DEFINISI
Trauma adalah cedera atau kerugian psikologis atau emosional ( Dorland,
2002 ).Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Insiden trauma
abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada
trauma tumpul daripada trauma tusuk.
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan
lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI,
1995).Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(Sjamsuhidayat, 1997).
B. ETIOLOGI
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium).Disebabkan oleh :
Luka akibat terkena tembakan
Luka akibat tikaman benda tajam
Luka akibat tusukan
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :
Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
Hancur (tertabrak mobil)
Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
C. KLASIFIKASI
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis.
1. Trauma penetrasi
- Trauma Tembak
- Trauma Tumpul
2. Kompresi
-Hancur akibat kecelakaan
-Sabuk pengaman
- Cedera akselerasi
D. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum manifestasi yang muncul pada trauma abdomen adalah sesuai
dengan etiologi dari terjadinya trauma, secara umum menurut (Hudak & Gallo, 2001)
tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri : Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas.
2. Darah dan cairan : Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium
yang disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma : Nyeri disebelah kiri yang disebabkan
oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) : Yang disebabkan oleh
kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi
Pada hakekatnya gejala dan tanda yang ditimbulkan dapat karena hal-hal
sebagai berikut :
1. Pecahnya Hepar atau lien yang pecah akan menyebabkan perdarahan yang
dapat bervariasi dari ringan sampai sangat berat, bahkan kematian. Gejala dan
tandanya adalah :
Gejala perdarahan secara umum : Penderita tampak anemis (pucat). Bila
perdarahan berat akan timbul gejala dan tanda dari syok hemoragik
Gejala adanya darah intra-peritoneal : Penderita akan merasa nyeri abdomen,
yang dapat bervariasi dari ringan sampai nyeri hebat. Pada auskultasi biasanya
bising usus menurun, yang bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya,
karena bising usus akan menurun pada banyak keadaan lain. Pada pemeriksaan
akan teraba bahwa abdomen nyeri tekan, kadang-kadang ada nyeri lepas dan
defans muskular (kekakuan otot) seperti pada peritonitis. Perut yang semakin
membesar hanya akan ditemukan apabila perdarahan hebat dan penderita tidak
gemuk. Pada perkusi akan dapat ditemukan pekak sisi yang meninggi.
2. Pecahnya organ berlumen : Pecahnya gaster, usus halus atau kolon akan
menimbulkan peritonitis yang dapat timbul cepat sekali (gaster) atau lebih
lambat.
3. Apabila trauma tajam, maka kadang-kadang akan ditemukan bahwa ada organ
intra-abdomen yang menonjol keluar. Keadaan ini dikenal sebagai eviserasi.
4. Trauma ginjal akan menyebabkan perdarahan yang tidak masuk rongga
peritoneum (organ ekstra-perotoneal). Jarang perdarahan dari ginjal akan
menyebabkan syok (walaupun bisa). Gejala lain pada trauma ginjal adalah
behwa kebanyakan penderita ini akan kencing kemerahan atau kencing darah
(hematuria).
Secara spesifik di setiap kerusakan organ akan ditemui tanda-tanda sebagai
berikut :
1. Pada Liver
Iritasi peritoneal
Elevasi diafragma disisi kanan
Fraktur tulang rusuk
Hipotensi
Takikardi
Penurunan CVP
Ligamentum teres
2. Pada Limpa
Nyeri di LUQ
Ballance’s sign (+)
Kehr’s sign (+)(bila nyeri di rongga peritoneal)
Iritasi peritoneal
Hipotensi
Takikardi
Penurunan CVP
Kaku abdomen
3. Pada Pankreas
Nyeri epigastrik
Tenderness
Ada tanda Grey-Turner’s
Gejala muncul setelah 12-36 jam kejadian
4. Pada abdomen, duodenum, mesentry, small bowel
Nyeri abdomen
Tanda-tanda inflamasi peritoneal
Bunyi auskultasi abdomen menghilang
Ada darah dalam nasogastric tube
Shock
5. Pada Usus besar dan Rektum
Peritonitis
Nyeri & tenderness selama pemeriksaan rectal
Infeksi insisi
Abses
Obstruksi intestine
Fistula colocutaneus
Iskemi bowel
6. Vascular (Vena Cava inferior, pembuluh darah portal aorta)
Instabilitas hemodinamik
Nervus vagus terstimulus karena adanya darah di abdomen
Trombus
Infeksi
Fistula enterik vascular
7. Ginjal
Ekimosis di iga ke 11 atau 12
Adanya tenderness di bagian panggul atau abdomen saat dipalpasi
Hematuria
Infeksi
Gagal ginjal
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
Pemeriksaan abdomen untuk menentukan tanda-tanda eksternal dari cedera.
Perlu diperhatikan adanya area yang abrasi dan atau ekimosis.
Observasi pola pernafasan karena pernafasan perut dapat mengindikasikan
cedera medulla spinalis. Perhatikan distensi abdomen, yang kemungkinan
berhubungan dengan pneumoperitoneum, dilatasi gastrik, atau ileus yang
diakibatkan iritasi peritoneal.
Bradikardi mengindikasikan adanya darah bebas di intra peritoneal pada
pasien dengan cedera trauma tumpul abdomen.
Cullen sign (ekimosis periumbilikal) menandakan adanya perdarahan
peritoneal, namun gejala ini biasanya muncul dalam beberapa jam sampai
hari. Memar dan edema panggul meningkatkan kecurigaan adanya cedera
retroperitoneal.
Inspeksi genital dan perineum dilakukan untuk melihat cedera jaringan lunak,
perdarahan, dan hematoma.
b. Auskultasi :
Bising pada abdomen menandakan adanya penyakit vaskular atau fistula
arteriovenosa traumatik.
Suara usus pada rongga thoraks menandakan adanya cedera diafragmatika.
Selama auskultasi, palpasi perlahan dinding abdomen dan perhatikan
reaksinya.
c. Palpasi :
Palpasi seluruh dinding abdomen dengan hati-hati sembari menilai respon
pasien. Perhatikan massa abnormal, nyeri tekan, dan deformitas.
Konsistensi yang lunak dan terasa penuh dapat mengindikasikan perdarahan
intraabdomen.
Krepitasi atau ketidakstabilan kavum thoraks bagian bawah dapat menjadi
tanda potensial untuk cidera limpa atau hati yang berhubungan dengan
cedera tulang rusuk.
Ketidakstabilan pelvis merupakan tanda potensial untuk cedera traktus
urinarius bagian bawah, seperti hematom pelvis dan retroperitoneal. Fraktur
pelvis terbuka berhubungan tingkat kematian sebesar 50%.
Pemeriksaan rektal dan bimanual vagina dilakukan untuk menilai perdarahan
dan cedera. Feces semestinya juga diperiksa untuk menilai adakah
perdarahan berat atau tersamar. Tonus rectal juga dinilai untuk mengetahui
status neurologis dari pasien.
Pemeriksaan sensori pada thorak dan abdomen dilakukan untuk evaluasi
adanya cedera medulla spinalis. Cedera medulla spinalis bisa berhubungan
dengan penurunan atau bahkan tidak adanya persepsi nyeri abdomen pada
pasien.
Distensi abdomen dapat merupakan hasil dari dilatasi gastrik sekunder
karena bantuan ventilasi atau terlalu banyak udara.
Tanda peritonitits (seperti tahanan perut yang involunter, kekakuan) segera
setelah cedera menandakan adanya kebocoran isi usus.
d. Perkusi :
Nyeri pada perkusi merupakan tanda peritoneal
Nyeri pada perkusi membutuhkan evaluasi lebih lanjut dan kemungkinan
besar konsultasi pembedahan.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara rendahnya kadar
hematokrit (<30%) dengan cidera berat. Peningkatan sel darah putih tidak spesifik
dan tidak dapat menunjukkan adanya cidera organ berongga.
b. Kimia serum
Jika pengukuran gas darah tidak dilakukan, kimia serum dapat digunakan
untuk mengukur serum glukosa dan level karbon dioksida. Pemeriksaan cepat
glukosa darah dengan menggunakan alat stik pengukur penting pada pasien dengan
perubahan status mental.
c. Tes fungsi hati
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kadar aspartate aminotransferase
(AST) atau alanine aminotransferase (ALT) meningkat lebih dari 130 U pada
koresponden dengan cedera hepar yang signifikan. Kadar Lactate Dehydrogenase
(LDH) dan bilirubin tidak spesifik menjadi indikator trauma hepar.
d. Pengukuran Amilase
Peningkatan amylase atau lipase dapat terjadi akibat iskemik pancreas akibat
hipotensi sistemik yang menyertai syok.
e. Urinalisis
Indikasi untuk urinalisis termasuk trauma signifikan pada abdomen dan atau
panggul, gross hematuria, mikroskopik hematuria dengan hipotensi, dan mekanisme
deselerasi yang signifikan.
f. Penilaian gas darah arteri (ABG)
Kadar ABG dapat menjadi informasi penting pada pasien dengan trauma
mayor. Informasi penting sekitar oksigenasi (PO2, SaO2) dan ventilasi (PCO2) dapat
digunakan untuk menilai pasien dengan kecurigaan asidosis metabolic hasil dari
asidosis laktat yang menyertai syok.
g. Skrining obat dan alkohol
Pemeriksaan skrining obat dan alkohol pada pasien trauma dengan
perubahan tingkat kesadaran. Nafas dan tes darah dapat mengindentifikasi tingkat
penggunaan alkohol.
3. Pemeriksaan Gambar
Pemeriksaan radiografi abdomen perlu dilakukan pada pasien yang stabil
ketika pemeriksaan fisik kurang meyakinkan (Hoff et al., 2001).
a. Foto polos : Udeani & Steinberg (2011) menyatakan bahwa :
Meskipun secara keseluruhan evaluasi pasien trauma tumpul abdomen
dengan rontgen polos terbatas, namun foto polos dapat digunakan untuk
menemukan beberapa hal.
Radiografi dada bisa digunakan untuk diagnosis cedera abdomen seperti
ruptur hemidiafragmatika atau pneumoperitoneum.
Radiografi dada dan pelvis dapat digunakan untuk menilai fraktur vertebra
torakolumbar
Udara bebas intraperitoneal atau udara yang terjebak pada retroperitoneal
dari perforasi usus kemungkinan bisa terlihat.
b. Ultrasonografi
Evaluasi FAST abdomen terdiri visualisasi perikardium (dari lapang pandang
subxiphoid), rongga splenorenal dan hepatorenal, serta kavum douglas pada pelvis.
Tampilan pada kantong Morrison lebih sensitive, terlebih jika etiologinya adalah
cairan (Jehangir et al., 2002).
c. Computed Tomography (CT) Scan
Keuntungan CT scan adalah tingginya spesifitas dan petunjuk manajemen
nonoperatif pada cidera organ padat CT serta sumber perdarahan (Feldman, 2006).
F. PENATALAKSANAAN
1. Airway dan Breathing
Ini diatasi terlbih dahulu. Selalu ingat bahwa cedera bisa lebih daris atu area tubuh,
dan apapun yang ditemukan, ingat untuk memprioritaskan airway dan breathing
terlebih dahulu.
2. Circulation
Kebanyak trauma abdomen tidak dapat dilakukan tindakan apa-apa pada fase pra-
RS, namun terhadap syok yang menyertainya perlu penanganan yang agresif.
Seharusnya monitoring urin dilakukan dengan pemasangan DC, namun umumnya
tidak diperlukan pada fase pra-RS karena masa transportasi yang pendek
3. Disability
Tidak jarang trauma abdomen disertai dengan trauma kapitis. Selalu periksa tingkat
kesadaran (dengan GCS) dan adanya lateralisasi (pupil anisokor dan motorik yang
lebih lemah satu sisi). Apabila ditemukan usus yang menonjol keluar, cukup dengan
menutupnya dengan kasa steril yang lembab supaya usus tidak kering. Apabila ada
benda menancap, jangan dicabut, tetapi dilakukan fiksasi benda tersebut terhadap
dinding perut.
G. KOMPLIKASI
Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen
karena adanya ruptur pada organ. Penyebab yang paling serius dari peritonitis
adalah terjadinya suatu hubungan (viskus) ke dalam rongga peritoneal dari organ-
organ intra-abdominal (esofagus, lambung, duodenum, intestinal, colon, rektum,
kandung empedu, apendiks, dan saluran kemih), yang dapat disebabkan oleh
trauma, darah yang menginfeksi peritoneal, benda asing, obstruksi dari usus yang
mengalami strangulasi, pankreatitis, PID (Pelvic Inflammatory Disease) dan bencana
vaskular (trombosis dari mesenterium/emboli).
Gejala dan tanda yang sering muncul pada penderita dengan peritonitis
antara lain:
a. Nyeri perut seperti ditusuk
b. Perut yang tegang (distended)
c. Demam (>380C)
d. Produksi urin berkurang
e. Mual dan muntah
f. Haus
g. Cairan di dalam rongga abdomen
h. Tidak bisa buang air besar atau kentut
i. Tanda-tanda syok
Takikardia disebabkan karena dilepaskannya mediator inflamasi dan
hipovolemia intravaskuler yang disebabkan karena mual dan muntah, demam,
kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen. Dengan adanya dehidrasi
yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi semakin hipotensi. Hal ini
bisa menyebabkan produksi urin berkurang, dan dengan adanya peritonitis hebat
bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bulechek, G.M., Butcher, H.W. & Dochterman, J.M. (2008). Nursing intervention
classification (NIC). (5th edition). St Louis: Mosby Elsevier.
2. Dochterman, Joanne M et al. 2008. Fift Edition Nursing Interventions Classification
(NIC). Missouri: Mosby Elsevier
3. Doenges. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3,EGC,
4. Dudley, H. A. F. 1992 Hamilton Bailey's Emergency Surgery. Yogyakarta : UGM Press.
5. Feldman, G. 2006 Blunt Abdominal Trauma : Evaluation. Diakses pada 05 Juni 2016 dari
http://www.docstoc.com/docs/30321684/Blunt-Abdominal-Trauma-Evaluation.
6. Heather, T Herdman. 2012. NANDA International NURSING DIAGNOSES:
DEFINITIONS & CLASSIFICATION 2012-2014. Oxford:Wiley Blackwell
7. Hoff. W S., Holevar M., Nagy K. K., Patterson L., Young .J S., Arrillaga A., Najarian M.
P., Valenziano C. P. 2001 PRACTICE MANAGEMENT GUIDELINES FOR THE
EVALUATION. Coatesville : Eastern Association for the Surgery of Trauma.
8. Jehangir B., Bhat A. H., Nazir, A. 2002 The Role of Ultrasonography in Blunt Abdominal
Trauma. JK-practitioner.
9. Keogh, Jimm. 2010. Nursing Laboratory and Diagnostic Tests Demystified .
United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.
10. King M., Bewes P. 2002 Bedah Primer Trauma. Jakarta : EGC.
11. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media Aesculapius
12. Moerhead, Sue. 2008. Fourth Edition Nursing Outcomes Classification (NOC).
Missouri: Mosby Elsevier
13. Morrhead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. (2008). Nursing outcomes
classification (NOC) (4th edition). St.Louis: Mosby Elsevier
14. Newfield, Susan A Et Al. 2007. Cox’s Clinical Apprications of Nursing Diagnosis
Adult, Child,Women’s, Mental Health, Gerontic, and Home Health
Considerations 5th Edition. Philadelphia : F.A Davis
15. Salomone A. J., Salomone, J. P. 2011 Emergency Medicine: Abdominal Blunt
Trauma.Emedicine. WebMD. Diakses pada 05 Juni 2016 dari
http://emedicine.medscape.com/article/433404-print .
16. Snell, R S. 2006 Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC.
PATOFISIOLOGI
Adanya kekuatan, tenaga, dan gaya dari luar tubuh
↓
Dinding abdomen
↓
Injury abdomen
↓
Trauma abdomen
↓
Pelvic space
Hematemesis Hematochezia Hematuria
LIVER LIMPA PANKREAS ABDOMEN, USUS BESAR, VASCULAR (Vena Cava GINJAL
DUODENUM, REKTUM inferior, pembuluh
MESENTERY, SMALL darah portal aorta)
BOWEL
Iritasi peritoneal Nyeri di LUQ Nyeri epigastrik Nyeri abdomen Peritonitis Instabilitas Ekimosis di
Elevasi diafragma Ballance’s sign (+) Tenderness Tanda-tanda Nyeri & hemodinamik iga ke 11 atau
disisi kanan Kehr’s sign (+)(bila nyeri Ada tanda Grey- inflamasi peritoneal tenderness Nervus vagus 12
Fraktur tulang di rongga peritoneal) Turner’s Bunyi auskultasi selama terstimulus Adanya
rusuk Iritasi peritoneal Gejala muncul abdomen menghilang pemeriksaan karena tenderness di
Hipotensi Hipotensi setelah 12-36 jam Ada darah dalam rectal adanya darah bagian
Takikardi Takikardi kejadian nasogastric tube di abdomen panggul atau
CVP ↓ CVP ↓ shock HR ↓ abdomen saat
Ligamentum teres Kaku abdomen Adanya udara dipalpasi
bebas di selaput
abdomen, uji
jumlah white ↓ hemoglobin & jumlah WBC, Adanya udara ↓ hemoglobin & Hematuria
fekal darah (+),
blood count, level hematokrit, level amilase bebas di selaput tingkat
jml WBC
↓hemoglobin dan jumlah WBC. abdomen. hematokrit.
level hematokrit, Infeksi, gagal
Fistula enterik/ ginjal.
enzim liver, Infeksi insisi,
kutaneus, pancreatic Ileus, peritonitis, Trombus, infeksi,
koagulasi abses, obstruksi
pseudocyst, abses, komplikasi fistula enterik
abnormal, intestine, fistula
perdarahan yg bersifat pulmonal, sindrom vaskular.
clotting & colocutaneus,
delayed, iskemi bowel,
prothrombin time. iskemi bowel.
diabetes/ketidakcukup fistula lambung.
an pankreatik, trauma
pankreas.
DIC, sepsis, Infeksi postplenectomy/
komplikasi terancam pneumococcal
pulmonal, abses bacteremia, infeksi luka,
intraabdomen, liver abses subdiaphragmatic,
failure. komplikasi pulmonal, syok
hipovolemi, perdarahan yg
delayed.