Anda di halaman 1dari 54

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang snagat

menakutkan bagi kau wanita disamping kanker mulut Rahim. Insiden

kanker payudara pada decade terakhir menunjukkan kecenderungan

meningkat. Frekuensi wanita yang wanita yang menderita kanker payudara

sekitar 20% , menurut data dari WHO setiap tahun jumlah penderita

kanker payudara bertambah sekitar 7 juta dan terdapat 1,2 juta orang

wanita yang terdiagnosa kanker payudara pada tahun 2004 (Anik, 2007).

Kanker payudara adalah masalah kesehatan utama di amerika

serikat. Insiden keseluruhannya meningkat sampai 54% dalam 40 tahun

antara tahun 1950 dan 1989. Angka insiden meningkat secara konstan

sampai 1% setiap tahun hingga tahun 1980-an, ketika angka tersebut

melonjak hingga 4%. Selama tahun 1970 dan 1880-an, insiden

keseluruhan kanker payudara meningkat hingga 21% di antara wanita dan

terus meningkat sampai 49% di antara wanita yang lebih tua. Angka

kematian akibat kanker payudara tetap tidak berubah selama 40 tahun,

yang menunjukkan bahwa pengobatan terbaru dengan pembedahan, terapi

radiasi dan kemoterapi hanya menghasilkan perbaikan kecil untuk

kelangsungan hidup (Smeltzer & Bare, 2001).

Sekarang ini, tidak ada untuk kanker payudara. Karena insidennya

yang terus meningkat, angka kematian yang tidak berubah, dan tidak
adanya perubahan, penderita yang bertahan dari kanker payudara.

Penasihat dan aktivis telah menarik perhatian social dan politik untuk

menjadikanya sorotan nasional. Statistic terakhir menunjukkan bahwa

resiko sepanjang hidup untuk mengalami kanker payudara adalah 1 dari 8

wanita. Resiko ini tidak sama untuk semua kelompok usia. Sebagai

contoh, resiko untuk mengalami kanker payudara sampai usia 35 tahun

adalah 1 dalam 622, usia 60 adalah 1 dalam 24. Berdasarkan The

American Cancer socirty, 183.400 kasus baru kanker payudara didiagnosa

pada tahun 1995, dengan perkiraan 46.240 kematian (Smeltzer & Bare,

2001)

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan pada

pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan dasar manusia

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk :

 Mengetahui tentang Definisi kanker payudara

 Mengetahui tentang Etiologi kanker payudara

 Mengetahui tentang Manifestasi Klinis kanker payudara

 Mengetahui tentang Patofisiologi kanker payudara

 Mengetahui tentang pemeriksaan penunjang pada kanker

payudara

 Mengetahui tentang Komplikasi kanker payudara


 Mengetahui tentang Penatalaksanaan kanker payudara

 Mengetahui tentang Pengkajian Keperawatan kanker payudara

 Mengetahui tentang Diagnosa Keperawatan kanker payudara

 Mengetahui tentang Rencana Perawatan kanker payudara

 Mengetahui tentang Pathway kanker payudara


BAB II

TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI

Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling umum

diderita oleh wanita saat ini. Penyakit ini terjadi dimana sel-sel tidak

normal (kanker) terbentuk pada jaringan payudara. Diperkirakan satu

diantara sepuluh sampai duabelas wanita harus berhadapan dengan kanker

payudara. Kanker payudara juga terjadi pada pria,meskipun sangat jarang

ditemukan. Usia rata-rata wanita ketika terdiagnosis mengidap kanker

payudara adalah 64 tahun, sementara sepertiga dari seluruh wanita

terdiagnosis menderita penyakit ini saat berusia dibawah 50 tahun

(Pratama, Santoso, & Hidayanto, 2002).

2. ETIOLOGI

Tidak ada penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya

beberapa faktor genetic, humoral dan kejadian lingkungan menunjang

terjadinya kanker payudara. Perubahan genetiktermasuk perubahan atau

mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan

maupun meningkatkan perkembangan kanker payudara. Hormone steroid

yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker

payudara.

Beberapa faktor resiko yang turut berperan dalam proses terjadinya

kanker payudara adalah :

a. Riwayat kanker payudara sebelumnya


b. Riwayat keluarga

c. Menarke dini

d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama

e. Menopause pada lansia

f. Riwayat penyakit payudara jinak

g. Pajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan

sebelum usia 30 tahun

h. Obesitas

i. Kontraseptif oral

j. Terapi pengganti hormone

k. Masukan alkohol

3. MANIFESTASI KLINIS

Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara,

tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar

jaringan payudara berada. Umumnya terjadi lesi yang tidak nyeri,

terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang

menyebar pada pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi saat menstruasi

biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Retraksi putting

susu dan lesi yang terfiksasi pada dinding dada dapat juga menjadi tanda

dari kanker payudara. Metastasis kekulit dapat dapat dimanifestasikan oleh

lesi yang mengalami ulserasi dan berjamur.


4. PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi

antara lain obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan

mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan

epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara . Kanker

payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada

sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan

sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan

menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh

dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk

dapat diraba ( kira-kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira- kira

seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari

kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.

Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari

muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah

berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi

(Price, 2006). Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan

cepat terjadi kira kira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-

gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas,

edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe.

Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan

tulang ( Price & Wilson, 2006 ).


Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung

kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah.

Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap

tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai

upaya tersebut pengalaman operatif dibagi dalam tiga tahap yaitu

preoperatif, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor

kepada tubuh dan memicu respon neuron endokrine respon terdiri dari

system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera.

Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah,

maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock

akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya

syock. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di

metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk

menyajikansuplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan

baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein

untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang

optimal.

Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ

yang deket maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke

kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting

menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi

paru tidak optimal.


5. PATHWAY

Riwayat kanker payudara sebelumnya, Riwayat keluarga, menarke

dini, nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama,

menopause pada lansia, riwayat penyakit payudara jinak, pajanan

terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia

30 tahun

a. Obesitas
Pemajanan yang terus menerus
b. Kontraseptif oralresiko mengganggu
dari faktor
proses metabolisme sel mamae
c. Terapi pengganti hormone

d. Masukan alkohol Mendesak pembuluh


Hyperplasia sel mamae
darah

Mendesak Mendesak sel Aliran darah


jaringan sekitar saraf terhambat

Menekan Interupsi pada Hipoksia


jaringan pada sel saraf
mamae Ukuran
mamae Nekrosis
abnormal Menimbulkan patongen
Peningkatan stimulasi nyeri
konsistensi dari
jaringan mamae Payudara Infeksi
tidak simetris Nyeri akut

Pembengkakan pada
mamae Gangguan Manajemen
citra tubuh nyeri
Masa tumor
mendesak ke
jaringan luar
Perfusi jaringan
terganggu

Ulkus

Kerusakan integritas
jaringan
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Biopsi payudara (jarum atau eksisi)

Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan

berguna untuk klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi

yang tepat. Biopsy mencakup eksisi lesi untuk dilakukan

pemeriksaan patologis (Smeltzer & Bare, 2001).

 Foto thoraks

Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.

 CT scan dan MRI

CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit

payudara, khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil,

payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mammografi

 Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa

padat dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras;

hasil komplemen dari mammografi.

 Mammografi

Mammografi adalah teknik pencitraan payudara yang dapat

mendeteksi lesi yang tidak terpalpasi (Smeltzer & Bare, 2001).

Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat

untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi

pada tahap awal.


7. KOMPLIKASI

Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :

 Gangguan Neurovaskuler

 Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang

panjang.

 Fraktur patologi

 Fibrosis payudara

 Kematian

8. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Pengobatan local kanker payudara

b. Masektomi

c. Terapi radiasi

d. Rekonstruktif

e. Pengobatan sistemik

f. Terapi hormonal

g. Transplantasi sumsum tulang

h. Kemoterapi

9. BASIC PROMOTING PHYSIOLOGY OF HEALTH (NYERI)

a. Pengertian

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi

tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat

subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa

stimulus yang berupa fisik dan mental sedangkan kerusakan dapat


terjadi pada jaringan actual atau pada fungsi ego seorang individu.

Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri

tersebut dan terjadi kapan saja. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis

yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila seseorang merasa sakit

maka perilakunya akan berubah.

Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan

jaringan yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat

mengkaji nyeri. Nyeri mengarah pada penyebab ketidakmampuan.

Sering dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak orang

mengalami penyakit kronik, dengan nyeri merupakan suatu gejala

umum.

b. Fisiologis/pengaturan

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara

yang paling unik baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan

membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut :

resepsi, persepsi dan reaksi.

1) Resepsi

Semua kerusakan seluler yang disebabkan oleh stimulus termal,

mekanik, kimiawi, atau stimulus listrik menyebabkan

pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri. Pemaparan

terhadap panas atau dingi, takanan, friksi, dan zat-zat kimia

menyebabkan pelepasan substansi seperti histamine, bradikinin

dan kalium, yang bergabung dengan lokasi reseptor di


nosiseptor (reseptor yang berespon terhadap stimulus yang

membahayakan) untuk memulai transmisi neural yang

dikaitkan dengan nyeri.

2) Persepsi

Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.

Stimulus nyeri ditransmisikan neik ke medulla spinalis ke

thalamus dan otak tengah. Dari thalamus, serabut

mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk

korteks korteks sensori dan korteks asosiasi (dikedua lobus

parietalis), lobus frontalis, dan sistem limbik. Terdapat sel-sel

di dalam sistem limbik yang diyakini mengontrol emosi

khususnya ansietas. Dengan demikian sistem limbic berperan

aktif dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah

transmisi saraf berakhir di dalam pusat otak yang lebih tinggi,

maka individu akan mempersepsikan sensasi nyeri.

3) Reaksi

Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisiologis dan perilaku

yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.

a) Respon fisiologis

Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju

ke batang otak dan thalamus, sistem saraf

otonommenjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon

stress. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang


dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi flight

atau fight, yang merupakan sindrom adaptasi umum.

Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf

otonom menghasilkan respon fisiologis. Apabila nyeri

berlangsung terus menerus, berat atau dalam, dan secara

tipikal melibatkan organ-organ visceral (seperti nyeri

pada infark miokard, kolik akibat kandung empedu atau

batu ginjal), sistem saraf parasimpatis menghasilkan

suatu aksi. Respon fisiologis terhadap nyeri dapat

sangat membahayakan individu.

b) Respon perilaku

Pada saat nyeri dirasakan, pada saat juga dimulai suatu

siklus, yang apabila tidak diobati atau tidak dilakukan

upaya untuk menghilangkannya, dapat mengubah

kualitas kehidupan individu secara bermakna. Meinhart

dan McCaffery (1983 dalam Potter & Perry, 2005)

mendeskripsikan tiga fase pengalaman nyeri :

antisipasi, sensasi dan akibat (aftermath). Fase

antisipasi terjadi sebelum mempersepsikan nyeri.

Seorang individu mengetahui bahwa nyeri akan terjadi.

Antisipasi terhadap nyeri memungkinkan individu

untuk belajar tentang nyeri dan upaya untuk

menghilangkannya. Sensasi nyeri terjadi ketika


merasakan nyeri. Individu bereaksi terhadap nyeri

dengan cara yang berbeda-beda. Toleransi individu

terhadap nyeri merupakan titik yaitu terdapat suatu

ketidskinginan untuk menerima nyeri dengan tingkat

keparahan yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama.

Fase akibat atau aftermath nyeri terjadi ketika nyeri

berkurang atau berhanti. Bahkan kalaupun sumber nyeri

dikontrol seseorang mungkin masih memerlukan

perhatian perawat. Setelah mengalami nyeri klien

mungkin memperlihatkan gejala-gejala fisik seperti

menggigil, mual, muntah, marah atau depresi.

c. Nilai normal dan cara perhitungannya

Untuk menilai nyeri pada individu yang sakit dapat mengguna

pengkajian berikut ini :

Palliative/profokatif : berbagai faktor yang yang mempengaruhi

karakter nyeri. Faktor ini membantu perawat mengkaji peristiwa atau

kondisi spesifik yang mempresipitasi atau memperburuk nyeri.

Qualitas : nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri tumpul atau nyeri seperti

terbakar hilang timbul atau terus menerus.

Region : untuk mengkaji nyeri perawat meminta klien untuk

menunjuk area yang mengalami ketidaknyamanan sehingga dapat

bermanfaat sebagai patokan dasar apabila nyeri berubah.


Scale : karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat

keparahan atau intensitas nyeri. Klien sering diminta untuk

mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau berat. Berikut

ini skala deskriptif dan numerik yang mengukur tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif.

Numeris
deskriptif
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri berat Nyeri tak
nyeri ringan berat tertahankan

Time : untuk menentukan kapan nyeri terjadi dan mengetahui

sudah berapa lama nyeri dirasakan sehingga dapat menentukan apakah

nyeri yang dirasakan merupakan nyeri akut atau kronis.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi

1) Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada anak-anak dan lannsia. Perbedaan perkembangan

yang ditemukan diantara kelompok usia dapat mempengaruhi

bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak

yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan

procedure yang dilakukan perawat. Anak-anak kecil yang belum

dapat mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan untuk

mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada

orang tua atau petugas kesehatan.


Nyeri bukan bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari.

Individu yang berusia lanjut memiliki resiko tinggi mengalami

situasi-situasi yang membuat mereka merasakan nyeri.

2) Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda responnya terhadap

nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi nyeri (seperti

menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak

boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis

dalam situasi yang sama).

3) Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkandan

apa yang diterima oleh budaya mereka.

4) Makna nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi

pengalaman nyeri dan seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-

beda, apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu

kehilangan, hukuman dan tantangan.

5) Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya terhadap nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya


pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat

terapkan diberbagai terapi untuk menghilangkat nyeri, seperti

relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery), dan

massase.

6) Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan ansietas. Individu yang sehat secara

emosional biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang

hingga berat, daripada individu yang memiliki status emosional

yang kurang stabil.

7) Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan

kemampuan koping.

8) Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyer. Pengalaman nyeri

sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan

menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.

9) Gaya koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

anda merasa kesepian. Hal yang sering terjadi adalah klien merasa
kehilangan control terhadap lingkungan atau kehilangan control

terhadap hasil akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi.

10) Dukungan keluarga dan sosial

Faktor yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah

kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka

terhadap klien.

e. Jenis gangguan

 Luka bakar

 Trauma jaringan tubuh

 Fraktur

 Angina pectoris

 Akut miokard infark

 Post operasi atau insisi

10. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Demografi

1) Biodata

Umur : Biasanya terjadi pada usia > 35 tahun

Jenis kelamin : wanita > laki-laki

2) Riwayat kesehatan

 Keluhan utama : Nyeri pada payudara, terdapat

benjolan dan kesulitan untuk bernafas.

 Riwayat kesehatan sekarang


Sejak pasien mengeluh nyeri dan ada benjolan pada

payudara sampai kerumah sakit.

 Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat menarche, menopause.

 Riwayat kesehatan keluarga

Adanya anggota keluarga yang menderita penyakit yang

sama.

b. Aktivitas / istirahat

Gejala : kerja, aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan. Pola

tidur (tidur tengkurap

c. Nutrisi

Gejala : kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.

d. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri pada penyakit yang luas. (nyeri lokal jarang terjadi pada

keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan pada

jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya

mengindikasikan penyakit fibrokistik. Massa Nodul aksila Edema,

eritema pada kulit sekitar.

e. Seksualitas

Gejala : adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan

kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau

suhu, raba puting, gatal, rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat
menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun). Menopause lambat

(setelah 50 tahun). Kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun).

Tanda : perubahan pada postur / massa payudara, asimetris. Kulit

cekung, berkerut, perubahan pada warna tekstur kulit, pembengkakan,

kemerahan atau panas pada payudara.

f. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan

 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan


I. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI NAMA/


KEPERAWATAN (NOC) (NIC) TTD
1 Nyeri akut b.d agen cedera NOC: Pain menejemen Kel. 13

biologis  Pain level  Kaji nyeri secara

 Pain control komprehensif

 Comfort level  Observasi reaksi non verbal

Setelah dilakukan tindakan dari ketidak nyamanan

keperawatan selama 3 x 24 jam selama  Evaluasi pengalaman nyeri

3 hari diharapkan nyeri dapat masa lampau

berkurang dengan kriteria hasil :  Ajarkan tentang teknik non

Setelah dilakukan tindakan farmakologi


keperawatan selama 3x 24 jam pada
 Bantu pasien dan keluarga
Ny. P maka nyeri klien dapat teratasi
dengan criteria hasil sebagai berikut: untuk mencari dan
Pain control : menemukan dukungan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
 Berikan analgesic untuk
penyebab nyeri, mampu

22
menggunakan tehnik mengurangi nyeri
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan manajemen
nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
2 Kerusakan integritas Integritas jaringan : kulit dan Perawatan luka Kel.13
jaringan berhubungan membrane mukosa  Angkat balutan dan plester
dengan Setelah dilakukan tindakan perekat
keperawatan 3x24 jam selama 3 hari  Cukur rambut disekitar
diharapkan membrane mukosa jaringan daerah yang terkena luka
dan kulit yang rusak dapat diperbaiki  Monitor karakteristik luka,
dengan kriteria hasil : termasuk drainage, warna
 Suhu kulit ukuran dan bau
 Sensasi  Ukur luas luka

23
 Elastisitas  Singkirkan benda-benda
 Integritas yang tertanam pada luka
 Pertumbuhan rambut pada kulit  Bersihkan dengan normal
salin
 Tempatkan area yang luka
pada air mengalir
 Berikan perawatan insisi
pada luka
 Berikan perawatan ulukus
pada luka
 Berikan balutan yang sesuai
dengan jenis luka
 Pertahankan teknik balutan
steril ketika melakukan
perawatan luka
 Periksa luka setiap
menggantikan balutan
 Bandingkan dan catat setiap
perubahan
3 Gangguan citra tubuh Citra tubuh Peningkatan citra tubuh Kel.13
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan  Tentukan harapan citra diri

24
keperawatan 3x24 jam selama 3 hari pasien pasien didasarkan
diharapkan penilaian terhadap citra pada perkembangan
tubuh meningkat dengan kriteria hasil :  Tentukan jika terdapat
 Mampu memberikan gambaran perasaan tidak suka terhadap
internal diri karakteristik fisik
 Mampu mendeskripsikan  Tentukan perubahan fisik
bagian tubuh yang terkena saat ini apakah
dampak berkonstribusi pada citra diri
 Mampu menunjukkan sikap pasien
menerima bagian tubuh yang  Bantu pasien memisahkan
terkena dampak penampilan fisik dari
 Mampu menunjukkan kepuasan perasaan berharga secara
terhadap gambaran tubuh pribadi
 Mampu menyesuaikan dengan  Bantu pasien menentukan
perubahan yang terjadi pada keberlanjutan daru
tubuh individu perubahan-perubahan actual
dari tubuh dan tingkat
fungsinya.
 Bantu pasien untuk
menentukan pengaruh per
group terhadap persepsi

25
pasien mengenai citra tubuh.

26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Nama Perawat : Kelompok 13
Tanggal Pengkajian : 6 September 2016
Jam Pengkajian : 10.30 WIB

1. Biodata
Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 45 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Kawin
Alamat : Cegulu, Kulon progo
Tanggal Masuk RS : 4 September 2016
Diagnosa Medis : Ca Mamae
Penanggung Jawab
Nama : Bp. S
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Kawin
Alamat : Cegulu, Kulon progo
Hubungan dengan Klien: Suami

2. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan nyeri di bagian payudara kiri serta mengeluarkan pus
Riwayat Kesehatan

27
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Wates, dengan keadaan sadar yang diantar oleh
keluarga. Klien datang dengan keluhan deman kurang lebih 20 hari serta nyeri
di payudara kiri serta mengeluarkan pus (nanah).
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan belum pernah masuk rumah sakit sebelumnya, kalaupun
sakit hanya demam dan pusing biasa. Klien juga mengatakan tidak memiliki
alergi. Untuk obat-obatan klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan minum
obat-obatan apapun.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
seperti dirinya, dan hanya baru klien saja yang mengalami penyakit seperti
sekarang.

GENOGRAM

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal dunia

: pasien

28
: Tinggal dalam satu rumah

: Garis keturunan

: Garis perkawinan

3. Basic Promoting Physiology of Health


a. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit klien mengatakan pekerjaannya ibu rumah tangga dan kadang-
kadang hanya pergi ke ladang, namun semenjak sakit klien mengatakan tidak
bisa melakukan kegiatan yang berat karena setiap melakukan kegiatan yang
berat klien merasakan nyeri bangun. Sebelum dan setelah sakit klien
mengatakan tidak pernah menggunakan walker, kruk, kursi roda, tongkat dll.
Untuk kemampuan melakukan ROM klien aktif, kemampuan ambulasi dan
ADL dilakukan dengan dibantu oleh suami.
b. Tidur dan istirahat
Klien mengatakan sebelum sakit jarang tidur siang, dan pada malam hari tidur
mulai jam 8 malam dan bangun kembali kadang jam 3 atau jam 4 subuh untuk
sholat. Setelah di RS klien mengatakan sulit untuk tidur pada siang dan malam
hari, karena nyeri yang dirasakan klien disebelah payudara kiri.
c. Kenyamanan dan Nyeri
P :
Q :
R : payudara kiri

S :7
d. Nutrisi
Klien mengatakan sebelum sakit makannya tidak tentu, kadang 2x sehari dan
kadang juga 3x sehari dengan makan-makanan apa saja, bisa sayur dan tahu,
kadang juga makan daging. Sebelum sakit klien mengatakan berat badannya
52,5 kg. Setelah sakit klien mengatakan klien mau makan, dan klien juga
menghabiskan porsi makanan yang disediakan oleh pihak RS. Klien
mengatakan tidak memiliki makanan pantangan apapun.
e. Cairan, elektrolit dan asam basa

29
Klien mengatakan sebelum sakit klien mengatakan bisa minum 1 botol aqua
yang besar sekitar 1500 ml, semenjak sakit pun klien mengatakan bisa minum
1 botol aqua yang besar sekitar 1500 ml. Turgor kulit elastis. Saat ini klien
terpasang infus NaCl 20 tpm.
f. Oksigenasi
Klien mengatakan saat ini tidak mengalami sesak nafas, dengan frekuensi
nafas 16x/menit. Klien mengatakan sekarang tidak mengalami batuk, ataupun
sesak nafas. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat asma, TB, dan tidak
memiliki batuk darah.
g. Eliminasi fekal/bowel
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit rutin BAB 2x dalam sehari,
semenjak masuk RS klien mengatakan BAB 1x sehari. Pemenuhan kebutuhan
ADL bowel dibantu oleh suaminya.
h. Eliminasi urin
Klien mengatakan sebelum sakit, BAK kadang 3x sampai 4x sehari, setelah
sakit klien mengatakan sering BAK sampai 6-8x sehari. Klien mengatakan
tidak ada darah ataupun nyeri saat BAK, klien juga mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit batu ginjal, ataupun injury/trauma. Saat ini klien tidak
terpasang kateter, kebutuhan pemenuhan ADL bladder dibantu suami dengan
menggunakan pispot dengan warna urine normal kuning jernih.
i. Sensori, Persepsi dan Kognitif
Klien mengatakan tidak memiliki gangguan pendengaran, penciuman, sensasi
taktil, pengecapan, dan riwayat penyakit eye surgery.
4. Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan Umum
Klien dalam kondisi compos mentis, dengan GCS: 15, E:4, V:5, M:6
Vital sign:
TD :140/90 mmHg
Nadi :84x/m
Respirasi : 16x/m
Suhu : 36,5oc
b. Kepala

30
Kulit kepala klien normal, tidak kotor dan tanpa disertai hematoma maupun
lesi. Rambut kepala beruban, kering, kusam dan mudah rontok. Muka wajah
normal, tidak mengalami bells paslsy, hematoma dan lesi.
Mata, dengan konjungtiva anemis, sclera anikterik, pupil mata isokor, dengan
palpebra normal, tanpa disertai oedema maupun hordeolum. Lensa mata
normal, dengan visus normal antara kanan/kiri.
Hidung klien normal, tanpa adanya septum defiasi, polip, epistaksis, dan
gangguan indra penghidu.
Mulut, gigi: gigi graham ompong dan mengalami caries dentis. Bibir kering
tanpa disertai stomatitis dan sianosis.
Telinga simetris antara kiri dan kanan, tanpa disertai gangguan pendengaran
dan telinga bersih.
c. Leher
Pada leher tidak mengalami pembesaran kelenjar thyroid, tidak disertai
pelebaran JVP, kaku kuduk, hematoma maupun lesi.
Tenggorokan normal, tidak terdapat nyeri telan, hiperemis, dan pembesaran
tonsil.
d. Dada
Bentuk dada klien normal, tidak ada barrel chest, funel chest, maupun pigeon
chest.
Pulmo:
Inspeksi :normal, tidak terdapat bentuk dada pigeon chest. Tampak
pengembangan dada kanan dan kiri sama.
Palpasi :Fremiktus taktil kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Askultasi : vesikuler antara kanan dan kiri.
Cor:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak di ICS 2, ICS 5, Midaxila dan midklavikula
Askultasi : S1 Lup, S2 Dup, dan tidak terdapat suara tambahan
e. Abdomen
Askultasi : peristaltik usus : 10x/menit
Inspeksi : normal, tidak terdapat ascites

31
Palpasi : normal, tidak terdapat hepatomegali, splenomegali, dan tumor
Perkusi : normal dengan suara timpani.
f. Genitalia
Perempuan : normal, klien tidak mengalami prolapsus uteri, perdarahan,
maupun keputihan.
g. Rectum
Rectum normal, klien tidak mengalami hemoroid, prolaps,maupun tumor.
h. Ektremitas Atas
Saat dikaji ektermitas kanan dan kiri klien sama kuat, klien dapat melakukan
aktivitas dengan kedua tangan, pada tangan kanan terpasang IV line, tidak
terdapat pembesaran pada kedua tangan, dan CRT < 2 detik
i. Ektremitas Bawah
Saat dikaji ektermitas kanan dan kiri klien sama kuat, klien dapat melakukan
aktivitas dengan kedua kakinya, tidak terdapat pembesaran (odema) pada
kedua kaki, dan CRT < 2 detik
5. Psiko, Sosio, Budaya, dan Spiritual
a. Psikologis
Klien mengatakan setelah mnegalami masalah ini merasakan cemas, kemudian
merasa takut kenapa dia bisa mengalami Ca mamae. Cara klien mengatasi
masalahnya hanya berpasrah saja dan mengobrol dengan keluarganya. Setelah
pulang nanti, klien mengatakan akan selalu menjaga kesehatan.
b. Sosial
Klien mengatakan kegiatan sehari – hari hanya berladang dan dirumah,
kadang mengikuti pengajian dengan ibu-ibu disekitar lingkungannya.
c. Budaya
Klien mengatakan dari kecil sudah mengikuti kebiasaan budaya jawa, klien
juga tidak memiliki pantangan terkait dengan makanan yang dimakan
kemudian tidak memiliki kebudayaan yang merugikan kesehatannya.
d. Spiritual
Aktivitas sehari- hari klien mengatakan beribadah secara rutin, dimana selalu
rutin melakukan sholat 5 waktu.
6. Pemeriksaan Penunjang
Nama Klien : Ny. W No. Register : 58293xx
Umur : 66 thn Diagnosa Medis : Anemia dd Hemel

32
Ruang Rawat : Gardenia Alamat : Tegowanu 22, Kaliagun

NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN


RUJUKAN
HEMATOLOGI
1 Hemoglobin 13,7 12,00-16,00 g/dL
2 Hematokrit 38,8 37,00-47,00 %
3 Lekosit 14,81 4,0-10,5 10^3/uL
4 Trombosit 346 150-450 10^3/uL
5 Eritrosit 14,55 3,90-5,50 10^6/uL
6 MPV (Mean Platelet Volume) 8,6 6,5-12,00 fLl
7 PDW (Platelet Distribution Width) 15,8 9,0-17,00
8 PTC (Platelectric) 0,2 0,108-0,282 %
INDEX
9 MCV 82,2 80,0-97,0 fL
10 MCH 29,3 27,0-32,0 Pg
11 MCHC 35,7 32,0-38,0 g/dL
HITUNG JENIS
12 Neutrofil % 82,9 50,0-70,0 %
13 Linfosit % 12,5 25,0-40,0 %
14 Monosit % 1,6 3,0-9,0 %
15 Eosinofil % 0,3 0,5-5,0 %
16 Basofil % 0,0 0,0-1,0 %
17 Neutrofil # 11,24 2,00-7,00 10^3/uL
18 Linfosit # 1,65 1,24-4,0 10^3/uL
19 Monosit # 0,19 0,30-1,00 10^3/uL
20 Eosinofil # 0,04 0,02-0,50 10^3/uL
21 Basofil # 0,01 0,0-10,0 10^3/uL
22 Golongan darah O
kIMIA

33
GULA DARAH
23 Glukosa darah sewaktu 249 <140 mg/dL
GINJAL
24 Ureum 71 10-50 mg/dL
25 Kreatinin 1,0 0,6-1,2 mg/dL
ELEKTROLIT
26 Natrium 137,0 135-146 Mmol/l

7. Terapi Medis
a. Cairan IV
Infus nacl 20 tpm
Inj keterolac /8 jam
Inj ranitidin 1000 mg/12 jam
Inj ceftriaxon 1000mg ampul/12 jam
Levemir 0-0-10 SC
b. Obat Peroral
Paracetamol 3x500 mg
c. Obat Parenteral
Tidak ada
d. Obat Topikal
Tidak ada

34
B. Analisa Data
ANALISA DATA

Nama Klien : Ny. P No. Register : 402211


Umur : 45 thn Diagnosa Medis : Ca mamae sinistra
Ruang Rawat : Edelweis Alamat : Cegulu, Kulon Progo
TGL/ DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
JAM
7-9-2016 DS: Agen cidera Nyeri akut
- Klien mengeluhkan nyeri dipayudara biologis
10.30 kiri
WIB - P: Saat bergerak dan saat dilakukan
pembersihan luka
Q: Panas dan seperti tertusuk-tusuk
R: Dipayudara kiri
S: Skala 7
T: Timbulnya kadang-kadang

DO:
- Klien tampak meringis menahan
- TTV:
TD:140/90mmHg, N:84x/menit,
RR:16x/menit, Suhu: 365oC
7-9-2016 DS: Penyakit Resiko
10.35 - Klien mengatakan lubang dipayudara DM Infeksi
WIB kiri nyeri dan mengeluarkan nanah
DO:
- Lubang dipayudara klien tampak
kemerahan dan mengeluarkan nanah

35
(pus)
- Lekosit 14,81

7-9-2016 DS: Kurang Resiko


10.40 - Klien mengatakan sering pusing ketika pengetahuan ketidakseim
WIB ingin duduk ataupun berdiri cara bangan
- Klien mengatakan tidak manajemen kadar
memperhatikan makanan yang diabetes glukosa
dimakan darah
DO:
- Klien tampak lemah
- GDS 249, GDP 276

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah
2. Resiko infeksi
3. Nyeri akut b.d agen cidera biologis

36
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. P No. Register : 402211


Umur : 45 thn Diagnosa Medis : Ca Mamae sinistra
Ruang Rawat : Edelweis Alamat : Cegulu, Kulon Progo

N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI NAMA/


O KEPERAWATAN (NOC) (NIC) TTD
1 Ketidakseimbangan kadar Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemi: Kel. 13
glukosa darah b.d Kurang keperawatan selama 3x24 jam pada 1. Monitor kadar glukosa darah
pengetahuan cara manajemen Ny. P, maka kadar glukosa darah dapat 2. Monitor tanda dan gejala
diabetes stabil <140 dengan kriteria hasil hiperglikemi
sebagai berikut: 3. Identifikasi penyebab
1. Kadar glukosa darah dalam hiperglikemi
rentang normal 4. Ajakan cara diet hiperglikemi
2. Tidak ada tanda-tanda 5. Kolaborasi pemberian insulin
hiperglikemi
3. Klien mengetahui cara manajemen
hiperglikemi
2 Resiko infeksi b.d penyakit Setelah dilakukan tindakan Infection Control: Kel.13
DM keperawatan selama 3x24 jam pada 1. Cuci tangan setiap sebelum dan

37
Ny. P, maka luka tidak terjadi infeksi sesudah tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil sebagai berikut: 2. Monitor tanda dan gelaja infeksi
Knowledge: infection control 3. Berikan perawatan pada area
1. Klien bebas dari tanda dan yang luka
gejala infeksi 4. Ajarkan klien dan keluarga tanda
2. Menunjukkan kemampuan dan gejala infeksi
untuk mencegah timbulnya 5. Kolaborasi pemberian antibiotik
infeksi
3. Menunjukkan perilaku
kebersihan diri

3 Nyeri akut b.d agen cidera Setelah dilakukan tindakan Pain Management: Kel.13
biologis keperawatan selama 3x 24 jam pada 1. Kaji TTV
Ny. P maka nyeri klien dapat teratasi 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan criteria hasil sebagai berikut: komprehensif
Pain control : 3. Observasi reaksi nonverbal dari
4. Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampu 4. Ajarkan cara manajemen nyeri
menggunakan tehnik dengan tehnik nafas dalam
nonfarmakologi untuk 5. Kolaborasi pemberian analgesik
mengurangi nyeri, mencari

38
bantuan)
5. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan manajemen
nyeri
6. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
7. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang

39
2. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
CATATAN PERKEMBANGAN I

Nama Klien : Ny. P No. Register : 402211


Umur : 45 thn Diagnosa Medis : Ca Mamae sinistra
Ruang Rawat : Edelweis Alamat : Cegulu, Kulon Progo
NO. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Dx TTD
1 7-9-2016 11.00 1. Memonitor kadar glukosa darah S: Kel.13
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi 1. Klien mengatakan sedikit
pusing ketika ingin duduk
11.10 3. Identifikasi penyebab hiperglikemi ataupun berdiri
4. Ajakan cara diet hiperglikemi 2. Klien mengatakan tidak tahu
cara pengontrolan DM
11.20 5. Kolaborasi pemberian insulin 3. Klien mengatakan jarang
komtrol ke puskesmas atau
rumah sakit
4. Klien mengatakan BAB
sebanyak 8 kali
O:
1. GDS : 248

40
2. Lavemir 0-0-10 secara SC
sebelum makan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi 1, 2, 3,4,
5
2 7-9-2016 16.00 1. Mencuci tangan setiap sebelum dan S: Kel.13
sesudah tindakan keperawatan 1. Klien mengatakan nyeri diarea
2. Memonitor tanda dan gelaja infeksi luka dan merasa panas
2. Klien mengatakan kadang-
16.10 3. Memberikan perawatan pada area yang kadang nanah keluar dari
luka araea luka walaupun sudah
4. Mengajarkan klien dan keluarga tanda dan diperban
gejala infeksi O:
16.15 5. Berkolaborasi pemberian antibiotik 1. Luka klien tampak kemerahan
dan mengeluarkan nanah
2. Ceftriaxon 1 g/12 jam
A:
Masalah belum teratasi

41
P:
Lanjutkan intervensi 2,3,4,dan
5
3 7-9-1016 21.00 1. Mengkaji TTV S: Kel.13
2. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Klien mengatakan nyeri
komprehensif dibagian payudara kiri, dan
21.05 3. Mengobservasi reaksi nonverbal dari terasa seperti ditusuk-tusuk
ketidaknyamanan 2. Klien mengatakan skala
4. Ajarkan cara manajemen nyeri dengan nyerinya 7
tehnik nafas dalam 3. Klien mengatakan sudah
00.00 5. Kolaborasi pemberian analgesik pernah diajari cara nafas
dalam
O:
1. TD: 140/90
N : 84
S : 36,5
RR : 17
2. P : ketika sedang perawatan
luka, dan ketika bergerak
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: dipayudara kiri

42
S: skala 7
T: Kadang-kadang
3. Klien terlihat meringis
menahan nyeri
4. Keterolac 30 mg

A:
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan
5

43
CATATAN PERKEMBANGAN II

Nama Klien : Ny. P No. Register : 402211


Umur : 45 thn Diagnosa Medis : Ca Mamae sinistra
Ruang Rawat : Edelweis Alamat : Cegulu, Kulon Progo
NO. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Dx TTD
1 8-9-2016 09.00 1. Memonitor kadar glukosa darah S: Kel.13
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi 1. Klien mengatakan masih
pusing setelah duduk dan
09.30 3. Identifikasi penyebab hiperglikemi berjalan ke kamr mandi
4. Ajakan cara diet hiperglikemi 2. Klien mengatakan sudah
mengatur diet, dan banyak
11.30 5. Kolaborasi pemberian insulin makan buah
3. Klien mengatakan BAB
sebanyak 6 kali
O:
1. Wajah klien masih tampak
lemah
2. GDS :
3. Levemir 0-0-10 lewat SC

44
sebelum makan
A:
masalah teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi 1,2,dan 5
2 8-9-2016 10.00 1. Memonitor tanda dan gelaja infeksi S: Kel.13
2. Memberikan perawatan pada area yang 1. Klien mengatakan nyeri
luka diarea luka dan masih merasa
panas dan perih ketika
10.15 3. Mengajarkan klien dan keluarga tanda dan dibersihkan
gejala infeksi 2. Klien mengatakan kadang-
4. Berkolaborasi pemberian antibiotik kadang nanah masih keluar
dari araea luka walaupun
sudah diperban
O:
1. Klien tampak menahan sakit
2. Luka masih merah dan
mengeluarkan nanah
3. Ceftriaxon 1 g/12 jam

A: masalah belum teratasi

45
P: lanjutkan intervensi 1,2, dan 4
3 8-9-2016 11.00 1. Mengkaji TTV S: Shantos
2. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Klien mengatakan masih
komprehensif merasakan nyeri di area
3. Mengobservasi reaksi nonverbal dari payudara kiri
ketidaknyamanan 2. Klien mengatakan skala nyeri
4. Kolaborasi pemberian analgesik berkurang dari 7 menjadi 4

O:
1. Klien masih tampak meringis
menahan nyeri tetapi bisa
mengurangi rasa nyeri
dengan nafas dalam
2. TD: 120/80
N:84
S:36,8
RR: 17
3. Keterolac 30 mg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2, dan 4

46
CATATAN PERKEMBANGAN III

Nama Klien : Ny. P No. Register : 402211


Umur : 45 thn Diagnosa Medis : Ca Mamae sinistra
Ruang Rawat : Edelweis Alamat : Cegulu, Kulon Progo
NO. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Dx TTD
1 9-9-2016 09.00 1. Memonitor kadar glukosa darah S: Kel.13
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi 1. Klien mengatakan pusing
berkurang
11.10 3. Kolaborasi pemberian insulin 2. Klien mengatakan BAB sebanyak
5 kali
3. Klien mengatakan sudah mengatur
pola makannya dengan makan
buah-buahan dan mengurangi yang
manis-manis
O:
1. GDS:
2. Levemir 0-0-10 lewat SC
A : masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi 1,dan 3

47
2 9-9-2016 10.00 1. Memonitor tanda dan gelaja infeksi S: Kel.13
2. Memberikan perawatan pada area yang 1. Klien mengatakan nanah yang
luka kelua5 sudah sedikit
2. Klien mengatakan ingin cepat
11.00 3. Berkolaborasi pemberian antibiotik pulang
O
1. Luka klien tampak kering dan
disekitar luka tidak lagi tampak
kemerahan
2. Nanah yang keluar berkurang
3. Ceftriaxon 1g/12 jam
A
Masalah teratasi sebagaian
P
Lanjutkan intervensi 1,2, dan 3

3 9-9-2016 11.20 1. Mengkaji TTV S: Kel.13


2. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Klien mengatakan nyeri di area
komprehensif payudara kiri berkurang
3. Kolaborasi pemberian analgesik 3. Klien mengatakan skala nyeri

48
berkurang dari 4 menjadi 2
O:
1. Klien tampak segar
2. TD: 120/70
N:84
S:36,5
RR: 18
3. Keterolac 30 mg
A: Masalah sudah teratasi
P: Hentikan Intervensi

49
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang diberikan pada Ny. P

didapatkan 5 komponen yang menunjang proses tercapai asuhan keperawatan

yang diberikan pada pasien. Lima komponen tersebut terdiri dari pengkajian,

diagnose, tujuan dan intervensi dan implementasi.

Hasil pengkajian keperawatan yang dilakukan didapatkan gangguan pada

kenyamanan pasien berupa nyeri seperti tertusuk-tusuk pada payudara kiri saat

bergerak dan saat dilakukan perawatan dengan skala 7. Hal tersebut juga sesuai

denga teori Perry & Potter (2006) yang mengatakan bahwa tingkat kenyamanan

pasien dapat diukur dengan mengguna pengkajian nyeri secara objektif yaitu

dengan mengkaji P (palliative/provocative), Q (Quality/ kualitas nyeri), R (region

atau lokasi nyeri), S (skala nyeri yang dirasakan), T (waktu nyeri muncul sudah

sejak kapan dan berapa lama). Berdasarkan asuhan keperawatan dan teori yang

mendukung kelompok mengangkat dignosa nyeri akut yang berhubungan dengan

agen cedera biologis dengan tujuannya pain control serta tindakan berupa

manajemen nyeri.

Pengkajian kedua didapatkan perubahan pada integritas jaringan tubuh

pasien berupa lubang pada payudara kiri yang disertai nanah. Perubahan tersebut

didukung oleh Smeltzer & Bare (2006) yang mengatakan bahwa metastasis sel

abnormal kekulit dapat dapat dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi

dan berjamur. Sehingga untuk masalah tersebut dapat ditegakkan diagnose resiko

50
infeksi dengan tujuan berupa Knowledge: infection control dan tindakan

keperawatan berupa infection control.

Data yang lain juga berupa perubahan pada status gula darh klien berupa

peningkatan kadar gula darah yang juga menjadi faktor resiko dari kejadian

kanker payudara. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Perry & Potter (2006) yang

mengatakan bahwa salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara adalah

obesitas. Sehingga untuk masalah ini kelompok mengangkat diagnosa resiko

ketidakseimbangan kadar gula darah dengan tujuan control peningkatan kadar

gula darah dengan intervensi manajemen hiperglikemi. Dari ketiga diagnosa

keperawatan yang diangkat, implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari

dengan frekuensi 3 x 24 jam dan dilakukan evaluasi setiap selesai melakukan

tindakan oleh mahasiswa. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa tujuan

keperawatan tercapai sebagian untuk diagnosa keperawatan resiko

ketidakseimbanagan kadar gula darah dan resiko infeksi serta tujuan tercapai pada

diagnosa nyeri akut.

51
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
 Untuk mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan dasar manusia
 Kanker payudara adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada
jaringan mamae
 Kanker payudara disebabkan oleh faktor genetic, lingkungan dan
humoral serta dapat didukung oleh fakto resiko berikut Riwayat
kanker payudara sebelumnya, riwayat keluarga, menarke dini,
nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama,
menopause pada lansia, riwayat penyakit payudara jinak, pajanan
terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30
tahun, obesitas, kontraseptif oral, terapi pengganti hormone dan
masukan alkohol
 Tanda dan gejala dari kanker payudara yaitu lesi yang tidak nyeri,
terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur. Retraksi
putting susu dan lesi yang terfiksasi pada dinding dada dapat juga
menjadi tanda dari kanker payudara. Metastasis kekulit dapat dapat
dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan berjamur.
 Pemeriksaan penunjang kanker payudara berupa Biopsi payudara

(jarum atau eksisi), foto thoraks, mammografi, ultrasonografi

(USG), CT scan dan MRI

 Komplikasi kanker payudara yaitu Gangguan Neurovaskuler,

metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang

panjang, fraktur patologi, fibrosis payudara, kematian

52
 Penetalaksanaan medis dari kanker payudara adalahh pengobatan

local kanker payudara, masektomi, terapi radiasi, rekonstruktif,

pengobatan sistemik, terapi hormonal, transplantasi sumsum tulang

dan kemoterapi

2. Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tahapan-tahapan asuhan
keperawatan pada klien dengan kanker payudara berdasarkan
kebutuhan dasar manusia.
b. Bagi perawat
Diharapkan agar dapat meningkatkan ketrampilan dalam memberikan
praktek asuhan keperawatan, khususnya tentang klien dengan status
kanker payudara sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
yang maksimal dan dapat menjadi educator bagi klien maupun
keluarga.
c. Bagi dunia dunia keperawatan
Diharapkan dengan adanya makalah ini, kita sebagai tenaga
keperawatan lebih memahami bagaimana gejala dan tanda-tanda
terjadinya kanker payudara serta asuhan keperawatannya dan
mempermudah masyarakat awam untuk mengetahui gangguan
tersebut.

53
Daftar Pustaka

Anik, D. N. F. (2007). Hubungan Perbedaan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa

Kesehatan dan Non Kesehatan Tentang Tumor Payudara dan Sadari

dengan Tingkat Motivasi untuk Melakukan Sadari di Universitas

Indonesia Depok. Fakultas Ilmu Kedoteran Universitas Indonesia.

http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/ensiklopedia-

kanker-payudara.pdf. Diakses tanggal 11 September 2016.

Bulechek, G. M., et al. (2013). Nursing Intervention Classification. 6𝑡ℎ Ed. USA:

Mosby, Inc

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S., (Eds). (2014). NANDA International Nursing

Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017. 10𝑡ℎ 𝐸𝑑 . Oxford:

Wiley Blackwell

Andrio Ghara Pratama, A. G., Santoso, I., Hidayanto, A. (2002). Identifikasi

Keberadaan Tumor Pada Citra Mammografi Menggunakan Metode Run

Length. Universitas Diponegoro. Diakses tanggal 11 September 2016

Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC

Smeltzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Edisi 8, Volume 3. Jakarta: EGC

54

Anda mungkin juga menyukai