Anda di halaman 1dari 23

Lampiran IV

PROPOSAL

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

STIMULASI: MENYUSUN KATA

A. Topik

TAK Stimulasi: Menyusun Kata

B. Latar Belakang

Setiap individu dalam kegiatan sehari-hari pasti mempunyai

masalah yang terkadang sulit untuk diungkapkan atau tidak dapat

diungkapkan secara verbal tetapi dapat dilihat atau diungkapkan secara

nonverbal.

Masalah yang mereka hadapi kadang memperlambat proses

interaksi dan hubungannya dengan orang lain. Pasien yang mengikuti

terapi ini adalah yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi

sehingga pada saat TAK pasien dapat berkerja sama dan tidak mengganggu

anggota kelompok yang lain. Sehingga hati menjadi tenang, jiwa pun

tenteram, hubungan dengan orang lain pun dapat terjalin dengan baik.

Keuntungan dari TAK stimulasi berupa permainan menyusun kata

meningkatkan kerja otak, kemampun keterampilan, dan menyelesaikan

masalah adalah dapat yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya,


karena pasien akan mengeksplore suatu kata atau kalimat yang secara acak

kemudian disusun menjadi kalimat yang mempunyai makna

C. Tujuan

1. Terapeutik

1.1 Umum

a. Pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan

kepadanya secara tepat.

b. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif,

sensori dan afektif.

1.2 Khusus

a. Pasien mampu menyebutkan jati diri sendiri: nama lengkap,

nama panggilan, asal dan hobi


b. Pasien mampu melatih konsentrasi

c. Pasien mampu menyusun kata/kalimat dengan tepat

d. Pasien dapat memaparkan kata/kalimat yang telah disusun

dengan benar.

2. Rehabilitasi

a. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.

b. Meningkatkan keterampilan ekspresi sosial.

c. Meningkatkan kemampuan empati.

d. Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah

(problem solving)

D. Landasan Teori
1. Definisi Halusinasi

Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana pasien

merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pasien

mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu

berupa suara, penglihatan, pengecapaan, perabaan, atau penciuman

(Sutejo,2015). Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan pasien

dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan

eksternal (dunia luar) (Kusumawati dan Hartono, 2010). Selanjutnya

Damayanti, Jumaini, dan Sri Utami (2014) mendefinisikan halusinasi

pendengaran yaitu suatu halusinasi yang paling sering dialami oleh

pasien gangguan mental, misalnya mendengar suara melengking,

bising, dan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.

Jadi, halusinasi pendengaran adalah perubahan persepsi sensori

hilangnya kemampuan pasien dalam membedakan rangsangan internal

dan ekternal tanpa ada wujud nyata yang dialami.

2. Jenis Halusinasi

a. Halusinasi pendengaran (audio) yaitu menunjukkan persepsi dari

bunyi, musik, kebisingan, atau suara

b. Halusinasi pengecapan (gustatorius) yaitu persepsi menegenai rasa

c. Halusinasi penciuman (olfaktori)

d. Halusinasi sentuhan (taktil)

e. Halusinasi penglihatan (visual)


f. Halusinasi somatik yaitu perasaan tubuh mereka merasakan nyeri

yang parah, misalnya akibat mutilasi atau pergeseran sendi.

3. Etiologi

Menurut Yosep dan Sutini (2014) faktor penyebab terjadinya

halusinasi:

a. Faktor Predisposisi, seperti perkembangan, sosiokultural, biokimia

dan psikologis.

b. Faktor presipitasi, seperti dimensi fisik, emosional, intelektual,

sosial, dan spiritual.

4. Tanda dan Gejala

Menurut Nurhalimah (2016) menyatakan tanda dan gejala

halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan

pasien, seperti:

4.1 Data subyektif, pasien mengatakan:

a) Mendengar suara-suara kegaduhan.


b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
d) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.

4.2 Data Obyektif, pasien terlihat:


a) Bicara atau tertawa sendiri.
b) Marah-marah tanpa sebab.
c) Mengarahkan telinga ke arah tertentu.
d) Menutup telinga.
e) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi

adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain (Stuart dan

Laria dalam Muhith, 2015) yaitu :

a. Psikofarmakologis
b. Terapi kejang listrik / Electro Compulsive Therapy (ECT)

c. Terapi Aktivitas Kelompok

TAK merupakan terapi yang bertujuan mengubah perilaku

pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Kelompok

adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu sama

dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang

sama.

Salah satu TAK stimulasi persepsi yang dilakukan perawat

dalam penelitian pada pasien halusinasi yaitu TAK stimulasi berupa

permainan menyusun kata.

TAK stimulasi permainan menyusun kata yaitun dilakukan

dengan cara mengeksplore suatu kata atau kalimat yang secara acak

kemudian disusun menjadi kalimat yang mempunyai makna. TAK

ini dapat meningkatkan kerja otak dan kemampuan keterampilan

pasien sehingga dapat mengubah persepsi otak dalam keadaan

stress atau kecemasan yang dialami menghasilkan perilaku yang

adaptif secara fisiologis dan efektif.

6. Menyusun Kata

6.1 Penegertian
Susun kata merupakan salah satu permainan yang dapat

dilakukan secara kelompok maupun antar individu yang digunakan

untuk melatih preoses pikir seseorang dan mengembangkan kosa

kata, yang dimiliki oleh individu.

6.2 Manfaat

a. Membina dan mengembangkan kemampuan berpikir

b. Meningkatkan kerja otak, kemampun keterampilan, dan

menyelesaikan masalah

c. Memeprkaya pengembangan bahasa

d. Memancing daya ingat.

e. Memungkinkan untuk memiliki perbendaharaan kata yang lebih

dari sebelumnya.

f. Melatih kerjasama kelompok

g. Memancing keinginan untuk melakukan kata yang sudah

disusun.

E. Metode

Metode yang digunakan adalah metode dinamika kelompok.

F. Kriteria Hasil

1. Proses selektif

a. Pasien yang menjalani perawatan di perawatan di Puskesmas X,

setidaknya pernah mendapatkan perawatan selama 1x24 jam.


b. Pasien telah terdiagnosa keperawatan halusinasi pendengaran.

c. Pasien halusinasi pendengaran pada tahap fase kedua comforting.

d. Pasien yang sehat secara fisik.

e. Pasien dapat membaca

f. Pasien usia dewasa: 20 - 45 tahun.

g. Pasien dalam kondisi tenang dan mampu berkomunikasi dengan

baik.

2. Membuat kontrak dengan peserta

a. Menjelaskan tujuan terapi pada peserta

b. Menjelaskan waktu dan tempat kegiatan.

c. Menjelaskan rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam

kelompok

G. Antisipasi Masalah

1. Apabila pada saat TAK berlangsung, pasien tidak mau untuk berbicara

dan tidak mau untuk melakukan apa yang di arahkan oleh leader maka:

a. Leader harus memberikan pengarahan lebih baik dan membujuk

pasien

b. Fasilitator harus mengarahkan pasien agar dapat ikut serta dalam

TAK dan dapat berbicara sesuai dengan apa yang diarahkan oleh

leader

2. Apabila pasaien tetap tidak mau berbicara maka pasien disarankan

untuk menuliskannya.
3. Dan apabila pasien ingin keluar ruangan TAK sebelum TAK selesai

maka:

a. Leader harus mengingatkan pasien akan kontrak yang sudah

dilakukan di awal TAK

b. Fasilitator harus dapat mngarahkan pasien dan menyakinkan pasien

untuk tetap ikut TAK

H. Alat / Media

1. Lembar / format asuhan keperawata jiwa.


2. Form pengkajian.
3. Alat tulis.
4. Media terapi aktivitas kelompok stimulasi: menyusun kata (huruf

kertas, sterofoam, double tip/solatipe)

I. Setting Tempat
Keterangan :
L : Leader
Co : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
K : Klien

J. Pengorganisasian

1. Leader : Hepri Dwi Handayani

2. Co leader :

3. Fasilitator :

4. Observer :

K. Pembagian Tugas

1. Leader

Tugas:

a. Menyiapkan proposal kegiatan TAK

b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas

kelompok sebelum kegiatan dimulai

c. Menjelaskan aturan permainan

d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam

kelompok dan memperkenalkan dirinya

e. Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib

f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok


2. Co-leader

Tugas:

a. Mendampingi leader

b. Menyampaikan informasi dan fasilitator ke leader tentang aktifitas

pasien

c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan

yang telah dibuat

d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking

dalam proses terapi

3. Fasilitator

Tugas:

a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung

b. Ikut serta dalam kegiatan kelompok

c. Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator

pada anggota kelompok untuk aktif mengikutijalannya terapi

4. Observer

Tugas:

a. Mengobservasi jalannya proes kegiatan

b. Mengamati serta mencatat prilaku Verbal dan Non-verbal pasien

selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)

c. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persisapan,

proses, hingga penutupan.


L. Strategi Pelaksanaan

1. Hari/tanggal :

2. Waktu :

3. Tempat :

M. Langkah Kegiatan

No. Waktu Tahap Kegiatan


1. 10 menit Persiapan a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat
c. Menyiapkan pasien
2. 5 menit Orientasi a. Membuka proses TAK:

mengucapkan salam,

memperkenalkan diri
b. Menjelaskan kepada

pasien tujuan TAK


c. Melaksanakan TAK
d. Mengevaluasi respon

klien
3. 35 menit Tahap Kerja

(10 menit) 1.Perkenalan nama a. Mengatur posisi klien

pasien b. Memutar musik dengan

hp

c. Setiap peserta wajib

memindahkan bola ketika

musik diputar.

d. Apabila musik berhenti,

peserta yang memegang


bola maka ia wajib

memperkenalkan dirinya

(nama lengkap, nama

panggilan, asal dan

hobinya).

e. Beri pujian jika peserta

melakukan dengan baik.

10 menit 2. Terapis a. Terapis menjelaskan

mencontohkan pelaksanaan permainan.

cara menyusun (ada 3 kata yang akan

kata disusun)

b. Terapis membagi 3

kelompok

c. Setelah dibagi kelompok

terapis mencotohkan

permainan menyusun

kata.

d. Terapis menampilkan

kata atau kalimat secara

acak di depan peserta

diikuti fasilitator

membagikan kalimat atau

kata secara acak kepada


pasien.

e. Kemudian disusun

menjadi sebuah makna.

f. Setelah sudah

mencontohkan, terapis

memberikan kata

selanjutnya untuk

disusun.

3- 5 menit 3. Menyusun Terapis memberikan waktu

Kata kepada peserta untuk

menyusun kata selama 3- 5

menit.

10 menit 4. Memaparkan a. Setelah waktu penyusunan

hasil menyusun selesai, kelompok yang

kata sudah menyelesaikan

menyusun kata bisa

memaparkan hasilnya.

b. Beri pujian setelah

memaparkan hasilnya.
4 10 menit Terminasi a. Terapis menanyakan

perasaan setelah

mengikuti TAK

b. Terapis memberikan

pujian atas keberhasilan


kelompok

c. Evaluasi pelaksanaan

TAK

d. Menganjurkan pasien

untuk melatih

kempampuan

mempersepsikan kata

yang lain dan

mendiskusikannya pada

orang lain

e. Kontrak waktu

f. Mengucapkan salam

N. Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi

1. Evaluasi persiapan

a. Mempersiapkan preplanning.

b. Terapis mempersiapkan diri

c. Menyiapkan tempat dan peralatan yang digunakan.

2. Evaluasi proses

a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan preplanning.

b. Kegiatan berjalan tertib dan lancar

3. Evaluasi hasil

a. Pasien dapat mengungkapkan persepsi yang dialami


b. Pasien dapat melatih kemampuan menyusun kata dihadapan

orang lain.

4. Penilaian TAK

Untuk kemampuan penilaian pasien memperkenalkan diri secara

verbal dan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi

berikut.

a. Kemampuan verbal

No Aspek yang Nama Pasien

Dinilai

1. Menyebutkan

nama lengkap
2. Menyebutkan

nama panggilan
3. Menyebutkan

nama asal
4. Menyebutkan

Hobi
Jumlah

b. K

K
Keterangan:

0 : tidak mampu menyebutkan nama lengkap, nama

panggilan, alamat, dan hobi

1 : Hanya mampu menyebutkan nama panggilan dan

alamat

2 : Hanya mampu menyebutkan nama panggilan dan hobi

3 : Tidak mampu menyebutkan hobi

4 : Mampu menyebutkan nama lengkap, nama panggilan,

alamat, dan hobi

b. Kemampuan non verbal

No Aspek yang Nama Pasien

Dinilai

1. Kontak mata
2 Duduk dengan

baik
3 Berbicara yang

benar
4 Mengikuti

kegiatan dari

awal sampai

akhir
Jumlah

Keterangan:

0 : tidak mengikuti kegiatan sampai akhir


1 : Tidak mampu melakukan kontak mata

2 : Tidak mampu duduk dengan benar

3 : Tidak mampu berbicara dengan benar

4 : Mampu melakukan kontak mata, duduk dengan benar,

bicara yang baik dan mengikuti TAK sampai akhir

Total Skor

12 -16: Mampu dalam kemampuan verbal dan nonverbal.

5 -11 : Kurang mampu dalam kemampuan verbal dan nonverbal.

1 – 4 : Tidak mampu dalam kemampuan verbal dan nonverbal.

c. Kemampuan respon dalam TAK stimulasi: menyusun kata

Indikator
No Aspek yang dinilai
0 1 2 3 4
1. Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir
2. Memberi respon: menyusun

kata sesuai yang dijelaskan


3 Pasien rileks, dapat

bekerjasama, dan emosional

berkurang
4. Menjelaskan perasaan setelah

bermain menyusun kata


5. Gejala halusinasi berkurang

(senyum/tertawa sendiri,

marah, bercakap-cakap

senidiri)
Total Skor
Keterangan:

0 : Tidak menunjukkan

1 : Jarang menunjukkan

2 : Kadang-kadang menunjukkan

3 : Sering menunjukkan

4 : Secara konsisten menunjukkan

Total Skor:

0 – 10 : Terapi aktivitas kelompok stimulasi berupa permainan

menyusun kata gagal.

11-20 : Terapi aktivitas kelompok stimulasi berupa permainan

menyusun kata kurang berhasil.

21-30 : Terapi aktivitas kelompok stimulasi berupa permainan

menyusun kata cukup berhasil

31-40 : Terapi aktivitas kelompok stimulasi berupa permainan

menyusun kata berhasil.


b. Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien ketika akhir TAK

pada catatan proses keperawatan setiap pasien. Disimpulkan

kemampuan yang telah dapat diterapkan oleh pasien berhari-hari.

Untuk pasien yang telah mampu maka dianjurkan dan dievaluasi pada

kegiatan sehari-hari (melalui jadwal kegiatan keseharian). Jika pasien

tidak mampu, maka pasien dapat disertakan pada kelompok TAK yang

baru. (Prabowo, 2014:267-277)


Lampiran V

SOP TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI:

MENYUSUN KATA

NAMA : WAKTU :
NIM : TEMPAT :
HARI / TANGGAL :

NO ASPEK YANG DINILAI BOBO Dilakuka


YA TID
A. FASE ORIENTASI ( 25%) T
1. Memberikan salam terapeutik
a. Memberikan salam. 4
b. Memperkenalkan diri 2
c. Menyampaikan tujuan interaksi. 4
2. Melakukan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini. 5
b. Memvalidasi masalah pasien. 4
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu 2
b.Tempat. 2
c. Topik. 2
B. FASE KERJA ( 35%)
1. Perkenalan nama pasien
d. Memainkan musik dan memindahkan bola 5
e. Musik berhenti, pasien yang memegang bola 8
memperkenalkan diri (Nama lengkap, nama
panggilan, hobi, alamat)
2. Terapis mencontohkan TAK stimulasi : Menyusun kata 12
3. Pasien memaparkan hasil 10
C. FASE TERMINASI ( 20%)
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
a. Data subyektif. 5
b. Data Obyektif. 4
2. Melakukan rencana tindak lanjut. 5
3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
a. Waktu. 2
b. Tempat. 2
c. Topik. 2
D. SIKAP TERAPEUTIK ( 10%)
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata. 3
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka da 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik. 4
E. TEHNIK KOMUNIKASI ( 10%)
1. Menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti. 5
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat. 5
JUMLAH 100
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Jumaini, dan Sri Utami. (2014). Efektifitas terapi musik klasik

terhadap penurunan tingkat halusinasi pada pasien halusinasi dengar

di RSJ Tampan Provinsi Riau. JOM PSIK VOL. 1 NO.2, hal 1-2

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

Jakarta: Salemba Medika

Keliat,B.A dan Pawirowiyono,A. (2014). Keperawatan jiwa terapi aktivitas

kelompok. Jakarta: EGC

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan keperawatn jiwa. Yogyakarta CV Andi Offset.

Nurhalimah. (2016). Modul ajar konsep keperawatan jiwa. Jakarta Pusat:

AIPViKI
Purwaningsih & Karlina. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medi

Sutejo. (2015). Keperrawatan kesehatan jiwa prinsip dan praktik asuhan

keperawatan jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Yosep, H I dan Sutini, T. (2014). Buku ajar keperawatan jiwa. Bandung: PT

Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai