Anda di halaman 1dari 7

JIMVET.

01(4):695-701 (2017) ISSN : 2540-9492

PENGARUH EKSTRAK DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini L) TERHADAP


HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus) DIABETES MELITUS

THE EFFECT OF Syzygium cumini L LEAVES EXTRACT ON HISTOPATOLOGY OF


LIVER RATS (Rattus norvegicus) WITH DIABETES MELITUS

Laksmita Patma Ningrum¹, Nur Salim², Ummu Balqis²


¹Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
²Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
laksmitapatmaningrum@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak daun jamblang (Syzygium cumini L) terhadap
histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) diabetes melitus. Digunakan 15 ekor tikus jantan dengan
berat badan 200-250 gram. Tikus di induksi streptozotosin dosis tunggal intraperitonial 40 mg/kg berat badan.
Penelitian dibagi menjadi 5 kelompok dengan 3 kali ulangan. Pada hari ke 3 tikus diberikan ekstrak daun
jamblang P1 (dosis 100 mg/kg BB), P2 (dosis 150 mg/kg BB), P3 (dosis 200 mg/kg BB), kecuali kontrol positif
(KP) dan kontrol negatif (KN) selama 14 hari. Selanjutnya dinekropsi dan hati diambil, dibuat preparat
histopatologis dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Parameter yang diamati perubahan pada lobus-lobus
sel hati, degenerasi dan nekrosis, kongesti dan hemoragi serta perubahan lain. Dianalisis secara deskriptif. Hasil
gambaran histopatologi pada tikus kelompok kontrol positif adalah nekrosis pada sel hepatosit dan infiltrasi
lemak. kongesti, hemoragi serta pelebaran sinusoid pada pembuluh darah. Pada 3 kelompok perlakuan P1, P2
dan P3 menunjukkan perbaikan dibanding dengan kontrol positif, Perbaikan paling baik terjadi pada P1 dan P2
yaitu berkurangnya cloudy swelling, nekrosis sel hati, infiltrasi lemak, Kongesti, hemoragi dan pelebaran
sinusoid. Disimpulkan ekstrak daun jamblang dengan dosis 100 dan 150 mg/kg BB dapat berpengaruh
memperbaiki struktur histopatologi hepar tikus diabetes melitus.
Kata kunci: Histopatologi hepar, Ekstrak daun jamblang, diabetes melitus, streptozotosin, tikus putih.

ABSTRACT
The aims of this research was to find out the effect of jamblang leaves (Syzigium cumini L) on histopatology
of liver rats (Rattus novergicus) with diabetes mellitus. The samples were 15 male rats with the weight of 200-
250 gram. Rats were injected with a single dose of 40 mg/kg BW streptozotocin. This research was divided into 5
grpups with 3 repetitions. On day 3 rats are given jamblang extract leaves P1 (100 mg/kg BW), P2 (150 mg/kg
BW), P3 (200 mg/kg BW) during 14 days. Then, rats were necropsied and liver was collected for
histopathological preparations using hematoxylin and eosin (HE) staining method. Parameters observed were
alteration in the cell lobes, degeneration and necrosis, congestion and hemorrhage. The histopatological
observation results showed fat infiltration and hepatocyte necrosis, also congestion, hemorrhage and dilatation
of sinusoid. Group P1, P2 and P3 showed the histopatological tissue was improved compare to positive control.
The best tissues healing observed on P1 and P2 proven by decrease of cloudy swelling, hepatocyte necrosis, fat
infiltration, congestion, hemorrhage and sinusoid dilatation. In conclusion, jamblang leaf extract with the dose
of 100 and 150 mg/kg BW affect to improve histopatological structure of rats liver with diabetes mellitus.
Key word: Histopathology hepar, Syzygium cumini l leaves extract, streptootocin, diabetes melitus, rats.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia kronik,
yaitu peningkatan kadar glukosa darah dalam jangka lama, dan gangguan metabolisme
khususnya karbohidrat di dalam tubuh yang disebabkan kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. Gangguan metabolik DM dikenal sebagai silent killer karena sering tidak
disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. Menurut
International Diabetes Federation (IDF) terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes

695
JIMVET. 01(4):695-701 (2017) ISSN : 2540-9492

di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 diperkirakan meningkat menjadi 592 juta orang.
Diperkirakan 175 juta belum terdiagnosis, sehingga terancam perkembangan yang progresif
menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan (Riskesdas, 2014).
Streptozotosin (STZ) adalah salah satu agen diabetogenik dengan kemampuan
toksiknya yang dapat mendestruksi sel beta pankreas. Secara struktur STZ adalah derivat N-
nitrosurea dan D-glukosamin yang diisolasi dari Streptomyces achromogenes (Reza dan John,
2013). Streptozotosin dapat digunakan sebagai agen diabetogenik pada keadaan insulin-
dependent dan non-insulin-dependent dan dosis efektif dengan single dose 40 mg/kg BB
secara intraperitonial, namun kurang efektif pada dosis dibawahnya (Szkudelski, 2001). Zafar
dkk. (2009) mengatakan bahwa pada pemeriksaan langsung hati yang diambil dari hewan
yang telah diinduksi streptozotosin menunjukkan perubahan warna menjadi coklat
kekuningan dan pada pemeriksaan histopatologi ditemukannya kongesti pada pembuluh darah
porta dan sinusoid serta sedikit degenerasi hepatosis centrilobular.
Syzigium cumini L merupakan nama buah dan pohon dari suku jambu-jambuan yang
dikenal dengan sebutan buah duwet oleh orang Jawa Timur, jambang atau jembolan oleh
orang Jawa Barat dan jambe kleng atau jamblang oleh orang Aceh serta java plum oleh orang
Amerika (Hastri, 2015). Tanaman ini telah digunakan dan dipercaya dapat mengontrol dan
mengatasi DM. Manfaat lain dari S. cumini L antara lain sebagai antioksidan, antiinflamasi
dan antibakteri (Piexto dkk., 2013). Studi sebelumnya melaporkan bahwa, kulit tanaman
memiliki berbagai bahan aktif sebagai astringent, karminatif, diuretik, antihelminthic, obat
penurun panas, sembelit dan antibakteri. Buah dan biji digunakan untuk mengobati diabetes,
faringitis, spleenopathy, urethrorrhea dan infeksi kurap (Saravanan dkk., 2008). Penelitian
yang telah dilakukan Saraswaty, (2010) mengatakan bahwa tidak semua bagian pada tanaman
S. cumini dapat digunakan sebagai pengobatan antidiabetik. Bagian aktif yang paling baik
digunakan sebagai pengobatan antidiabetik adalah kulit batang, buah yang muda dan daun,
sedangkan biji yang sudah tua dan buah yang sudah tua tidak dianjurkan untuk digunakan
sebagai pengobatan antidiabetik.

Rumusan masalah
Apakah ekstrak daun jamblang (Syzygium cumini L) dapat berpengaruh terhadap
gambaran histopatologis hepar tikus putih (Rattus norvegicus) diabetes melitus?

Tujuan penelitian
Mengetahui pengaruh ekstrak daun jamblang (Syzygium cumini L) terhadap gambaran
histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) diabetes mellitus.

Hipotesis penelitian
Ekstrak daun jamblang memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur
histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) diabetes mellitus.

Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai pengaruh ekstrak daun jamblang
terhadap histopatologi hepar dan dosis terbaik eksrak daun jamblang dalam memperbaiki
struktur mikroskopik hepar diabetes melitus.

696
JIMVET. 01(4):695-701 (2017) ISSN : 2540-9492

MATERIAL DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Pembuatan ekstrak daun jamblang dan pemeliharaan hewan coba dilakukan di
Laboratorium Farmakologi dan pembuatan preparat histologi dilakukan di Laboratorium
Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Januari sampai Mei 2017.

Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan adalah kandang tikus dan perlengkapannya, timbangan, sonde
lambung, scalpel, gunting, pinset, sarung tangan, masker, mikrotom, inkubator, gelas objek,
bunchner funnel, rotary evaporator dan mikroskop cahaya. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hewan coba berupa tikus, pelet pakan ikan apung merek all feed-4
sebagai pakan hewan coba, ekstrak daun jamblang (Syzigium cumini), Streptozotosin, buffer
netral formalin, alkohol bertingkat 70%, 80%, 90%, 95%, alkohol absolut, xylol, parafin cair,
asam alkohol, eosin, hematoksilin, balsem kanada, dan aquades.

Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimental laboratorium.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola satu arah dengan 5
perlakuan dan 3 kali ulangan.

Prosedur Penelitian
Pembuatan ekstrak daun jamblang (Syzigium cumini L)
Daun jamblang di peroleh dari Desa Lamreh, kecamatan Krueng Raya, kabupaten
Aceh Besar yang tumbuh secara liar. Daun jamblang dibersihkan dengan air mengalir untuk
memisahkan kotoran yang melekat. Kemudian ditiriskan dan dikeringanginkan selama tujuh
hari. Daun jamblang yang telah kering, diblender kemudian direndam dalam etanol 70%
selama dua hari. Kemudian disaring dengan menggunakan bunchner funnel untuk
mendapatkan filtratnya. Filtrat tersebut dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator
sampai pelarut menguap hingga diperoleh ekstrak dari daun jamblang yang mengental.

Hewan Coba
Penelitian ini menggunakan hewan coba berupa tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
Penelitian diawali dengan menyiapkan tikus putih dengan berat berkisar 200-250 g, sejumlah
15 ekor. Hewan coba dipelihara dalam kandang individual dengan temperatur ruangan serta
sirkulasi dan pencahayaan yang cukup. Diadaptasi selama 7 hari dengan pemberian pakan
standar (pellet ikan apung merek all feed-4) dan minum secara ad libitum. Lalu tikus di ambil
secara acak dan bagi dalam 5 kelompok. Berat badan ditimbang untuk penentuan pemberian
dosis sterptozotosin dan ekstrak daun jamblang.

Pemberian Perlakuan Injeksi Streptozotosin dan Pemberian Ekstrak Daun Jamblang


Perlakuan yang dilakukan yaitu pada Perlakuan I sebagai kontrol negatif (KN)
merupakan tikus yang diberikan pakan standar dan aquadest, perlakuan II sebagai kontrol
positif (KP) yaitu tikus yang diberikan perlakuan dengan injeksi streptozotosin dosis 40

697
JIMVET. 01(4):695-701 (2017) ISSN : 2540-9492

mg/kg BB secara intraperitonial dan aquadest, perlakuan III (P1), IV (P2) dan V (P3)
diberikan injeksi streptozotosin dosis 40 mg/kg BB secara intraperitonial (IP) (skudezki,
2001) dan ekstrak daun jamblang dengan dosis 100, 150 dan 200 mg/kg BB selama 14 hari.

Metode Pembuatan Preparat Histopatologi


Hewan coba dieutanasi dan dinekropsi selanjutnya organ hepar akan diambil,
dibersihkan dengan NaCl fisiologis, dan difiksasi dengan larutan buffer netral formalin
selama 24 jam, kemudian di dehidrasi dengan alkohol bertingkat 70%, 80%, 90%, Kemudian
hepar dimasukkan ke dalam alkohol absolut semua dilakukan selama 2 jam. Pada proses
clearing dimasukkan kedalam xylol bertingkat selama 2 jam. Proses infiltrasi parafin cair
bertingkat selama 2 jam dan proses embeding ke dalam blok. Selanjutnya jaringan dipotong
dengan mikrotom setebal 5 mikron, secara cross section (melintang). Irisan diletakkan pada
gelas objek dan dikeringkan. Diinkubasi untuk pembuangan parafin yang kemudian diwarnai
dengan pewarnaan HE, setelah kering diberi balsem kanada dan tutup dengan cover glass,
preparat yang telah jadi diamati dibawah mikroskop dan dibuat foto mikrograf.

Parameter Penelitian
Pada penelitian ini variabel yang diamati secara mikroskopis yaitu yang terjadi pada
lobus-lobus sel, berupa degenerasi, cloudy swelling dan nekrosis pada sel hepatosit, infiltrasi
lemak pada jaringan, dan melihat adanya kongesti dan hemoragi pada pembuluh darah.

Analisis Data
Penelitian ini dianalisis secara deskriptif dengan membandingakan gambaran
histopatologi pada organ hepar berupa perubahan yang terjadi pada 5 kelompok perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pemberian ekstrak daun jamblang (Syzygium cumini L) terhadap


histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) diabetes melitus memperlihatkan adanya
perubahan dan perbedaan struktur mikroskopik pada ke 5 kelompok perlakuan. Selama
proses pemeliharaan dapat diperhatikan perbedaan masing-masing perlakuan pada setiap
kelompok terutama perbedaan kelompok kontrol yaitu Kelompok KN (kontrol Negatif) secara
perilaku tikus kontrol negatif terlihat lincah, bulu bersinar dan tikus diberikan pakan standar
serta aquades menunjukkan gambaran mikroskopik hati normal, yaitu satu lobulus hati
terdapat vena sentralis dan susunan sel hepatosit serta adanya sinusoid dengan sel parenkim
hati (Gambar 1).
Pada kelompok KP (kontrol positif) yaitu tikus diinduksikan streptozotosin secara
intraperitonial menunjukan perubahan pada perilaku selama pemeliharaan tikus menunjukkan
polifagi, poliuri dan polidipsi dengan bulu kusam dan tikus pasif. Setelah dilakukan
pemeriksaan gula darah pada kelompok kontrol positif 2 hari setelah diinduksi streprozotosin
menunjukan peningkatan yaitu < 200 mg/dl dan dipelihara selama 14 hari tidak menunjukkan
angka penurunan gula darah sehingga tikus positif terkena diabetes melitus. Perubahan secara
struktur mikroskopik berupa nekrosis, infiltrasi lemak, hemoragi, kongesti dan dilatasi pada
daerah sinusoid. (Gambar 1)

698
JIMVET. 01(4):695-701 (2017) ISSN : 2540-9492

Gambar 1. Struktur mikroskopik hepar kelompok kontrol negatif (KN) dan kontrol positif
(KP) (HE, 10x40). Sel hati (H), sinusoid (S), vena sentralis (V) nekrosis (N), kongesti (K),
infiltrasi lemak (I).
Pada kelompok P1 tikus yang telah diinduksikan streptozotosin diberikan ekstrak daun
jamblang dengan dosis 100 mg/kg BB secara oral selama 14 hari menujukkan adanya
perbaikan yaitu struktur mikroskopis sel hepar menunjukkan pada 1 lobulus terdapat vena
centralis dan susunan sel hepatosit serta sinusoid dengan sel parenkim hati namun, masih di
jumpai cloudy swelling, nekrosis dan masih terjadinya kongesti, hemoragi serta perubahan
lain yang terjadi yaitu dilatasi pada daerah sinusoid (Gambar 2).
Pada kelompok P2 tikus yang diinduksikan streptozotosin diberikan ekstrak daun
jamblang dengan dosis 150 mg/kg BB menunjukkan perubahan berupa sinusoid mulai
tersusun rapi, nekrosis sangat sedikit dibanding pada perlakuan 1 dan gambaran histopatologi
sudah mulai menunjukan gambaran normal seperti pada kontrol negatif. (Gambar 2)
Pada kelompok P3 tikus yang diinduksi streptozotosin dan diberikan ekstrak daun
jamblang secara oral dengan dosis 200 mg/kg BB menunjukkan perubahan berupa struktur
mikroskopik pada gambaran histopatologi di kelompok perlakuan ini hampir sama dengan
kontrol positif, dan perbedaanya yaitu terjadi hemoragi meskipun hanya sedikit dibandingkan
dengan kontrol positif dan sinusoid yang tidak menunjukkan pelebaran sebanyak yang terjadi
pada kontrol positif. (Gambar 2)

Gambar 2. Struktur mikroskopik hepar tikus diabetes melitus yang diberikan ekstrak daun
jamblang dosis 100 mg/kg BB (P1) ekstrak daun jamblang dosis 150 mg/kg BB (P2) ekstrak
daun jamblang dosis 200 mg/kg BB (P3) (HE, 10x40). Kongesti (K) hemoragi (H), Sinusoid
(S)nekrosis (N) cloudy swelling (D).
Diabetes adalah anomali yang dapat diturunkan, otot-otot dan jaringan lain
memerlukan secara fisisologik glukosa untuk dapat menyelenggarakan fungsinya. Untuk
keperluan ini karbohidrat dicernakan di dalam usus dan hasil glukosa diserap dan dibawa ke

699
JIMVET. 01(4):695-701 (2017) ISSN : 2540-9492

hati melalui vena portae. di dalam hati glukosa disimpan dalam glikogen dan diubah menjadi
glukosa dibawa ke jaringan (Ressang, 1983).
Penelitian yang telah dilakukan Sari, (2015) bahwa induksi streptozotosin pada tikus
hanya mengakibatkan timbulnya perlemakan hati dan degenerasi lemak. Pada penelitian ini
ditemukan infiltrasi lemak, nekrosis, hemoragi, kongesti, hiperemi, serta ditemukannya
pelebaran daerah sinusoid pada kelompok kontrol positif.
Kerusakan hati dapat bersifat irreversibel dan reversibel perubahan degenerasi
merupakan perubahan yang bersifat sementara atau reversibel, degenerasi yang terjadi secara
terus menerus dapat mengakibatkan kematian sel (nekrosis). Degenerasi dapat terjadi pada
sitoplasma. Degenerasi sitoplasma hati kadang-kadang disertai kelainan inti sekunder, atropi
dan nekrosis sel, sehingga sel-sel menjadi hilang karenanya. Luas degenerasi lebih penting
daripada jenisnya bagi gangguan fungsi hati (Himawan, 1973).
Ciri nekrosis adalah tampaknya fragmen sel atau sel hati tanpa pulasan inti atau tidak
tampaknya sel disertai reaksi radang, kolaps atau bendungan rangka hati dengan eritrosit
(Himawan, 1973). Kematian sekelompok sel akibat cedera irreversibel tersebut di sebut
dengan nekrosis (Damnajov, 1998).
Keadaan diabetes glukosa tidak dapat disimpan atau tidak dipakai secara sempurna
maka tubuh dipaksa untuk memakai lemak depotnya. ini menyebabkan lipemi dan terjadilah
infiltrasi lemak hati, sehingga hewan yang menderita diabetes sering didapati kurus walaupun
makan banyak (polifagi), yang paling mencolok adalah perubahan pada hati dan ginjal yang
memperlihatkan infiltrasi lemak secarara patologik. Hati sangat membengkak, mengandung
banyak lemak sehingga dapat mengapung di atas air (Ressang, 1983).
Daun Syzygium cumini diketahui mengandung ß-sitosterol, betulinic acid, flavonol
glycosides, acylated flavonol glycosides, triterpenoids and tannin, eicosane, octacosane,
octadecane. Salah satu senyawa aktif yang terdapat pada daun Syzygium cumini adalah ß-
sitosterol yang berfungsi sebagai hepatoprotector yaitu salah satu senyawa atau zat yang
berfungsi sebagai pelindung sel sekaligus dapat memperbaiki jaringan hati yang rusak akibat
pengaruh zat toksik (Ramya dkk., 2012).
Senyawa lain yang juga sangat berperan penting dalam proses perbaikan jaringan
adalah flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada
tumbuhan. Senyawa ini dapat digunakan sebagai anti mikroba, obat infeksi pada luka, anti
jamur, anti virus, anti kanker, dan anti tumor. Selain itu flavonoid juga dapat digunakan
sebagai anti bakteri, anti alergi, sitotoksik, dan anti hipertensi (Sriningsih, 2008).
Pada daun juga kaya akan minyak esensial berupa pinocarveol, a-terpeneol, myrtenol,
eucarvone, muurolol, a- myrtenal, cineole, geranyl acetone, a-cadinol dan pinocarvone
(Ramya dkk., 2012). Menurut penelitan Pepato (2005) menyatakan bahwa potensial
teurapetik dari tanaman jamblang tergantung dari letak geografis dari tumbuhan jamblang
hidup dan bagian yang digunakan. Menurut penelitian Ruan dkk. (2008) menyatakan bahwa
cathechin dan ferulic acid memiliki peran penting dalam aktivitas antioksidan dan
kemampuan pembilasan radikal bebas dari ekstrak daun S. Cumini.
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat atau mencegah oksidasi substrat
dengan cara membersihkan (scavenger) atau memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh
radikal bebas. Dalam pengertian kimia, senyawa-senyawa antioksidan merupakan senyawa
pemberi elektron (electron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil,
tetapi mampu menginaktivasi bekembangnya reaksi oksidasi, dengan mencegah terbentuknya
radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi
dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif (Agung, 2013).

700
JIMVET. 01(4):695-701 (2017) ISSN : 2540-9492

Kesimpulan
Pemberian ekstrak daun jamblang dosis 100 dan 150 mg/kg berat badan selama 14
hari dapat memperbaiki sel dan jaringan pada hepar yang di induksi streptozotosin .

Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai lama waktu pemberian perlakuan
dengan penambahan selama 1 minggu pada pemberian ekstrak daun jamblang.

DAFTAR PUSTAKA

Damnajov, I. 1998. Histopatologi Buku Teks Dan Atlas Berwarna. Widya Medika, Jakarta.
Hastri, C. 2015. Karateristik Minuman Sari Buah Duet (Syzygium cumini) Dengan
Penambahan Ekstrak Polifenol Rosemary. Skripsi. Fakultas teknologi pertanian.
Universitas jember. Jember.
Himawan, S. 1973. Kumpulan Kuliah Patologi. Penertbit UI, Jakarta.
Pepato, M., V. Folgado, and L. Kettelhut. 2001. Lack of antidiabetic effect of a eugenia
jambolana leaf decoction on rat streptozotocin diabetes. Brazilian Journal Of Medical
And Biological Research. 34 (3):389-395.
Piexoto, M.P.F.G, and L.A.P. Freitas. 2013. M. Spray dried extract from syzygium cumini
seeds: psychochemical and biological evaluation. Revista Brasileira de Farmacognosia
Brazilian Journal of Pharmacognosy. 23(1):145-152.
Ramya S., K. Neethirajan, and R. Jayakumararaj. 2012. Profile of bioactive compounds in
Syzygium cumini–a review. J. Pharm. Res. 5(1):4548–4553.
Raza H., and A. John. 2013. Streptozotocin-induced cytotoxicity, oxidative stress and
mithocondrial dysfunction in human hepatoma hepG3 cells. Int J. Mol. Sci 1(13):5751-
5767.
Ressang. 1984. Patologi Khusus Veteriner. IPB Press, Bogor.
Ruan, Z.P., Liang, L.L. Zhang, and Y.M. Lin. 2008. Evaluation of antioxidant activity of
Syzygium cumini leaves. Molecules. 13(1):2545-2556.
Saraswaty, V. 2010. Alpha glucosidase inhibitory activity from Syzigium sp. Teknologi
Indonesia. 33(1):33-37.
Saravanan P and Pari L. 2008. Hypoglycaemic and antihyperglycaemic effect of Syzygium
cumini bark in streptozotocin-induced diabetic rats. J. Pharm & Toxic. (3):1-10.
Sari, L.P. 2015. Histopatologis Pankreas, Jantung, Ginjal Dan Hati Tikus (Rattus Norvegicus)
Yang Diinduksi Streptozotocin (Stz). Skripsi. Universitas Gadjah Mada. 1-35.
Sriningsih, H.W. Adji, W. Sumaryono, A.E. Wibowo, Caidir, Firdayani, S. Kusumaningrum,
dan P. Kartakusuma. 2008. Analisa senyawa flavonoid herba tempuyung (Soncus
arvensis L). Jurnal Universitas Pancasila. 1(1):1-4.
Szukudelski, T. 2001. Minireview the mechanism of alloxan and streptozotocin action in b
cells of the rat pancreas. Physiol. Res.50 (1) : 536-546.
Zafar, M., S.N. Naqvi, M. Ahmed, and Z.A. Kalmkhani. 2009. Altered liver morphology and
enzymes in streptozotocin induce diabetic rats. Int. J. Morphol. 27(3):719-725.

701

Anda mungkin juga menyukai