Terdapat dasar-dasar naqli dari tasawuf. Landasan naqli adalah landasan Alquran dan hadis. Hal ini
penting karena kedua landasan itu merupakan kerangka acuan pokok yang selalu dijadikan pegangan
oleh umat islam.
Pada awal pembentukannya tasawuf adlah akhlak, sedangkan moral keagamaan ini banyak diatur
dalam Alquran dan sunnah, sumber pertama adalah ajaran-ajaran islam, sebab tasawuf ditimba dari
Alquran,sunnah,dan amalan serta ucapan para sahabat. Amalan serta ucapan para sahabat itu tentu
saja tidak keluar dari ruang lingkup Alquran dan sunnah. Oleh karena itu, dua sumber utama tasawuf
adalah Qlquran dan sunnah.
Menurut Ath-thusi,para sufi secara khusus lebih menaruh perhatian terhadap moral luhur serta sifat
dan amalan utama. Hal ini demi mengikuti Rasulullah, para sahabar, serta orang-orang setelah
beliau. Menurut Ath-Thusi, semua ilmunya dapat dijajaki dalam kitab Allah, yaitu Alquran.
Alquran merupakan kitab Allah yang didalamnya terkandung pesan-pesan ajaran islam; baik Akidah,
syariat, maupun akhlak. Ketga muatan tersebut banyak tercermin dalam ayat-ayat yang termaktub
dalam Alquran. Ayat –ayat Alquran itu di satu sisi ada yang perlu dipahami secara konteksual-
rohaniah. Jika dipahami secara lahiriah saja, ayat-ayat Alquran akan terasa kaku, kurang dinamis, dan
tidak mustahil akan di temukan persoalan yang tidak dapat diterima secara psikis.
Ajaran islam secara umum mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah. Pemahaman
terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada gilirannya melahirkan tasawuf. Unsur
kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam, Alquran dan
sunnah,serta praktik kehidupan rasulullah dan para sahabatnya.Alquran antara lain berbicara
tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai dengan tuhannya.
- Pembagian tasawuf
Secara keseluruhan, ilmu tasawuf dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tasawuf ilmi atau
tasawuf Nazhari yang bersifat teoritis. Tasawuf dalam bagian ini adalah sejarah lahir tasawuf
dan perkembangannya hingga menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Termasuk didalamnya
adalah teori-teori tasawuf menurut berbagai tokoh tasawuf dn tokoh luar tasawuf yang
berwujud ungkapan sistematis dan filosofi.
Selanjutnya, tasawuf amali atau tasawuf Tathbiqi sebagai ajaran tasawuf yang bersifat
praktis. Orang yang menjalankan ajaran tasawuf ini akan mendapat keseimbangan dalam
hidupnya, antara material dan spiritual juga dunia dan akhirat.
Sementara itu, ada juga yang membagi tasawuf menjadi tiga bagian, yaitu tasawuf akhlaki,
tasawuf Amali, dan tasawuf Falsafi. Perlu dipahami bahwa pembagian ini hanya dalam kajian
akademik. Ketiganya tidak dapat dipisahkan secara dikotomik sebab karena praktik ketiga
bagian itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang laiinya. Misalnya, pendalaman dan
pengalaman aspek batin adalah yang paling utama dengan tanpa mengabaikan aspek
lahiriah yang dimotivasikan untuk membersihkan jiwa. Kebersihan jiwa dimaksud adalah
hasil perjuangan (mujahadah) yang tak henti sebagai cara perilaku perorangan yang terbaik
dalam mengontrol diri pribadi. Dan pencapaian kesempurnaan serta kesucian jiwa, tidak lain
harus melalui pendidikan dan latihan mental (riyadhah) yang diformulasikan dalam bentuk
pengaturan sikap mental yang benar dan pendisiplinan tingkah laku yang tepat.
Bab 2
- Tujuan tasawuf
Pertama, tasawuf yang bertujuan pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan
kestabilan jiwa yang berkesetinambungan, penguasaan dan pengendalian hawa nafsu
sehingga manusia konsisten kepada keluhuran moral. Tasawuf yang bertujuan moralitas ini
pada umumnya bersifat praktif.
Kedua, tasawuf yang bertujuan ma’rifatullah melalui penyingkapan ]langsung atau metode
kasyf al-hijab.tasawuf jenis ini sudah bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus
yang duformulasikan secara sistematis-analistis.
Ketiga, tasawuf ini bertujuan membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri
kepada Allah secara mistisfilosofis, pengkajian garis hubungan antara tuhan dan makhluk –
terutama hubungan manusia dengan tuhan da apa arti dekat dengannya.
- Manfaat tasawuf
1. Membersihkan hati dalam berinteraksi dengan Allah
2. Membersihkan diri dari pengaruh materi
3. Menerangi jiwa dari kegelapan
4. Memperteguh dan menyuburkan keyakinan agama
5. Mempertinggi akhlak manusia.
Bab 3
- Unsur arab
Untuk melihat bagaimana tasawuf berasal dari dunia Islam, pelacakan terhadap sejarah
munculnya tasawuf mengingat kehadiran Islam bermula dari daratan arab maka melacak sejarah
perkembangan tasawuf, tidak hanya memperhatikan ketika tasawuf mulai dikaji sebagai ilmu,
melainkan sejak zaman Rasulullah. Memang pada masa Rasulullah dan masa datangnya agama Islam,
istilah tasawuf itu belum ada. Akan tetapi, tidak dapat disangkal lagi bahwa hidup seperti yang
digambarkan dalam kalangan ahli-ahli sufi itu sudah ditemukan, baik pada diri Nabi Muhammad
sendiri maupun pada diri sahabatnya. Sikap zuhud, misalnya, telah banyak ditananamkan oleh
Rasulullah dan para sahabatnya dalam keseharian beliau.
Kalau dilihat sejarahnya, hidup zuhud telah ada sebelum munculnya Islam di tanah Arab.
Oleh sebab itu untuk melihat sejarah tasawuf, perlu ditinjau perkembangan peradaban Islam sejak
zaman Rasulullah. Hal ini karena pada hakekatnya kehidupan rohani telah ada pada diri beliau sebagai
panutan agama. Kesederhanaan hidup dan upayanya menghindari bentuk kemewahan sudah tumbuh
sejak Islam datang. Ini tergambar dalam kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya yang berada
dalam suasana kesederhanaan. Dengan demikian, pada abad pertama Hijriyah, orang Islam belum
mengenal istilah tasawuf dan yang ada hanyalah benih-benih kezuhudan yang sudah ada sejak dalam
kehidupan Rasulullah SAW.
Sikap-sikap Rasulullah dan para sahabat ini kemudian dipraktekkan pula oleh kaum sufi
berikutnya. Para Tabi’in merupakan perintis dalam usaha sendiri-sendiri untuk mendekatkan diri
kepada Allah tanpa melepaskan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pokok syari’at Islam.
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf Dalam Islam
Pertumbuhan Tasawuf Jauh sebelum lahirnya agama islam, memang sudah ada ahli Mistik yang
menghabiskan masa hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya; antara lain terdapat pada
India Kuno yang beragama Hindu maupun Budha. Orang-orang mistik tersebut dinamakan
Gymnosophists oleh penulis barat dan disebut Al-hukama’ul Uroh oleh penulis Arab. Yang dapat
diartikan sebagai orang-orang bijaksana yang berpakaian terbuka. Hal tersebut dimaksudkan, karena
ahli-ahli mistik orang-orang India selalu berpakaian dengan menutup separuh badannya.
Selanjutnya dapat dikemukakan beberapa nash yang mengandung ajaran tasawuf yaitu:
1) Nash-nash al-qur’an, antara lain QS; Al-Ahzab ayat 41-42 yang artinya: : “ Hai orang-orang yang
beriman berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya di waktu pagi
dan petang”.
2) Nash-nash hadits yang antara lain artinya berbunyi; ”Bersabda Rasulullah saw: Takutilah firasat
orang-orang mu’min, karena ia dapat memandang dengan nur (petunjuk Allah). “ H.R.Bukhari yang
bersumber dari Abi Sa’id Al-Khudriyyi.
Kehidupan Rasulullah saw yang menggambarkan kehidupan sebagai sufi yang sangat sederhana,
karena beliau menjauhkan dirinya dari kehidupan mewah, yang sebenarnya merupakan amalan zuhud
dalam ajaran Tasawuf.
Bab 4
Secara historis, tasawuf telah mengalami banyak perkembangan melalui beberapa tahap sejak
pertumbuhannya hingga sekarang. Pada sejarah umat Islam, ada peristiwa tragis, yaitu terbunuhnya
khalifah Usman bin Affan. Dari peristiwa itu, terjadi kekacauan dan kemerosotan akhlak. Akhirnya
para ulama’ dan para sahabat yang masih ada, berpikir dan berikhtiar untuk membangkitkan kembali
ajaran Islam, mengenai hidup zuhud dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi awal timbulnya benih
tasawuf ang paling awal.
1. Abad I dan II Hijriyah
Pada tahap ini, tasawuf masih berupa zuhud. Yaitu ketika sekelompok kaum muslim memusatkan
perhatian dan memprioritaskan hidupnya pada pelaksanaan ibadah untuk mengejar kepentingan
akhirat. Tokohnya antara lain:
Pada abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf. Praktisi kerohanian
yang pada masa permulaan abad ketiga hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan
utama kegiatan ruhani mereka tidak semata – mata kebahagian akhirat yang ditandai dengan
pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung
dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada kondisi
tenggelam dan mabuk kedalam yang dicintai ( fana fi al-mahbub ). Kondisi ini tentu akan mendorong
ke persatuan dengan yang dicintai ( al-ittihad ). Di sini telah terjadi perbedaan tujuan ibadah orang-
orang syariat dan ahli hakikat.
Pada fase ini berdiri lembaga pendididkan yang khusus mengajarkan pendidikan cara hidup sufisik
dalam bentuk tarekat. Kemudian dari beberapa tokoh lain muncul istilah fana`, ittihad dan hulul.
Fana adalah suatu kondisi dimana seorang shufi kehilangan kesadaran terhadap hal-hal fisik ( al-
hissiyat). Ittihad adalah kondisi dimana seorang shufi merasa bersatu dengan Allah sehingga masing-
masing bisa memanggil dengan kata aku ( ana ). Hulul adalah masuknya Allah kedalam tubuh
manusia yang dipilih. Tokoh-tokohnya adalah:
• Al-Junaid
• Al-Sari Al-Saqathi
• Al-Kharraz
3. Abad V Hijriyah
Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasarnya yang asli yaitu
al-Qur`an dan al-Hadits atau yang sering disebut dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai
dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap
fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor syari’ah atau tradisi (sunnah)
Nabi dan sahabatnya. Tokoh yang paling terkenal adalah Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) atau yang
lebih dikenal dengan al-Ghzali yang menjadi acuan para tokoh sufi lainnya. Tokoh tasawuf pada fase
ini adalah:
• Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H)
4. Abad VI Hijriyah
Fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi yakni tasawuf yang memadukan antara rasa (
dzauq ) dan rasio ( akal ), tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat Yunani. Pengalaman –
pengalaman yang diklaim sebagai persatuan antara Tuhan dan hamba kemudian diteorisasikan
dalam bentuk pemikiran seperti konsep wahdah al-wujud yakni bahwa wujud yang sebenarnya
adalah Allah sedangkan selain Allah hanya gambar yang bisa hilang dan sekedar sangkaan dan
khayalan. Dalam aliran ini para sufi lebih mengarahkan tasawuf pada “kebersatuan” dengan Allah.
Perhatian mereka sangat tertuju pada aspek ini, sedangkan aspek praktik nyaris terabaikan. Para
tokohnya antara lain:
• Muhyiddin Ibn Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Arabi ( 560 – 638 H.) dengan
konsep wahdah al-Wujudnya.
Tasawuf sunni
Ada beberapa hal yang dapat menjelaskan ilmu tasawuf sunni baik secara bahasa maupun secara
istilah.
Secara Bahasa
Ilmu tasawuf berkembang dalam islam sebagaimana ilmu filsafat. Tasawuf sendiri dalam bahasa
Arab berasal dari kata Shufah yang artinya adalah selembar bulu (baca jazirah islam dan sejarah
islam di Arab Saudi). Maksudnya, para sufi atau ahli tasawuf adalah layaknya bulu yang ringan dan
tidak ada apa-apanya dibanding Allah SWT pencipta seluruh alam semesta.
Kata tasawuf juga diyakini berasal dari kata shafah yang artinya bersih dan jernih, dengan kata lain
tasawuf sendiri merupakan bentuk ilmu yang mengedepankan kejernihan dan kebersihan hati serta
akal sehat, selain itu para sufi juga menyeru kepada umat islam lainnya untuk senantiasa menaati
Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini
ّْلْتهطعْْ َمنْْأَغفَلنَا َْ عن ههمْْتهري هْدْزينَ ْةَْال َح َياةْْالدُّن َياْْ َو َْ سكَْْ َم َْعْالَّذينَْْ َيدعهونَْْ َربَّ ههمْْبالغَ َداةْْ َوال َعشيْْيهريدهونَْْ َوج َه ْههْْ َو
َ ّْلْت َع هْد
َ َْْعينَاك َ َواصبرْْنَف
ًعنْْذكرنَاْ َواتَّبَ َْعْه ََواْههْ َوكَانَْْأَم هرْههْفه هرطا َ ْقَلبَ ْهه
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan
senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah
Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas. (QS Al Kahfi :28)
Secara Istilah
Ada dua aliran utama dalam ilmu tasawuf yakni tasawuf falsafi dan tasawuf sunni. Pengertian
Tasawuf sunni adalah suatu aliran tasawuf yang tidak dicampuri oleh filsafat atau para pelakunya
hanya berusaha mengikuti Alqur’an dan hadits dengan sebaik-baiknya serta membersihkan hati dan
pikiran, dan juga memperbaiki akhlak dan ibadah mereka disisi Allah SWT.
Dengan kata lain para penganut tasawuf sunni cenderung menjauhi hal-hal yang bersiafat keduniaan
seperti jabatan, kekayaan dan hal lain yang bisa menggangu ibadahnya kepada Allah SWT. (baca cara
meningkatkan akhlak terpuji dan akhlak dalam islam)
Perkembangan ilmu tasawuf khususnya ilmu tasawuf sunni melewati beberapa fase dan tahapan
sebagaimana disebutkan berikut ini.
Ilmu tasawuf sudah berkembang sejak awal-awal tahun hijriyah. Saat itu para penganut tasawuf
bahkan tidak memperdulikan makanan, pakaian, tempat tinggal dan hal lain yang terkait dengan
dunia dan hanya berfokus pada ibadah dan menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim saja.
Diantara para penganut tasawuf saat itu antara lain adalah para sahabat dan tabiin seperti halnya
salman Al Farisi, Ammar bin Yasir,Abu dzar Al ghifari dan Hudzaifah bin Al Yaman. Selanjutnya pada
ketiga dan keempat hijriyah, ilmu tasawuf pun berkembang dan pada abad ini tasawuf lebih fokus
pada perbaikan akhlak atau tasawuf akhlak dimana akhlak terpuji menjadi salah satu hal utama yang
harus dimiliki umat muslim.
Abad kelima hijriyah dan seterusnya
Barulah pada abad kelima hijriyah muncul pengaruh ilmu dan budaya bangsa barat terutama
filsafat bangsa Yunani yang mulai mmepengaruhi paham tasawuf dalam agama islam dan
kemudian dikenql dengan istilah tasawuf falsafi. Banyaknya kalangan yang tidak menyetujui
tasawuf falsafi pada abad itu dan akhirnya seorang cendekiawan muslim yakni Al Ghazali
menetapkan dasar atau landasan pokok tasawuf berdasarkan Alqur’an dan sunnah dan yang
selanjutnya dikenal sebagai tasawuf sunni
- Tasawuf di indonesia
Sejarah Perkembangan Tasawuf di Indonesia
Dari segi Linguistik dapat dipahami bahwa tasawuf merupakan sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan
selalu bersikap bijaksana.[1] Sikap mental yang seperti ini hakikatnya pada akhlak yang mulia
karena hanya dapat dipandang dengan mengaplikasikannya dalam kebijakan mengambil.
Tasawuf juga berperan dalam membersiahkan hati sanubari. Karean tasawuf banyak
berurusan dengan dimensi esoterik (batin).
Tasawuf mulai masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia dan
tasawuf mengalami banyak perkembangan itu ditandai dengan banyaknya berkembang
ajaran tasawuf dan tarikat yang muncul dikalangan masyarakat saat ini yang dibawah oleh
para ulama Indonesia yang menuntut ilmu di Mekkah dan Madina kemudian berkembang.
Hawash Abdullah menyebutkan beberapa bukti tentang besarnya peran para sufi dalam
menyebarkan Islam pertama kali di Nusantara. Ia menyebutkan Syekh Abdullah Arif yang
menyebarkan untuk pertama kali di Aceh sekitar abad ke-12 M. Dengan beberapa mubalig
lainya. Menurut Hawash Abdullah kontribusi para sufilah yang sangat memperngaruhi
tumbuh pesatnya perkembangan Islam di Indonesia.[2]
Perlu kita ketahui bahwa sebelum Islam datang, dianut, berkembang dan saat ini
mendominasi (mayoritas) bahwa telah berkembang berbagai faham tentang konsep Tuhan
seperti Animisme, Dinamisme, Budhaisme, Hinduisme. Para mubalig menyebarkan Islam
dengan pendekatan tasawuf. M. Sholihin menerangkan bahwa hamper semua daerah yang
pertama memeluk Islam bersedia menukar kepercayaannya.[3] Karena tertarik pada ajaran
tasawuf yang di ajarkan para mubalig pada saat itu.
Dalam perkembangan tasawuf di Nusantara menurut Azyumadi Azra, tasawuf yang pertama
kali menyebar dan dominan di Nusantara adalah yang bercorak falsafi, yakni tasawuf yang
sangat filosofis dan cendrung spekulatif seperti al-Ittihad (Abu Yazid Al-Bustami), Hulul (Al-
Hallaj), dan Wahda al Wujud (Ibn Arabi). Dominasi tasawuf filsafi terlihat jelas pada kasus
Syekh Siti jenar yang dihukum mati oleh Wali Songo karena dipandang menganut paham
tasawuf yang sesat.[4]
Kemudian pada abad ke-16 kitab-kitab klasik mulai ada dan dipelajari kemudian
diterjemahkan dalam bahasa melayu seperti kitab Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali.
Kemudian muncullah beberapa tokoh tasawuf asli Indonesia seperti Hamzah Fansuri,
Nuruddin Ar-Raniri, Syekh Abdul Rauf Singkili, Abdul Somad Al-Palembani, Syekh yusuf Al-
Makassari.
b) Ajaran Tasawufnya
Kesesatan ajaran tasawuf wujudiyyah, sama dengan Nuruddin al-Raniri, yang di anggap sesat
dan penganutnya dianggap murtad, akan tetapi berbeda halnya dalam menanggapinya As-
sinkili menyikapinya dengan lebih bijaksana. Rekonsiliasi antara tasawuf dan syari’at, Dzikir
dapat memperoleh fana’ (wujud Allah), Martabat Wujud Tuhan. Menurutnya, ada tiga
martabat perwujudan Tuhan. Yaitu Ahadiyyah, Wahdah atau Ta’ayyun Awwal dan
Wahdiyyah atau Ta’ayyun Tsani