Anda di halaman 1dari 22

HALUSINASI

1.1 Defenisi Halusinasi

Menurut Stuart, (2016) menyebutkan halusinasi didefenisikan sebagai

impresi atau satu pengalaman yang ssalah di rasakan oleh seseorang (Stuart,

2016). Halusinasi dapat diartikan sebagai seseorang yang mengalami

gangguan pada persepsi sensorinya sehingga merasakan stimulus, yang

sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun (Yosep, 2011). Halusinasi

merupakan salah satu gangguan jiwa dimana penderitanya mengalami

perubahan sensori persepsi, dan emrupakan ketidakmampuan manusia

dalam membedakan antara ransangan yang timbul dari sumber internal

(pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal (Rusdi, 2013).

Menurut Damaiyanti dan Iskandar, (2012) menyebutkan halusinasi

adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan

sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,

pengecapan, perabaan atau penghiduan,.Klien merasakan stimulus yang

sebetulnya tidak ada (Damaiyanti & Iskandar, 2012). Menurut Hawari,

(2006) mengatakan bahwa perubahan sensori halusinasi adalah keadaan

dimana seorang individu mengalami perubahan terhadap stimulus yang

datang yang menimbulkan kesan menurunkan, melebih-lebihkan bahkan

mengartikan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan realitas keadaan yang

sebenarnya. Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan

atau stimulus

Dari beberapa pengertian halusinasi di atas dapat disimpulkan bahwa,


halusinasi merupakan gangguan persepsi pada panca indra yang terjadi pada

seseorang yang mengalami gangguan jiwa sehingga tidak mampu

membedakan stimulus dari sumber internal atau eksternal.

Jenis-jenis dan tanda halusinasi

Menurut Stuart, (2016) halusinasi merupakan persepsi palsu yang

terjadi pada respon neurobilogis maladaptif. Halusinasi dapat muncul dari

salah satu panca indera, diantaranya :

a) Halusinasi pendengaran

Halusinasi pendengaran adalah ketika mendengar kegaduhan atau

suara, paling sering adalah dalam bentuk suara. Suara yang berkisar

dari kegaduhan atau suara sederhana, suara berbincang tentang

klien, menyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih

tentang orang yang berhalusinasi. Pikiran mendengar di mana klien

mendengar suara-suara yang berbicara pada klien dan perintah

yang memberitahu klien untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang

berbahaya. (Stuart, 2016)

b) Halusinasi penglihatan

Halusinasi penglihatan adalah ketika adanya rangsangan visual

dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, tokoh kartun, atau

adegan atau bayangan rumit dan kompleks. Bayangan dapat

menyenangkan atau menakutkan, seperti melihat monster (Stuart,

2016)
c) Halusinasi penciuman

Halusinasi penciuman dapat berupa mencium bau tidak enak,

busuk dan tengik seperti darah, urin atau feses, kadang-kadang bau

menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan

dengan stroke, kejang dan demensia. (Stuart, 2016)

d) Halusinasin pengecap

Halusinasi pengecap adalah merasa mengecap rasa darah, urin atau

fese. Terlihat sering meludah, merasa mual dan muntah (Stuart,

2016)

e) Halusinasi Perabaan

Halusinasi perabaan adalah mengalami nyeri atau ketidaknyamanan

tanpa stimulus yang jelas. Merasa sensasi listrik datang dari tanah,

benda mati, atau orang lain. (Stuart, 2016)

f) Halusinasi Kenestetik

Halusinasi kenestetik adalah halusinasi yang merasakan fungsi

tubuh seperti denyut darah melalui pembuluh darah dan arteri,

mencerna makanan, atau membentuk urin. (Stuart, 2016)

g) Halusinasi Kinestetik

Halusiansi kinestetik adalah halusinasi yang merasakan sensasi

gerakan sambil berdiri tegak (Stuart, 2016)

h) Halusinasi Agnosia

Gangguan persepsi yang ditandai dengan ketidakmampuan

mengenal dan menginterpretasikan kesan sensorik. (Stuart,, 2016)


Tanda dan Gejala Halusinasi

Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum

atautertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,

bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan

pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan

realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,

kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat

diri,perubahan

Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart, (2016) :

Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala

Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,

paling sering suara kata yang jelas,

berbicara dengan klien bahkan sampai

percakapan lengkap antara dua orang

yang mengalami halusinasi. Pikiran

yang terdengar jelas dimana klien

mendengar perkataan bahwa pasien

disuruh untuk melakukan sesuatu

kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan

cahaya, gambar giometris, gambar

karton dan atau panorama yang luas


dan komplek. Penglihatan dapat berupa

sesuatu yang menyenangkan /sesuatu

yang menakutkan seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah,

urine, fases umumnya baubau yang

tidak menyenangkan. Halusinasi

penciuman biasanya sering akibat

stroke, tumor, kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa

darah, urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau

ketidaknyamanan tanpa stimulus yang

jelas rasa tersetrum listrik yang datang

dari tanah, benda mati atau orang lain.

Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran

darah divera (arteri), pencernaan

makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara


berdiri tanpa bergerak

1.2 Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang

berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam

Yusalia 2015. Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat

persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan

stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera

(pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien

halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus

tersebut tidak ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu

yang karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah

mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi.

Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus

panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut

sebagai berikut:
Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Pikiran Logis  Gangguan


 Persepsi  PikiranKadang Pikiran
akurat Menyimpang  Halusinasi
 Emosi  Ilusi  Sulit
Konsisten  Reaksi Emosi Merespon
 Perilakuu  Perilaku Aneh emosi
Seksual / Tidak Biasa  Perilaku
 Berhubungan  Menarik Diri Disorganisasi
Sosial  Isolasi Sosial

a. Respon Adaptif

1) Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat

diterima akal

2) Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang suatu

peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan

3) Emosi konsisten berupa kemantapan perasaan jiwa sesuai

dengan peristiwa yang pernah dialami

4) Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang

berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk

gerakan atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral

5) Hubungan sosial dapat diketahi melalui hubungan seseorang

dengan orang lain dalam pergaulan di tengah-tengah

masyarakat. (Sturat, 2016)


b. Respon Transisi

1) Distorsi pikiran berupa kegagalan dalam mengabstrakan dan

mengambil kesimpulan

2) Ilusi merupakan persepsi atau respon yang salah terhadap

stimulus sensori

3) Manarik diri, yaitu perilaku menghindar dari orang lain baik

dalam berkomunikasi ataupun berhubungan sosial dengan

orang-orang di sekitarnya

4) Reaksi emosi berupa emosi yang diekspresikandengan sikap

yang tidak sesuai

5) Perilaku tidak biasa berupa perilaku aneh yang tidak enak

dipandang. Membingungkan. Kesukaran mengolah dan tidak

kenal orang lain. (Stuart, 2016)

c. Respon Maladaptif

1) Gangguan pikiran atau waham berupa keyakinan yang salah

yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh

orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.

2) Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi

yang salah terhadap ransangan

3) Sulit berespon berupa ketisakmampuan atau menurunnya

kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan.

Keakraban dan kedekatan

4) Perilaku disorganisasi berupa ketidakselarasan antara perilaku


dan gerakan yang ditimbulkan

5) Isolasi sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang dialami

seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan

mengancam. (Stuart, 2016)

1.3 Proses Terjadinya Halusinasi

A. Fase Pertama

Disebut juga dengan fase comporting, yaitu fase yang menyenangkan.

Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.

Karakteristik klien : Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan,

rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.

Klien melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini

hanya menolong sementara.

Perilaku klien : Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan

bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika

sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri

B. Fase Kedua

Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi

menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan

Karakteristik Klien : Pengalaman sensori menjijikkan atau menakutkan,

kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri menjadi dominan.

Mulai dirasakan adanya bisikan yang tidak jela. Klien tidak ingin orang

lain tau dan ia tetap dapat mengontrolnya


C. Fase Ketiga

Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori

menjadi berkuasa. Termasuk kedalam gangguan psikotik

Karakteristik klien : Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol ,

menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbaisa dan tidak berdaya

terhadap halusinasinya.

Perilaku Klien : Kemauan dikendalikan halusinasi rentang perhatian hanya

beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat,

tremor dan tidak mampu mematuhi perintah

D. Fase Keempat

Adalah fase conquering atau fase panic, yaitu klien melebur dengan

halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat

Karakteristik klien : Halusinasinya berubah menjadi menagncam,

memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,

hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang

lain di lingkungan.

Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku

kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakaktonik, tidak mampu merespons

terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu

orang.

1.4 Pengkajian keperawatan

Menurut Stuart, (2007) pengakjian merupakan tahap awal dan dasar

utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas


pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data

yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikososial, dan spiritual. Data

pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor perilaku,

faktor predisposisi, faktor presipitasi, penialaian terhadap stressor, sumber

koping yang dimiliki klien.

Untuk dapat menjaring data yang diperlukan dilakukan pengakjian seperti

berikut :

a. Identitas Klien

b. Keluhan utama dan Alasan masuk

c. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi yang berpengaruh pada klien halusinasi mencakup

1) Dimensi biologis. Meliputi abnormalitas perkembangan sistem

syaraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis

maladaptif yang ditunjukkan melalui hasil penelitian pencitraan

otak, zat kimia otak dan penelitian pada keluarga yang

melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi yang

menunjukkan peran genetik pada skizofrenia.

2) Psikologis

3) Sosial Budaya. Stres yang menumpuk dapat menunjang awitan

skizofrenia dan gangguan psikotik lain, tetapi tidak diyakini

sebagai penyebab utama gangguan


d. Aspek fisik dan biologis

e. Aspek psikososial

f. Status Mental

g. Kebutuhan persiapan pulang

h. Mekanisme koping

i. Masalah psikososial dan lingkungan

j. Pengetahuan

k. Aspek medik

Dari data yang diperoleh, dapat dikelompokkan menajdi dua macam,

sebagai berikut :

a. Data objektif.

Adalah data yang ditemukan scara nyata. Data ini didapatkan melalui

observasi atau peemriksaan langsung oleh perawat

b. Data subjektif

Adalah data yang disampaikans ecara lisan oleh klien dan keluarga.

Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan

keluarga. Data yang langung didapat oleh perawat disebut data primer,

dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain disebut data

sekunder.

Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau maslah klien dari

kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah

sebagai berikut :
a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan

- Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya

memerlukan pemeliharan kesehatan dan memerlukan tinjak

lanjut secara periodik karena tidak ada masalah serat klien

telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah

- Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya

prevensi dan promosi sebagai program antisipasi terhadap

masalah.

b. Ada masalah dengan kemungkinan

- Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat

menimbulkan masalah

- Terjadinya masalah disertai dengan data pendukung

c. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat

langsung merumuskan maslah keperawatan.

Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dnegan

gangguan persepsi sensori halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

b. Resiko perilaku kekerasan

c. Isolasi Sosial

d. Harga Diri Rendah


Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan perspsi sensori :


Core problem Halusianasi

Isolasi Sosial

Gangguan konsep diri : Harga


Diri Rendah

1.5 Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan Persepsi Sensori : Halusiansi

b. Isolasi Sosial

c. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

d. Resiko Perilaku Kekerasan


1.6 Rencana Tindakan Keperawatan

Menurut Stuart, (2016) tujuan dari tindakan keperawatan pada klien

yang mengalami halusinasi adalah membantu mereka meningkatkan

kesadaran gejala halusinasi sehingga mereka dapat membedakan antara

dunia gangguan jiwa dengan duniai realitas yang dialami oleh orang lain

yang tanpa halusinasi. Langkah utama untuk mencapai tujuan ini adalah

komunikasi fasilatif namun, sayangnya klien yang mengalami gejala ini

sering dihindari, ditertawakan atau diabaikan bila gejala halusinasi

muncul. Perawat dapat terlibat dalam perencanaan apa yang harus

dikatakan bahwa mereka lupa tentang pentingnya mendengarkan, dan

mmengamati yang merupakan kunci keberhasilan tindakan dengan orang

yang berhalusinasi.

Halusinasi menjadi sangat nyata bagi orang yang mengalami

halusinasi. Seseorang yang berhalusinasi mungkin tidak memiliki cara

untuk mengetahui apakah persepsi ini adalah nyata, dan biasanya klien

tidak mengecek ulang pengalamannya. Perawat harus mampu berbicara

tentang halusiansi karena merupakan tanda-tanda yang berguna sebagai

tingkat gejala saat ini dalam pemantauan gangguan jiwa. Klien harus

nyaman menceritakan kepada perawat tentang gejala yang dialami (Stuart,

2016). Kejjujuran, kesetiaan, dan keterbukaann merupakan dasar untuk

kumunikasi yang efektif selama halusiansi (Buffum et al, 2009).


Rencana Tindakan Keoperawatan

No. Tanggal Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Keperawatan
Gangguan Klien dapat Setelah 1x interaksi klien Bina hubungan saling percaya dengan
sensori mengontrol halusinasi menunjukkan tanda – tanda menggunakan prinsip komunikasi
persepsi: yang dialaminya percaya kepada perawat : terapeutik :
halusinasi dengan : a. Sapa klien dengan ramah baik verbal
1. Ekspresi wajah bersahabat.
(lihat/dengar/pe - Klien dapat maupun non verbal
2. Menunjukkan rasa senang.
nghidu/raba/ke membina b. Perkenalkan nama, nama panggilan
3. Ada kontak mata.
cap) hubungan saling dan tujuan perawat berkenalan
4. Mau berjabat tangan.
percaya c. Tanyakan nama lengkap dan nama
5. Mau menyebutkan nama.
panggilan yang disukai klien
6. Mau menjawab salam.
d. Buat kontrak yang jelas
7. Mau duduk berdampingan
e. Tunjukkan sikap jujur dan menepati
dengan perawat.
janji setiap kali interaksi
8. Bersedia mengungkapkan
f. Tunjukan sikap empati dan menerima
masalah yang dihadapi.
apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
Klien dapat mengenal Setelah 1x interaksi klien 1. Adakan kontak sering dan singkat
halusinasinya menyebutkan : secara bertahap
1. Isi 2. Observasi tingkah laku klien terkait
2. Waktu dengan halusinasinya (* dengar /lihat
3. Frekunsi /penghidu /raba /kecap), jika
4. Situasi dan kondisi yang menemukan klien yang sedang
menimbulkan halusinasi halusinasi:
3. Tanyakan apakah klien mengalami
sesuatu ( halusinasi dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap )
- Jika klien menjawab ya, tanyakan
apa yang sedang dialaminya
- Katakan bahwa perawat percaya
klien mengalami hal tersebut,
namun perawat sendiri tidak
mengalaminya ( dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
- Katakan bahwa ada klien lain
yang mengalami hal yang sama.
- Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
4. Jika klien tidak sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien
- Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi, siang, sore,
malam atau sering dan kadang –
kadang )
- Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan 1. Identifikasi bersama klien tindakan
mengontrol tindakan yang biasanya yang di lakukan jika terjadi halusinasi
halusinasinya dilakukan untuk 2. Diskusikan manfaat dan cara yang
mengendalikan halusinasinya digunakan klien, jika bermanfaat beri
2. Klien dapat menyebutkan pujian kepada klien
cara mengontrol 3. Diskusikan dengan klien tentangg cara
halusinasinya mengontrol halusinasinya :
3. Klien dapat - Menghardik atau mengusi atau
mendemonstrasikan cara tidak memperdulikasn
menghardik atau mengusir halusinasinya
atau tidak mempedulikan - Bercakap-cakap dengan orang
halusinasinya lainjika halusinasi muncul
4. Klien dapat - Diskusikan dengan klien tentang
mendemonstrasikan jenis obat yang diminum (nama,
bercakap-cakap dengan orang warna, dan besarnya)
lain
5. Klien dapat
mendemonstrasikan
kepatuhan minum obat untuk
mencegah halusinasi
Klien mendapat 1. Keluarga dapat 1. Diskusikan dengan keluarga :
dukungan keluarga menyebutkan pengertian, - Gejala halusinasi yang dialami
dalam mengontrol tanda dan tindakan untuk klien
halusinasinya mengendalikan - Cara yang dapat dilakukan klien
halusinasi dan keluarga untuk memutuskan
2. Keluarga dapat halusinasi (sama dengan yang
menyebutkan jenis, diberikan kepada klien)
dosis, waktu pemberian - Cara merawat anggota keluarga
dan manfaat obat yung halusinasi di rumah : beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri,
mkan bersama, bepergian bersama
- Beri informasi tentang waktu
tindak lanjut atau kapan perlu
mendapat bantuan : halusinasi
tidak terkontrol, dan resiko
mencederai orang lain
2. Diskusikan dengan keluarga tentang
jenis, dosis, waktu, pemberian,
manfaat dan efek samping obat
3. Anjurkan untuk selalu mendukung
klien untuk mengontrol halusinasi

Isolasi Sosial Klien dapat Setelah 1X interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya
berinteraksi dengan menunjukkan tanda-tanda dengan:
orang lain percaya kepada / terhadap - Beri salam setiap berinteraksi.
perawat:
1. Klien dapat - Perkenalkan nama, nama
membina hubungan - Wajah cerah, tersenyum panggilan perawat dan tujuan
saling percaya - Mau berkenalan perawat berkenalan
- Ada kontak mata - Tanyakan dan panggil nama
kesukaan klien
- Bersedia menceritakan
perasaan - Tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
- Bersedia mengungkapkan
berinteraksi
masalahnya
- Tanyakan perasaan klien dan
- Bersedia mengungkapkan
masalah yang dihadapi kllien
masalahnya
- Buat kontrak interaksi yang jelas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien

Klien mampu Setelah 1 x interaksi klien dapat 1. Tanyakan pada klien tentang:
menyebutkan menyebutkan minimal satu - Orang yang tinggal serumah /
penyebab menarik diri penyebab menarik diri dari: teman sekamar klien
- diri sendiri - Orang yang paling dekat dengan
- orang lain klien di rumah/ di ruang
- lingkungan perawatan
- Apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut
- Orang yang tidak dekat dengan
klien di rumah/di ruang perawatan
Klien mampu Setelah 1x interaksi dengan klien 1. Tanyakan pada klien tentang :
menyebutkan dapat menyebutkan keuntungan
keuntungan berhubungan sosial, misalnya - Manfaat hubungan sosial.
berhubungan sosial
- banyak teman - Kerugian menarik diri.
dan kerugian menarik
diri. - tidak kesepian 2. Diskusikan bersama klien tentang
- bisa diskusi manfaat berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
- saling menolong,
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien
dan kerugian menarik diri,
misalnya: mengungkapkan perasaannya.

- sendiri
- kesepian
- tidak bisa diskusi

Klien dapat Setelah 1x interaksi klien dapat 1. Tanyakan pada klien tentang :
melaksanakan melaksanakan hubungan sosial - Manfaat hubungan sosial.
hubungan sosial secara bertahap dengan:
secara bertahap - Kerugian menarik diri.
- Perawat
2. Diskusikan bersama klien tentang
- Perawat lain manfaat berhubungan sosial dan
- Klien lain kerugian menarik diri.
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.

Anda mungkin juga menyukai