Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan
sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang.
Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi.
Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di
jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat
menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita
antisipasi dari awal. Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi
karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan
terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan
atau merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan
kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity),
sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut
dengan istilah resiko (risk).
Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama
baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Secara umum
resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Resiko dapat
dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran dari
manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah,
mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic
management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi,
dan mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak. Sebagai
perawat tentunya juga memiliki peran dalam mengurangi resiko dengan
mengaplikasikan manajemen dari resiko tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan resiko?
2. Apa saja macam-macam resiko?
3. Sebutkan tipe dari resiko?
4. Apa yang dimaksud dengan manajemen resiko?
5. Bagaimana kerangka kerja dari manajemen resiko?
6. Bagaimana proses dari manajemen resiko?
7. Jelaskan cara untuk mengidentifikasi resiko
8. Apa saja analisis resiko?
9. Bagaimana skala penilaian resiko?
10. Bagaimana matriks resiko?
11. Jelaskan cara penanganan resiko
12. Bagaimana cara untuk menghindari, memindahkan, dan mengurangi
resiko?
13. Bagaimana cara untuk menerima resiko (aktif dan pasif)?
14. Bagaimana pemantauan dan pengendalian resiko?
15. Jelaskan hasil dari pemantauan dan pengendalian resiko

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari resiko
2. Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam resiko
3. Mahasiswa dapat menyebutkan tipe dari resiko
4. Mahasiswa dapat menjelaskan manajemen dari resiko
5. Mahasiswa dapat menjelaskan kerangka kerja dari manajemen resiko
6. Mahasiswa dapat menjelaskan proses dari manajemen resiko
7. Mahasiswa dapat menjelaskan cara untuk mengidentifikasi resiko
8. Mahasiswa dapat menyebutkan analisis resiko
9. Mahasiswa dapat menjelaskan skala penilaian resiko
10. Mahasiswa dapat menjelaskan matriks resiko

2
11. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penanganan resiko
12. Mahasiswa dapat menjelaskan cara untuk menghindari, memindahkan,
dan mengurangi resiko
13. Mahasiswa dapat menjelaskan cara untuk menerima resiko (aktif dan
pasif)
14. Mahasiswa dapat pemantauan dan pengendalian resiko
15. Mahasiswa dapat menjelaskan hasil dari pemantauan dan pengendalian
resiko

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Risiko
Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat
ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko juga dapat diartikan
sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang
tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian. Resiko berhubungan
dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya
cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Menurut Griffin (2002:715), risiko adalah ketidakpastian tentang
peristiwa masa depan atas hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.
Menurut Hanafi (2006:1), risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi
yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian
yang akan datang.

B. Macam-macam Risiko
1. Resiko Bencana
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang dinyatakan dalam
hidup, status kesehatan,mata pencaharian, aset dan jasa, yang dapat terjadi
pada suatu komunitas tertentu ataumasyarakat dalam suatu kurun waktu
tertentu (UNISDR, 2009).
2. Resiko Proyek
Berefek pada perencanaan proyek.
3. Resiko perjalanan.

4
Risiko apapun bisa saja terjadi, baik dalam perjalanan jarak jauh
maupun jarak dekat, dalam bentuk apapun, kapan pun, dan di mana pun
kita berada, sekali pun kita tidak menginginkannya.
4. Resiko Bisnis
Business risk yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam
menjalankan bisnis yang berefek pada nilai jual produk.

C. Tipe Resiko
Secara umum resiko dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Risiko Murni (pure risk)
Risiko di mana kemungkinan kerugian ada, tetapi kemungkinan
keuntungan tidak ada (yang hanya ada kerugian).Contoh: risiko
kecelakaan, kebakaran, banjir, dan semacamnya (risiko-risiko yang
bergerak pada satu arah saja yaitu arah kerugian).
Risiko murni (pure risk) dapat dikelompokkan pada 3 (tiga) tipe risiko,
yaitu:
a. Risiko aset fisik
Merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik
suatu perusahaan.Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung
meletus, dll.
b. Risiko karyawan
Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang
bekerja di perusahaan tersebut.Contoh: kecelakaan kerja sehingga
aktivitas perusahaan terganggu.
c. Risiko Legal
Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau
kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Risiko ini akibat
kelemahan masalah hukum, mulai dari tuntutan hukum, tidak adanya

5
kerangka hukum, dan kelemahan perjanjian.Contoh: perselisihan
dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti ganti rugi.

2. Risiko Spekulatif (speculative risk)


Risiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga
keuntungan. Kemungkinan kerugian ada, tetapi disamping itu juga
terdapat kemungkinan untung. Risiko ini biasanya berkaitan dengan risiko
usaha atau bisnis.Contoh: perjudian, pembelian saham, valuta
asing, saving dalam bentuk emas, perubahan tingkat suku bunga
perbankan.

D. Definisi Manajemen Resiko


Manajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan resiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau
perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu resiko.
Manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian
aktivitas manusia termasuk: Penilaian resiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanyadan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara
lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko,
mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi risiko tertentu.

E. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko


1. Transparansi
Prinsip ini mensyaratkan agar seluruh potensi risiko yang ada pada
suatu aktivitas,khususnya transaksi, dibeberkan secara terbuka. Risiko

6
yang tersembunyi/disembunyikan akan menjadi sumber permasalahan
terbesar dan, per definisi, tidak akan dapat dikelola dengan baik.
2. Pengukuran yang Akurat
Prinsip ini mewakili sisi sains dari konsep Manajemen Risiko, dan
mensyaratkan investasi berkesinambungan untuk berbagai teknik dan alat
yang akan digunakan sebagai syarat dari proses Manajemen Risiko yang
kuat.
3. Informasi Berkualitas yang Tepat Waktu
Prinsip ini akan turut menentukan akurasi pengukuran dan kualitas
keputusan yang diambil. Sebaliknya tidak terpenuhinya prinsip ini bisa
membawa manajemen pada suatu keputusan yang berisiko fatal.
4. Diversifikasi
Sistem Manajemen Risiko yang baik menempatkan konsep
diversifikasi sebagai sesuatu yang penting untuk dicermati. Hal ini
menuntut pola pemantauan yang konstan dan konsisten. Asumsinya
adalah bahwa konsentrasi (Risiko) dapat muncul setiap saat seiring
dengan berbagai perubahan yang terjadi di dunia.
5. Independensi
Berdasarkan prinsip independensi, keberadaan suatu kelompok
Manajemen Risiko yang independen makin dianggap sebagai suatu
keharusan. Prinsip ini tidak sekedar berbicara tentang kewenangan dan
level tanggung jawab dari kelompok Manajemen Risiko dan
kelompok/unit lainnya dalam perusahaan, melainkan juga tentang tentang
visi perusahaan dan kualitas interrelasi antara kelompok Manajemen
Risiko dengan kelompok/unit lainnya, dan juga antar kelompok/unit yang
melaksanakan transaksi dengan mengambil risiko tertentu.
6. Pola Keputusan yang Disiplin
Porsi sains dalam konsep Manajemen Risiko memang telah
memberikan banyak kontribusi bagi kemampuan Manajemen Risiko

7
dalam melakukan pengukuran risiko namun kualitas keputusan tetap saja
tergantung pada bagaimana manajemen memutuskan cara terbaik untuk
menggunakan alat/teknik tertentu dan memahami keterbatasan yang
dimiliki oleh alat/teknik tersebut.
7. Kebijakan
Prinsip ini mensyaratkan bahwa tujuan dan strategi Manajemen Risiko
suatu perusahaan harus dirumuskan dalam sebuah Policy, Manual &
Procedure yang jelas. Policy harus secara jelas menjabarkan dan
mendefiniskan filosofi Manajemen Risiko perusahaan dan menyediakan
keseluruhan pendekatan yang digunakan serta organisasi dari proses
pengambilan Risiko. Tujuan utama dari hal tersebut adalah untuk
memberikan kejelasan mengenai proses Manajemen Risiko, baik untuk
pihak internal maupun untuk pihak eksternal seperti regulator dan para
analis.
Prinsip-prinsip tersebut di atas akan menjadi penentu arah dalam
menyusun suatu kerangka kerja, suatu model Manajemen Risiko yang handal.
Lebih jauh, prinsip-prinsip tersebut juga akan menjadi penentu keberhasilan
dari penerapan model Manajemen Risiko dalam suatu perusahaan. Tanpa
pemahaman mendalam serta konsistensi dalam menggunakan prinsip-prinsip
tersebut, maka penyusunan dan penerapan suatu model Manajemen Risiko
tidak akan memberikan nilai tambah yang seharusnya dapat diperoleh.

8
F. Kerangka Kerja
Kerangkakerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015 - 2030

G. Proses Manajemen Risiko


Proses manajemen risiko secara umum melibatkan langkah-langkah seperti
berikut ini (ICAEW, 2002):

9
1. Pengidentifikasian risiko-risiko yang mungkin mengancam kegiatan
operasi
2. Perusahaan, analisis dan penilaian profitabilitas serta dampak potensial
risiko yang tidak terpisahkan dari strategi perusahaan.

3. Pemilihan teknik yang sesuai untuk menangani risiko berdasarkan pada


probabilitas terjadinya risiko tersebut dan dampak yang dihasilkannya
apakah dengan :
a. menghindari risiko (risk avoidance)
b. mengurangi risiko (risk reducting)
c. risk retention dengan membentuk cadangan
d. risk deferral
e. mentransfer risiko (risk transfer) pada pihak lain seperti perusahaan
asuransi sesuai dengan strategi perusahaan. Mengimplementasikan
pengendalian untuk mengelola risiko yang tersisa;
4. Mengawasi keefektivitasan manajemen risiko;
5. Belajar dari pengalaman dan membuat perbaikan terhadap manajemen
risiko

H. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada
disuatu daerah, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca, alam,
dan aktivitas manusia. Sumber daya alam serta sumber lainnya yang
berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi risiko ini dapat di dasarkan
pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu
bencana yang dapat terjadi.

I. Risk Analysis (Analisis Resiko)

10
Menurut PP No. 21 tahun 2008, risiko bencana adalah potensi kerugian
yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta. Dan gangguan kegiatan
masyarakat.
Persyaratan analisis risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP
tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat
risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan bencana.
b. Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala
BNPB dengan melibatkan instansi/lembaga terkait.
c. Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam penyususnan
analisis mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang serta pengambilan
tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.
d. Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana.
e. Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan
persyaratan analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian
terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana.
f. Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan
oleh pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
g. BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan
dan evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.

J. Skala Penilaian Resiko


Penilaian resiko pada hakikatnya merupakan proses untuk menentukan
pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang dilaksanakan melalui

11
tahap atau langkah yang berkesinambungan. Oleh karenanya dalam melakukan
penilaian risiko ada dua komponen yang utama yaitu:
1. Analisis Risiko
Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang bisa terjadi, kontrol
atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya risiko, akibat yang
mungkin timbul, dan upaya pengendalian bahaya dibahas secara rinci dan
dicatat selengkap mungkin (Sahab, 1997).
a. Penilaian Risiko
Dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat risiko melalui evaluasi
dan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian
penilaian tingkat risiko (Ichsan, 2004). Tingkat resiko merupakan
perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan keparahan
(severity) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian,
kecelakaan atau cedera dan sakit yang mungkin timbul dari
pemaparan suatu hazard ditempat kerja.
1) Tingkat kekerapan
Merupakan keseringan terjadinya kecelakaan terhadap tenaga
kerja/manusia. Tingkat kekerapan atau keseringan kecelakaan
dikategorikan menjadi 4 (empat) kategori sebagai berikut:
a) Sering; dimana kemungkinan terjadi sangat sering dan
berulang (nilai: 4)
b) Agak sering; dimana kemungkinan terjadi beberapa
kali(nilai: 3)
c) Jarang; dimana kemungkinan terjadinya jarang terjadi atau
terjadinya sekali waktu (nilai: 2)
d) Jarang sekali; kemungkinan terjadi kecil tetapi tetap ada
kemungkinan (nilai: 1)

2) Tingkat keparahan

12
Merupakan seberapa berat dampak kecelakaan yang di alami
para tenaga kerja/manusia. Tingkat keparahan kecelakaan dapat
di kategorikan menjadi 5 (lima) kategori sebagai berikut:
a) Bencana; kecelakaan yang banyak menyebabkan kematian
(nilai: 5)
b) Fatal; kecelakaan yang mengakibatkan kematian tunggal
(nilai: 4)
c) Cedera Berat; kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau
sakit yang parah untuk waktu yang lama tidak mampu
bekerja atau menyebabkan cacat tetap (nilai: 3)
d) Cedera Ringan; kecelakaan yang dapat mengakibatkan
cedera atau sakit ringan dan segera dapat bekerja kembali
atau tidak menyebabkan cacat tetap (nilai: 2)
e) Hampir Cedera; kejadian hampir celaka yang tidak
mengakibatkan cedera atau memerlukan perawatan
kesehatan (nilai: 1)
3) Penentuan Risiko
Penentuan tingkat risiko adalah dengan mengkombinasikan
perhitungan dari dampak risiko dan peluang risiko.

Risiko = Kekerapan X Keparahan

13
K. Matriks Resiko

Kemungkinan
Konsekuensi

Sering 4 Agak Sering 3 Jarang 2 Jarang Sekali 1

15 mendesak 10 tinggi 5 rendah


Bencana 5 20 mendesak
16 mendesak 12 tinggi 8 sedang 4 rendah
Fatal 4
Cedera berat 3 12 tinggi 9 sedang 6 sedang 3 rendah

Cedera 2 8 sedang 6 sedang 4 rendah 2 rendah


ringan
Hampir 1 4 rendah 3 rendah 2 rendah 1 none
cedera
Sumber: Tarwaka, 2008

Setelah melakukan pengukuran tingkat risiko, selanjutnya harus dibuat skala


prioritas resiko untuk setiap potensi yang di identifikasi dalam upaya menyusun
rencana pengendalian resiko

14
Tabel Klasifikasi Tingkat Resiko
TINGKAT RESIKO TINGKAT BAHAYA KLASIFIKASI

Mendesak Tingkat bahaya sangat tinggi Hazard kelas A

Tinggi Tingkat bahaya serius Hazard kelas B

Sedang Tingkat bahaya sedang Hazard kelas C

Rendah Tingkat bahaya kecil Hazard kelas D

Tidak ada Hampir tidak ada bahaya Hazard kelas E

L. Penanganan Resiko
Penanganan Risiko (Risk Response Planning)
Risk Response Planning menurut Santosa (2009) adalah proses yang
dilakukan untuk meminimisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas
yang dapat diterima.Teknik yang diterapkan untuk menangani risiko secara
umum yaitu :

1. Menghindari risiko - Untuk menghindari risiko, tidak melakukan aktivitas


yang dapat mendatangkan risiko, tetapi dengan cara merubah rencana
proyek untuk menghilangkan risiko.
2. Reduksi risiko (mitigasi) - Disini dilakukan tindakan untuk mengurangi
peluang terjadinya risiko, dengan jalan diantaranya adalah memilih orang
yang kompeten dalam tim proyek, membuat desain yang maksimal untuk
menghindari terjadinya redesain.
3. Menerima risiko - Biasanya dilakukan bila risiko yang diterima kecil, atau
sudah tidak ada cara lain lagi untuk menangani risiko.
4. Transfer risiko - Hal ini biasa dilakukan dengan mengalihkan risiko
kepada pihak lain

15
Sedangkan Sonhadji (2011) memberikan tanggapan terhadap risiko yang
terjadi berdasarkan indeks / tingkat risiko. Berikut ini akan ditampilkan tabel
tingkat risiko beserta tanggapan risiko dan tindakan yang dilakukan.

Tabel Tingkat Risiko dan Tanggapan Risiko

Tingkat Risiko Tanggapan Risiko Tindakan


Risiko Rendah Risiko diterima Monitor & review
Risiko Moderat Risiko tidak diterima Mitigasi
Risiko Tinggi Risiko tidak diterima Hindari

(Sumber : Sonhadji, 2011)

M. Menghindari Resiko
Menghindari risiko (Avoiding risk) adalah Salah satu cara menghindari risiko
murni adalah menghindari orang atau kegiatan dari exposure terhadap risiko
dengan jalan :
1. Menolak, memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan yang
mengandung risiko, walaupun hanya sementara.
2. Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau segera
menghentikan yang diketahui mengandung risiko.

16
N. Memindahkan Resiko
1. Memindahkan risiko ke pihak lain (mentransfer risiko ke pihak lain).
Pihak lain tersebut biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik
untuk mengendalikan risiko.
2. Tanggung jawab respon akan beralih secara otomatis setelah resiko
dialihkan.

O. Mengurangi Resiko
Mengurangi kemungkinan dan dampak dari resiko tersebut. Mengurangi resiko
dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu mitigasi. Tindakan mitigasi
dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi
pasif dan mitigasi aktif. Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi
pasif antara lain adalah:
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara
lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan
memasuki daerah rawan bencana dsb.

17
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan
ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan
dengan pencegahan bencana.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang
lebih aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat

P. Menerima Resiko (aktif dan pasif)


Menerima resiko berarti Setuju akan segala konsekwensi yang akan terjadi.
Menerima resiko terbagi menjadi dua yaitu:

1. Menerima secara aktif:


Menerima secara aktif dapat dilakukan dengan menyiapkan segala
konsekwensinya lebih awal serta membuat rencana kontinjensi atau
fallback plan.

2. Menerima secara pasif:


Menerima secara pasif yaitu dengan mengabaikan risiko dan tidak
melakukan apa-apa.

Q. Pemantauan Resiko
Monitoring (pemantauan) adalah komponen terakhir dalam manajemen resiko.
Proses pemantauan dilakukan secara terus menerus untuk memastikan setiap
komponen lainnya berfungsi sebagaimana mestinya. Hal penting yang perlu
diperhatikan dalam proses monitoring adalah pelaporan yang tidak lengkap
atau berlebihan.

18
R. Pengendalian Resiko
Tahap ini dilakukan untuk melihat kemungkinan penyempurnaan tahap
analisis risiko yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan. Pengendalian
risiko terbagi menjadi 4, yaitu:
1. Pengendalian Preventif
Dilakukan dengan mencegah atau membatasi kemungkinan munculnya
hasil yang tidak diinginkan
2. Pengendalian Korektif
Dilakukan dengan memperbaiki hasil yang kemungkinan akan terjadi
3. Pengendalian Direktif
Dilakukan dengan mengarahkan agar hasilnya sesuai dengan apa yang
diinginkan
4. Pengendalian Detektif
Dilakukan dengan mencari penyebab munculnya hasil yang tidak
diharapkan.

S. Hasil pemantauan dan Pengendalian Resiko


Hasil dari pemantauan dan pengendalian resiko kemudian disusun sebagai
berikut:
1. Merencanakan tindak lanjut
2. Menyusun langkah perbaikan
3. Permintaan untuk merubah kegiatan
4. Memutakhirkan rencana penanganan resiko
5. Membuat data dasar risiko
6. Memutakhirkan chek-list identifikasi risiko

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat
ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Macam-macam risiko yaitu risiko
bencana, risiko proyek, risiko perjalanan, risiko bisnis. Tipe risiko yaitu risiko
murni dan risiko spekulatif.
Manajemen risiko suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan
harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas
kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu resiko. Prinsip-prinsip
manajemen risiko yaitu transparansi, pengukuran yang akurat, informasi
berkualitas yang tepat waktu, diverifikasi, independen, pola keputusan yang
disiplin, kebijakan.
Proses Manajemen Risiko
1. Pengidentifikasian risiko-risiko yang mungkin mengancam kegiatan
operasi
2. Perusahaan, analisis dan penilaian profitabilitas serta dampak potensial
risiko yang tidak terpisahkan dari strategi perusahaan.
3. Pemilihan teknik yang sesuai untuk menangani risiko berdasarkan pada
probabilitas terjadinya risiko tersebut dan dampak yang dihasilkannya
apakah dengan :
a. menghindari risiko (risk avoidance)
b. mengurangi risiko (risk reducting)
c. risk retention dengan membentuk cadangan
d. risk deferral
e. mentransfer risiko (risk transfer) pada pihak lain seperti perusahaan
asuransi sesuai dengan strategi perusahaan. Mengimplementasikan
pengendalian untuk mengelola risiko yang tersisa;

20
4. Mengawasi keefektivitasan manajemen risiko;
5. Belajar dari pengalaman dan membuat perbaikan terhadap manajemen
risiko
Identifikasi risiko dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada
disuatu daerah, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca, alam,
dan aktivitas manusia. Sumber daya alam serta sumber lainnya yang
berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi risiko ini dapat di dasarkan
pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu
bencana yang dapat terjadi.
Penilaian resiko pada hakikatnya merupakan proses untuk menentukan
pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang dilaksanakan melalui
tahap atau langkah yang berkesinambungan.
Penanganan Risiko menurut Santosa (2009) adalah proses yang dilakukan
untuk meminimisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang
dapat diterima.
Menghindari Resiko adalah salah satu cara menghindari risiko murni
adalah menghindari orang atau kegiatan dari exposure terhadap risiko
Memindahkan Resiko
1. Memindahkan risiko ke pihak lain (mentransfer risiko ke pihak lain).
Pihak lain tersebut biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik
untuk mengendalikan risiko.
2. Tanggung jawab respon akan beralih secara otomatis setelah resiko
dialihkan.
Mengurangi risiko mengurangi kemungkinan dan dampak dari resiko
tersebut. Mengurangi resiko dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu
mitigasi. Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2
(dua) bagian, yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif.
Monitoring (pemantauan) adalah komponen terakhir dalam manajemen
resiko. Proses pemantauan dilakukan secara terus menerus untuk memastikan

21
setiap komponen lainnya berfungsi sebagaimana mestinya. Hal penting yang
perlu diperhatikan dalam proses monitoring adalah pelaporan yang tidak
lengkap atau berlebihan.
Pengendalian risiko tahap ini dilakukan untuk melihat kemungkinan
penyempurnaan tahap analisis risiko yang diakibatkan oleh perubahan
lingkungan. Pengendalian risiko terbagi menjadi 4, yaitu pengendalian
preventif, pengendalian korektif, pengendalian direktif dan pengendalian
detektif
Hasil pemantauan dan Pengendalian Resiko
Hasil dari pemantauan dan pengendalian resiko kemudian disusun sebagai
berikut:
1. Merencanakan tindak lanjut
2. Menyusun langkah perbaikan
3. Permintaan untuk merubah kegiatan
4. Memutakhirkan rencana penanganan resiko
5. Membuat data dasar risiko
6. Memutakhirkan chek-list identifikasi risiko

B. Saran
Sebaiknya dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam berbagai
bentuk organisasi menggunakan proses dasar manajemen berupa
perencanaan. Dalam sebuah prencanaan perlu memperhatikan sifat rencana
yang baik untuk mencapai hasil yang diinginkan.

22

Anda mungkin juga menyukai