Anda di halaman 1dari 9

Hemodialisis

Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata haemo yang
berarti darah dan dilisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis merupakan salah satu dari
Terapi Pengganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal,
baik akut maupun kronik. Hemodialisis dapat dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya
pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat pula untuk seumur hidup (misalnya pada Gagal Ginjal
Kronik).
Hemodialisis berawal dari beberapa penemuan yang berhasil maupun yang
menemukan kegagalan oleh beberapa tokoh antara lain, Abel dan Roundtree, Hass, dan
Necheles, serta Kjellstrand. Banyak tokoh yang memegang peranan penting dalam
memanfaatkan dialisis sebagai salah satu cara menangani kasus gagal ginjal, dimulai oleh
Thomas Graham dari Glasgow, orang pertama yang mengemukakan prinsip transportasi
larutan melalui membran semipermeabel pada tahu 1854. Lalu, pemanfaatan prinsip ginjal
yang dikemukakan oleh Abel, Roundtree, dan Turner pada tahun 1913, Dialisis Peritoneal
ditemukan oleh Georg Ganter pada tahun 1923, penggunaan hemodialisis pada manusia
pertama kali oelh Hass pada 28 Februari 1924 dan pengaplikasian prinsip ginjal pada alat
kesehatan ditemukan oleh Kolff pada tahun 1943-1945. Penelitian yang ia lakukan
menunjukkan bahwa hidup seorang pasien yang mengalami gagal ginjal dapat tertolong
dengan penggunaan hemodialisis.
Dr. Willem Kolff adalah orang pertama yang merancang mesin dialisis darah (dialiser)
pada tahun 1943. Hasil penemuannya ini pertama kali sukses pada seorang pasien wanita
berumur 67 tahun yang koma dan mulai sadar setelah 11 jam menjalani hemodialisis
menggunakan dialiser Kolff pada tahun 1945. Setelah beberapa waktu kesuksesannya, Kolff
bertujuan mengembangkan alat bantu hidup ini untuk mengatasi gagal ginjal akut. Pada akhir
Perang Dunia II, Kolff menyumbangkan 5 mesin dialisis untuk beberapa rumah sakit di
dunia, salah satunya Mt. Sinai Hospital in New York. Kolff memberikan satu set ”blueprints”
untuk mesin hemodialisisnya kepada George Thorn di Peter Bent Brigham Hospital di
Boston. Hal ini bertujuan untuk menyempurnakan dialiser Kolff pada masa yang akan datang,
yaitu dialiser Kolff-Brigham dari bahan stainless steel.
Pada tahun 1950-an, mesin penemuan Willem Kolff digunakan untuk menangani
pasien gagal ginjal akut, tetapi ini tidak dapat menangani pasien penyakit ginjal stadium
akhir. Kemudian, para dokter percaya bahwa alat ini tidak mungkin untuk mendialisis pasien
secara sempuran karena dua alasan. Pertama, Mereka berpendapat bahwa tidak ada alat
buatan manusia yang dapat menggantikan fungsi ginjal dalam waktu yang cukup lama.
Kedua, pasien yang telah sering mengalami dialisis menyebabkan kerusakan pada pembuluh
vena dan arteri, jadi setelah beberapa kali penanganan medis, akan sulit menemukan
pembuluh sebagai akses darah pasien.
Penemuan Kolff tidak memungkinkan untuk digunakan karena tidak mampu untuk
proses pemindahan fluida. Dr. Nils Alwal, pada tahun 1946 di University of Lund, mencoba
memodifikasi alat ginjal ini dalam sebuah tabung stainless steel agar ada tekanan yang
mempengaruhi, cara ini bekerja efektif pada aplikasi hemodialisis. Alwall juga membantah
penemu dari arteri vena pelangsir untuk dialisis. Ia pertama kali melaporkan ini pada tahun
1948, dimana dia menggunakan pelangsir vena itu untuk melangsir kelinci. Secara
berkelanjutan dia menggunakan tabung pengalir yang terbuat dari bahan kaca, sama
fungsinya dengan dialisator ciptaannya yang terbuat dari bahan kanister, untuk menangani
1500 pasien gagal ginjal antara tahun 1946 dan 1960, sebagai laporan pada Kongres
Nefrologi Internasional yang pertama di Evian pada September 1960. Kemudian Alwall
dengan Holger Crafoord, seorang pebisnis berkebangsaan Swedia, untuk membangun sebuah
perusahaan di bidang pembuatan mesin dialisis, Gambro.
Dr. Belding H. Scribner berkolaborasi dengan seorang dokter bedah, Dr. Wayne
Quinton, memodifokasi tabung pengalir dengan menggantinya dengan bahan Teflon. Hal lain
yang menjadi kunci pengembangan mereka yaitu dengan menghubungkan tabung yang satu
dengan yang lain.gelas tersebut kemudian memindahkan media ke kepingan tabung silikon
yang ukurannya pendek.ini akan membentuk basis yang kemudian dinamakan tabung
scribner.mungkin bagian-bagian yang lain akan lebih umum dikatakan sebagai tabung
Quinton-scribner.setelah proses perawatan,akses sirkulasi akan disimpan dalam keadaan
terbuka dengan menghubungkan dua tabung bagian luar dengan menggunakan tabung teflon
berbentuk huruf U,yang kemudian akan mengalirkan darah dari tabung arteri belakang
menuju vena.
Fungsi Hemodialisis
Hemodialisis berfungsi membuang produk-produk sisa metabolisme seperti potassium
dan urea dari darah dengan menggunakan mesin dialiser. Mesin ini mampu berfungsi sebagai
ginjal menggatikan ginjal penderita yang sudah rusak kerena penyakitnya, dengan
menggunakan mesin itu selama 24 jam perminggu, penderita dapat memperpanjang hidupnya
sampai batas waktu yang tidak tertentu
METODOLOGI HEMODIALISIS

Cara Kerja Hemodialisis


Prinsip dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses osmotis dan ultrafiltrasi
pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Pada hemodialisis, darah
dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin dialiser ( yang berfungsi sebagai ginjal
buatan ) untuk dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan
khusus untuk dialisis (dialisat). Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan
dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam
darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Proses hemodialisis melibatkan
difusi solute (zat terlarut) melalui suatu membrane semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa
metabolisme) dari kompartemen darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap
saat bila molekul zat terlarut dapat melewati membran semipermiabel demikian juga
sebaliknya. Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali ke dalam tubuh. (Nephrology
Channel, 2001).
Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan dialisat,
dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah dari tempat tusukan
vaskuler ke alat dializer. Dializer adalah tempat dimana proses HD berlangsung sehingga
terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Sedangkan tusukan vaskuler
merupakan tempat keluarnya darah dari tubuh penderita menuju dializer dan selanjutnya
kembali lagi ketubuh penderita. Kecepatan dapat di atur biasanya diantara 300-400 ml/menit.
Lokasi pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor larutan
dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39 C sebelum dialirkan kepada dializer.
Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah ataupun melebihi suhu tubuh dapat menimbulkan
komplikasi. Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin efektifitas
proses dialisis dan keselamatan.
Dialisator tersedia dalam berbagai jenis ukuran. Dialisator yang ukurannya lebih besar
mengalami peningkatan dalam membran area, dan biasanya akan memindahkan lebih banyak
padatan daripada dialisator yang ukurannya lebih kecil, khususnya dalam tingkat aliran darah
yang tinggi. Hal ini juga tergantung pada koefisien permeabilitas membran untuk tiap padatan
pada masing-masing pertanyaan sehingga efisiensi dialisator bekerja sebagai KoA yang pada
akhirnya menghasilkan koefisien permeabilitas dan area
Kebanyakan jenis dialisator memiliki permukaan membran area sekitar 0,8 sampai 2,2
meter persegi dan nilai KoA memiliki urutan dari mulai 500-1500 ml/min. KoA yang
dinyatakan dalam satuan ml/min dapat diperkirakan melalui pembersihan maksimum dari
dialisator dalm tekanan darah yang sangat tinggi dari grafik tingkat alirannya.
Secara singkat konsep fisika yang digunakan dalam hemodialisis adalah konsep fluida
bergerak. Syarat fluida yang ideal yaitu cairan tidak viskous (tidak ada geseran dalam),
keadaan tunak (steady state) atau melalui lintasan tertentu, mengalir secara stasioner, dan
tidak termampatkan (incompressible) serta mengalir dalam jumlah cairan yang sama besarnya
(kontinuitas).
Secara matematis, ada tiga teorema fluida bergerak yang digunakan,yaitu :

1. Hukum Kontinuitas

ρ1 A1 ν1 = ρ2 A2 ν2

dimana, ρ = massa jenis fluida (kg/m³)


A = luas permukaan penampang (m²)
ν = kecepatan fluida (m/s)
2. Hukum Bernoulli

P + ½ρν² + ρgh = konstan

dimana, P = tekanan (Pa)


ρ = massa jenis fluida (kg/m³)
ν = kecepatan fluida (m/s)
g = kecepatan gravitasi (m/s²)
h = tinggi pipa atau selang (m)

3. Hukum Poiseuille

V = π (r²)² (P1 – P2)


t 8ηL
dimana, V = volume (m³)
t = waktu (s)
π = 3,14
r = jari-jari pembuluh (m)
P = tekanan (Pa)
η = viskousitas = 0,003 – 0,004 Pa (untuk darah)
L = panjang pembuluh (m)

Keuntungan Hemodialisis
Hemodialisis mempunyai beberapa keuntungan,diantaranya sebagai berikut.
1. Tidak ada nyeri/sakit selama prosedur.
2. Dilaksanakan secara santai, pasien bisa sambil makan/nonton TV, baca buku dll.
3. Hemodialisis sebagai terapi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan memperpanjang
usia.Namun, tindakan itu tak bebas risiko. Selain kesiapan tenaga kesehatan di unit dialisis
untuk mengatasi komplikasi, kesiapan pasien secara psikologis dan dukungan keluarga
berperan penting dalam keberhasilan hemodialisis.
4. Hemodialisis dapat sedini mungkin menghambat progresivitas penyakit. Yaitu, jika
pengeluaran kreatinin 9-14 ml/menit/1,73 m2, baik pada penderita diabetes maupun
nondiabetes. Hemodialisis bisa dimulai lebih awal pada pasien malnutrisi, pasien mengalami
kelebihan cairan tubuh, penurunan kesadaran, kejang, radang kandung jantung, hiperkalemia
(meningginya kadar kalium darah), serta asidosis metabolik berulang. Kreatinin adalah zat
racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan
normal.
5. Hemodialisis dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik.
Hemodialisis dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal karena sumbatan batu yang akan
menjalani operasi dan pasien yang menunggu cangkok ginjal.
Kerugian Hemodialisis
Di samping memiliki beberapa keuntungan, hemodialisis juga mempunyai beberapa
kerugian, diantaranya sebagai berikut.
1. Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun.
2. Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat.
3. Kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga kebutuhan akan eritropoietin lebih tinggi. 4.
Efek samping hemodialisis antara lain tekanan darah rendah, anemia, kram otot, detak
jantung tak teratur, mual, muntah, sakit kepala, infeksi, pembekuan darah (trombus), dan
udara dalam pembuluh darah (emboli). (Haven,2005).

Cara penggunaan hemodialisis


Hemodialisa merupakan suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan
beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer.
prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka
dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa), lebih populer
disebut (Brescia-) Cimino Fistula, melalui pembedahan yang cukup baik agar dapat
diperoleh aliran darah yang cukup besar. Fistula arteriovenosa dapat berupa kateter yang
dipasang di pembuluh darah vena di leher atau paha dan bersifat temporer.
Kemudian aliran darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi darah mesin HD
yang terdiri dari selang Inlet/arterial (ke mesin) dan selang Outlet/venous (dari mesin ke
tubuh). Kedua ujungnya disambung ke jarum dan kanula yang ditusukkan ke pembuluh darah
pasien. Selama proses HD, darah pasien diberi Heparin agar tidak membeku ketika berada di
luar tubuh yaitu dalam sirkulasi darah mesin. Selama menjalani HD, posisi pasien dapat
dalam keadaan duduk atau berbaring Selain menjalani HD, dalam jangka panjang, obat-obat
yang diperlukan antara lain obat yang mengatasi anemia seperti suntikan hormon eritropoetin
serta pemberian zat besi. Selain itu obat yang menurunkan kadar fosfat darah yang meningkat
yang dapat mengganggu kesehatan tulang, diberikan obat pengikat fosfat (Phosphate binder).
Obat-obat lain yang diperlukan sesuai kondisi pasien misalnya obat hipertensi, obat-obat
antigatal, vitamin penunjang (yang bebas fosfor maupun mineral yang tidak perlu).

1. Konsep Fisiologi Tindakan dan Prosedur Hemodialisa


Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk
limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan fungsi tersebut.
Pada dialisis, molekul solut berdifusi lewat membran semipermeabel dengan cara
mengalir dari sisi cairan yang lebih pekat (konsentrasi solut lebih tinggi) ke cairan yang
lebih encer (konsentrasi solut lebih rendah). Cairan mengalir lewat membran
semipermeabel dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi tekakan eksternal pada
membran).

Gambar 1. Ultrafiltrasi

Membran semipermeabel adalah lembar tipis, berpori-pori terbuat dari selulosa atau
bahan sintetik. Ukuran pori-pori membran memungkinkan difusi zat dengan berat
molekul rendah seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air juga sangat
kecil dan bergerak bebas melalui membran, tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri,
dan sel-sel darah terlalu besar untuk melewati pori-pori membran. Perbedaan konsentrasi
zat pada dua kompartemen disebut gradien konsentrasi.

Dialisis adalah suatu proses dimana komposisi zat terlarut dari satu larutan diubah
menjadi larutan lain melalui membran semipermiabel. Molekul- molekul air dan zat-zat
terlarut dengan berat molekul rendah dalam kedua larutan dapat melewati pori-pori
membran dan bercampur sementara molekul zat terlarut yang lebih besar tidak dapat
melewati barier membran semipermiabel. Proses penggeseran (eliminasi) zat-zat terlarut
(toksin uremia) dan air melalui membran semipermiabel atau dializer berhubungan
dengan proses difusi dan ultrafiltrasi (konveksi).

Ada 3 prinsip dasar dalam HD yang bekerja pada saat yang sama dan merupakan 3
proses dasar dari Hemodialisa, yaitu:

a. Proses Difusi
Proses difusi adalah proses pergerakan spontan dan pasif zat terlarut. Molekul zat
terlarut dari kompartemen darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat
setiap saat bila molekul zat terlarut dapat melewati membran semipermiabel
demikian juga sebaliknya.

b. Proses Ultrafiltrasi
Proses ultrafiltrasi adalah proses pergeseran zat terlarut dan pelarut secara simultan
dari kompartemen darah kedalam kompartemen dialisat melalui membran
semipermiabel. Proses ultrafiltrasi ini terdiri dari ultrafiltrasi hidrostatik dan
osmotik.
1) Ultrafiltrasi hidrostatik
- Transmembrane pressure (TMP)
TMP adalah perbedaan tekanan antara kompartemen darah dan
kompartemen dialisat melalui membran. Air dan zat terlarut didalamnya
berpindah dari darah ke dialisat melalui membran semipermiabel adalah
akibat perbedaan tekanan hidrostatik antara kompertemen darah dan
kompartemen dialisat. Kecepatan ultrafiltrasi tergantung pada perbedaan
tekanan yang melewati membran.

- Koefisien ultrafiltrasi (KUf)


Besarnya permeabilitas membran dializer terhadap air bervariasi tergantung
besarnya pori dan ukuran membran. KUf adalah jumlah cairan (ml/jam)
yang berpindah melewati membran per mmHg perbedaan tekanan (pressure
gradient) atau perbedaan TMP yang melewati membran.

2) Ultrafiltrasi osmotik
Dimisalkan ada 2 larutan “A” dan “B” dipisahkan oleh membran
semipermiabel, bila larutan “B” mengandung lebih banyak jumlah partikel
dibanding “A” maka konsentrasi air dilarutan “B” lebih kecil dibanding
konsentrasi larutan “A”. Dengan demikian air akan berpindah dari “A” ke “B”
melalui membran dan sekaligus akan membawa zat -zat terlarut didalamnya
yang berukuran kecil dan permiabel terhadap membran, akhirnya konsentrasi
zat terlarut pada kedua bagian menjadi sama.

c. Proses Osmosis
Yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas
darah dan dialisat ( Lumenta), di mana terjadi perpindahan cairan dari larutan
dengan osmolaritas rendah ke osmolaritas yang lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.


Soedarto, Herriyadi. 1982. Gagal Ginjal Akut. Bandung : Penerbit Buku Kedokteran
Universitas Padjajaran.
Tipler, Paul. A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai