Anda di halaman 1dari 15

hand out neonatus dengan kelainan bawaan dan penatalaksanaannya

Mata Kuliah : Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita


Topik : Neonatus dengan kelainan bawaan dan
penatalaksanaannya
Sub Topik :
1. Labioskizis dan labiopalatoskizis
2. Atresia oesophagus
3. Atresia rekti dan anus
4. Hischprung
5. Obstruksi billiaris
6. Omfalokel
Waktu : 150 menit
Dosen : S Fitriany, SST

OBJEKTIF PERILAKU SISWA :

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa dapat memberikan asuhan pada meonatus

dan bayi baru lahir dengan kelainan bawaan dan penatalaksanaannya dengan benar sesuai

daftar tilik.

REFERENSI :

PENDAHULUAN

Pemeriksaan dan pengawasan yang tepat dan cermat terhadap neonatus dalam 48 jam

pertama merupakan hal yang sangat penting, karena beberapa kelainan yang memerlukan

tindakan operasi secepatnya sesudah diagnosis dibuat dan keadaan bayi serta fasilitas yang

memadai. Dengan demikian mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan.


URAIAN MATERI

A. LABIOSKIZIS/LABIOPALATOSKIZIS

PENGERTIAN :

1. Kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta langit – langit mulut) tidak

menutup dengan sempurna

2. Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang

kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak

tumbuh bersatu.

Belahnya belahan dapat sangat berpariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari

dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta molle. Suatu klasifikasi berguna

membagi struktur – struktur yang terkena menjadi :

a. Palatum primer : meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum dibelahan foramen

incivisium.

b. Palatum sekunder : meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap foramen.

Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum

sekunder dan dapat unilateral atau bilateral.

Kadang – kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh dengan

belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

ETIOLOGI

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing antara lain :

a. Faktor genetik atau keturunan : dimana material genetik dalam khromosom yang

mempengaruhi. Dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan khromosom. Pada

setiap sel yang normal mempunyai 46 khromosom yang terdiri dari 22 pasang khromosom non

sex(kkhromosom 1 – 22) dan 1 pasang khromosom sex (khromosom X dan Y) yang menentukan

jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau sindroma patau dimana ada

3 untai khromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total khromosom pada setiap
selnya adalah 47. jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan

menyebabkan ganggguan berat pada perkembangan otak, jantung dan giinjal. Namun kelainan

ini sangat jarang terjadi dengan frekueunsi 1 dari 8000 – 10000 bayi yang lahir.

b. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan asam folat.

c. Radiasi

d. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama

e. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infelsi rubella dan sifillis,

toksoplasmosis dan klamidia

f. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama

kehamilan, misalnya kecanduan alkohol.

g. Multifaktorial dan mutasi genetik

h. Displasia ektodrmal.

PATOFISIOLOGI

Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya

mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan

maksilaris) pecah kembali.

Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominem nasalis

medial yang diikuti difusi kedua bibir, rahang dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi

septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke 7

sampai 12 minggu.

KLASIFIKASI

a. Berdasarkan organ yang terlibat :

1. Celah bibir (labioskizis)

2. Celah di gusi (gnatoskizis)

3. Celah dilangit (Palatoskizis)

4. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit – langit

(labiopalatoskizis).
b. Berdasarkan lengkap/ tidaknya celah terbentuk :

Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat, beberapa

jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :

1. Unilateral iincomplete  Jika celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan tidak

memanjang ke hidung

2. Unilateral complete  Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan

memanjang hingga ke hidung

3. Bilateral complete  Jika celah sumbing terjadi dikedua sisi bibir dan memanjang hingga ke

hidung.

DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada celah

sumbing mempunyai ciri fisik yang specifik.Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan

uuntuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau tidak. Walaupun pemeriksaan

ini tidak sepenuhnya specifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan

menggunakan USG.

GEJALA DAN TANDA

Ada beberapa gejala dari bibir sumbing, yaitu :

1. Terjadi pemisahan langit – langit

2. Terjadi pemisahan bibir

3. Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit

4. Infeksi telinga berulang

5. Berat badan tidak bertambah

6. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal sehingga ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari

hidung.

KOMPLIKASI

Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi

karenanya, yaitu :
1. Kesulitan makan (kurang gizi) ; dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan

celah palatum memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar

dan juga kesabaran memberi makan pada bayi dengan bibir sumbing.

2. Infeksi telinga ; dikarenakan tidak berfungsi dengan bai saluran yang menghubungkan telinga

tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran

3. kesulitan berbicara ; Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya

celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.

4. masalah gigi ; pada celah bibir, gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh sehingga

perlu perawatan dan penanganan khusus.

PENATALAKSANAAN

Penanganan uuntuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah

bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang menigkat dan bebas dari iinfeksi oral pada

saluran nafas dan sistemik.dalam bebarapa buku dikatakakkn juga untuk melakukan operasi

bibir sumbing dilakukan hukum sepuluh (rules of ten) yaitu Berat badan bayi min 10 pon kadar

Hb 10 gr% dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10000/ui.

Perawatan :

1. Menyusui

2. Menggunakan alat khusus

3. posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau belakang lidah

bayi

4. tepuk – tepuk punggung bayi berkali – kali karena cenderung uuntuk menelan banyak udara

5. periksa bagia bawah hidung dengan teratur, kadang – kadang luka terbentuk pada bagian

bawah pemisah lobang hidung

6. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi

arahkan dot ke bagian sisi mulut uuntuk memberikan kesempatan pada kulit yang elmbut

tersebut untuk sembuh


7. Setelah siap menyusu, perlahan – lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung kapas

yang dicelupkan dalam hydrogen peroksida setengah kuat atau air.

Pengobatan :

1. Dilakukan bedah elektif yang melibatkakn bebrapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya.

Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kalainan tetapi waktunya yang tepat untuk

operasi tersebut bervariasi.

2. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu

umur >10 mg, BB > 10 kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.00 ui

3. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan / palatoplasti dikerjakan sediini mungkin

(15 – 24 bln) sebelum anak mampu bicara lengkap sehiongga pusat bicara otak belum

membentuk cara bicara. Pada umur 8 – 9 thn dilaksanakan tindakan operasi penambahan

tulang pada celah alveolus/maksila uuntuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur

pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.

4. Operasi terakhir pada i\usia 15 – 17 tahu n dikerjakan setelah pertumbuhan tulang – tulang

muka mendeteksi selesai.

5. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki kerusakan yang lebar. Dalam hal ini

suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi geligi menutupi nasofaring

dan membantu anak bicara yang lebih baik.

6. Anak tersebut juga membutuhkan teraphi bicara karena langit – langit sangat penting untuk

pembentukan bicara dan perubahan struktur.

Prinsip perawatan secara umum :

1. Lahir; bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (naso Gastric Tube) bila perlu untuk

membantu masuknya makanan kedalam lambung.

2. Umur 1 minggu ; pembuatan feeding plate untuk mambantu menutup langit – langit dan

mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.

3. Umur 3 bulan ; labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan

evaluasi telinga.
4. Umur 18 bulan – 2 thn ; palatoplasty  tindakan operasi langit – langit bila terdapat sumbing

pada langit – langit.

5. Umur 4 tahun ; dipertimbangkan repalatory atau pharingoplasty

6. Umur 6 tahun ; evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.

7. Umur 11 tahun ; alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada pinggir alveolar untuk

memberikan jalan bagi gigi caninus). Perawatan ortodontis

8. Umur 12 – 13 tahun ; final touch,perbaikan – perbaikan bila diperlukan

B. ATRESIA OESOPHAGUS

PENGERTIAN :

Atresia oesophagus adalah gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan pasangan kranial

dan satu lipatan kaudal pada usus depan primitif.

Atresia oesophagus sering disertai dengan kelainan jantung, gastrointestinal(atresia duodeni,

atresia ani), kelainan tulang. Akibat atresia saliva akan terkumpul diujung bagian yang buntu,

yang akan mengalir keluar atau masuk kedalam trakhea (bila terdapat fistula). Lebih berbahaya

bila melalui fistula trakheo-oesophagus, cairan lambung mengalir kedalam paru – paru.

ETIOLOGI :

Kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi yang lahir prematur

MANIFESTASI KLINIK :

 Hipersekresi cairan dari mulut

 Gangguan menelan makanan (tersedak, batuk)

DIAGNOSIS :

 Biasanya disertai hydramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi

yang lahir prematur. Sebaiknya bila dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu

disertai hydramnion, hendaknya dilakukan kateterisasi oesophagus dengan kateter no 6 – 10 F.

Bila kateter terhenti pada jarak kurang dari 10cm, maka harus diduga terdapat atresia

oesophagus.
 Bila pada bayi baru lahir timbul sesak nafas yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar,

harus disertai terdapat atresia oesophagus.

 Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan cyanosis karena aspirasi cairan

kedalam jalan nafas.

 Diagnosis pasti dapat dibuat dengan photo thoraks yang akan menunjukkan gambaran kateter

terhenti pada tempat atresia. Pemberian kontras kedalam oesophagus dapat memberi

gambaran yang lebih pasti, tetapi cara ini tidak dianjurkan.

 Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisik apakah lambung terisi udara atau kosong untuk

menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakheo oesophagus. Hal ini dapat dilihat

pada photo abdomen.

PENATALAKSANAAN :

 Pertahankan posisi bayi dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk meminimalkan terjadinya

aspirasi

 Pada anak segera dipasang kateter kedalam oesophagus dan bila mungkin dilakukan penghisapan

terus menerus.

 Pertahankan keaktifan fungsi respirasi

 Dilakukan tindakan pembedahan.

C. ATRESIA REKTI DAN ATRESIA ANUS

PENGERTIAN

Atresia rekti adalah obstruksi pada rektum.

Atresia anus adalah obstruksi pada anus.

Atresia anus adalah salah satu bentuk kelainan bawaan yang menunjukan keadaan tidak adanya

anus, atau tidak sempurnanya anus.

ETIOLOGI :

 Belum diketahui secara pasti


 Merupakan (kegagalan perkembangan) anomaly gastrointestinal (sistem pencernaan) dan

genitourinary (sistem perkemihan)

 Gangguan pertumbuhan fusi dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik

 Pada atresia anus, diduga ada keterlibatan kelainan genetik pada khromosom 21

BENTUK - BENTUK KELAINAN ATRESIA ANUS :

 Lubang anus sempit atau salah letak di depan tempat semestinya

 Terdapat selaput pada saat pembukaan anus sehingga mengganggu proses pengeluaran feces

 Rektum (saluran akhir usus besar) tidak terhubung dengan anus

 Rektum terhubung degan saluran kemih atau sistem reproduksi melalui fistula (lubang), dan tidak

terdapat pembukaan anus.

MANIFESTASI KLINIK

 Tidak bisa b a b melalui anus

 Distensi abdomen

 Perut kembung

 Muntah muntah pada umur 24 – 48 jam

PEMERIKSAAN FISIK :

 Anus tampak merah

 Usus melebar kadang – kadang tampak illieus obstruksi

 Pada auskultasi terdengar hyperperistaltik.

D. HISCHPRUNG
Pada tahun 1886 Hischprung mengemukakan 2 kasus obstipasi sejak lahir yang dianggapnya

disebabkan oleh dilatasi kolon. Kedua penderita tersebut kemudian meninggal. Dikatakannya

pula bahwa keadaan tersebut merupakan kesatuan klinis tersendiri dan sejak itu disebut

penyakit hiscprung.

Zuelser dan wilson (1984) mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak

ditemukan ganglion parasimpatis. Sejak saat tersebut penyakit ini dikenal dengan istilah

aganglionis kongenital.

PENGERTIAN

HISCHPRUNG adalah suatu obstruksi pada sistem pencernaan yang disebabkan oleh karena

menurunnya kemampuan motilitas kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik

usus.

ETIOLOGI

Kegagalan pembentukan saluran pencernaan selama masa perkembangan fetus.

TANDA DAN GEJALA

 Konstipasi / tidak bisa b a b

 Distensi abdomen

 Muntah

 Dinding andomen tipis


 Trias yang sering ditemukan adalah : mekoniu yang terhambat keluar (lebih dari 24 jam), perut

kembung dan muntah berwarna hijau.

Pemeriksaan colok anus sangat penting dan pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan

dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium/feses yang

menyemprot.

Pemeriksaan penunjang :

Pada photo polos abdomen tegak akan terlihat usus – usus melebar atau terdapat gambaran

obstruksi usus rendah.

DIAGNOSIS PASTI :

 Pemeriksaan histopatologis, yaitu tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis, yang dapat

dilakukan dengan jalan :

a. Biopsi hisap  mukosa sampai dengan submukosa diambil dengan mengunakan alat penghisap

dan selanjutnya dicari sel ganglion pada daerah submukosa.Cara biopsi ini tidak traumatik,

mudah dan dapat dikerjakan di poliklinik. Kesukarannya adalah mencari sel ganglion submukosa

tersebut.

b. Biopsi otot rektum  Dengan cara iini diambil lapisan otot. Tindakan ini dilakukan dengan anak

dalam narkose.

 Pemeriksaan aktifitas enzim asetylkolin esterase dari hasil biopsi hisap. Pada penyakit hiscphrung,

khas terdapat peningkatan aktifitas enzim asetylkolin esterase.

 Pemeriksaan aktifitas norepinephrin dari jaringan biopsi usus. Usus yang aganglionosis akan menu

njukkan peningkatan aktifitas enzim tersebut.

BERDASARKAN PANJANG SEGMEN YANG TERKENA, DAPAT DIBEDAKAN MENJADI 2 TYPE :

 Penyakit hiscprung segmen pendek  segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid.

Merupakan 70 % dari kasus penyakit hischprung dan lenih sering ditemukan pada anaka laki –

laki dibanding anak perempuan.


 Penyakit hischprung segmen panjang Daerah aganglionoosi dapat melebihi sigmoid, malahan

dapat mengenai seluruh kolon atau sampai usus halus. Ditemukan sa ma pada anak laki – laki

dan perempuan.

PENATALAKSANAAN

 Pengangkatan aganglionik (usus yang dilatasi)

 Dilakukan tindakan colostomy

 Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat

E. OBSTRUKSI BILLIARIS

PENGERTIAN

Adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis.

ETIOLOGI

 Degenerasi sekunder

 Kelainan kongenital

TANDA DAN GEJALA

 Ikterik (pada umur 2 – 3 minggu) peninbgkatan bilirubin direct dalam serum (kerusakan

parenkim hati, sehingga billirubin indirect meningkat)

 Billirubinuria

 Tinja berwarna seperti dempul

 Terjadi hepatomegali

PENATALAKSANAAN

Pembedahan

F. OMFALOKEL
PENGERTIAN

 Adalah merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dalam kantong peritoneum.

 Omfalokel (eksomfotos) adalah suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ abdomen lain

dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan kromosom, yang harus disingkirkan.

Cacat dapat bervariasi dan diameter beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding

abdomen yang luas. Organ yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang

mudah terinfeksi. Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa sangat

sulit atau tidk mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa cukup dapat direntang untuk

memungkinkan penempatan kembali isi abdomen. Penggantinya, cacat ini dapat ditutupi

dengan bahan sintetis seperti silastic, yang dapat digulung ke atas, sehingga usus dapat

didorong masuk secara bertahap ke dalam rongga abdomen dalam masa beberapa minggu.

(Pincus eatzel dan Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta).
 Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dan dibungkus

suatu kantong peritoneum. Penanganannya adalah secara operatif dengan menutup lubang

pada pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan isi perut yang keluar dibungkus steril

dulu setelah itu baru dioperasi. (Rustam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta)

 Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu

janin berumur 10 minggu sehingga menyebabakan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat

segera dilihat, yaitu berupa prostrusi dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen melalui

defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena

kantong dapat pecah dan terjadi infeksi

 Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan diharapkan

akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda

sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat

bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan

menimbulkan tekanan yang mendadak pasa paru sehingga timbul gejala gangguan pernapasan

(Staf Pengajar IKA dan FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedia – Jakarta.)

 Omfalokel merupakan herniasi isi perut ke dasar umbilicus yang ditutupi lapisan transparan yang

terdiri dari selaput amnion dan peritoneum.

 (Segi-segi Praktis IKA, Rahman M. Jakarta : 1984)

 Omalokel disebabkan oleh kegagalan otot dalam kemali ke rongga abdomen pada waktu janin

berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat terlihat

dengan adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang serisi usus dan visera abdomen melalui

defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol keluar). Angka kematian

kelainan ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong pecah dan terjadi infeksi. (Ngastiyah.

Perawatan Anak Sakit.Editor Setiawan. Jakarta : EGC, 1997)

ETIOLOGI
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu
sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel.
TANDA DAN GEJALA
 Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hyperinsulin

 Berat badan lahir > 2500 gram

 Protrusi dari kantong yang berisi usu dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada

umbilikus.

PENATALAKSANAAN

 Berikan diit TKTP

 Dilakukan tindakan pencegahan

 Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokhrom dan

diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang menjadi kantong tersebut sehingga operasi

dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukakn segera setelah lahir, tapi

harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan alat visera sekaligus kedalam

rongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru – paru sehingga timbul

gejala gangguan pernafasan.

Anda mungkin juga menyukai