Anda di halaman 1dari 3

MASALAH DAN MANAJEMEN

KESEHATAN REPRODUKSI PADA USIA LANJUT

Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang
lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut
usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan
(middle age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 –
90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Namun demikian masih terdapat
perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke
dalam penduduk lanjut usia.
Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik juga
fungsinya mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara perlahan
bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada masa usia muda.
Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut adalah ditandai dengan
perubahan fisik dan psikologis tertentu. Beberapa perubahan gangguan fisik yang
timbul adalah perubahan pada kulit, otot, persendian, gigi, panca indra, sistem
pernaasan, system kardiovaskular dan organ tubuh lainnya. Gangguan psikologis paling
umum yang berpengaruh pada orang tua adalah timbulnya depresi, dimensia, dan
mengigau.
Sedangkan salah satu masalah pokok di bidang kesehatan yang dihadapi para
lanjut usia adalah berhentinya fungsi fisiologis berupa menopause pada wanita dan
andropause atau hipogonadisme (penurunan fungsi testis) pada pria. Pada wanita, masa
menopause memiliki batas yang jelas, yakni berhentinya haid sebagai tanda perubahan
dari masa reproduksi menuju masa senja, sedangkan pada pria batas tersebut tidak jelas.
Namun demikian, keduanya sama-sama mengalami penurunan kadar hormon seks. Pada
wanita, yang menurun adalah kadar estrogen, sedangkan pada pria kadar testosteronnya.
Wanita yang menjelang menopause biasanya mengalami hot flushes (muka dan
badan terasa panas), banyak berkeringat, mudah tersinggung dan lekas marah, cepat
lelah, pusing-pusing dan depresi (perasaan tertekan), jantung berdebar-debar, sulit tidur,
libido turun, nyeri otot dan tulang, gangguan berkemih (rasa nyeri), rambut rontok, dan
lain-lain. Pada pria yang mengalami andropause juga menunjukkan gejala yang sama
seperti pada menopause, yaitu penurunan libido (gairah seksual), impotensi (gagal
ereksi), perubahan suasana hati (mood ), disertai penurunan aktivitas intelektual,
kelelahan, depresi, mudah tersinggung, menurunnya kekuatan dan massa otot, lemah,
kurang energy, perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi),
berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), pengecilan organ-organ seks,
kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin dan ketiak, osteoporosis (keropos tulang),
nyeri punggung, dan risiko penyakit jantung.
Salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalah tersebut
adalah dengan pengobatan sulih hormon (hormone replacement therapy, HRT), yaitu
pemberian hormon estrogen dan testosteron. Pada wanita, terapi sulih hormon dapat
mencegah berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, vagina kering, dan
gangguan pada saluran kandung kemih. Seperti halnya pengobatan sulih hormon
estrogen pada wanita menopause, sulih hormon testosteron pada pria andropause juga
efektif dan bermanfaat, serta tidak menimbulkan rasa sakit. Penggunaan terapi sulih
hormon juga dapat mencegah perkembangan penyakit akibat dari penurunan hormon
seperti osteoporosis dan jantung koroner. Dengan pemberian terapi sulih hormon,
kualitas hidup dapat ditingkatkan sehingga memberikan kesempatan untuk hidup
nyaman secara fisiologis maupun psikologis. Akan tetapi, terdapat beberapa keadaan
yang tidak mengizinkan penggunaan pengobatan ini, seperti pada wanita menopause
dengan penyakit penyerta kanker payudara, kanker endrometrium, perdarahan pervagina
yang tidak jelas, kerusakan hati yang berat dan tromboemboli yang aktif. Sedangkan
pada pria andropause pengobatan ini tidak dilakukan dengan penyakit penyerta kanker
payudara (pada pria), kanker prostat, BPH dengan obstruksi, payah jantung yang berat
dan sleep apnoe berat. Oleh karena itu, selama pengobatan dokter memiliki peran besar
untuk memantau perkembangan dan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan
pengobatan sulih hormon sangat mungkin menimbulkan penyulit (komplikasi) yang
merepotkan.
Selain pengobatan secara medis, pengobatan pada permasalah yang dihadapi
lansia harus mencakup aspek psikis dan fisik. Tanpa kombinasi keduanya, maka hasil
pengobatan tidak akan optimal. Pendekatan spiritual dapat membantu seseorang
menjadi lebih realistis menerima fakta kehidupan dan menganggap setiap kekurangan
sebagai tantangan. Melalui konseling, peran konselor dan tenaga kesehatan dapat
menjelaskan kondisi umum dan masalah yang timbul pada masa usia lanjut serta
pengaruhnya terhadap emosi, pola pikir dan hubungan seksual sangat berpengaruh.
Melalui beberapa tahapan konseling secara terbuka dan kolaborasi dengan ahli jiwa
(psikolog) atau dokter spesialis jiwa (psikiater) dengan dokter spesialis kebidanan dan
kandungan, bisa diperoleh suatu pemecahan masalah seksual dan kejiawaan pada lansia.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik juga dapat
membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel
tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang
karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang
dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk
jantung, usus, pernafasan dan ginjal. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan
(buah-buahan, biji-bijian, sayuran, vitamin C, E dan betakarotenoid) dan fitoestrogen
(kacang tanah, kacang kedelai, jaung, gandum, brokoli, kembang kol) juga penting
untuk kesehatan reproduksi pada lanjut usia dan menetralkan radikal bebasa dalam
tubuh. Selain itu, pemberian nutrisi sesuai prinsip gizi seimbang dapat mendukung,
mempertahankan kesehatan dan memperlambat penuaan bagi usia lanjut.
Setiap kiat yang dijalankan untuk mengurangi gejala-gejala dan risiko dari
permasalahan pada lansia harus digabungkan dengan pendekatan gaya hidup yang baik,
seperti terapi medikasi yang baik, diet yang optimal, olahraga teratur, pengelolaan
cekaman (stress), konsumsi makan seimbang, menghentikan minum alkohol dan
merokok serta solusi-solusi lain yang dilakukan secara bertahap sehingga masalah pada
lansia akan terselesaikan.

Anda mungkin juga menyukai