang sesuai.
d. Hasil rapat Komite medis pada kasus tertentu ; pada kasus yang sangat kompleks atau
sangat spesifik maka penentuan DPJP berdasarkan rapat komite medis.

D. RAWAT BERSAMA
1. Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan sesuai bidang /disiplin dan
kompetensinya saja. Bila ditemukan penyakit yang memerlukan penanganan multi disiplin,
maka perlu dilakukan rawat bersama.

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 12


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 12
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 12
2. DPJP awal akan melakukan konsultasi kepada dokter pada disiplin lain sesuai
kebutuhan.
3. Segera ditentukan siapa yang menjadi DPJP Utama dengan beberapa cara antara lain
penyakit yang terberat atau penyakit yang memelukan tindakan segera atau dokter yang
pertama mengelola pasien.
4. Bila ada pengobatan dan saran dari DPJP tambahan, maka akan dikomunikasikan dan
dikoordinasikan terlebih dahulu kepada DPJP utama.

E. PERUBAHAN DPJP UTAMA


1. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi pelayanan, DPJP utama dapat saja beralih
dengan pertimbangan seperti diatas, atau atas keinginan pasien/keluarga atau keputusan
Komite medis.
2. Perubahan DPJP Utama ini harus dicatat dalam berkas rekam medis dan ditentukan
sejak kapan berlakunya.

F. PENGALIHAN DPJP DI IGD


Pada pelayanan di IGD, dalam memenuhi respons time yang adekuat dan demi keselamatan
pasien , maka apabila konsulen jaga tidak dapat dihubungi dapat dilakukan pengalihan DPJP
kepada konsulen lain yang dapat segera dihubungi sesuai urutan jaga konsulen. Koordinasi dan
Transfer Informasi antar DPJP
1. Koordinasi antar DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien harus dilaksanakan
secara komprehensif, terpadu dan efektif serta selalu berpedoman pada SPM dan Standar
Keselamatan pasien.
2. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP harus dilaksanakan secara tertulis.
3. Apabila secara tertulis dirasa belum optimal maka harus dilakukankoordinasi
langsung, dengan komunikasi pribadi atau pertemuan/rapat formal
4. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dalam Departemen/kelompok SMF yang
sama dapat ditulis dalam berkas rekam medis,tetapi antar departemen/kelompok SMF harus
menggunakan formulir khusus /lembar Konsultasi
5. Konsultasi bisa biasa, atau segera/cito
6. Dalam keadaan tertentu seperti konsul diatas meja operasi, lembar konsul bisa
menyusul , sebelumnya melalui telepon
7. Konsultasi dari dokter jaga IGD kepada konsulen jaga bisa lisan pertelepon yang
kemudian ditulis dalam berkas rekam medis oleh dokter jaga.

G. DPJP DI RUANGAN SPESIALISTIK


1. DPJP pasien rawat ICU

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 13


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 13
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 13
Apabila pasien dirawat di ICU, maka otomatis DPJP ICU yang menjadi DPJP Utama yang
berwenang mengendalikan pengelolaan pasien dengan tetap berkoordinasi dengan DPJP awal
pasien atau DPJP Utama (bila pasien dirawat bersama sebelum masuk ICU).
2. DPJP Utama di OK
Adalah dokter operator yang melakukan operasi dan bertanggung jawab atas seluruh
kegiatan pembedahan, sedangkan dokter anestesi sebagai DPJP tambahan. Dalam
melaksanakan tugas mengikuti SOP masing-masing, akan tetapi semua harus mengikuti
prosedur Save Surgery checklist (sign in, time out dan sign out) serta dicatat dalam berkas
rekam medis.

H. SUPERVISI
1. Pada proses asuhan medis dimana dilaksanakan oleh DPJP yang dibantu oleh Staf
Medis non DPJP, misalnya Residen (PPDS), Dokter Ruangan (DR) dsb, maka diperlukan
supervisi klinis medis untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap asuhan
pelayanan klinis yang dilaksanakan. Supervisi sangat diperlukan untuk memastikan asuhan
pasien aman dan memastikan bahwa koordinasi dan kerjasama tim yang baik adalah
pengalaman belajar bagi para profesional pemberi asuhan, bahwa pelayanan telah diberikan
dengan cara yang efektif, dan juga untuk kepastian hukum bagi pemegang
kewenangaklinisnya.
2. Diperlukan tingkat pengawasan yang konsisten dengan tingkat pelatihan dan tingkat
kompetensi para staf medis yang membantu asuhan medis.
3. Seluruh staf medis yang terlibat dalam asuhan medis memahami proses supervisi
klinis: siapa supervisor dan frekuensi supervisinya termasuk penandatanganan harian dari
semua catatan dan perintah, penandatanganan rencana asuhan dan kemajuan catatan
harian, atau membuat entri terpisah dalam catatan pasien. Demikian juga, jelas tentang
bagaimana bukti pengawasan yang didokumentasikan, termasuk frekuensi dan lokasi
dokumentasi.
4. Rumah sakit memiliki prosedur mengidentifikasi dan memonitor keseragaman proses
supervisi klinis, monitoring dan evaluasi pelayanan asuhan klinis .
5. Apabila supervisi klinis tidak dilaksanakan dengan baik maka akan menimbulkan
potensi untuk terjadinya kejadian yang tidak diharapkan, atau menurunnya mutu asuhan
medis.
6. Supervisi dan umpan balik yang dihasilkan penting untuk mengakuisisi dan
mengembangkan keterampilan klinis dan profesionalisme seluruh staf medis yang terlibat
dalam asuhan medis. Supervisi dilakukan secara bertahap meningkatkan otoritas dan
kemandirian, pengawasan dan umpan balik.

Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 14


Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 14
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 14
7. Supervisi yang berlebihan dapat menghambat perkembangan para staf untuk
menjadi praktisi yang kompeten dalam disiplin mereka.
8. Rumah Sakit harus menetapkan kebijakan tentang tingkatan supervisi masing-masing
staf medis non DPJP.

BAB IV
DOKUMENTASI
Perencanaan pasien pulang dimulai sejak pasien dirawat dirumah sakit sebagai pasien rawat inap.
Dalam pengkajian awal rawat inap didalamnya ada poin-poin yang harus dikaji secara berkelanjutan
mengenai persiapan kepulangan pasien. Poin-poin tersebut harus dilakukan secara bertahap setiap
hari dan selesai sebelum pasien pulang. Discharge Planning adalah form yang digunakan untuk
mengecek kesiapan pemulangan pasien (terlampir). Salinan Discharge Planning diberikan kepada
pasien atau keluarga pasien saat akan pulang dari Rumah Sakit. Kurun waktu penyusunan Discharge
Planning pasien harus dibuatkan maksimal 1 x 24 jam setelah pasien rawat inap.

Ditetapkan di : Kesamben
Tanggal : 18 Mei 2018
DIREKTUR,
RUMAH SAKIT WAVA HUSADA
KESAMBEN
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 15
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 15
Panduan Pelayanan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan – Hal. 15

dr. DWI BAMBANG ARI WIBOWO


NIK. 01.0518.015

Anda mungkin juga menyukai