PEDOMAN UMUM
Neighborhood Upgrading
And Shelter Project
Phase-2 (NUSP-2)
PEDOMAN UMUM i
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
ii PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
PEDOMAN UMUM
Neighborhood Upgrading
And Shelter Project
Phase-2 (NUSP-2)
Dalam rangka mendukung upaya untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh tersebut,
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah
mencanangkan target 100-0-100 yaitu target program pembangunan bidang Cipta Karya
sebagaimana tercantum dalam rancangan RPJMN 2015-2019, yaitu memberikan akses air minum
100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk
masyarakat Indonesia pada 2019. Target tersebut dikenal dengan Key Performance Indicators(KPI)
100-0-100 yang merupakan aktualisasi visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan.
Program Neighborhood Upgrading and Shelter Project Phase-2 (NUSP-2) merupakan salah satu
program strategis untuk mendukung upaya mengurangi kawasan kumuh di perkotaan hingga
0%. Program NUSP-2 akan dilaksanakan di 20 kabupaten/kota dengan dukungan pembiayaan dari
pinjaman ADB (Asian Development Bank). Penyelenggaraan program dan kegiatan NUSP-2 akan
dilaksanakan selama 3 (tahun) yaitu pada tahun 2015-2017.
Pedoman Umum NUSP-2 ini disusun sebagai panduan bagi para pengelola dan pelaksana program
NUSP-2, termasuk pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan
kelompok masyarakatagar penyelenggaraan program dan kegiatan NUSP-2 berjalan dengan baik.
Buku Pedoman Umum ini selain memberikan arahan bagi pelaksanaan kegiatan NUSP-2, juga
dapat dijadikan sebagai materi untuk sosialisasi dalam rangka persiapan pelaksanaan program dan
kegiatan NUSP-2. Akhir kata semoga Pedoman Umum NUSP-2 dapat bermanfaat sebagai panduan
dan acuan dalam penyelenggaraan kegiatan NUSP-2.
PEDOMAN UMUM v
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................... vi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ...................................................................................................................... viii
vi PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
3.2.2 Organisasi Pengelola Tingkat Pusat ................................................................................................. 23
3.2.3 Organisasi Pengelola Tingkat Provinsi .......................................................................................... 25
3.2.4 Organisasi Pengelola Tingkat Kabupaten/Kota .......................................................................... 26
3.2.5 Organisasi Pengelola Tingkat Kelurahan ....................................................................................... 28
3.2.6 Konsultan Manajemen NUSP-2 ......................................................................................................... 30
PEDOMAN UMUM ix
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
x PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
PEDOMAN UMUM 1
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki laju urbanisasi tertinggi di Asia telah
dihadapkan pada permasalahan kawasan permukiman kumuh yang jumlahnya meningkat
cukup besar. Berdasarkan data Susenas BPS, proporsi rumah tangga kumuh di perkotaan
telah menurun sebesar 8,18% dari 20,75% pada tahun 1993 menjadi 12,57% pada tahun 2011.
Hal tersebut memberikan indikasi bahwa laju rata-rata penurunan proporsi rumah tangga
kumuh perkotaan sebesar 0,50% per tahun. Tanpa suatu terobosan yang berarti maka, upaya
mewujudkan kota bebas kumuh pada tahun 2020 akan sulit dicapai.
Sehubungan hal tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum didukung oleh
dana APBN, telah melaksanakan berbagai kegiatan penanganan permukiman kumuh, sebagai
upaya mengatasi masalah perkotaan seperti menurunnya kemampuan dan daya dukung
kawasan permukiman, menurunnya kualitas lingkungan permukiman,tingginya angka
kemiskinan, dan kurang berkembangnya fungsí perkotaan.
Mengingat keterbatasan dana APBN dan dalam rangka mendukung upaya mewujudkan
kota bebas kumuh pada tahun 2020, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan
Umum telah menyiapkan Neighborhood Upgrading and Shelter Project Phase-2 (NUSP-2)
dengan menggunakan dana pinjaman dari Asian Development Bank (ADB). Program NUSP-2
merupakan pengembangan dari Program NUSP-2 (Neighborhood Upgrading and Shelter Sector
Project) yang telah dilaksanakan pada tahun 2005 – 2010 di 32 Kota/Kabupaten.
2 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Sesuai dengan semangat otonomi daerah dan dalam rangka pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun
2011, pemerintah dalam melaksanakan pembinaan kepada pemerintah daerah mempunyai
wewenang antara lain memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh. Dengan demikian maka, melalui program NUSP-2, pemerintah kota/
kabupaten akan difasilitasi dalam proses penyusunan rencana aksi dan pendampingan
pelaksanaan kegiatan penanganan perumahan kumuh dan kawasan permukiman kumuh di
daerah.
PEDOMAN UMUM 3
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
1.4. SISTEMATIKA PEDOMAN NUSP-2
1.4.1. Pedoman Umum
Pedoman Umum NUSP-2 disusun dalam rangka menyediakan acuan implementasi kegiatan
secara menyeluruh, dan sebagai upaya memberi kerangka praktis pelaksanaan NUSP-2 bagi
seluruh pelaksana program, mulai dari tingkat pusat, tingkat kabupaten/kota sampai tingkat
kelurahan dan masyarakat. Penyusunan pedoman umum juga dimaksudkan untuk memberi
informasi dan sosialisasi secara sistematis, tentang esensi dan proses pelaksanaan tahapan
kegiatan NUSP-2 dilapangan, baik kepada pemerintah, pemerintah daerah maupun kepada
masyarakat sasaran.
Pedoman umum NUSP-2 merupakan acuan umum pelaksanaan program yang terkait dengan
seluruh aspek implementasi kegiatan NUSP-2.Pedoman umum ini memuat informasi tentang
substansi dan esensi program NUSP-2, mulai dari latar belakang, konsep dasar, strategi dan
langkah-langkah pelaksanaan kegiatan sampai dengan hubungan antar pelaksana program
serta pengelolaan pelaksanaan kegiatan.
Secara prinsip pedoman umum NUSP-2 merupakan kerangka rujukan dari seluruh panduan
dan/atau petunjuk pelaksanaan program, terutama dalam hal konsepsi dasar dan landasan
filosofis NUSP-2. Selanjutnya untuk menterjemahkan dan meralisasikan konsep-konsep dasar
yang ada dalam pedoman umum kepada realitas kegiatan di lapangan maupun di wilayah
sasaran, digunakan petunjuk teknis sesuai dengan proses kegiatan spesifik yang akan
dilakukan. Untuk merealisasikan konsep dasar yang ada dalam pedoman umum menjadi
kegiatan konkret seperti yang terangkum dalam petunjuk teknis, diperlukan petunjuk
pelaksanaan sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing secara spesifik dalam konteks
proses. Untuk kebutuhan tersebut akandisusun panduan pelaku yang akan menjembatani
proses realisasi konsep menjadi kegiatan konkret di tataran praktis, sesuai dengan elemen
konsep maupun jenis kegiatan yang akan direalisasikan.
4 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
5. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Survey Kampung Sendiri (SKS);
6. Petunjuk Teknis Penyusunan Gender Action Plan (GAP);
7. Petunjuk Teknis Pengadaan Barang dan Jasa oleh Masyarakat;
8. Petunjuk Teknis Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur;
9. Petunjuk Teknis Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan;
10. Petunjuk Teknis Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi;
11. Petunjuk Teknis Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan;
12. Petunjuk Teknis Penanganan Pengaduan Masyarakat.
Secara umum pedoman-pedoman NUSP-2diperuntukkan bagi para pelaku dan bagi kelompok
peduli, mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat Kelurahan, termasuk pemerintah dan
masyarakat (BKM/LKM dan KPP) maupun kelompok peduli lainnya.
1.5.1. Pemerintah Pusat (Executing Agency, PMU, Satker Pusat)
Pedoman-pedoman NUSP-2 ini diharapkan dapat menjadi refrensi dan acuan bagi Pemerintah,
terutama dalam hal:
1. Dasar mengambil kebijakan pelaksanaan NUSP-2 secara nasional;
2. Memahami tugas pokok dan fungsi pelaksana program NUSP-2 mulai dari tingkat pusat
sampai tingkat kelurahan dan masyarakat;
3. Sebagai acuan kegiatan pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
NUSP-2;
4. Sebagai acuan dalam memberi dukungan pelaksanaan ditingkat lapangan, termasuk
dukungan pelaksanaan tahapan kegiatan dan pencairan dana.
PEDOMAN UMUM 5
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
3. Acuan mengembangkan kebijakan untuk keberlanjutan pemanfaatan dan pemeliharaan
infrastruktur dasar permukiman diwilayahnya;
4. Memahami pengelolaan infrastruktur secara partisipatif
5. Acuan dalam fasilitasi pembinaan dan dukungan penguatan kelembagaan serta
implementasi program penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan secara
berkelanjutan.
6 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
1.6. LOKASI KEGIATAN
1.6.1. Pemilihan Kabupaten/Kota Sasaran
Pemilihan kabupaten/kota sasaran program NUSP-2 ditentukan berdasarkan kriteria dan
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Memiliki dokumen RTRW yang sudah dilegalisasi dalam bentuk Peraturan Daerah (PERDA)
atau Persetujuan Substansi (PERSUB) dari Kementerian Pekerjaan Umum;
b. Memiliki dokumen Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP);
c. Memiliki kawasan permukiman kumuh yang dihuni oleh > 5.000 KK dengan jumlah KK
miskin dipermukiman tersebut > 5%;
d. Memiliki komitmen dalam pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di
perkotaan dengan mengalokasikan dana pendamping NUSP-2 minimal 10% dari jumlah
total dana investasi yang berasal dari hibah pemerintah pusat;
e. Memiliki komitmen untuk membentuk lembaga pelaksana NUSP-2, baik ditingkat
Pemerintah Daerah maupun lembaga keswadayaan masyarakat di tingkat kelurahan.
PEDOMAN UMUM 7
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
1.6.2. Kriteria Lokasi Permukiman Kumuh
Lokasi sasaran program NUSP-2 adalah kelurahan yang memiliki kawasan permukiman kumuh
dengan syarat dan kriteria sebagai berikut:
a. Lokasi sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota dan SPPIP;
b. Memiliki kepadatan tinggi dan merupakan kawasan permukiman kumuh perkotaan;
c. Usulan lokasi kawasan permukiman kumuh ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Bupati/
Walikota
d. Pernyataan minat warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh tahapan kegiatan
NUSP-2;
e. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pembangunan
infrastruktur, termasuk kesediaan berkontribusi dalam bentuk in-kind;
f. Kesediaan masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara infrastruktur yang akan
dibangun, termasuk kesediaan membayar iuran/retribusi;
g. Kesediaan membentuk lembaga keswadayaan masyarakat bilamana belum terbentuk BKM
di lokasi tersebut; dan
h. Kesediaan untuk melibatkan kelompok perempuan dan warga miskin dalam seluruh
tahapan kegiatan program.
8 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
BAB 2
TUJUAN, SASARAN, STRATEGI
DAN PENDEKATAN
PEDOMAN UMUM 9
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
TUJUAN, SASARAN, STRATEGI
DAN PENDEKATAN
2.1. TUJUAN
Tujuan penyelenggaraan kegiatan NUSP-2 adalah meningkatkan kualitas hunian, fungsi sarana
dan prasarana serta utilitas umum pada kawasan permukiman kumuh melalui kemitraan
antara pemerintah, masyarakat dan swasta secara mandiri dan berkelanjutan serta berpihak
pada kebutuhan masyarakat miskin di perkotaan.
2.2. SASARAN
Untuk mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan NUSP-2 memiliki 2 (dua) sasaran kegiatan, yaitu
sasaran fungsional dan sasaran operasional.
Sasaran fungsional diarahkan pada hal-hal sebagai berikut :
1. Terlembaganya pendekatan partisipatif didalam perencanaan dan pembangunan
permukiman perkotaan yang memihak masyarakat miskin pada 20 kota/kabupaten;
2. Tercapainya peningkatan kapasitas pemerintah daerah di 20 kota/kabupaten didalam
menangani permasalahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh yang selaras
dengan rencana pembangunan perkotaan;
3. Terumuskannya rencana aksi penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan pada 20
kota/kabupaten yang disusun secara partisipatifdengan melibatkan kelompok masyarakat;
4. Terbangunnya kelembagaan masyarakat lokal didalam pelaksanaan kegiatan penanganan
lingkungan permukiman kumuh pada tingkatkelurahan dan di tingkat komunitas;
5. Terealisasinya dukungan kebijakan dan pembiayaan pemerintah didalam pemenuhan
kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak dan terjangkau bagi masyarakat
berpenghasilan rendah di 5 kota sasaran.
10 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Dalam rangka mewujudkan pemerintah daerah dan masyarakat yang berdaya dan mampu
menciptakan lingkungan perumahan dan permukiman yang layak, sehat dan produktif secara
mandiri dan berkelanjutan maka,sasaran operasional penyelenggaraan kegiatan NUSP-2
diarahkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Mewujudkan rencana aksi penanganan permukiman kumuh perkotaan (Slum Improvement
Action Plan/SIAP) yang berpihak pada kebutuhan masyarakat miskin di perkotaan;
2. Melaksanakan perbaikan dan peningkatkan kualitas lingkungan permukiman kumuh di
perkotaan;
3. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat agar dapat bekerjasama
secara sinergi memperbaiki lingkungan permukiman secara mandiri dan berkelanjutan;
4. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat berpenghasilan rendah terhadapkebutuhan
perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat, layak huni, dan terjangkau;
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk memelihara dan menjaga keberlanjutan fungsi
infrastruktur dasar lingkungan permukiman yang telah dibangun/ditingkatkan.
2.3. STRATEGI
2.3.1. Strategi Penguatan Kapasitas Kelembagaan Daerah
Strategi ini ditujukan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dalam
mengelola pembangunan kota yang memihak kepentingan masyarakat miskin, yang akan
dilaksanakan melalui kegiatan berikut :
a. Pembentukan unit pengelola NUSP-2 daerah (Local Coordinating Office/LCO) yang akan
mengkoordinir dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan NUSP-2 di tingkat kota/kabupaten
dan di tingkat kelurahan;
b. Penilaian kapasitas kelembagaan dan kebutuhan pengembangan kapasitas (capacity
building need assessment) bidang perencanaan tata ruang kota dan pembangunan kota
yang pro-poor;
c. Penyusunan program pengembangan kapasitas dan pelatihan bagiaparat pemerintah
daerah dan kelompok masyarakat;
d. Fasilitasi program pelatihan dan program studi ekstensi, serta bantuan program
pengembangan kapasitas bagi aparat pemerintah kota/kabupaten;
e. Pendampingan proses penyusunan Rencana Aksi Penanganan Kumuh Kota yang mencakup
rencana aksi perbaikan fisik lingkungan yang dipadukan dengan kegiatan non-fisik lainnya.
Strategi pendekatan kelompok dinilai sangat efektif dalam menyatukan berbagai potensi yang
ada di masyarakat, didukung oleh pendampingan yang terarah, sehingga terwujud kerjasama
yang saling mengisi dengan berbagai kegiatan pembangunan di tingkat Kelurahan.
PEDOMAN UMUM 11
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Strategi pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat yang akan dikembangkan sebagai
salah satu indikator utama penyelenggaraan kegiatan NUSP-2 ditujukan untuk memperkuat
kapasitas kelembagaan masyarakat didalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan
infrastruktur serta kegiatan operasi dan pemeliharaan, melalui kegiatan :
a. Mengidentifikasi lokasi kawasan kumuh prioritas yang layak untuk ditangani berdasarkan
proses konsultasi dengan masyarakat dan mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan;
b. Menetapkan daftar lokasi kawasan kumuh prioritas yang akan ditangani NUSP-2 melalui
Surat Keputusan Walikota/Bupati;
c. Menetapkan alokasi dana hibah untuk kegiatan penanganan kawasan kumuh kota sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat;
d. Melakukan sosialisasi penyelenggaraan kegiatan NUSP-2 di tingkat kota dan di tingkat
Kelurahan;
e. Membentuk atau memperkuat kapasitas lembaga keswadayaan masyarakat (BKM/LPM) di
tingkat kelurahan secara partisipatif melalui pelatihan dan pendampingan secara intensif
dan terarah;
f. Membentuk dan memperkuat kapasitas kelompok pemanfaat dan pemeliharan (KPP)
infrastruktur yang telah dibangun/ditingkatkan.
g. Memfasilitasi pendampingan dan penguatan proses perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan fisik kepada lembaga kemasyarakatan di tingkat Kelurahan (BKM) dan di
tingkat masyarakat (KPP);
h. Memastikan keterlibatan kelompok perempuan dan kelompok warga miskin, baik sebagai
pengurus maupun anggota lembaga pengelola kegiatan, maupun didalam tahapan
kegiatan NUSP-2;
i. Memfasilitasi kegiatan pembangunan dan perbaikan infrastruktur dasar di tingkat
Kelurahan melalui penyaluran dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM).
Parameter utama pengembangan kerjasama dan sinergitas antara pemerintah daerah dan
masyarakat dalam pelaksanaan NUSP-2, meliputi:
a. Memberikan tanggung jawab kepada masyarakat dalam penanganan lingkungan
permukiman kumuh pada skala lingkungan;
b. Meningkatkan keterlibatan para pihak dalam penanganan lingkungan permukiman
kumuh di tingkat kota melalui penyusunan Rencana Aksi Penanganan Kumuh Kota (Slum
Improvement Action Plan/SIAP);
c. Memperkuat kemampuan aparat pemerintah daerah untuk dapat bekerjasama dengan
12 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
masyarakat dan kelompok peduli didalam penanganan lingkungan permukiman kumuh
secara berkelanjutan, melalui kegiatan pendampingan dan penguatan kapasitas.
d. Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap kebijakan
publik dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan penanganan kumuh kota yang sesuai
kebutuhan dasar masyarakat.
2.4. PENDEKATAN
Upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh di perkotaan membutuhkan
penanganan yang menyeluruh dan memadai, baik pada skala kawasan maupun skala
lingkungan, sehingga tercapai keterpaduan antara pendekatan sektoral, perwilayahan dan
pendekatan partisipatif yang mampu mempertemukan hasil dari proses perencanaan di
tingkat kota/kabupaten dan di tingkat masyarakat.
Di tingkat kota, rencana aksi penanganan kumuh perkotaan yang disusun oleh Kelompok Kerja
Teknis di bawah koordinasi LCO dan dengan pendampingan tim konsultan, dikonsolidasikan
dengan rencana perbaikan lingkungan (Neighborhood Upgrading Action Plan / NUAP) yang
disusun oleh lembaga keswadayaan masyarakat di masing-masing kelurahan.
PEDOMAN UMUM 13
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
a. Menempatkan kelurahan dan kawasan permukiman sebagai lokus program.
b. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal serta partisipasi aktif masyarakat
dalam proses perencanaan dan pembangunan.
d. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik
sosial dan geografis lokal.
14 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
dilaksanakan dengan mengutamakan keamanan, keselamatan dan kelestarian lingkungan
hidup.
7. Keberlanjutan
Keberlanjutan dan pengembangan hasil-hasil pembangunan melalui NUSP-2 harus
dapat dilestarikan dan dikembangkan secara mandiri oleh pemerintah daerah bersama
masyarakat.
8. Keadilan
Kebijakan pelaksanaan NUSP-2 harus menekankan pada asas keadilan, kebutuhan dan
kepentingan masyarakat, terutama masyarakat miskin.
9. Kesetaraan
Pelaksanaan NUSP-2, tidak membeda-bedakan latar belakang, asal usul, agama, status,
maupun jenis kelamin dan lain-lainnya. Semua pihak diberi kesempatan yang sama untuk
terlibat dan/atau menerima manfaat dari infrastruktur yang dibangun melalui NUSP-2.
PEDOMAN UMUM 15
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
16 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
BAB 3
KOMPONEN PROGRAM
DAN ORGANISASI PENGELOLA
PEDOMAN UMUM 17
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
KOMPONEN PROGRAM
DAN ORGANISASI PENGELOLA
3.1. KOMPONEN PROGRAM
Komponen program NUSP-2 meliputi 3 (tiga) kegiatan utama, yaitu :
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam komponen program ini adalah kegiatan lokakarya,
pelatihan dan program studi ekstensi bagi aparat pemerintah daerah. Disamping kegiatan-
kegiatan tersebut, pemerintah daerah juga akan menerima bantuan teknis pendampingan
proses penyusunan Rencana Aksi Penanganan Kawasan Kumuh atau Slum Improvement
Action Plan (SIAP) yang merupakan dokumen perencanaan penanganan kawasan permukiman
kumuh tingkat kabupaten/kota yang akan dijadikan sebagai acuan didalam pelaksanaan
kegiatan penanganan kawasan permukiman kumuh kota.
Dokumen SIAP disusun oleh Kelompok Kerja (Pokja) NUSP-2 yang dibentuk pemerintah
kabupaten/kota beranggotakan unsur-unsur SKPD terkait, akademisi dari perguruan tinggi
setempat, LSM, dan wakil-wakil masyarakat. LCO akan memfasilitasi seluruh kegiatan Pokja
SIAP.
18 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Dokumen SIAP tidak hanya berisikan rencana perbaikan lingkungan fisik namun juga mencakup
program-program sektor sosial dan ekonomi yang terkait dengan upaya penanganan kawasan
permukiman kumuh kota.
PEDOMAN UMUM 19
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
3.1.3. Pembangunan Kawasan Permukiman Baru (NSD/New Sites Development)
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan akses warga masyarakat berpenghasilan rendah
terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana-
sarana dasar, dan utilitas yang memadai, melalui kemitraan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dengan pihak pengembang (developer) dan lembaga keuangan lokal serta
warga masyarakat penerima manfaat.
Proses seleksi keluarga MBR calon penerima manfaat program NSD dilakukan dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut :
a. MBR yang menghuni kawasan permukiman kumuh pada lokasi yang dianggap kritis karena
kondisinya membahayakan penghuninya;
b. MBR penghuni kawasan permukiman kumuh kota yang perlu segera dipindahkan karena
sudah terlalu padat penduduknya;
c. MBR penghuni kawasan permukiman kumuh ilegal (squatter) atau pada kawasan bantaran
sungai, kawasan sempadan jalur kereta api, lahan-lahan kosong milik pemerintah atau
fasilitas umum yang bukan diperuntukkan bagi permukiman;
d. MBR yang tinggal di daerah perkotaan dan belum memiliki rumah;
20 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
e. MBR yang memenuhi salah satu dari kriteria di atas yang memiliki penghasilan 2,5 – 3,5 juta
per bulan dan telah memenuhi persyaratan kredit pemilikan rumah (KPR).
PEDOMAN UMUM 21
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
TIM PENGARAH PUSAT
(Bappenas, Kemen PU dan Perumahan Rakyat, Kemenkeu, Kemendagri, Kemen Agraria dan BPN)
DIrektorat Jenderal
Pusat
Cipta Karya
Executing Agency (EA)
Konsultan Manajemen
PMU Pusat (NMC)
Satker/PPK Pusat
Pemerintah
Kota/Kabupaten
Kota/Kabupaten
Koordinator Kota
Local Coordinating (City Coordinator)
Offices (LCO)
Satker NUSP-2
Kota/Kabupaten
Pendamping Masyarakat
Pemerintah Kelurahan
(Community Advisor)
Kelurahan
22 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
3.2.2. Organisasi Pengelola Tingkat Pusat
1) Tim Pengarah Pusat
Yang dimaksud dengan Tim Pengarah Pusat adalah Tim Pengarah Pembangunan
Perumahan dan Kawasan Permukiman yang dibentuk melalui Keputusan Menteri
Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Nomor 81/M.PPN/HK/08/2011.Tim Pengarah
diketuai oleh Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas dan selaku sekretaris adalah
Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. Anggota Tim Pengarah terdiri
dari unsur-unsur dari Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Perumahan Rakyat, dan
Badan Pertanahan Nasional. Tim Pengarah memiliki peran dan fungsi sebagai berikut :
a. Memberikan dasar-dasar kebijakan program, strategi, perencanaan, koordinasi,
pengendalian, dan pemantapan pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman;
b. Melaksanakan sinkronisasi kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh dengan
program lainnya dalam upaya untuk meningkatkan efektifitas penanganan permukiman
kumuh secara menyeluruh;
c. Memberikan arahan dalam upaya percepatan pencapaian target dan sasaran Millenium
Development Goals (MDGs) Bidang Permukiman Tujuan 7 Target 7D: “Mencapai
peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh
pada tahun 2020;
d. Memberikan landasan kebijakan pengembangan dan pengarahan pelaksanaan
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dengan sumber pendanaan dalam
dan luar negeri;
e. Memberikan masukan kepada Direktur Jenderal Cipta Karya dalam rangka
penyempurnaan pelaksanaan program.
PEDOMAN UMUM 23
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
NUSP-2 termasuk penyiapan pedoman umum dan petunjuk teknis, serta pengendalian
tahapan kegiatan proyek. Tugas pokok dan fungsi PMU adalah :
a. Melaksanakan tugas-tugas pokok Executing Agency;
b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait, baik vertikal maupun horizontal;
c. Melakukan sosialisasi dan diseminasi program di tingkat pusat dan mengkoordinasikan
pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi program di tingkat provinsi dan di tingkat
kabupaten/kota;
d. Memberikan masukan kepada tim pengarah pusat dan EA mengenai tindak lanjut yang
diperlukan, termasuk proses pengadaan di tingkat pusat dan di provinsi/kabupaten/kota;
e. Melaksanakan pengelolaan administrasi, keuangan dan penyelenggaraan program serta
pengendalian mutu pelaksanaan program di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan
masyarakat;
f. Mengendalikan jadwal pelaksanaan program secara keseluruhan maupun jadwal
kegiatan tahunan;
g. Melaksanakan tugas operasional dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
pengendalian dan evaluasi program dengan mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan
Program;
h. Mengidentifikasi dan fasilitasi pemecahan masalah baik yang bersifat administratif,
maupun program untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pelaksanaan program;
i. Membantu mempersiapkan proses pengadaan barang dan jasa, termasuk menyiapkan
Kerangka Acuan (Terms of Reference), dan perolehan Surat Persetujuan (No Objection
Letter - NOL) dari Asian Development Bank/ADB;
j. Mengkaji mutu dan kelengkapan dokumen yang membutuhkan prior review oleh ADB,
serta memberikan bantuan teknis kepada Satker Pusat dan LCO dalam proses pengadaan
yang bersifat post review;
k. Memfasilitasi pembukaan rekening khusus untuk penyaluran dana proyek;
l. Mengumpulkan fotocopy SP2D dari seluruh pelaksana anggaran NUSP-2 untuk
kebutuhan pengajuan withdrawal application (WA);
m.Mengajukan permohonan pengisian kembali dana pada rekening khusus (replenishment),
dengan memperhatikan laporan konsolidasi dari Satker;
n. Menyusun Financial Statement for Special Account (FISSA), Quarterly Progress Report,
Annual Report, dan laporan keuangan tahunan untuk keperluan audit proyek serta
melaporkannya kepada pihak ADB;
o. Mengkonsolidasikan laporan penyelenggaraan program secara menyeluruh (fisik dan
keuangan);
p. Menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan secara rutin kepada Executing
Agency, Tim Pengarah Pusat dan ADB;
q. Menyusun perencanaan anggaran kegiatan tahunan agar koordinasi penyelenggaraan
kegiatan program dapat terlaksana dengan baik;
r. Melakukan pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan program dari tingkat pusat
sampai di tingkat Kabupaten/Kota;
s. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi program;
24 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
t. Memastikan pelaksanaan NUSP-2 sesuai dengan Pedoman Umum, Pedoman Pelaksanaan
Program dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan;
u. Memfasilitasi pelaksanaan audit penyelenggaraan program;
v. Mengendalikan tugas Konsultan Manajemen Pusat (National Management Consultant/
NMC) dan Konsultan Manajemen Wilayah (Regional Management Consultant/RMC);
w. Mencatat, memantau, dan mendokumentasikan pengaduan yang sudah ditangani oleh
Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) LCO;
x. Melakukan upaya tindak-lanjut penanganan pengaduan dengan melakukan klarifikasi
dan verifikasi terhadap pengaduan yang tidak dapat ditangani oleh UPM-LCO dengan
menurunkan tim Kerja Khusus;
y. Menyusun Project Completion Report (PCR) dan laporan akhir keuangan kepada pihak
ADB.
PEDOMAN UMUM 25
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
b. Membantu Satker NUSP-2 didalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur pada skala
kawasan.
c. Memberikan supervisi teknis kepada pemerintah daerah terhadap pelaksanaan peningkatan
kualitas permukiman kumuh yang ada di wilayah kerjanya;
d. Melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan NUSP-2 dan pekerjaan konsultan
manajemen regional NUSP-2 yang bertugas di wilayah kerjanya;
e. Melaporkan hasil monitoring kepada Direktur Jenderal Cipta Karya cq. PMU NUSP-2 pada
setiap akhir bulan;
f. Apabila diperlukan, bersama LCO kabupaten/kota membantu menyelesaikan permasalahan
yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan NUSP-2.
26 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
f. Memfasilitasi Pokja SIAP didalam proses penyusunan dokumen SIAP secara partisipatif
melalui kegiatan lokakarya dan diskusi kelompok terarah (FGD);
PEDOMAN UMUM 27
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
c. Melakukan pencairan dan pengelolaan dana NUSP-2 tingkat Kabupaten/Kota;
d. Membuat laporan konsolidasi pemanfaatan dana proyek termasuk laporan pencairan
dana BLM dan dokumentasi SP2D untuk disampaikan LCO ke PMU;
e. Melakukan supervisi dan monitoring serta pelaporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan
fisik yang dilaksanakan oleh BKM/LKM;
f. Melaporkan hasil pengendalian kegiatan proyek kepada LCO;
g. Membuat laporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan E-Monitoring;
h. Melakukan koordinasi dengan City Coordinator dan Community Advisors;
i. Membantu penyelesaian masalah-masalah yang muncul dilapangan;
j. Memberikan pembinaan kepada BKM/LKM terkait pengelolaan dana BLM; dan
k. Melakukan pemeriksaan kualitas infrastruktur dan memproses serah terima hasil
pekerjaan fisik dari BKM/LKM.
28 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
2) Organisasi Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM)
Organisasi keswadayaan masyarakat atau Community Implementing Organization (CIO)
merupakan organisasi keswadayaan yang dipilih dan dibentuk oleh masyarakat untuk
melaksanaan tahapan kegiatan NUSP-2 di tingkat kelurahan dengan jumlah pengurus
sekurang-kurangnya 20% adalah perempuan dan jumlah anggota sekurang-kurangnya
40% adalah perempuan.
PEDOMAN UMUM 29
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
3) Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)
Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) infrastruktur adalah kelompok warga masyarakat
yang dibentuk BKM/LKM pada lokasi proyek yang beranggotakan wakil-wakil masyarakat
yang berkepentingan selaku pengguna dan pemanfaat infrastruktur yang telah dibangun
oleh masyarakat.KPP dibentuk dalam rangka keberlanjutan fungsi infrastruktur yang telah
dibangun termasuk upaya pengembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Jumlah anggota KPP sekurang-kurangnya 30% adalah perempuan.
30 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
c. Urban Housing Specialist;
d. Infrastructure/M&E Specialist;
e. Safeguards (Environmental) Specialist;
f. Safeguards (Resettlement)/Gender Specialist;
g. Urban Planners;
h. Communication/Community Development Specialists;
i. Procurement/Contract Specialist;
j. Management Information Specialist; dan
k. Training Specialist.
NMC bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya kepada PMU dengan tugas
dan tanggung jawab antara lain adalah:
a. Memberikan dukungan teknis dan manajemen kepada PMU didalam pengelolaan dan
pengendalian seluruh tahapan kegiatan proyek;
b. Menjamin kesesuaian capaian waktu dan target pelaksanaan proyek yang telah di
tetapkan;
c. Memastikan pelaksanaan proyek dapat memenuhi target indikator kinerja yang telah
ditetapkan;
d. Memastikan adanya kesepahaman terhadap desain proyek dan kinerja yang optimal dari
tim konsultan manajemen regional (RMC) yang ditugaskan di daerah;
e. Melakukan finalisasi dokumen teknis pelaksanaan proyek termasuk pedoman teknis dan
tata aturan pelaksanaan proyek
f. Melakukan diseminasi seluruh pedoman maupun dokumen teknis proyek kepada para
pihak terkait;
g. Mengembangkan konsep, strategi, dan modul pelatihan yang mencakup aspek
kesetaraan gender dalam kegiatan proyek;
h. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pelatihan melalui
kunjungan lapangan, wawancara dan pengumpulan data;
i. Mengumpulkan data baseline, benchmark dan laporan hasil survey, serta memastikan
bahwa data-data proyek telah dianalisis dan dicantumkan dalam laporan triwulan
maupun laporan tahunan proyek;
j. Menjamin pemenuhan atas target indikator kesetaraan gender sesuai Gender Action
Plan/GAP;
k. Memonitor dampak sosial, lingkungan dan ekonomi dari pelaksanaan proyek, termasuk
penyediaan data dan informasi kondisi awal lingkungan, serta pelaporan terhadap
penilaian dampak awal proyek;
l. Mengembangkan situs web proyek dan melakukan update data mingguan tentang
status kemajuan pelaksanaan proyek;
m. Menyiapan seluruh laporan keuangan proyek sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan, menyusun kompilasi dan ringkasan permintaan pembayaran, pencairan
dana serta status penyerapan yang terkait dengan alokasi dana pinjaman proyek;
n. Menyusun dokumentasi status pencairan dan penyerapan dana BLM;
PEDOMAN UMUM 31
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
o. Memonitor dan meng-update jadwal rencana implementasi proyek;
p. Menyiapan laporan keuangan pra-audit proyek;
q. Merumuskan mekanisme penanganan pengaduan masyarakat dan memonitor tindak
lanjut penanganan masalah;
r. Memberikan kontribusi sebagai nara sumber dalam berbagai kegiatan pelatihan; dan
s. Melakukan uji kelayakan terhadap aspek pengamanan sosial dan rencana pembebasan
lahan dan/atau rencana pemukiman kembali mengacu pada Kerangka Resettlement,
termasuk memonitor pelaksanaannya.
Tim RMC terdiri dari beberapa tenaga ahli yang ditempatkan di tingkat region/wilayah
sampai tingkat kelurahan dan masyarakat, yang terdiri dari :
a. Team Leader/Urban Development Specialist;
b. Infrastructure/Monitoring & Evaluation Specialist/Co TL;
c. Urban Housing Specialist;
d. Procurement/Contract Specialist;
e. Safeguards (Environmental) Specialist;
f. Safeguards/Gender Specialist;
g. Supervision Engineers;
h. Community Development Specialist;
i. Training Specialist;
j. City Coordinators/CC (Koordinator Kota); dan
k. Community Advisors/CAs (Pendamping Masyarakat).
Tugas dan tanggung jawab Tim RMC di dalam membantu pemerintah Kabupaten/Kota dan
LCO antara lain adalah sebagai berikut :
a. Membantu LCO untuk mensosialisasikan program NUSP-2 kepada stakeholder di tingkat
Kabupaten/Kota dan di tingkat kelurahan;
b. Memberikan bantuan teknis dan pendampingan kepada Koordinator Kota dan para
Pendamping Masyarakat (Community Advisor/CA);
c. Memonitor dan mengevaluasi kinerja CC dan CA;
d. Membantu CC dan CA didalam membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat
terhadap pendekatan dan persyaratan program;
e. Membantu CC dan CA untuk memfasilitasi masyarakat dalam melakukan identifikasi
permasalahan dan kebutuhan pembangunan infrastruktur, mengevaluasi kapasitas
32 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
kelembagaan masyarakat, mengembangkan mekanisme perencanaan dan proses
pengambilan keputusan secara partisipatif di tingkat masyarakat;
f. Memastikan bahwa kegiatan fasilitasi di tingkat masyarakat, menyertakan berbagai
ketentuan-ketentuan terkait dengan peningkatan kesetaraan gender yang selaras
dengan GAP;
g. Membantu CA dalam mengembangkan kapasitas kelembagaan masyarakat serta
memastikan bahwa kegiatan pengembangan kapasitas kelembagaan tersebut juga
meningkatkan kesetaraan gender yang selaras dengan GAP;
h. Membantu masyarakat dalam penyusunan NUAP dan mengkonsolidasikan serta
mengintengrasikannya ke dalam rencana investasi program di tingkat kota untuk dibiayai
melalui dana pinjaman NUSP-2;
i. Memfasilitasi musyawarah di tingkat kota untuk proses integrasi dan konsolidasi usulan
program di tingkat masyarakat dengan rencana investasi tingkat kota;
j. Memastikan berlangsungnya tata kelola pemerintahan yang baik dalam proses
penyaluran dana BLM ke kelompok-kelompok masyarakat sasaran;
k. Membantu masyarakat menyusun rencana pelaksanaan operasional dan pemeliharaan
yang berkelanjutan atas infrastruktur yang telah terbangun;
l. Memastikan semua kegiatan proyek telah memenuhi ketentuan ADB terkait dengan
kegiatan pengamanan (safeguard) pada aspek sosial dan lingkungan, serta sesuai dengan
pedoman teknis pelaksanaan proyek;
m.Memonitor pelaksanaan tahapankegiatan proyek (termasuk kegiatan-kegiatan yang ada
di GAP), dan menyusunnya dalam laporan triwulanan dan tahunan;
n. Merumuskan dan melaksanakan kegiatan penanganan pengaduan;
o. Membantu LCO dan Satker Kabupaten/Kota dalam pengelolaan manajemen proyek
mencakup progres fisik dan keuangan, serta penyaluran dana BLM;
p. Menjamin penerapan Quality Assurance pada setiap tahapan kegiatan proyek;
q. Melakukan supervisi dan monitoring pelaksanaan program dengan memberikan
dukungan teknis dan managemen program di tingkat kabupaten/kota;
r. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan PMU, Satker Pusat, NMC, LCO dan Satker
Kabupaten/Kota didalam penyelenggaraan program;
s. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan pelaksanaan (sosialisasi, persiapan,
perencanaan, pelaksanaan fisik dan pemeliharaan); dan
t. Menyusun laporan bulanan, triwulan dan laporan tahunan kemajuan proyek serta
melaporkannya kepada LCO dan PMU melalui Satker Pusat.
PEDOMAN UMUM 33
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Koordinator Kota memiliki peran dan tugas pokok sebagai berikut :
a. Membantu pelaksanaan tugas LCO dalam penyelenggaraan NUSP-2 di tingkat Kabupaten/
Kota dan di tingkat kelurahan;
b. Melakukan fungsi manajemen dan pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan NUSP-2
di tingkat Kabupaten/Kota;
c. Mendampingi dan memfasilitasi pemerintah daerah dalam proses verifikasi lokasi sasaran
kumuh;
d. Mendorong pemerintah daerah dalam mengalokasikan dana pendamping dalam
pelaksanaan program NUSP-2 setiap tahun;
e. Menyiapkan dan mengkoordinir pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi NUSP-2 ditingkat
Kabupaten/Kota;
f. Melaksanakan pelatihan pengembangan kapasitas masyarakat dalam pelaksanaan
NUSP-2 di tingkat kabupaten/Kota;
g. Melakukan On the Job Training kepada CA dalam setiap tahapan NUSP-2;
h. Melakukan monitoring, pengendalian, dan uji petik serta audit gender untuk memastikan
aspek perlindungan sosial, lingkungan, jaminan kualitas pekerjaan (Quality Assurance),
gender, partisipasi masyarakat dan penyebarluasan program serta monitoring (loan
covenance);
i. Bertanggungjawab untuk input data MIS perkembangan pelaksanaan NUSP-2 Kabupaten/
Kota pada setiap tahapan;
j. Melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap kinerja CA dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya;
k. Membantu LCO dalam pengelolaan pengaduan masyarakat serta melakukan tindak
lanjut dan melaporkan hasilnya;
l. Menyusun laporan bulanan pelaksanaan kegiatan program NUSP-2 di tingkat Kabupaten/
Kota, termasuk Laporan Manajemen Keuangan (LMK) dan Laporan Manajemen Program
(LMP);
m.Mengumpulkan dokumen pencairan dana BLM mencakup SP2D, SPM, SP3, BA, Ringkasan
Kontrak dan Kwitansi;
n. Memberikan dukungan teknis dalam proses perencanaan kegiatan di tingkat desa/
kelurahan;
o. Melakukan verifikasi dokumen pencairan agar sesuai dengan persyaratan dan ketentuan
yang sudah ditetapkan;
p. Melakukan evaluasi pelaksanaan NUSP-2 di tingkat Kabupaten/kota;
q. Melakukan penguatan kepada BKM/LKM terkait penyusunan rencana Operasi dan
Pemeliharaan serta keberlanjutan program.
34 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
kondisi geografis lokasi. CA direkrut oleh RMC dengan komposisi minimal 40% perempuan
dengan masa penugasan sesuai dengan kebutuhan program.
Community Advisor (CA) memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Melakukan koordinasi secara berkala dengan Pemerintah Kecamatan terkait dengan
pelaksanaan kegiatan NUSP-2;
b. Melakukan koordinasi secara intensif dengan Pemerintah Kelurahan terkait dengan
pelaksanaan NUSP-2 di kelurahan;
c. Melakukan koordinasi secara intensif dengan RT/RW terkait pelaksanaan NUSP-2 di
wilayah yang bersangkutan.
d. Menyebarkan luaskan informasi mengenai substansi programNUSP-2 melalui berbagai
media kepada masyarakat di wilayah kerjanya;
e. Mendorong partisipasi aktif dan keterlibatanwarga masyarakat, termasuk kelompok
perempuan dan warga miskindidalam seluruh tahapan kegiatan NUSP-2;
f. Menfasilitasi pertemuan dan musyawarah bersama masyarakat untuk mengidentifikasi
dan membahas permasalahan dan solusi mengenai rumah dan lingkungan tempat
mereka tinggal;
g. Membangun motivasi dan semangat untuk melakukan perbaikan rumah dan lingkungan
tempat tinggalnya;
h. Mensosialisasikan standar dan persyaratan perumahan dan permukim-an layak huni,
sehat dan harmoni;
i. Melakukan revitalisasi/memperkuat kelembagaan masyarakat local yang telah dipercaya
sebagai BKM/LKM;
j. Mendorong, fasilitasi dan pendampingan masyarakat didalam proses pengambilan
keputusan secara demokratis, transparan dan akuntabel;
k. Mendorong partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan
pelaksanaan kegiatan NUSP-2.
l. Bersama BKM memfasilitasi pembentukan tim survei untuk melaksanakan Survei
Kampung Sendiri (SKS);
m.Melakukan On The Job Training (OJT) kepada tim SKS untuk memampukan dalam
pelaksanaan survei kampung sendiri;
n. Mendampingi dan memfasilitasi masyarakat melakukan SKS pada kelurahan lokasi
penugasannya;
o. Memfasilitasi dan mendampingi warga masyarakat dan kelompok sasaran dalam
penyusunan NUAP;
p. Memberi pelatihan kepada KPP melaui OJT dalam rangka membangun motivasi
(motivation achievement training) dan kesadaran kritis masyarakat untuk memelihara
keberlanjutan infrastruktur di wilayahnya;
q. Memberi pelatihan untuk peningkatan kapasitas masyarakat dalam rangka pelaksanaan
manajemen organisasi, manajemen kegiatan, dan manajemen keuangan;
PEDOMAN UMUM 35
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
r. Melakukan pendampingan secara terus menerus untuk meningkatkan kapasitas BKM/
LKM termasuk penguatan manajemen kelembagaan, aksesibilitas dan chanelling kepada
sumberdaya kunci dalam rangka keberlanjutan infrastruktur yang telah dibangun;
s. Mendorong BKM/LKM agar memperjuangkan alokasi dana O&P infrastruktur terbangun
dari APBD melalui mekanisme Musrenbang;
t. Memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan iklim yang kondusif bagi penerapan
dan pengembangan nilai dan prinsip.
36 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
BAB 4
TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
PEDOMAN UMUM 37
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
TAHAPAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1. PERSIAPAN TINGKAT PUSAT
Persiapan pelaksanaan kegiatan NUSP-2 yang dilakukan di tingkat pusat terdiri dari:
a. Pembentukan Project Management Unit (PMU) NUSP-2 dilingkungan Direktorat Jenderal
Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang akan mengelola
dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan NUSP-2 di tingkat pusat;
b. Verifikasi dan penetapan lokasi kawasan permukiman kumuh yang akan ditangani melalui
program NUSP-2;
c. Penetapan alokasi dana kegiatan penanganan kawasan permukiman kumuh untuk masing-
masing kabupaten/kota;
d. Penyiapan alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan NUSP-2 yang akan diusulkan pada
DIPA APBN Tahun 2015;
e. Pengadaan jasa konsultan untuk mendukung pengelolaan kegiatan NUSP-2 di tingkat pusat
(National Management Consultant/NMC) dan di tingkat regional dan tingkat kabupaten/kota
(Regional Management Consultan/RMC);
f. Penyusunan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis NUSP-2 yang dibutuhkan untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan NUSP-2;
g. Penyiapan rumusan konsep Rencana Aksi Penanganan Kumuh Kota (Slum Improvement
Action Plan/SIAP);
h. Orientasi dan launching NUSP-2 tingkat nasional, dalam rangka sosialisasi program NUSP-
2 agar dikenal secara luas, utamanya oleh pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat
sasaran;
i. Penandatanganan perjanjian kerjasama pelaksanaan program NUSP-2 antara Direktorat
Jenderal Cipta Karya dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
38 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
pemahaman awal dari Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat, tentang makna
penyelenggaraan kegiatan NUSP-2, terutama terkait dengan tahapan kegiatan dan syarat-
syarat serta ketentuan umum pelaksanaan program.
PEDOMAN UMUM 39
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
LCO Kabupaten/Kota didampingi Tim Konsultan Manajemen Wilayah akan melakukan
penilaian kebutuhan pengembangan kapasitas (capacity building need assessment) yang
hasilnya diajukan ke PMU. Atas persetujuan ADB, selanjutnya PMU akan memfasilitasi
kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan yang dibutuhkan, baik melalui program
pelatihan dan/atau lokakarya kepada aparat pemerintah daerah dalam rangka pengawalan
tahapan proses kegiatan NUSP-2.
Proses kegiatan overview permukiman kumuh kota dilakukan dengan melakukan kajian
terhadap kawasan-kawasan kumuh kota sesuai dengan SK Permukiman Kumuh yang telah
ditetapkan oleh Bupati/Walikota yang bersangkutan.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pokja SIAP bersama LCO dengan pendampingan tim konsultan
NMC dan RMC. Tujuan kegiatan adalah untuk membangun persepsi yang sama terhadap
akar permasalahan dan potensi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka penanganan
kumuh kota. Selanjutnya dilakukan kajian dan pemahaman terhadap fenomena yang ada,
khususnya yangterkait faktor-faktor penyebab timbulnya permukiman kumuh, kondisi dan
kapasitas infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh, kondisi fisik lingkungan, dan
kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang menghuni kawasan permukiman kumuh untuk
digunakan sebagai basis perumusan kriteria prioritas lokasi kawasan permukiman kumuh
yang perlu segera ditangani.
Pada tahap overview juga dilakukan melalui kegiatan identifikasi dan analisis terhadap
isu-isu strategis diperlukan untuk mengurai persoalan dan permasalahan yang ada pada
40 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
setiap lokasi kawasan permukiman kumuh kota. Hasil analisis terhadap isu-isu strategis
untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam perumusan strategi penanganan yang
berupa program-program dan kegiatan yang masih bersifat umum. Langkah berikutnya
adalah menyusun usulan program-program prioritas yang sesuai dengan permasalahan
dan kebutuhan pada masing-masing lokasi kumuh prioritas untuk dikonsolidasikan dengan
usulan program perbaikan lingkungan permukiman kumuh yang disusun oleh masyarakat
di tingkat kelurahan.
Konsep penanganan permukiman kumuh yang disusun bersifat bersifat menyeluruh dalam
upaya mencapai kota bebas kumuh. Pada tahap berikutnya, strategi ini akan dipetakan
menjadi rencana dan skenario penanganan dalam rangka pencapaian bebas kumuh
perkotaan. Dalam merumuskan strategi penanganan ini dilakukan melalui rangkaian
diskusi terbatas dan FGD yang diselenggarakan oleh LCO. FGD diselenggarakan dengan
melibatkan bebagai SKPD, Pokjanis, Perguruan Tinggi atau narasumber berkompeten serta
konsultan NMC dan RMC.
PEDOMAN UMUM 41
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
perkotaan baik dalam skala kawasan maupun skala lingkungan. Selain itu, penyusunan
program dan rencana investasi dilakukan melalui inventarisasi usulan kegiatan dan
program yang berasal dari BKM Kelurahan melalui Rencana Aksi Komunitas kegiatan NUAP
untuk skala lingkungan, SKPD Kabupaten/Kota, dan lembaga lain yang memiliki keterkaitan
kontribusi penanganan kawasan kumuh perkotaan untuk skala kawasan, kota dan regional.
Penyusunan program dan rencana investasi juga dilakukan melalui proses integrasi usulan
kegiatan penanganan kawasan permukiman kumuh yang dirumuskan di tingkat kabupaten/
kota dengan usulan dan rencana perbaikan lingkungan permukiman kumuh yang disusun
oleh masyarakat di tingkat kelurahan. Penyusunan program dan rencana investasi dilakukan
melalui forum diskusi yang diselenggarakan oleh LCO dengan melibatkan seluruh anggota
Pokja SIAP dan BKM/LKM serta tim konsultan NMC, RMC, Koordinator Kota, dan para
Pendamping Masyarakat (Community Advisor).
Hasil konsolidasi dan integrasi usulan-usulan kegiatan program tersebut, akan digunakan
sebagai acuan Pokja SIAP untuk perumusan rencana aksi penanganan kumuh kota dan
penyusunan usulan program tahunan, baik untuk kegiatan penanganan kumuh pada skala
kawasan maupun penanganan pada skala lingkungan di tingkat kelurahan/masyarakat.
Lokakarya yang kedua ini merupakan forum konsultasi publik yang menghadirkan instansi
terkait serta berbagai elemen masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan
kumuh kota. Tanggapan dan masukan dari para pihak yang hadir dalam lokakarya tersebut,
selanjutnya akan digunakan sebagai acuan bagi Pokja SIAP didalam proses penyempurnaan
dokumen SIAP yang telah disusun agar dapat segera ditetapkan melalui SK Bupati/Walikota.
42 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Sebelum ditetapkan dan disahkan maka, konsep final dokumen SIAP terlebih dahulu
harus disampaikan ke PMU untuk dimintakan persetujuan ADB, terkait dengan usulan
pembiayaan kegiatan pembangunan dan/atau perbaikan infrastruktur yang akan didanai
dari alokasi dana pinjaman yang telah disediakan melalui program NUSP-2.
Dokumen SIAP yang telah ditetapkan dan disahkan untuk selanjutnya digunakan sebagai
acuan didalam pelaksanaan kegiatan pembangunan dan perbaikan infrastruktur pada
kawasan permukiman kumuh, baik yang akan dilaksanakan oleh pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupatan/kota, dan kelompok masyarakat.
Tata cara pengadaan jasa konstruksi pembangunan infrastruktur pada kawasan permukiman
kumuh kota akan dilaksanakan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
dan ADB’s Procurement Guidelines, yaitu melalui prosedur pelelangan secara nasional
(national competitive bidding procedures).
PEDOMAN UMUM 43
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
SOSIALISASI DAN EVALUASI PROGRAM
PEMBENTUKAN POKJA TAHUNAN
TRAINING NEEDS
PEMANFAATAN DAN
ASSESSMENT
PEMELIHARAAN
PENGUATAN KAPASITAS
SERAH TERIMA HASIL
PEMBANGUNAN
OVERVIEW KAWASAN,
KEBIJAKAN DAN PROGRAM PELAKSANAAN
PENANGANAN PEMBANGUNAN
SKALA KAWASAN
PEMUTAKHIRAN PROFIL
PENYUSUNAN
RENCANA DETIL
PENANGANAN KUMUH
SKALA KAWASAN
PENYUSUNAN GRAND DESIGN
DAN STRATEGI PENANGANAN
PENYUSUNAN PROGRAM
DAN RENCANA FINALISASI DAN
INVESTASI (INTEGRASI FORUM KONSOLIDASI LEGALISASI
PERENCANAAN)
USULAN RENCANA
PERBAIKAN
LINGKUNGAN (NUP)
44 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
3) Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur Skala Kawasan
Pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur yang dibangun pada kawasan permukiman
untuk selanjutnya akan diintegrasikan dengan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan
(O&M) infrastruktur skala kota sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Pemerintah kabupaten/
kota bertanggungjawab atas pemeliharaan dan keberlanjutan fungsi infrastruktur yang
dibangun melalui program NUSP-2 tersebut.
PEDOMAN UMUM 45
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
oleh masyarakat, difokuskan pada prinsip dasar, substansi serta peran dan fungsi lembaga
keswadayaan masyarakat yang mampu menjadi representasi masyarakat setempat didalam
penanganan lingkungan permukiman kumuh melalui NUSP-2.
Kegiatan ini dilakukan oleh Pendamping Masyarakat dengan tujuan agar diperoleh data
dan informasi tentang :
a. Keberadaan dan status lembaga keswadayaan masyarakat yang ada ditingkat kelurahan;
b. Struktur organisasi, jumlah pengurus dan anggota, serta aktivitas atau kegiatan lembaga
keswadayaan masyarakat di kelurahan;
c. Potensi dan kekuranganserta peluang yang dimiliki lembaga keswadayaan masyarakat
untuk penguatan lebih lanjut.
Penyertaan warga perempuan dalam kegiatan NUSP-2 bukan semata-mata ditujukan untuk
mengatasi persoalan gender saja. Potensi kaum perempuan mempunyai banyak kelebihan,
seperti: ketersediaan waktu yang cukup, kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan masih
banyak potensi unggulan lainnya. Dengan demikian akan sangat positif bila partisipasi
perempuan dalam penanganan lingkungan permukian kumuh dapat ditingkatkan. Untuk
itu, upaya lebih banyak memberi kesempatan pada kelompok perempuan untuk terlibat
pada pelaksanaan NUSP-2, akan menjadi faktor pendorong keberhasilan pelaksanaan
program. Hasil yang diharapkan dari Rembug Khusus Perempuan I adalah:
a. Warga perempuan sadar akan potensi yang dimiliki untuk berperan aktif dalam
penanganan masalah kumuh di lingkungannya;
b. Terjaringnya masukan dan pandangan warga perempuan tentang akar masalah terjadinya
kekumuhan dilingkungannya;
c. Warga perempuan termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam upaya penanganan
lingkungan permukiman kumuh yang ada dilingkungan sekitarnya;
d. Warga perempuan termotivasi untuk ikut terlibat secara aktif sebagai pengurus
kelembagaan masyarakat (BKM/LKM);
e. Memilih nama-nama personil perempuan (minimal 30%) yang akan diusulkan menjadi
pengurus BKM/LKM;
f. Penetapan wakil warga perempuan yang akan diusulkan sebagai pengurus dan anggota
BKM/LKM.
46 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
4) Musyawarah Kelurahan I
Musyawarah Kelurahan I adalah forum pertemuan warga masyarakat tingkat Kelurahan
yang ditujukan untuk membahas hasil identifikasi dan menetapkan lembaga keswadayaan
masyarakat yang ada atau membentuk lembaga keswadayaan baru sebagai pelaksana
kegiatan NUSP-2 di tingkat Kelurahan. Musyawarah Kelurahan I diikuti oleh warga
masyarakat sekurang-kurangnya 50 orang, terdiri dari 30 laki-laki (60%) dan 20 perempuan
dewasa (40%), dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Perwakilan RT 10 orang, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 4 orang perempuan (diutamakan
RT yang masuk dalam lokasi NUSP-2);
b. Perwakilan RW 8 orang, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 2 orang perempuan (diutamakan
RW yang masuk dalam lokasi NUSP-2);
c. Organisasi perempuan (PKK) sebanyak 8 orang;
d. Organisasi Pemuda (Karang Taruna) 10 orang, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 4 orang
perempuan;
e. BKM/LKM 7 orang, terdiri dari 5 laki-laki dan 2 orang perempuan;
Musyawarah Kelurahan I dipimpin oleh Kepala Kelurahan dengan agenda sebagai berikut:
a. Penetapan lembaga pelaksana kegiatan NUSP-2 dan Kader Masyarakat di tingkat
Kelurahan;
b. Penetapan wakil perempuan dalam kepengurusan BKM minimal 30% Perempuan;
c. Pembentukan dan Pemilihan Tim Survey Kampung Sendiri (SKS) yang akan melakukan
pemetaan situasi dan kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan permukiman;
d. Penyusunan rencana dan jadwal pelaksanaan tahapan kegiatan NUSP-2 di tingkat
kelurahan dan di tingkat masyarakat
PEDOMAN UMUM 47
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
4.3.2. Tahap Survey dan Identifikasi
Kegiatan survey dan identifikasi permasalahan lingkungan permukiman kumuh akan meliputi
beberapa kegiatan berikut :
1) Pelatihan (On the Job Training/OJT) kepada Tim SKS
Agar kegiatan survey kampung sendiri(SKS) dapat terlaksanadengan baik, maka Tim SKS
akan diberikan pelatihan singkat dalam bentuk pelatihan terapan (OJT) oleh Pendamping
Masyarakat dibantu oleh Koordinator Kota, dengan tujuan agar :
a. Tim SKS memahami substansi pelaksanaan kegiatan SKS;
b. Tim SKS memahami maksud, tujuan dan hasil yang diharapkan dari kegiatan SKS;
c. Tim SKS memahami bagaimana membangun dan mengaturkerjasama tim (team work
building) diapangan;
d. Tim SKS memahami langkah-langkah dan prosedur kegiatan survey dan pemetaan di
lapangan;
e. Tim SKS mampu dan paham tentang proses penyusunan laporan dan mempresentasikan
hasil kegiatan SKS.
Kegiatan SKS dilaksanakan oleh tim SKS yang telah dibentuk pada Musyawarah Kelurahan
I dan telah mengikuti pelatihan atau OJT oleh Pendamping Masyarakat (CA) dan dibantu
Kader Masyarakat
Hasil yang diharapkan dari kegiatan SKS adalah:
a. Tersedianya peta wilayah dan peta sebaran kawasan kumuh ditingkat kelurahan;
b. Tersedianya data jumlah penduduk dan luas wilayah kumuh ditingkat kelurahan;
c. Tersedianya data dan informasi tentang permasalahan lingkungan permukiman yang
ada (peta genangan air, peta lingkungan rawan sanitasi dan rawan air bersih, tata letak
dan kepadatan bangunan, sebaran jumlah rumah kumuh)
d. Data masyarakat/keluarga miskin disetiap kelurahan (dirinci per RT/RW/lokasi kumuh),
sesuai dengan kriteria yang telah disepakati oleh masyarakat di tingkat kelurahan;
48 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
terhadap Program Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) yang
telah disusun oleh BKM/LKM melalui kegiatan PNPM Perkotaanserta peta rawan sanitasi dan
peta rawan air bersih hasil SKS. Kaji-ulang terhadap dokumen-dokumen tersebut ditujukan
untuk mendapatkan informasi penting dalam proses penyusunan RAPL/NUAP.
PEDOMAN UMUM 49
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
dan warga masyarakat miskin di tingkat kelurahan. Proses penyusunan secara partisipatif
tersebut dimaksudkan agar rumusan rencana program dan kegiatan penanganan
lingkungan permukiman kumuh telah sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat,
khususnya kebutuhan kelompok perempuan dan warga masyarakat miskin yang bermukim
di lingkungan kumuh sasaran.
Proses penyusunan NUAP secara partisipatif juga dimaksudkan untuk memberdayakan dan
memastikan partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanganan lingkungan permukiman
kumuh di wilayahnyayang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, serta
sesuai dengan kondisi fisik lingkungan setempat.
Usulan rencana perbaikan lingkungan permukiman kumuh tersebut disusun untuk jangka
menengah (3-5 tahun) dan akan dikaji-ulang setiap awal tahun melalui forum rembug
warga agar masyarakat dapat mengevaluasi serta melakukan perbaikan terhadap rencana
program dan kegiatan yang telah disusun. Hasil yang diharapkan dari proses penyusunan
NUAP adalah sebagai berikut:
a. Tersusunnya rencana perbaikan lingkungan permukiman kumuh atau Neghborhood
Upgrading Action Plan (NUAP);
b. Terumuskannya rencana pembiayaan kegiatan pembangunan infrastruktur selama
jangka menengah (3-5 tahun);
c. Terumuskannya rencana konstribusi masyarakat serta partisipasi kelompok perempuan
dan warga miskin;
d. Terumuskannya rencana kegiatan Operasi dan Pemeliharaan (O&M) infrastruktur yang
akan dibangun.
Hasil kesepakatan dari proses verifikasi dan konsolidasi tersebut selanjutnya akan digunakan
sebagai acuan BKM untuk melakukan revisi/perbaikan terhadap dokumen RAPL/NUAP
sesuai dengan skala prioritas dan alokasi dana yang telah disepakati dengan LCO NUSP2.
50 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Besaran alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka perbaikan kawasan
permukiman kumuh terdiri dari : (i) alokasi dana BLM untuk perbaikan kawasan permukiman
kumuh skala lingkungan di masing-masing kelurahan sasaran; dan (ii) besaran alokasi dana
pembangunan infrastruktur untuk perbaikan kawasan permukiman kumuh skala kota
(skala kawasan).
PEDOMAN UMUM 51
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
penyusunan RAB. Daftar harga tersebut tidak dijadikan Lampiran dalam RKM, namun tetap
harus diarsipkan.
52 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
NUAP dan RKM yang telah disusun dan disepakati. Penandatanganan SP3 dilakukan oleh
BKM dengan PPK/Satker NUSP-2 dan diketahui LCO serta Kepala Kelurahan setempat.
Tindak lanjut daripenandatanganan SP3 adalah sebagai berikut:
a. Tersedianya dokumen kontrak SP3 antara BKM/LKM dengan PPK/Satker NUSP-2
Kabupaten/Kotayang digunakan sebagai dasar pelaksanaan pembangunan infrastruktur
oleh masyarakat;
b. Penyiapan kelengkapan dokumen untuk proses pencairan BLM Tahap-I sebesar 30% dari
nilai kontrak SP3;
c. Persiapan pelaksanaan rembug warga khusus perempuan dan Musyawarah Kelurahan IV.
3) Musyawarah Kelurahan IV
Musyawarah Kelurahan ke-IV merupakan forum pertemuan warga di tingkat Kelurahan yang
ditujukan untuk membahas langkah-langkah persiapan pelaksanaan pekerjaan fisikpada
lingkungan permukiman kumuh di masing-masing kelurahan. Musyawarah Kelurahan ke-
IV dipimpin oleh Kepala Kelurahan dan diikuti oleh warga masyarakat, khususnya warga
masyarakat yang bermukim di lokasi kegiatan proyek, dengan ketentuan jumlah peserta
sama dengan musyawarah kelurahan sebelumnya. Agenda Musyawarah Kelurahan IV
adalah :
a. Penyepakatan jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan fisik termasuk rencana pengadaan
tenaga kerja, rencana pengadaan bahan, dan rencana penggunaan dana BLM Tahap-1;
b. Penyepakatan rencana penyiapan dan pembersihan lahan serta pengukuran di masing-
masing lokasi proyek;
c. Terbentuknya panitia pengadaan barang dan jasa;
d. Terbentuknya panitia pengawas pelaksanaan pembangunan; dan
e. Penyepakatan usulan kegiatan pelatihan bagi anggota tim pelaksana pembangunan
infrastruktur (TPPI).
PEDOMAN UMUM 53
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
4) Pelatihan dan Penguatan BKM
Pelatihan penguatan kapasitas BKM/LKM pada tahap II ini akan dilaksanakan oleh Koordinator
Kota (City Coordinator) dan difasilitasi oleh Tenaga Ahli RMC. Pelatihan penguatan BKM/LKM
II bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota
BKM, khususnya TPPI terutama terkait dengan pengelolaan keuangan dan pelaksanaan
kegiatan fisik, yang meliputi:
a. Penyusunan rencana pelaksanaan pekerjaan fisik (Kurva-S), survey harga, proses
pengadaan dan mobilisasi tenaga kerja;
b. Pengelolaan penggunaan dana BLM;
c. Pengadaan barang dan jasa;
d. Pengendalian dan pengawasan pekerjaan fisik;
e. Pelaporan kemajuan pekerjaan fisik dan keuangan.
54 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
f. Pembahasan rencana dan usulan pelatihan bagi KPP.
PEDOMAN UMUM 55
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Catatan RKB harus berdasar kepada kondisi aktual di lapangan dan sesuai dengan
catatan pelaporan harian. Pada prinsipnya pembuatan RKB merangkum seluruh catatan
penggunaan dana dan kemajuan pelaksanaan pekerjaan fisik yang dibuat selama masa
konstruksi. Gambar-gambar yang dilampirkan dalam RKB meliputi gambar denah atau lay
out, peta situasi, detail konstruksi dan lain-lain. Jika terjadi perubahan pada infrastruktur
terbangun, maka harus dilakukan perubahan pada gambar kerja dan harus dituangkan
dalam berita acara revisi.
d) Gambar Purna Laksana (As Built Drawing)
Hasil perhitungan ulang berdasarkan pengukuran lapangan yang dituangkan dalam
Berita Acara Perubahan Pekerjaan dilakukan penggambaran ulang sesuai kondisi riil
dilapangan terutama yang terkait dengan penyesuaian jenis pekerjaan dan dimensi
sesuai dengan volume akhir pekerjaan dilapangan.
e) Foto-foto kemajuan pelaksanaan pekerjaan
Sebagai gambaran informasi hasil pekerjaan pembangunan dilapangan, maka
dokumentasi hasil pelaksanaan pembangunan infrastruktur harus dilakukan pada setiap
jenis item pekerjaan masing-masing pada kondisi 0%, 50%, dan 100%. Dokumentasi ini
merupakan bagian dari kelengkapan dokumen Laporan Akhir.
3) Pelatihan KPP
Pelatihan kepada KPP ditujukan untuk memberi pemahaman tentang aspek-aspek
penting dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur dalam
rangka meningkatkan komitmen masyarakat untuk terlibat aktif didalam pemeliharaan
infrastruktur yang telah dibangunsesuai dengan kebutuhanprioritas masyarakat.Hasil yang
diharapkan dari kegiatan pelatihan ini adalah agar seluruh anggota KPP memahami aspek-
aspek berikut:
a. Kelembagan KPP merupakan representasi masyarakat didalam pemanfaatan dan
pemeliharaan infrastruktur;
b. Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pemeliharaan dan pengembangan
keberlanjutan infrastruktur;
c. Penguasaan teknik dasar pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur yang telah
dibangun;
d. Pelaksanaan rencanakegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur secara
partisipatif;
e. Penggalian sumber-sumber pendanaan untuk pemeliharaan secara swadaya maupun
bekerjasama dengan kelompok peduli.
56 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
5) Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur
Kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur merupakan tanggungjawab
KPP. Hal tersebut dimaksudkan agar infrastruktur yang telah dibangun dapat terjaga
keberlangsunganya sesuai dengan kebutuhan masyarakat penerima manfaat. Beberapa
kegiatan yang perlu dilakukan KPP adalah sebagai berikut:
a. Musyawarah Swadaya Pemeliharaan. KPP sebagai organisasi masyarakat ditingkat RT/
RW, harus diposisikan sebagai mitra pemerintahan kelurahan dalam pemanfaatan dan
pemeliharaan infrastruktur pada lingkungan permukiman;
b. Penyusunan Rencana Kerja KPP. Rencana kerja O&P pada dasarnya mencakup seluruh
kegiatan yang diperlukan untuk menjamin tercapainya tujuan pemanfaatan dan
pemeliharaan infrastruktur, yang secara umum memuat pokok-pokok rencana sebagai
berikut :
i. Pemetaan infrastruktur terbangun dan rencana pemanfaatan
ii. Analisis kebutuhan pembiayaan untuk pemeliharaan
iii. Penggalian sumber-sumber pembiayaan kegiatan
iv. Rencana Teknis Pemanfaatan dan Pemeliharaan
v. Penyusunan RAB dan Jadwal Perbaikan
vi. Penyusunan Rencana Pengembangan
vii. Penyusunan RAB dan Jadwal Pelaksanaan
viii. Rapat-rapat berkala
ix. Pelaporan
PEDOMAN UMUM 57
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Gambaran mengenai tahapan kegiatan NUSP-2 di tingkat kelurahan atau di tingkat masyarakat
dapat dilihat pada Gambar-3 berikut ini:
PELAKSANAAN MUSYAWARAH
PEKERJAAN FISIK KELURAHAN-I
SURVEY KAMPUNG
MUSYAWARAH
SENDIRI & REVIEW PJM
KELURAHAN-IV PRONANGKIS
PENANDATANGANAN MUSYAWARAH
KONTRAK SP3 KELURAHAN-II
PENYEMPURNAAN PENYUSUNAN
DOKUMEN RKM/CAP DOKUMEN RPL/NUP
VERIFIKASI &
VERIFIKASI
KONSOLIDASI
DOKUMEN RKM/CAP
RPL/NUP
58 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
BAB 5
SUMBER PENDANAAN DAN
MEKANISME PENCAIRAN DANA
PEDOMAN UMUM 59
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
SUMBER PENDANAAN DAN
MEKANISME PENCAIRAN DANA
60 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
dilaksanakan di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dibiayai melalui dana pinjaman
ADB;
d. Pencetakan media sosialisasi, seperti: spanduk, leaflet, poster, dll, dibiayai melalui dana
pinjaman ADB.
PEDOMAN UMUM 61
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Action Plan) dibiayai melalui DIPA Pusat (Non BLM) dan dikelola oleh Satker NUSP-2
Kabupaten/Kota.
b. Pembiayaan pembangunan infrastruktur skala lingkungan yang dilaksanakan sendiri
oleh masyarakat berdasarkan pada Rencana Aksi Perbaikan Lingkungan atau NUAP
(Neighbourhood Upgrading Action Plan) yang disusun secara partisipatif di tingkat kelurahan
disalurkan melalui mekanisme Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang akan dikelola
oleh Satker NUSP-2 Kabupaten/Kota.
c. Pembiayaan pembangunan infrastruktur untuk kawasan pengembangan permukiman
baru (NSD) dibiayai melalui DIPA Pusat (Non BLM) dan dikelola oleh Satker NUSP-2 Pusat.
d. Pembiayaan untuk pengadaan jasa konsultan dan untuk kegiatan penguatan kapasitas
melalui pelatihan atau studi ekstensi dibiayai melalui DIPA Pusat (Non BLM) dan dikelola
oleh Satker NUSP-2 Pusat.
e. Pembiayaan pembangunan infrastruktur pendukung dan bantuan perbaikan rumah kumuh
dalam rangka peningkatan kualitas permukiman kumuh dibiayai dari dana pendamping
APBD yang dikelola oleh Satker NUSP-2 Kabupaten/Kota. Alokasi dana tersebut dapat
disalurkan dengan mekanisme BLM dan/atau secara kontraktual pada pihak ketiga dengan
mengacu pada dokumen SIAP dan/atau NUAP yang telah ditetapkan.
Pencairan dana melalui rekening khusus (special account) diperuntukkan bagi pembiayaan
kegiatan asa konsultan, lokakarya dan pelatihan, serta pembangunan infrastruktur dalam
rangka perbaikan kualitas lingkungan pada kawasan permukiman kumuh dan pembangunan
infrastruktur dasar pada kawasan permukiman baru (NSD).
Pencairan dana melalui pembayaran langsung (direct payment) dilakukan untuk pembiayaan
kegiatan yang bersifat khusus seperti halnya kegiatan studi, pengembangan kapasitas
(capacity building) dan studi ekstensi.
Khusus untuk pembiayaan kegiatan pembangunan infrastruktur pada skala lingkungan yang
akan dilaksanakan sendiri oleh masyarakat maka, mekanisme penyaluran dana pinjaman
dilaksanakan melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) seperti halnya pada program/
proyek pemberdayaan masyarakat yang telah berjalan selama ini.
62 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Mekanisme pencairan dana pinjaman tersebut dilaksanakan berdasarkan atas ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal (PerDirjen) Perbendaharaan dan
mengacu pada ADB’s Loan Disbursement Handbook (2012).
Alokasi dana pinjaman Non BLM tersebut dicantumkan dalam DIPA APBN yang dikelola oleh
Satker NUSP-2 Pusat dengan mekanisme pencairan melalui Rekening Khusus.
PEDOMAN UMUM 63
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
(SPM) dari Satker NUSP-2 Kabupaten/ Kota, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pencairan BLM Tahap Pertama (sebesar 30% dari nilai kontrak) dilakukan setelah
penandatanganan SP3 dengan melampirkan:
i. Kontrak Kerja dan foto kopi buku rekening bank milik BKM/LKM;
ii. Rencana penggunaan dana;
iii. Kuitansi tagihan tahap I;
b. Pencairan BLM Tahap Kedua (sebesar 40% dari nilai kontrak) dilakukan apabila kemajuan
fisik pelaksanaan pembangunan telah mencapai minimal 26%, dengan melampirkan:
i. Laporan kemajuan fisik;
ii. Laporan pertanggungjawaban tahap I;
iii. Rencana penggunaan dana tahap II;
iv. Kuitansi tagihan tahap II;
v. Bukti dokumentasi foto kemajuan pembangunan fisik.
c. Pencairan BLM Tahap Ketiga (sebesar 30% dari nilai kontrak) dilakukan apabila kemajuan
fisik pelaksanaan pembangunan telah mencapai minimal 62%, dengan melampirkan:
i. Laporan kemajuan fisik;
ii. Laporan pertanggungjawaban tahap II
iii. Rencana penggunaan dana tahap III;
iv. Kuitansi tagihan tahap III;
v. Bukti dokumentasi foto kemajuan pembangunan fisik.
64 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
i. Kelengkapan berkas SPP-LS;
ii. Keabsahan dokumen pendukung SPP-LS;
iii. Ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memastikan bahwa tagihan tidak
melampaui batas pagu anggaran;
iv. Pencapaian tujuan/sasaran kegiatan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah
ditetapkan dalam kontrak;
v. Kebenaran atas hak tagih, yang menyangkut pihakyang ditunjuk untuk menerima
pembayaran, nilai tagihan yang harus dibayar (prestasi kerja yang harus dibayar
sesuai dengan spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak), jadwal waktu
pembayaran (yang tercantum dalam DIPA dan spesifikasi teknis dalam kontrak).
c. PA/Kuasa PA menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) rangkap 3 (tiga) yang
dilaksanakan oleh PejabatPenandatangan SPM dengan lembar kesatu dan kedua
disampaikan kepada KPPN Pembayar, dan lembar ketiga sebagai pertinggal pada kantor
satuan kerja yang bersangkutan;
d. Dalam penyusunan SPM, agar peruntukan satu desa untuk satu SPM, hal ini agar
memudahkan dalam laporanpengelolaan administrasi keuangan;
e. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang ditujukan kepada kantor
cabang Bank Indonesia (BI) atau bank pemerintah yang telah ditunjuk. Penerbitan SP2D
paling lambat dalam waktu 1 (satu) harikerja sejak diterimanya SPM secara lengkap.
Apabila berkas SPM tidak memenuhi persyaratan, pengembalian SPM dilakukan paling
lambat 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya SPM;
f. Bank Indonesia/bank pemerintah yang telah ditunjukan mendebit dana pinjaman luar
negeri dari Rekening Khusus (RekSus) dan memasukkannya ke rekening penerima
pembayaran.
6) Pengembalian Dana
Apabila dijumpai/ditemui penyelewengan/penyalahgunaan dana BLM oleh Tim Pelaksana
Pembangunan Infrastruktur (TPPI) selaku pelaksana pembangunan infrastruktur, maka TPPI
wajib mengembalikan dana BLM kepada BKM untuk dipergunakan sesuai dengan pedoman
program.
7) Kelebihan Dana
Apabila terdapat efisiensi kegiatan di lapangan sehingga menyebabkan terjadinya sisa
dana dari RAB, maka wajib dipergunakan untuk kegiatan lain sesuai dalam NUAP yang telah
disusun atau menambah volume untuk kegiatan yang sejenis sesuai dengan RAB yang ada.
PEDOMAN UMUM 65
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
66 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
BAB 6
PENGENDALIAN DAN PELAPORAN
PEDOMAN UMUM 67
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
PENGENDALIAN DAN PELAPORAN
68 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
6.1.3. Sasaran
Sasaran kegiatan monitoring dan pengawasan adalah terbangunnya system pengendalian dan
penanganan masalah di setiap tahapan mulai dari persiapan, perencanaan, pembangunan
dan paska pelaksanaan pembangunan.
6.1.4. Pelaksanaan
Pelaksanaan monitoring dan pengawasan NUSP-2 secara periodik juga dilakukan terhadap
pengelolaan dana bantuan, terdiri dari APBD/dana pendamping dan DIPA, yang berlangsung
diseluruh wilayah sasaran NUSP-2, dimana akan dikorelasikan dengan penanganan pengaduan
masyarakat. Oleh sebab itu, kegiatan monitoring dan supervisi ini akan dilaksanakan secara
bersama oleh:
1) Pemantauan dan supervisi oleh jalur struktural
Pemantauan dan supervisi yang dilakukan oleh pengelola program pada jalur struktural,
adalah pemantauan dan supervisi yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain:
a. Tim Lintas Kementerian, yaitu: Kementrian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, Kementerian Keuangan, Bappenas, serta Pemerintah Daerah.
Metode melalui kunjungan lapangan;
b. Tim Direktorat Jenderal Cipta Karya (PMU, Satker, LCO) untuk melihat pelaksanaan
program NUSP-2 telah sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan. Metode
pemantauan berbasis MIS atau melalui kunujungan lapamngan;
c. Audit dan Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK, BPKP dan Inspektorat Jenderal
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Acuan yang digunakan dalam
pemeriksaan adalah dokumen resmi proyek. Dalam pemeriksaan ini perlu disepakati
indikator kinerja dan perkembangan pelaksanaan program dengan lembaga pemeriksa;
d. Misi Supervisi yang dilakukan oleh pihak donor (ADB) untuk memastikan bahwa kegiatan
yang dilaksanakan sudah memenuhi standar persyaratan Loan Agreement dan PAM yang
telah disepakati.
PEDOMAN UMUM 69
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
Komunitas sebagai pelaksana langsung melakukan sendiri proses pembuatan indikator,
pengumpulan data, analisa, pelaporan sampai dengan dokumentasi. Pihak luar berfungsi
sebagai fasilitator. Pada kegiatan monev ini, pendamping masyarakat (CA) berperan sebagai
pendamping yang mengarahkan agar proses itu berjalan dalam jalur yang sesuai. Kegiatan
Monev harus dilakukan sebagai suatu kegiatan yang bersifat partisipatif, berkesinambungan
dan konstruktif.
Metode yang dipilih dalam melakukan monev partisipatif adalah metode PRA (Particitipative
Rural Appraisal). Teknik umum yang biasa digunakan adalah survey, tetapi untuk hal-hal
yang bersifat tidak kuantitatif, maka beberapa teknik seperti: observasi berpartisipasi, studi
kasus dapat digunakan. Penetapan indikator yang seragam diperlukan untuk pengambilan
keputusan diluar komunitas.Untuk indikator yang dikembangkan secara bottom-up, seleksi
terhadap indikator dapat dilakukan dengan metode “brainstorming”. Indikator yang baik
adalah indikator yang memenuhi syarat-syarat : benar / sah (valid), dapat di andalkan
(reliable), gayut (relevant), spesifik, tepat biaya (cost effective) dan tepat waktu (timely). Untuk
memudahkan masyarakat dalam melakukan monev, maka RMC akan menyusun buku
panduan tentang Monitoring Partisipatif yang mengacu kepada buku panduan NMC dan
disesuaikan dengan keadaan lapangan.
70 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
a. Kemudahan. Masyarakat sasaran langsung dan penerima manfaat NUSP-2 harus
mendapatkan kemudahan dalam menyampaikan pengaduan, oleh sebab itu unit
pengaduan masyarakat harus dibentuk pada semua level.
b. Cepat, Tepat dan Tanggap. Pengaduan masyarakat yang masuk harus ditangani dengan cepat
dan tepat, dengan maksud bahwa lembaga/instansi yang berwenang dalam menangani
pengaduan masyarakat harus tanggap terhadap setiap pengaduan yang ada, termasuk
pengaduan yang muncul melalui media massa. Sebagai alat untuk membantu instansi dan
pihak-pihak yang berwenang menanggapi diperlukan sistem informasi manajemen yang
akurat dan cepat.
c. Jelas dan Terbuka. Bahwa proses penerimaan dan penanganan pengaduan masyarakat
dalam pelaksanaan NUSP-2 harus jelas dan terbuka untuk semua pihak yang ingin
mengetahuinya.
d. Rahasia dan Aman. Bahwa penanganan pengaduan masyarakat dalam pelaksanaan NUSP-2
harus memberikan jaminan kerahasiaan dan rasa aman bagi pelapor.
Pencacatan pengaduan pada setiap UPM harus dilakukan pada saat penerimaan pengaduan.
Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan pelaporan dan penanganan pengaduan.
Pihak penerima pengaduan harus menggunakan sistem dan mekanisme pencatatan dan
dokumentasi yang baik serta dapat dipertanggungjawabkan.
PEDOMAN UMUM 71
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
mendapatkan rekomendasi untuk menyelesaikan pengaduan masalah.Informasi di sampaikan
kepada masyarakat yang menyampaikan pengaduan dan masalah sengketa.
Apabila rekomendasi hasil investigasi menghasilkan bukti-bukti pelanggaran, maka pihak yang
melakukan pelanggaran tersebut dapat dikenakan tindakan hukuman atau sanksi. Tindakan
hukuman diterapkan berdasarkan jenis pelanggaran. Jenis pelanggaran dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) katagori yaitu pelanggaran ddministrasi, penyalahgunaan keuangan, dan
intervensi politik.
Tindakan hukuman atas pelanggaran administrasi dapat berupa teguran sampai dengan di
non aktifkan dari jabatannya. Tindakan hukuman atas penyalahgunaan keuangan adalah
berupa sanksi pidana oleh pihak yang berwenang. Tindakan atas intervensi politik akan
ditetapkan kemudian melalui Project Management Unit (PMU).
MIS yang akandikembangkan meliputi MIS berbasis komputer dan MIS manual. MIS berbasis
komputer diutamakan untuk mencatat dan memonitor pelaksanaan NUSP-2 yang berkaitan
dengan data yang dapat diukur (measurable). Sedangkan MIS manual berupa format-
format standar/baku, yang merupakan back up data dan juga berfungsi untuk mencatat dan
memonitor pelaksanaan kegiatan NUSP-2, akan dimanfaatkan untuk pengelolaan data yang
bersifat kualitatif.
Pengembangan MIS diarahkan tidak sekedar penyampaian data numerik saja, namun
pengembang MIS dapat menjadi instrumen yang mampu mendeteksi kinerja pelaksanaan
implementasi NUSP-2 di lapangan. Tantangan yang sering dialami dalam perumusan MIS
terkonsentrasi pada akurasi data ataupun tingkat kesadaran pemanfaatan data yang masih
lemah. Disamping itu juga, ditingkat pelaksana NUSP-2 di lapangan, belum sepenuhnya
memahami teknik pengumpulan dan penyampaian data.
Agar MIS dapat berdaya guna, perlu adanya dukungan manajemen pelaksanaan pengoperasian
MIS, sumber daya manusia yang memadai, tersedianya aplikasi dan infrastruktur yang
dibutuhkan selama pengoperasian MIS. Untuk itu, pelatihan dasar dan pengembangan perlu
diberikan pada para pelaksana NUSP-2 ditingkat lapangan terutama kepada petugas input
data MIS, Pendamping Masyarakat (CA) maupun anggota BKM/LKM. Tujuan pengembangan
72 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
aplikasi MIS adalah:
a. Mendukung agar mekanisme monitoring pelaksanaan kegiatan oleh NMC dan RMC dapat
terlaksana dengan baik dan tepat waktu, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam
pembuatan keputusan untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan kegiatan. Informasi
proses pelaksanaan kegiatan yang dimonitor adalah berkaitan dengan: (i) Pelaksanaan
pembangunan komunitas/ masyarakat; (ii) Pelaksanaan pemanfaatan dana bantuan
masyarakat, dan (iii) Permasalahan yang timbul di lapangan.
b. Mendukung penyebarluasan informasi pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat, konsultan
dan seluruh stakeholder yang terkait dengan kegiatan NUSP-2.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka laporan kegiatan merupakan alat yang penting
untuk: (i) dasar penentuan kebijakan program; (ii) bahan penyusunan rencana kegiatan;
(iii) mengetahui perkembangan proses pelaksanaan kegiatan; serta (iv) dokumentasi
perkembangan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan dan siklus NUSP-2.
Pelaporan NUSP-2 dilaksanakan secara berjenjang pada masing-masing level, mulai dari
tingkat Kelurahan sampai dengan tingkat Pusat, dengan ciri-ciri:
a. Ringkas, laporan kegiatan hanya mengemukakan hal-hal pokok secara ringkas berhubungan
dengan tugasnya sehingga penerima laporan segera mengetahui permasalahannya;
b. Lengkap, laporan dianggap sempurna jika dilengkapi dengan analisis yang bersumber dari
pedoman dan panduan serta foto-foto kegiatan;
c. Logis, jika keterangan yang dikemukakan dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk
akal;
d. Sistematis, jika keterangan yamg tulisan disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan
saling berhubungan.
PEDOMAN UMUM 73
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
74 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
PEDOMAN UMUM 75
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015
kementerian pekerjaan umum
dan perumahan rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
JL. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telp. (021) 72796823
Faks. (021) 72796905
www.pu.go.id
76 PEDOMAN UMUM
NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE-2 (NUSP-2) 2015