TINEA
Oleh :
Irham Abshar 1740312060
Preseptor :
Dr. dr. Qaira Anum, Sp.KK(K), FINSDV,FAADV
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
tersebut. Adanya bentuk sempurna yang terbentuk oleh dua koloni yang
untuk jamur yang berasal dari tanah antara lain M. Gypseum golongan
2
zoofilik berasal dari hewan misalnya M. Canis, antropofilik khusus untuk
1.3 Klasifikasi
Tinea Kruris
daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau
a. Penularan
3
adanya oklusi dan lingkungan yang hangat, serta iklim yang lembab.
Kelainan ini terjadi tiga kali lebih sering pada pria bila dibandingkan
dengan wanita, dan orang dewasa lebih sering menderita penyakit ini bila
jauh letaknya seperti halnya tinea pedis yang disebabkan oleh T. rubrum
b. Faktor Resiko
Obesitas dan diabetes melitus juga merupakan faktor resiko tambahan oleh
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan
c. Patogenesis
4
kondisi iatrogenik disertai penyakit lain yang mendasari. Jalur infeksi yang
kulit yang terluka misalnya : luka gores atau luka bakar. Bagian dari
d. Manifetasi Klinis
Manifestasi klinis tinea kruris adalah rasa gatal atau terbakar pada
daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan daerah perineum. Gejala Klinis
tinea kruris yang khas adalah gatal yang meningkat saat berkeringat,
dan tepi lebih aktif.5 Tinea kruris biasanya tampak sebagai papulovesikel
Adanya central healing yang ditutupi skuama halus pada bagian tengah
lesi. Tepi yang meninggi dan merah sering ditemukan pada pasien. Pruritus
merah tinggi di bagian dalam dari salah satu atau kedua paha. Pada laki-
5
laki biasanya pada daerah skrotum menyebar di tengah dengan daerah tepi
luar yang sedikit lebih tinggi, merah, dan memiliki perbatasan yang tajam.6
ke daerah anus.7
e.
Gambar 2 Tinea kruris: Eritema dengan area atrofi dan skala di sebelah kanan
medial paha atas yang berbatasan dengan daerah inguina
6
e. Diagnosis
1. Anamnesis
gatal hebat pada daerah kruris (lipat paha), lipat perineum, bokong dan
2. Pemeriksaan fisik
aktif terdiri dari papula atau pustul. Jika kronik macula menjadi
c. Pemeriksaan penunjang
1) Lampu Wood
mendeteksi jamur infeksi hair oleh Margaret dan Deveze tahun 1925.
disebut cahaya hitam, yang dihasilkan oleh tinggi tekanan busur merkuri
terbuat dari barium silikat dengan 9% nikel oksida, yang Filter Wood.
Filter ini terlihat buram pada semua sinar kecuali sebuah band antara 320
dan 400 nm dengan puncak pada 365 nm. Dermatofita yang menyebabkan
7
fluoresensi tidak selalu mengesampingkan tinea capitis seperti kebanyakan
dan miselium.
Tinea Corporis
a. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau lonjong dengan tepi yang
aktif dengan perkembangan kearah luar, bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya
ditemukan lesi yang aktif yang ditandai dengan eritema, adanya papul atau vesikel,
sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Tinea korporis yang
menahun, tanda- tanda aktif menjadi hilang dan selanjutnya hanya meninggalkan
daerah hiperpigmentasi saja. Gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama jika
dengan binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena kontak
dengan mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi. Penyebaran juga mungkin
8
Gambar 3. Gambar Penyakit Tinea Korporis pada
Pemeriksaan Laboratorium
Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan
dengan membuat preparat langsung dari kerokan kulit, kemudian sediaan dituangi
larutan KOH 10%. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanaskan dengan api kecil,
9
dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini memberikan hasil positif hifa
ditemukan hifa (benang-benang) yang bersepta atau bercabang, selain itu tampak
juga spora berupa bola kecil sebesar 1-3µ. Kultur dilakukan dalam media agar
sabaroud pada suhu kamar (25- 30⁰C),kemudian satu minggu dilihat dan dinilai
apakah ada pertumbuhan jamur. Spesies jamur dapat ditentukan melalui bentuk
dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit yang mengalami infeksi oleh jamur
dermatofita tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat dilihat dengan memberi
Pengobatan
Pengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi terapi umum dan terapi khusus.
1) Terapi Umum
Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk
10
Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat
menyebabkan kulit selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis
2) Terapi Khusus
tersebut. Selain obat-obat klasik, obat- obat derivate imidazole dan alilamin dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tinea korporis ini. Efektivitas obat yang
termasuk golongan imidaol kurang lebih sama. Pemberian obat dianjurkan selama
3-4 minggu atau sampai hasil kultur negative. Selanjutnya dianjurkan juga untuk
Griseofulvin
Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis untuk anak-anak 15-
Ketokonazol
griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200 mg/hari selama 3 minggu.
Obat-obat yang relative baru seperti itrakonazol serta terbinafin dikatakan cukup
11
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Koto Gunung, Kelurahan 4 koto Mudiak, Pesisir
Selatan
Status : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Minang
Negeri Asal : Indonesia
II. ANAMNESIS
lipatan bawah payudara dan kedua sela paha yang bertambah banyak
12
- Bercak-bercak kemerahan tersebut dirasakan sangat gatal terutama
setempat disangkal.
disangkal.
b. Riwayat Pengobatan
Sekitar 5 minggu yang lalu karena keluhan bercak merah dan gatal ini
pasien membeli obat salap di apotik, yaitu salap inerson dioleskan
1x/hari setelah mandi, keluhan pasien dirasakan berkurang, pasien
masih meoleskan salap ini terakhir kemarin sore.
Lebih kurang 4 minggu yang lalu, bercak-bercak merah disertai gatal
semakin bertambah dan meluas ke kedua lipatan bawah payudara,
kedua lipatan ketiak, kedua sela paha, karena keluhan ini pasien juga
membeli obat di apotik yaitu PK, pasien mandi dengan air PK 2x/hari
selama 1 minggu, keluhan pasien berkurang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
13
- Bersin pagi hari (-), asma (-), mata merah, gatal dan berair(-), alergi
ditanyakan.
Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Suhu : Afebris
Berat Badan : 63 Kg
Tinggi Badan : 167 cm
IMT : 22,6
Status Gizi : Normoweight
Pemeriksaan torak : Diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan abdomen : Diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan ekstremitas : Tidak ada kelainan
Status Dermatologikus
Lokasi : Lipatan sela paha
Distribusi : Terlokalisir
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Polisiklik
Batas : Tegas s/d tidak tegas
14
Ukuran : Plakat
Efloresensi : Plak eritem, skuama kasar
15
Status Venerelogikus : diharapkan dalam batas normal
bening
IV. RESUME
dan Kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 10 November 2018
dengan keluhan timbul bercak-bercak merah disertai gatal pada kedua ketiak,
kedua lipatan bawah payudara dan kedua sela paha yang bertambah banyak sejak
1 bulan ini. Awalnya keluhan dirasakan 2 bulan yang lalu, timbul bercak merah
16
disertai gatal pada bawah lipatan payudara. Bercak-bercak kemerahan tersebut
Pasien pernah berobat sekitar 5 minggu yang lalu karena keluhan bercak
merah dan gatal ini pasien membeli obat salap di apotik, yaitu salap inerson
masih meoleskan salap ini terakhir kemarin sore. Lebih kurang 4 minggu yang
lalu, bercak-bercak merah disertai gatal semakin bertambah dan meluas ke kedua
lipatan bawah payudara, kedua lipatan ketiak, kedua sela paha, karena keluhan ini
pasien juga membeli obat di apotik yaitu PK, pasien mandi dengan air PK 2x/hari
paha dengan distribusi terlokalisir, bentuk tidak khas, susunan polisiklik, batas
tegas sampai dengan tidak tegas, ukuran plakat dengan efloresensi plak eritema
dengan skuama kasar. dan juga ditemukan lesi di daerah kedua ketiak dan kedua
lipat payudara dengan distribusi terlokalisir, bentuk tidak khas, susunan tidak
khas, batas tegas sampai dengan tidak tegas, ukuran plakat dengan efloresensi
V. DIAGNOSIS KERJA
a. Pemeriksaan Rutin
Mikologi (kerokan kulit + KOH 10%)
17
Ditemukan hifa dikotom dicontour bercabang dan artrospora.
b. Pemeriksaan Anjuran
Kultur jamur dengan media agar sabouraud
VII. DIAGNOSIS
Tinea kruris
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Umum
- Menjelaskan tentang penyakit bahwa penyakitnya bisa menular
melalui kontak langsung baik dengan manusia maupun dengan
binatang
- Mandi 2 kali sehari
- Handuk dicuci sekali seminggu, setelah pemakaian handuk dijemur
- Pemakaian sabun mandi dipisahkan dengan keluarga atau
menggunakan sabun cair
- Seluruh badan harus dikeringkan setelah mandi dan diberikan krim
anti jamur
- Minum obat dan pakai krim teratur sesuai dengan aturan pakai obat
- Memberitahukan kepada pasien bahwa pengobatan memerlukan
waktu yang lama
b. Khusus
- Sistemik
Griseofulvin 1x750mg selama 2 minggu
- Topikal
Ketokonazol cream 2% : 2 kali sehari (pada lesi setelah mandi)
IX. PROGNOSIS
18
X. RESEP
dr.Irham Abshar
Praktik Umum
SIP: NO.23/ tahun 2018
Alamat: Jl. Sawahan Dalam No.123
Telp: 0751553322
Praktek: Senin-Jumat
Jam: 16.00-20.00
Pro : Ny. S
Usia : 57 tahun
Alamat : Pesisir Selatan
19
BAB III
DISKUSI
ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 11
merah disertai gatal pada kedua ketiak, kedua lipatan bawah payudara dan kedua
sela paha yang bertambah banyak sejak 1 bulan ini. Awalnya keluhan dirasakan 2
bulan yang lalu, timbul bercak merah disertai gatal pada bawah lipatan payudara.
Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa pada tinea muncul gejala gatal.
Gejala gatal pada tinea biasanya muncul dalam waktu relatif lama, jarang muncul
gejala dalam waktu singkat. Hal ini bisa disebabkan oleh karena gejala dari
paha dengan distribusi terlokalisir, bentuk tidak khas, susunan polisiklik, batas
tegas sampai dengan tidak tegas, ukuran plakat dengan efloresensi plak eritem
pasien ini berupa Menjelaskan tentang penyakit bahwa penyakitnya bisa menular
melalui kontak langsung baik dengan manusia maupun dengan binatang. Pasien
20
pemakaian handuk dijemur, memakai sabun mandi dipisahkan dengan keluarga
atau menggunakan sabun cair. Seluruh badan harus dikeringkan setelah mandi dan
diberikan krim anti jamur, minum obat dan pakai krim teratur sesuai dengan
Prognosis pada pasien ini adalah quo ada sanationam bonam, quo ad vitam
21
DAFTAR PUSTAKA
5. Abdelal EB, Shalaby MAS, Abdo HM, Alzafarany MA, Abubakr AA.
Venereology. 20(1):31-39
Physician.67(1):101-8.
22
9. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s. 2009. Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology. Edisi ke-6. hlm. 692-718. New York: The McGraw-
Hill Companies.
23