Secara pragmatik, hermeneutika telah banyak sekali
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, disadari secara
langsung atau tidak, baik dalam kaitannya dengan kehidupan religiusitas, di mana tafsir kitab suci merupakan salah satu kata kunci untuk memahami maknanya, maupun yang bersihat humanis; baik yang bersifat kekinian maupun berkaitan dengan sejarah. Dalam kaitannya dengan sejarah, misalnya, bagaimana kita melakukan interpretasi terhadap teks-teks tentang cerita yang berbau hikayat, cerita babad, prasasti, bahkan dalam kajian terhadap konstruksi idiomatik sekalipun dalam bahasa, seperti sengkalan, baik sengkalan memet atau bukan. Bagaimana konsep idiom sengkalan ”Nogo muluk tinitihan janmo”, ”Dwi nogo roso tunggal”, atau bahkan ungkapan tradisional Jawa seperti ”Alon-alon waton klakon”, ”Mangan ra mangan asal ngumpul”, ”Crah agawe bubrah, rukun agawe santosa”, dan masih banyak lagi (untuk ini dapat dilihat juga Purwito, 1991: 9-32)