Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH MOBILISASI PROGRESIF TERHADAP STATUS

HEMODINAMIK PADA PASIEN KRITIS


DI ICU RSUD KARANGANYAR

1)
Apriliya Endang Lestari Wahyu Rima Agustin 2) Gatot Suparmanto 3)
1)
Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)
Dosen Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3)
Dosen Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Apriliya1704@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu intervensi yang dilakukan oleh perawat di pelayanan intensif adalah pemberian
mobilisasi progresif. Namun pentingnya pemantauan hemodinamika pada pasien kritis maka perlu
diperhatikan dalam memberikan mobilisasi progresif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh mobilisasi progresif terhadap status hemodinamik pada pasien kritis di ICU RSUD
Karanganyar.
Desain penelitian menggunakan metode quasi eksperimen dengan pre-post without control
design. Pengukuran dengan lembar observasi untuk menilai Heart Rate (HR), Respiratory Rate
(RR), saturasi oksigen (Sa ), Tekanan Darah dan Mean Arterial Pressure (MAP) sebelum dan
sesudah diberikan mobilisasi progresif. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling,
sejumlah 19 responden.
Hasil analisis bivariat didapatkan ada perbedaan bermakna antara Heart Rate (HR),
Respiratory Rate (RR), saturasi oksigen (Sa ), Tekanan Darah (BP) dan Mean Arterial Pressure
(MAP) sebelum dan sesudah mobilisasi progresif dengan dengan p value 0,000 dan 0,037 (p < 0,05).
Hasil penelitian ini menyarankan mobilisasi progresif tetap diberikan pada pasien kritis untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan memperhatiakn status hemodinamika pasien, Terjadi
peningkatan status hemodinamik setelah dilakukan mobilisasi progresif dalam batas normal.

Kata kunci : Mobilisasi Progresif, Status Hemodinamika, Pasien Kritis


Daftar Pustaka : 49 (2007-2016)

ABSTRACT

One of the interventions conducted by nurses at intensive care is the administration of


progressive mobilization to critical patients. When conducting the progressive mobilization,
attention must be paid to hemodynamic monitoring. The objective of this research is to investigate
the effect of progressive mobilization to the hemodynamic status of critical patients at the Intensive
Care Unit of Local General Hospital of Karanganyar.
This research used the quasi-experimental method with pre-post without control design. Its
data were collected through observation sheets to assess heart rate (HR), respiratory rate (RR),
oxygen saturation (Sa ), blood pressure (BP), and mean arterial pressure (MAP) prior to and
following the administration of progressive mobilization. 19 respondents were determined as the
samples by using the purposive sampling technique.
There was a significant difference among the HR, the RR, the BP, and the MAP prior to and
following the administration of progressive mobilization as shown by the result of the bivariate
analysis where the p-values were 0.000 and 0.037 (p < 005) respectively. Thus, there was an
increase in the hemodynamic status of the patients within normal limit following the progressive
mobilization. It is recommended that the administration of progressive mobilization be continued to
critical patients to improve their life quality by keeping in mind their hemodynamic status.
Keywords: Progressive mobilization, hemodynamic status, critical patients
References: 49 (2007-2016)

1. PENDAHULUAN 132 pasien (32,1 %). Rata-rata pasien yang


Intensive Care Unit (ICU) merupakan
dirawat di ICU adalah 41-42 pasien/bulan
ruang rawat rumah sakit dengan staf dan
dan rata-rata yang mengalami kejadian
perlengkapan khusus ditujukan untuk
gagal napas adalah 13-14 pasien/bulan serta
mengelola pasien dengan penyakit, trauma
10-11 pasien/bulan meninggal akibat gagal
atau komplikasi yang mengancam jiwa.
napas (Berty, 2013). Di RSUD dr. Soediran
(Musliha, 2010).Pasien dengan fase kritis
Mangun Sumarso Wonogiri selama bulan
dengan satu atau lebih gangguan fungsi
oktober-desember 2015, pasien yang
sistem organ vital manusia yang dapat
mendapatkan perawatan ICU terdapat 105
mengancam kehidupan serta memiliki
pasien, diantaranya pasien stroke, penyakit
morbiditas dan mortalitas tinggi, sehingga
jantung dan diabetes mellitus.
membutuhkan suatu penanganan khusus
Perawat merupakan salah satu bagian
dan pemantauan secara intensif (Kemenkes
dari team ICU, yang mempunyai ruang
RI, 2011). Pasien kritis memiliki
lingkup luas, karakteristik unik serta peran
kerentanan yang berbeda. Kerentanan itu
yang penting dalam pemberian asuhan
meliputi ketidakberdayaan, kelemahan dan
keperawatan kritis di ICU (Sri dkk, 2012).
ketergantungan terhadap alat pembantu
Salah satu intervensi yang diberikan berupa
(Sunatrio, 2010).
perubahan posisi pasien dilakukan tiap 2
Hasil studi di Amerika melaporkan
jam.Pasien yang dirawat di ruang ICU
prevalensi pasien kritis selama 2004-2009
dengan gangguan status mental misalnya
terdapat 3.235.741 pasien yang mendapat
oleh karena stroke, injuri kepala atau
perawatan ICU dan 246.151 (7,6%)
penurunan kesadaran tidak mampu untuk
merupakan pasien kritis kronis. Pasien
merasakan atau mengkomunikasikan nyeri
kritis kronis dengan sepsis (63,7%) dan
yang dirasakan atau pasien merasakan
yang lainnya seperti stroke, luka parah,
adanya tekanan namun mereka tidak bisa
cidera kepala dan tracheostomy (Kahn et al,
mengatakan kepada orang lain untuk
2015). Data yang diperoleh dari buku
membantu mereka mengubah posisi.
registrasi pasien ICU RSUP Prof. Dr. R. D.
Bahkan ada yang tidak mampu merasakan
Kandou Manado mulai dari bulan Januari-
adanya nyeri atau tekanan akibat
Oktober 2013 total pasien yang dirawat di
menurunnya persepsi sensori(Batticaca,
ICU adalah sebanyak 411 pasien dan yang
2008).
mengalami kejadian gagal napas sebanyak
Pemantauan hemodinamika perlu sesudah diberikan posisi miring kanan dan
diperhatikan, pemantauan tersebut miring kiri.
merupakan suatu teknik pengkajian pada Mengingat pentingnya pemantauan
pasien kritis, mengetahui kondisi status hemodinamika pada pasien kritis.
perkembangan pasien, serta untuk Hal inilah yang mendorong peneliti untuk
antisipasi kondisi pasien yang memburuk melakukan penelitian tentang sejauh
(Burchell, L. & Powers, A., 2011). Dasar manapengaruhmobilisasi progresif terhadap
dari pemantauan hemodinamika adalah status hemodinamik pada pasien kritis di
perfusi jaringan yang adekuat, seperti ICU RSUD Karanganyar
keseimbangan antara pasokan oksigen
dengan yang dibutuhkan, mempertahankan 2. METODE PENELITIAN

nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan Jenis penelitian ini yaitu penelitian

elektrokimiawi sehingga manifestasi klinis kuantitatif, desain quasi experiment adalah

dari gangguan hemodinamika berupa penelitian yang menguji coba suatu

gangguan fungsi organ tubuh yang bila intervensi pada sekelompok subyek dengan

tidak ditangani secara cepat dan tepat akan atau tanpa kelompok pembanding namun

jatuh ke dalam gagal fungsi organ tidak dilakukan randomisasi untuk

multipel.Perawat sebagai bagian dari tim memasukkan subyek ke dalam kelompok

kesehatan dalam merawat pasien-pasien perlakuan atau kontrol (Dharma, 2011).

kritis mempunyai tanggung jawab yang Rancangan penelitian yang digunakan

besar dalam memonitor keadaan adalah one-group pretest-posttest design.

hemodinamika. Monitoring hemodinamika Didalam desain ini observasi dilakukan

merupakan suatu pengkajian fisiologis sebanyak 2 (dua) kali yaitu sebelum dan

yang penting dalam perawatan pasien- sesudah intervensi pada satu kelompok

pasien kritis (Hery dkk, 2015).Berdasarkan perlakuan. Hasil perlakuan dapat diketahui

studi pendahuluan yang dilakukan peneliti lebih akurat, karena dapat membandingkan

di ICU RSUD Karanganyar didapatkan dengan keadaan sebelum diberikan

data jumlah tempat tidur di ICU sebanyak 4 perlakuan (Sugiyono, 2011). Penelitian ini

tempat tidur. Pada bulan Oktober- dilakukan di ICU RSUD Karanganyar.

Desember 2016 jumlah pasien yang dirawat Populasi dalam penelitian ini adalah

diruang ICU sebanyak 36 pasien. Hasil semua pasien kritis di ruang ICU RSUD

wawancara dengan beberapa perawat Karanganyar, Teknik pengumpulan sampel

mengatakan pasien yang dirawat diruang pada penelitian ini menggunakan Purposive

ICU hanya diberikan perubahan posisi sampling sejumlah 19 responden

miring kanan dan miring kiri setiap 2 jam.


Perawat tidak memperhatikan status
hemodinamik pada pasien sebelum dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN (MAP) Sebelum Mobilisasi
Progresif
3.1 Analisa Univariat
Tabel 3.3 Analisis Rerata Heart
3.1.1 Karakteristik Responden
Rate (HR), Respiratory Rate (RR),
Menurut Umur
Saturasi Oksigen (Sa ), Tekanan
Tabel 3.1 Karakteristik Responden
Darah dan Mean Arterial Pressure
Menurut Umur (N=19)
(MAP) Sebelum Mobilisasi
Klasifikasi
Umur Frekuensi % Progresif di RSUD Karanganyar
Responden
40-59 10 52,6 (N=19)
60-79 9 47,4
Total 19 100
Rerata Sebelum Mobilisasi
Variabel Progresif
Tabel 3.1 Menunjukan karakteristik
menurut umur sebagian besar responden Me Me SD Mi Ma
an dia n x
berumur 40-59 sebanyak 10 responden n
(52,6%) dengan total 19 responden Heart
Rate 86,3 87,3 4,3 79 95,3
3.1.2 Karakteristik Responden Menurut (HR)
Jenis Kelamin Respirat
ory Rate 18,6 18,3 3,4 14 25,3
Tabel 3.2 Karakteristik Responden (RR)
Menurut Jenis Kelamin (N=19) Saturasi
Oksigen 97,6 97,7 0,8 96 99
(Sa )
Klasifikasi Jenis Tekanan
Kelamin Frekuensi darah 127 126, 12,2 98,7 146,
Responden % Sistolik 7 7
Perempuan 12 63,2 Tekanan
Laki-laki 7 36,8 darah 82,3 82,3 7,1 69 97
Diastolik
Total 19 100
Mean 98,3 99,7 3,8 90 103
Tabel 3.2 Menunjukan jenis kelamin Arterial
Pressure
responden pada penelitian ini sebagian (MAP)
besar responden memiliki jenis kelamin Tabel 3.3 Menunjukan rerata Heart Rate
perempuan sebanyak 12 responden (HR) sebelum mobilisasi progresif adalah
(63,2%) dan jenis kelamin laki-laki mean=86,3 dengan median=87,3 SD=4,3,
sebanyak 7 responden (36,8%) dengan min=79 serta max=95,3. Rerata
total 19 responden . Respiratory Rate (RR) sebelum
mobilisasi progresi adalah mean=18,6
dengan median=18,3, SD=3,4, min=14
3.1.3 Analisis Rerata Frekuensi Heart
serta max=25,3. Rerata saturasi oksigen
Rate (HR), Respiratory Rate (RR),
(Sa ) sebelum mobilisasi progresif
Saturasi Oksigen (Sa ), Tekanan
adalah mean=97,6 dengan median=97,7,
Darah dan Mean Arterial Pressure
SD=0,8, min=96 serta max=99. Rerata Rerata Sesudah Mobilisasi
tekanan darah sistolik sebelum mobilisasi Progresif
Variabel
progresif adalah mean=127 dengan Medi
Mean SD Min Max
median=126,7 SD=7,1, min=7,1 serta an
Heart Rate
max=146,7. Rerata tekanan darah diatolik 87,8 4,3 79,7 96,7
(HR) 88,3
sebelum mobilisasi progresif adalah
Respirator
mean=82,3 dengan median=82,3 ,
y Rate 19,9 19,7 3,1 15,3 26,3
SD=0,87, min=96 serta max=99. Rerata
(RR)
Mean Arterial Pressure (MAP) sebelum Saturasi
mobilisasi progresif adalah mean=98,3 Oksigen 98,5 98,7 0,9 96,7 100
(Sa )
dengan median=99,7 , SD=3,8, min=90
Tekanan 107,
serta max=103 darah 128,7 127,3 10,9 149
Sistolik 7
3.1.4 Analisis Rerata Frekuensi Heart
Tekanan
Rate (HR), Respiratory Rate darah 83,2 83 7 70,3 97,7
(RR), Saturasi Oksigen (Sa ), Diastolik
Mean
Tekanan Darah dan Mean
Arterial
Arterial Pressure (MAP) Sesudah 99,1 105 4,2 91,3 105
Pressure
Mobilisasi Progresif
(MAP)
Tabel 3.4 Analisis Rerata Heart Rate
Tabel 3.4 Menunjukan rerata
(HR), Respiratory Rate (RR), Saturasi
Heart Rate (HR) sesudah mobilisasi
Oksigen (Sa ), Tekanan Darah dan
progresif adalah mean=87,8 dengan
Mean Arterial Pressure (MAP)
median=88,3, SD=4,3, min=79,7 serta
Sesudah Mobilisasi Progresif di
max=96,7. Rerata Respiratory Rate
RSUD Karanganyar (N=19)
(RR) sesudah mobilisasi progresi adalah
mean=19,9 dengan median=19,7,
SD=3,1, min=15,3 serta max=26,3.
Rerata saturasi oksigen (Sa ) sesudah
mobilisasi progresif adalah mean=98,5
dengan median=98,7 SD=0,9, min=96,7
serta max=100. Rerata tekanan darah
sistolik sesudah mobilisasi progresif
adalah mean=128,7 dengan
median=127,3, SD=10,9, min=107,7
serta max=149. Rerata tekanan darah
diastolik sesudah mobilisasi progresif
adalah mean=83,2 dengan median=83,
SD=7, min=70,3 serta max=97,7. Rerata No Variabel Pengukuran Shapir
Mean Arterial Pressure (MAP) sesudah o-Wilk

mobilisasi progresif adalah mean=99,1 1 Heart Rate - Sebelum 0,584


(HR) Mobilisasi
dengan median= 100,5, SD=4,2,
Progresif
min=91,3 serta max=105.
- Sesudah
Mobilisasi 0,903
3.2 Hasil Analisis Bivariat
Progresif
Analisa bivariat akan menguraikan ada 2 Respirator - Sebelum 0,431
tidaknya perbedaan yang signifikan y Rate Mobilisasi
antara Heart rate (HR), Respiratory rate (RR) Progresif
(RR), saturasi oksigen (Sa ) dan - Sesudah 0,799
tekanan darah pada pasien kritis sebelum Mobilisasi

dan sesudah pemberian mobilisasi Progresif


3 Saturasi - Sebelum 0,800
progresif. Berdasarkan uji normalitas
Oksigen Mobilisasi
data, uji statistik yang digunakan adalah
(Sa ) Progresif
paired t-test
- Sesudah 0,510
Sebelum dilakukan analisis bivariat
Mobilisasi
dilakukan uji normalitas yang merupakan
Progresif
syarat utama melakukan uji parametik. 4 Tekanan - Sebelum 1,000
Peneliti menggunakan uji normalitas Darah Mobilisasi 0,984
dengan metode analitis parameter Sistolik Progresif
Shapiro-Wilk dengan kemaknaan (p) > - Sesudah
0,05 (Dahlan, 2009). Jika didapatkan Mobilisasi

nilai p > 0,05 maka data terdistribusi Progresif


5 Tekanan - Sebelum 0,615
secara normal dan uji paired t test dapat
Darah Mobilisasi
dilakukan, tetapi jika data tidak
Diastolik Progresif
terdistribusi normal menggunakan
- Sesudah 0,867
wilcoxon
Mobilisasi
3.2.1 Uji Normalitas Progresif
Tabel 3.5 Uji Normalitas Data 6 Mean - Sebelum 0,590
Variabel Heart Rate (HR), Respiratory Arterial Mobilisasi 0,448
Rate (RR), Saturasi Oksigen (Sa ), Pressure Progresif
Tekanan Darah dan Mean Arterial (MAP) - Sesudah

Pressure (MAP) Sebelum dan Mobilisasi


Progresif
Sesudah Mobilisasi Progresif di
RSUD Karanganyar (N=19)
Hasil uji normalitas pada tabel 3.5 (RR), saturasi oksigen (Sa ), tekanan
menunjukkan bahwa variabel Heart darah dan Mean Arterial Pressure
Rate (HR), Respiratory Rate (RR), (MAP) sebelum dan sesudah
Saturasi oksigen (Sa ),Tekanan darah pemberian mobilisasi progresif (p
dan Mean Arterial Pressure (MAP) value 0,000), maka P value ≤ a (0,05)
sebelum dan sesudah mobilisasi sehingga Ho ditolak dan diterima
progresif p > 0,05 maka data yang berarti mobilisasi progresif
terdistribusi secara normal sehingga mempengaruhi status hemodinamik
menggunakan uji paired t test pada pasien kritis di RSUD
3.2.1 Uji Analisa Data Karanganyar. Nilai t negative
Tabel 3.6 Analisis Perbandingan Rerata menunjukkan bahwa Heart Rate (HR),
Heart Rate (HR), Respiratory Rate (RR), Respiratory Rate (RR), saturasi
Saturasi Oksigen (Sa ), Tekanan Darah oksigen (Sa ), tekanan darah dan
dan Mean Arterial Pressure (MAP) Mean Arterial Pressure (MAP)
Sebelum dan Sesudah Mobilisasai sebelum mobilisasi progresif lebih
Progresif di RSUD Karanganyar (N=19) rendah dibandingkan setelah
Variabel T P value mobilisasi progresif
Heart Rate (HR)
- Sebelum -5,686 0,000 Heart Rate (HR) dengan nilai
- Sesudah p value 0,000 (p < 0,05). Heart Rate
Respiratory Rate
(RR) atau denyut nadi merupakan Denyut
- Sebelum -6,063 0,000
- Sesudah
nadi (pulse rate) adalah gelombang
Saturasi Oksigen yang disalurkan melalui arteri sebagai
(Sa )
- Sebelum -7,852 0,00
respons terhadap ejeksi darah dari
- Sesudah jantung ke dalam aorta.10 Denyut nadi
Tekanan Darah
Sistolik terbentuk seiring dengan didorongnya
- Sebelum 0,00 darah melalui arteri. Untuk membantu
- Sesudah
Tekanan Darah sirkulasi, arteri berkontraksi dan
Diastolik
- Sebelum -7,650
berelaksasi secara periodik, kontraksi
0,00
- Sesudah dan relaksasi jantung seiring dengan
Mean Arterial
Pressure (MAP) dipompanya darah menuju arteri dan
- Sebelum -2,368 0,03 vena. Dengan demikian, denyut nadi
- Sesudah
(pulse rate) juga dapat mewakili detak
jantung permenit atau yang dikenal
Berdasarkan hasil statistik
dengan denyut jantung (heart rate).
pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa
Denyut nadi dihitung tiap menitnya
ada perbedaan yang bermakna antara
dengan hitungan repitisi (kali/menit)
Heart Rate (HR), Respiratory Rate
(Mustika, 2011).
Respiratory Rate (RR) dengan tehnik. Penggunaan oksimetri nadi
nilai p value = 0,000 (p < 0,05). merupakan tehnik yang efektif untuk
Respiratory Rate (RR) adalah jumlah memantau pasien terhadap perubahan
napas yang dilakukan per menit. saturasi oksigen yang kecil atau
Dalam keadaan istirahat, kecepatan mendadak (Tarwoto, 2006).
pernapasan sekitar 15 kali per menit Tekanan Darah dengan nilai p
(Price et al, 2006). Pernapasan paru value = 0,000 (p < 0,05). Tekanan
merupakan pertukaran oksigen dan darah adalah gaya atau dorongan
karbondioksida yang terjadi pada paru. darah ke dinding arteri saat darah
Fungsi paru adalah tempat pertukaran dipompa keluar dari jantung keseluruh
gas oksigen dan karbondioksida pada tubuh (Palmer, 2007), sedangkan
pernapasan melalui paru/pernapasan menurut Sheps (2005) tekanan darah
eksterna. Oksigen dipungut melalui adalah tenaga yang terdapat pada
hidung dan mulut. Saat bernapas, dinding arteri saat darah dialirkan.
oksigen masuk melalui trakea dan Tenaga ini mempertahankan aliran
pipa bronchial ke alveoli, dan dapat darah dalam arteri agar tetap lancar.
erat berhubungan dengan darah di Rata-rata tekanan darah normal
dalam kapiler pulmonalis (Syaifudin, biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare,
). 2001) dan diukur dalam satuan
saturasi oksigen (Sa ) milimeter air raksa (mmHg) (Palmer,
dengan nilai p value = 0,000 (p < 2007). Menurut Joewono (2003)
0,05). Saturasi oksigen adalah tekanan darah biasanya diukur secara
presentasi hemoglobin yang berikatan tidak langsung dengan
dengan oksigen dalam arteri, saturasi sphygmomanometer air raksa pada
oksigen normal adalah antara 95 – 100 posisi duduk atau terlentang.
%. Dalam kedokteran , oksigen Mean Arterial Pressure
saturasi (SO2), sering disebut sebagai (MAP) dengan nilai p value = 0,037 (p
"SATS", untuk mengukur persentase < 0,05). Tekanan arteri rerata adalah
oksigen yang diikat oleh hemoglobin gaya pendorong utama yang
di dalam aliran darah. Pada tekanan mengalirkan darah ke jaringan.
parsial oksigen yang rendah, sebagian Tekanan ini dipantau dan diatur di
besar hemoglobin terdeoksigenasi, tubuh, bukan tekanan sistolik atau
maksudnya adalah proses diastolik arteri atau tekanan nadi dan
pendistribusian darah beroksigen dari juga bukan tekanan di bagian lain
arteri ke jaringan tubuh ( Hidayat, pohon vaskular (Sherwood, 2011).
2007). Pengukuran saturasi oksigen Tekanan arteri rerata sedikit kurang
dapat dilakukan dengan beberapa daripada nilai-nilai tengah antara
tekanan sistole dan diastole. Besar tekanan darah diastolik 83,2mmHg,
nilai pada orang dewasa sekitar 90 Mean Arterial Pressure (MAP) 99,1.
mmHg yang sedikit lebih kecil dari d. Perubahan Heart Rate (HR) sebelum
rata-rata tekanan sistol dan diastole mobilisasi progresif adalah 86,3
dengan SD=4,3 dan Heart Rate (HR)
4. KESIMPULAN sesudah mobilisasi progresif adalah
87,8 dengan SD=4,3 sehingga
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan nilai p value 0,000 (p <
dan pembahasan tentang pengaruh
0,05), maka terdapat pengaruh
mobilisasi progresif terhadap status
mobilisasi progresif terhadap Heart
hemodinamik pada pasien kritis di
Rate (HR)
ICU RSUD Karanganyar dapat
e. Perubahan Respiratory Rate (RR)
disimpulkan sebagai berikut :
sebelum mobilisasi progresif adalah
a. Karakteristik menurut umur sebagian
18,6 dengan SD=3,4 dan Respiratory
besar responden berumur 40-59
Rate (RR) sesudah mobilisasi
sebanyak 10 responden (52,6%), jenis
progresif adalah 19,9 dengan SD=3,1
kelamin responden pada penelitian ini
sehingga didapatkan nilai p value =
sebagian besar responden memiliki
0,000 (p < 0,05), maka terdapat
jenis kelamin perempuan sebanyak 12
pengaruh mobilisasi progresif
responden (63,2%),
terhadap Respiratory Rate (RR)
b. Status hemodinamik pada pasien kritis
sebelum dilakukan mobilisasi f. Perubahan saturasi oksigen (Sa )

progresif masih dalam batas normal sebelum mobilisasi progresif adalah

rata-rata HR 86,3 x/menit, RR 97,6 dengan SD=0,8 dan saturasi

18,6x/menit, Saturasi Oksigen (Sa ) oksigen (Sa ) sesudah mobilisasi

97,6%, tekanan darah sistolik progresif adalah 98,5 dengan SD=0,9.


127mmHg, tekanan darah diastolik sehingga didapatkan nilai p value =
82,3mmHg, Mean Arterial Pressure 0,000 (p < 0,05), maka terdapat
(MAP) 98,3. pengaruh mobilisasi progresif
c. Status hemodinamik pada pasien kritis terhadap saturasi oksigen (Sa )
sesudah dilakukan mobilisasi progresif g. Perubahan tekanan darah sistolik
mengalami peningkatan akan tetapi sebelum mobilisasi progresif adalah
masih dalam batas normal rata-rata 127 dengan SD=7,1, tekanan darah
HR 87,8 x/menit, RR 19,9x/menit, diatolik adalah 82,3 dengan SD=0,87
Saturasi Oksigen (Sa ) 98,5%, dan tekanan darah sistolik sesudah
tekanan darah sistolik 128,7mmHg, mobilisasi progresif adalah 128,7
dengan SD=10,9, tekanan darah
diastolik adalah 83,2 dengan SD=7. pengaruh pada pasien kritis yang
sehingga didapatkan nilai p value = dilakukan mobilisasi progresif
0,000 (p < 0,05), maka terdapat 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
pengaruh mobilisasi progresif Perlunya penelitian lebih
terhadap tekanan darah lanjut dengan metode yang berbeda
h. Perubahan Mean Arterial Pressure seperti mobilisasi progresif level II
(MAP) sebelum mobilisasi progresif dan III
adalah 98,3 dengan SD=3,8, dan Mean
6. REFERENSI
Arterial Pressure (MAP) sesudah
mobilisasi adalah 99,1 dengan SD=4,2 Ainnur Rahmanti, Dyah Kartika
Putri.2016. Mobilisasi
sehingga didapatkan nilai p value =
Progresif Terhadap
0,037 (p < 0,05), maka terdapat Perubahan Tekanan Darah
Pasien Di Intensive Care
pengaruh mobilisasi progresif
Unit (Icu).Akper Kesdam
terhadap Mean Arterial Pressure IV/ Diponegoro Semarang
(MAP)
Batticaca, F. B. (2008). Asuhan
Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem
5. SARAN Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika.

1. Bagi Pelayanan Keperawatan Berty Irwin Kitong, Mulyadi,


Reginus Malara.2014.
a. Mengembangkan program Pengaruh Tindakan
seminar dalam pemberian asuhan Penghisapan Lendir
Endotrakeal Tube (Ett)
keperawatan pada pasien kritis Terhadap Kadar Saturasi
yang mendapatkan perawatan Oksigen Pada Pasien Yang
Dirawat Di Ruang Icu Rsup
diruang intensif care unit (ICU) Prof. Dr. R. D. Kandou
sesuai perkembangan penelitian Manado. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas
jurnal terbaru. Kedokteran Universitas Sam
b. Menerapkan standar operasional Ratulangi Manado

prosedur (SOP) mobilisasi Burchell, L. & Powers, A. (2011).


progresif dalam memberikan Focus on central venous
pressure in acute care
asuhan keperawatan pada pasien setting. Journal of nuursing.
kritis untuk meminimalkan efek 39-43.

samping. Dharma, K.K 2011. Metodologi


2. Bagi Pendidikan Keperawatan penelitian keperawatan :
panduan meaksanakan dan
Penelitian ini dapat dijadikan menerapkan hasil peneitian.
kajian mahasiswa tentang manfaat dan Jakarta : TIM
Hery Prayitno1, Sari Fatimah & Etika
Emaliyawati1.2015.Perbedaa Syifa Zakkiyah .2014. Pengaruh
n Peep 5,10 Dan 15 CMH2O Mobilisasi Progresif Level I:
Terhadap Hemodinamik Pada Terhadap Risiko Dekubitus
Pasien Yang Terpasang Dan Perubahan Saturasi
Ventilasi Mekanik Mode Oksigen Pada Pasien Kritis
Spontan Di Ruang Icu Rumah Terpasang Ventilator Di
Sakit Immanuel Bandung. Ruang Icu Rsud Dr. Moewardi
Immanuel Jurnal Ilmu Surakarta. Universitas
Kesehatan Volume 9, Nomor Diponegoro
1, Juni 2015

Kahn JM et al. 2015. The


epidemiology of chronic
critical illness in the United
States. Crit Care Med

Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.2011. Profil
Kesehatan Indonesia 2010.
http://www.depkes.go.id.

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat


Darurat. Yogyakarta : Nuha
Medika

Mustika G.L. (2011).Kajian


pengetahuan gizi, pola
konsumsi, status gizi,denyut
nadi dan tekanan darah siswa
SMA Negeri Pandeglang
[skripsi]. Bogor: Departemen
Gizi Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia IPB

Sri Wisnu Munawaroh, Handoyo,


Diah Astutiningrum. (2012).
Efektifitas Pemberian Nutrisi
Enteral Metode Intermittent
Feeding Dan Gravity Drip
Terhadap Volume Residu
Lambung Pada Pasien Kritis.
www.jurnal-pasienkritis.
233.4343.24.34.htm

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian


Kuantitatif, kualitatif dan R &
D. Bandung: Alfabeta.

Sunatrio. 2010. Penentuan mati


pengakhiran resusitasi dan
euthanasia pasif di ICU.
PKGDI. Available from:
http://www.freewebs.com/pen
entuanmati/daftarpustaka.htm

Anda mungkin juga menyukai