Anda di halaman 1dari 19

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SI
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Bukit Beringin, Wonosari
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
No RM : 261997
Tanggal masuk : 20 Agustus 2016
Biaya pengobatan : BPJS non PBI

Nama Suami : Tn. J


Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Bukit Beringin, Wonosari
Pekerjaan : Swasta (Kontraktor)

II. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis tgl 21 Agustus 2016 jam 11.30
WIB di bangsal bougenvile
 Keluhan utama :
Rujukan dari bidan dengan resiko panggul sempit

1
 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Tugurejo Semarang diperiksa
dokter Sp.OG disarankan operasi dengan diagnosis panggul sempit. Pasien
merasakan kenceng – kenceng, kenceng dirasa jarang, hilang timbul,
muncul kira – kira tiap 1-2 jam sekali. Lendir darah disangkal, keluar
cairan seperti ngrembes ngepyok dari jalan lahir disangkal, gerak janin
masih dirasakan ibu.
 Riwayat Haid :
Menarche : 13 tahun
Lama Haid : 6-7 hari
Siklus Haid : teratur 28 hari
HPHT : 26 Oktober 2015
HPL : 2 Agustus 2016
 Riwayat menikah
1x dengan suami pertama sejak 8 September 2001 ( ± 15 Tahun)
 Riwayat Obstetri : G4P2A1
NO Tahun Umur Jenis Penolong BB Keadaan
partus kehamilan Persalinan lahir anak
1 2002 28 minggu Kuretase Dokter - Mati

2 2013 39 minggu spontan Bidan 2400gr sehat

3 2015 7 minggu kuretase Dokter - -


4 Hamil ini

 Riwayat ANC : lebih dari 9x di bidan, 2x di dokter


 Riwayat KB : belum pernah pakai KB
 Riwayat Penyakit Dahulu
⁻ Riwayat penyakit asma : disangkal
⁻ Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
⁻ Riwayat penyakit jantung : disangkal

2
⁻ Riwayat alergi : disangkal
⁻ Riwayat operasi : disangkal
⁻ Riwayat trauma panggul : disangkal
⁻ Riwyat partus lama : (+) pada kehamilan ke-2
⁻ Riwayat TB tulang : disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
⁻ Riwayat penyakit asma : disangkal
⁻ Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
⁻ Riwayat penyakit jantung : disangkal
⁻ Riwayat penyakit Diabetes Melitus : disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi
- Suami bekerja sebagai kontraktor, ibu tinggal bersama suami. Jaminan
kesehatan menggunakan BPJS non PBI.
- Kesan ekonomi : cukup.
 Riwayat Pribadi
- Merokok : disangkal
- Minum Alkohol : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 21 Agustus 2016 Jam 12.00 WIB
dibangsal bugenvile.
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Vital Sign
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit, isi dan tegangan cukup.
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,8 C
- BB : 55 kg
- TB : 147 cm

3
Status Generalis
- Kepala : bentuk mesocephal
- Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
reflex cahaya (+/+), pupil bulat isokor (2,5 mm / 2,5 mm).
- Telinga : normotia, discharge (-/-), massa (-/-)
- Hidung : simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-),
septum di tengah, konka hiperemis (-/-).
- Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),
faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
- Leher : pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah bening
membesar (-)
- Thoraks :
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis
sinistra, nyeri tekan (-)
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan
Pulmo :
Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-/-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
- Abdomen : sesuai status obstetrikus
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Refleks fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis -/- -/-

4
Status obtetrikus
1. Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Perut membuncit, membujur dan striae gravidarum (+)
Genitalia Eksterna : Lendir darah (-), keluar air dari jalan lahir (-)

Palpasi :
 Pemeriksaan Leopold
I. TFU 35cm , teraba bulat, besar, ballotement (-). Kesan bokong.
II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kiri (kesan punggung),
teraba tahanan kecil-kecil sebelah kanan (kesan ekstrimitas).
DJJ 11-12-12
III. Teraba bagian janin bulat, keras,bisa digoyang. Kesan kepala.
IV. Kesan bagian bawah belum masuk pintu atas panggul.
 His (+) jarang

Auskultasi :
Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri bawah
umbilikus dengan frekuensi 11-12-12

2. Pemeriksaan Dalam
PDV : Ø kuncup , KK sulit dinilai, Effiacement 5%, bagian terbawah
janin kepala belum masuk pintu atas panggul, point of direction sulit
dinilai.
UPD
Pintu Atas Panggul
 konjungata diagonal 9,5 cm
 konjungata vera 8 cm
 promotorium teraba
 linea innominata (< setengah lingkaran)

5
Pintu Tengah Panggul
 lengkung sakrum : cukup
 dinding pelvik : sejajar
 Spina Ischiadica : tidak teraba
Pintu Bawah Panggul
 arcus pubis ( >900)
 mobilitas os cocygeus (cukup)
Muller munro kerr tes : sulit dinilai
osborn test : (+)
kesan : panggul sempit absolut

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Laboratorium Hematologi

Darah Rutin (WB EDTA) Nilai Nilai normal

Hb 11.60 g/dL ↓ 11.7-15.5g/dL

Ht 36.30 % 35-47 %

Leukosit 15,63 x 103/uL 3.6-11 x 103/uL

Trombosit 391 x 103/uL 150-440 x 103/uL

Eritrosit 4,06 x 106/uL 3.8-5.2 x 106/uL

GDS sewaktu : 116 mg/dL


Usul pemeriksaan penunjang Rontgen pelvimetri

V. DIAGNOSIS
G4P2A1, 37 tahun, hamil 38 minggu
Janin 1 hidup intra uterine
Preskep U punggung kiri
Belum inpartu
CPD/ cephalopelvic disproportion

6
Usia Tua
Riwayat Obstetri Jelek

VI. PENATALAKSANAAN
- Rencana partus perabdominal (Pro SC Elektif)
- Informed Concent kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu serta
janin dan rencana tindakan.
- Konsul anestesi
- Konsul perinatologi
- Pengawasan 10

VII. LAPORAN OPERASI


Nama Operator : dr. Jenny Jusuf, Sp.OG
Diagnosis Pre operatif : G4P2A1, 37 tahun, hamil 38 minggu
Janin I hidup intra uterine
Presentasi kepala U punggung kiri
Belum inpartu
CPD/ cephalopelvic disproportion
Usia Tua
Riwayat Obstetri Jelek

Diagnosis Post operatif : P3A1, 37 tahun


Post SCTP a.i CPD/ cephalopelvic
disproportion
Nama/Macam operasi : Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda
Tanggal Operasi : 22 Agustus 2016
Lama Operasi : ± 60 menit

Langkah-langkah operasi :
- Penderita tidur terlentang di meja operasi dalam pengaruh spinal
anestesi

7
- Asepsis dan antisepsis daerah tindakan
- Tutup dengan duk steril kecuali pada daerah tindakan
- Insisi dinding abdomen dengan teknik pfanenstil
- Insisi diperdalam sampai cavum abdomen terbuka
- Tampak uterus  hamil aterm
- Insisi segmen bawah rahim secara sistematis diperluas kekanan dan ke
kiri secara tumpul, dengan ekstraksi bokong, lahir bayi perempuan,
berat badan lahir 36000 gram, AS 8-9-10
- Injeksi oksitosin 10 IU
- Plasenta dilahirkan, kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-)
- Bersihkan cavum uteri dari jendolan darah dan sisa kulit ketuban
- Jahit uterus dengan benang PGA no. 1
- Eksplorasi : - kontraksi uterus kuat,
- kedua adnexa dalam batas normal
- perdarahan (-)
- Tutup dinding abdomen, jahit lapis demi lapis
- Tutup luka dengan kasa steril
- Operasi selesai

8
BAB II

PEMBAHASAN

1. Penegakan diagnosis pada kasus ini ?


CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidak sesuaian antara
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
ataupun kombinasi keduanya.2
Ukuran Panggul

A. Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra


sacrum, linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis
adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis,
konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari
tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior
sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap
menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak
antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari
telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis. Konjugata vera yaitu
jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan
mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak
antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara
konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.4

9
Gambar 1 Diameter pada Pintu Atas Panggul

B. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran


klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat
penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada
distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang
biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil
yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica
berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan
garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.4

C. Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri


dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang
menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul
yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua
tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum
ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5
cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).4

10
Gambar 2 Pelvis wanita dewasa menunjukkan diameter Gambar 3 Pelvic outlet
interspinosus panggul tengah. Terdapat juga diameter
anteroposterior dan diameter transversalis.

Kriteria diagnosis :1,2,3

 Kesempitan pintu atas pangul


Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8 cm
 Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina
os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4
dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan
ruas sakral ke-4 dan ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua
spina ke pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara
klinis harus diukur secara rontgenologis. Dikatakan bahwa bidang tengah
panggul itu sempit jika :
1) Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm
atau kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2) Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
o Spina ischiadica sangat menonjol.

11
o Dinding samping panggul konvergen.
o Sacrum lurus atau konveks.
o Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
 Kesempitan pintu bawah panggul
Bila arcus pubis <900 / sudut lancip. Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm
atau kurang.

Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan


kemungkinan panggul sempit jika:1,2
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif

Teknik perasat Osborn:2


a. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
b. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
c. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan
anterior dari simfisis.
d. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan kebawah dan
kebelakang.
Interpretasi perasat Osborn:2
a. Kepala dapat ditekan kedalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari
tulang parietal, berarti CPD (-).
b. Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang
parietal, sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan
dengan perasat Muller.
c. Kepala tidak dapat dimasukkan kedalam tulang panggul, tulang parietal
menggantung di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.

12
Teknik perasat Muller:2
a. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
b. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
c. Dua jari dari tangan yang lain masuk kedalam vagina, sampai pintu atas
panggul.
d. Tangan luar mendorong kepala anak kearah simfisis.
Interpretasi perasat Muller:2
a. Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).
b. Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).

Pembahasan

Pada pasien ini, ditemukan persangkaan panggul sempit, berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis diperoleh ibu riwayat partus
lama pada ke hamilan ke-2 dan pada pemeriksaan fisik vaginal toucher, yaitu
panjang konjugata diagonalis 9,5 cm, konjugata vera 8cm. tinggi ibu 148 cm.
Pemeriksaan panggul ibu, yaitu promotorium teraba, Linea innomiata teraba <
setengah lingkaran, kepala anak belum turun. Pemeriksaan osborn (+),
Menunjukkan Kesan bahwa : panggul sempit absolut.

2. Pengelolaan kasus ini sudah tepat?


Sebenarnya panggul hanya merupakan salah satu faktor yang
menentukan apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak
faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa persalinan. Bila konjugata
vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan,
pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8cm dan
anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.5
a. CV 8,5 – 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir
dengan partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong
dengan secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya

13
b. CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer
c. CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada :
a. His atau tenaga yang mendorong anak.
b. Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
c. Bentuk panggul
d. Umur ibu
e. Penyakit ibu

1) Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara
kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat
berlangsung per vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan
percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi,
termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum
persalinan. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang
kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan
letak lainnya.1,2,5
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42
mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi
moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi
penyulit persalinan percobaan.1,2,5
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan
selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala
bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya
dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan
mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati
dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil,
dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga
menjadi bahu depandimanasebelumnya merupakan bahu belakang dan
lahir dibawah simfisis.1,2,5

14
Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong
memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin
dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,
penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu
depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu
depan. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test
of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas,
sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour
karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian.1,2,5
Saat ini persalian percobaan jarang digunakan karena biasanya
pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan
terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini. Keberhasilan persalinan
percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau dibantu
ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan
dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah
pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2
jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini
dilakukan seksio sesarea.1,2,5

2) Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.
Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada
komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak
dapat diperbaiki. Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama
beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau
ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan
syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.1,2

15
3) Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan
kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.1

4) Kraniotomi dan Kleidotomi


Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala
janin dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi
tengkorak, sehingga janin dapat dengan mudah lahir pervaginam.
Kraniotomi, terdiri atas perforasi kepala janin, yang biasanya diikuti oleh
kranioklasi.1
Kleidotomi, Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi
kepala dilahirkan, akan tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu
karena terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak ada keberatan untuk
melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau kedua
klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri penolong dalam
vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan
selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak
mengalami kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak
akan timbul luka pada jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat
dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit
sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.1

Pembahasan :

Penggelolaaan pada pasien ini sudah tepat, pemeriksaan vaginal


toucher, yaitu panjang konjugata diagonalis 9,5cm, konjugata vera 8cm
dilakukan sectio cesara untuk persalinannya. Dan persiapan untuk dilakukan
operasi sudah tepat sesuai dengan diagnosis. Persiapan operasi seperti:
pemeriksaan darah, konsultasi kebagian anestesi, informed consent ke keluarga
pasien, puasa dimulai sejak ibu datang dan observasi tanda vital, his, serta djj.
Infus dan kateterisasi dilakukan untuk persiapan opaerasi dan pemantauan

16
input serta output cairan.Pada pasien ini tidak dilakukan partus percobaan
karena memiliki taksiran berat badan bayi yang cukup besar, panggul yang
sempit dan kepala janin belum turun. Observasi dan pemberian terapi
medikamentosa seperti antibiotik dan analgetik diberikan dari setelah operasi
sampai pasien dipulangkan, dengan pembekalan dan edukasi terhadap
kepatuhan pasien dan waktu kontrol bekas operasi.

3. Prognosis pada pasien ini?

Komplikasi pada kehamilan

Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung


sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan
janin.2

a. Bahaya pada ibu :


1) Partus lama yang sering kali disertai dengan pecahnya ketuban pada
pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan
infeksi intrapartum.
2) Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir
tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan
lingkaran retraksi patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan
ruptur uteri mengancam; apalagi tidak segera diambil tindakan untuk
mengurangi regangan, akan timbul ruptura uteri.
3) Dengan persalinan tidak maju karena panggul sempit, jalan lahir pada
suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dengan
tulang panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat
terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut.
Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesiko servikalis, atau
fistula vesiko vaginalis, atau fistula rekto vaginalis.

17
b. Bahaya pada janin :

1) Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apalagi jika


ditambah dengan infeksi intrapartum.
2) Prolapsus funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat
besar bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segera apabila
masih hidup.
3) Tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh simfisis pada
panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan di atas tulang
kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os
parietalis.

Pembahasan:

Pada kasus ini, prognosis terhadap ibu dan janin adalah baik.
Prognosis fungsi reproduksi pada kasus ini kurang baik (Dubia ad malam)
karena untuk persalinan selanjutnya pasien harus menjalankan operasi seksio
sesaria kembali. Dibutuhkan edukasi tentang kontrasepsi reversible untuk
memberi jarak untuk kehamilan selanjutnya. Prognosis fungsi seksual pada
kasus ini baik (ad Bonam), dan prognosis fungsi menstruasi pada kasus ini juga
masih baik (Ad Bonam), karena belum memasuki tahapan menopause.
Edukasi yang tepat mengenai resiko yang mungkin terjadi apabila pasien hamil
kembali harus disampaikan dengan baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Cuningham F G, Norman F, Kenneth J, Larry C, John C, Katharine D, et al.


Anatomy of the Reproductive Tract. In. Williams Obstetrics 21st Edition. Thw
Mc Graw-Hill Companies, New Cork. 2001: 28-40.

2. Rachimhadhi, T. Anatomi jalan lahir. Dalam Ilmu kebidanan. Yayasan Bina


PustakaSarwonaPrawirohardjo, Jakarta 2010: 188-204

3. Winkjosastro H, Saifudin B A, Rachimhadhi T. Distosia karena


KelainanPanggul. Dalam. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
PustakaSarwonaPrawirohardjo,Yakarta 2002: 637-47

4. Bagian Obsetri dan Ginekologi FK UNPAD. Panggul sempit. Dalam:


Pedoman Diagnosis dan Terapi Obsetri dan GinekologiRS.Dr. Hasan
Sadikin., Bandung: 2005: 102-3

5. Winkjosastro H, Saifudin B A, Rachimhadhi T. Distosia karena


KelainanPanggul. Dalam. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
PustakaSarwonaPrawirohardjo,Yakarta 2002: 637-47

19

Anda mungkin juga menyukai