Nama Kelompok :
1. Angga Dwi Agustino 1601470001
2. Dinda Risma Putri A 1601470024
3. Milla Thalia 1601470028
4. Vita Puspita W 1601470038
5. Dea Elviana 1601470015
6. Ervina Fahnul M 1601470027
7. Annisa Putri P 1601470030
8. Riza Masruroh 1601470037
9. Angger Rangga Santika 1601470041
Kepribadian seseorang. Orang yang rapi, teliti, serta memiliki disiplin tinggi
cenderung memiliki risiko lebih besar untuk mengalami OCD. Mereka yang
mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD.
Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan
mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan,
cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah.
Depresi
Treatment/Penanganan
Psikoterapi.
H. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik dijelaskan
oleh gangguan psikotik singkat, dan tidak hanya eksaserbasi dari gangguan yang
sudah ada sebelumnya pada Axis I atau II Axis
F.45 Gangguan Penyesuaian
Definisi
Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan suatu reaksi
maladaptif terhadap suatu stresor yang dikenali dan berkembang beberapa bulan
sejak munculnya stresor, yang ditandai dengan adanya hendaya fungsi atau tanda-
tanda distres emosional yang lebih dari biasa (Nevid, dkk, 2005). Gangguan ini
termasuk kelompok gangguan yang paling ringan yang dapat terjadi pada semua
usia. Orang awam menyebutnya sebagai nasib malang pribadi, sedangkan ahli
psikiatrik menyebut gangguan ini sebagai stresor psikososial (Kapita Selekta,
2001).
Hendaya yang muncul dari reaksi maladaptif ini adalah hendaya yang
bermakna (signifikan) dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau akademis. Diagnosis
gangguan penyesuaian bisa ditegakkan bila reaksi terhadap stres tersebut tidak
memenuhi kriteria diagnostik sindrom klinis yang lain seperti gangguan mood atau
gangguan kecemasan (Nevid dkk, 2005).
Reaksi maladaptif dalam bentuk gangguan penyesuaian ini mungkin teratasi
bila stresor dipindahkan atau individu belajar mengatasi stresor. Bila reaksi
maladaptif ini masih berlangsung lebih dari enam bulan setelah stresor dialihkan,
diagnosis gangguan penyesuaian perlu diubah (Nevid dkk, 2005).
Etiologi
Gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih stresor. Beratnya
stresor tidak selalu meramalkan keparahan gangguan. Stresor pada masalah
penyesuaian atau keadaan stres ini dapat bersumber pada frustasi, tekanan, konflik,
atau krisis (Maramis, 2005).
Frustasi timbul bila ada aral melintang antara kita dan maksud (tujuan kita),
misalanya bila kita mau berpiknik kemudian mendadak hujan turun atau mobil
mogok. Frustasi dapat datang dari luar atau pun dari dalam. Contoh frustasi yang
datangnya dari luar antara lain, bencana alam, kecelakaan, kematian seorang yang
tercinta, peperangan, norma-norma, adat-istiadat, kegoncangan ekonomi,
diskriminasi rasial atau agama, pengagguran, dan ketidakpastian sosial. Sedangkan
frustasi yang datang dari dalam dapat berupa cacat badaniah, kegagalan dalam
usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi sangat tidak enak dan
merupakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan rasa harga diri (Maramis,
2005).
Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam
kebutuhan atau tujuan. Memilih yang satu berarti frustasi terhadap yang lain.
Umpamanya seorang pemuda ingin menjadi dokter, tetapi sekaligus takut akan
tanggung jawab kelak bila sudah jadi dokter. Atau jika kita harus memilih antara
sekolah terus atau menikah (mengurusi rumah tangga). Contoh lain lagi berupa
konflik yang terjadi bila kita harus memilih antara beberapa hal yang semuanya
tidak kita ingini, misalnya pekerjaan yang tidak menarik atau menganggur
(Maramis, 2005).
Tekanan sehari-hari biarpun kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat
menjadi stres yang hebat. Tekanan, seperti juga frustasi dapat berasal dari dalam
ataupun dari luar. Tekanan dari dalam datang dari cita-cita atau norma-norma kita
yang kita gantungkan terlalu tinggi dan kita mengejarnya tanpa ampun, sehingga
kita terus menerus berada di bawah tekanan. Contohnya adalah orang tua yang
menuntut anaknya prestasi anaknya terlalu tinggi, istri yang setiap hari mengeluh
pada suaminya mengenai uang belanja, dan lain-lain (Maramis, 2005).
Krisis adalah suatu keadaan yang mendadak menimbulkan stres pada
seorang individu ataupun suatu kelompok, seperti suatu kecelakaan, penyakit yang
memerlukan operasi, dan masuk sekolah untuk pertama kali (Maramis, 2005).
Gejala gangguan penyesuaian bervariasi dari orang ke orang. Gejala yang Anda
miliki mungkin berbeda dari orang lain yang juga memiliki gangguan penyesuaian.
Tapi untuk semua orang, gejala gangguan penyesuaian dimulai dalam waktu tiga
bulan dari peristiwa stres dalam hidup.
Gejala emosional gangguan penyesuaian
Kesedihan
Keputusasaan
Kurangnya kenikmatan
Menangis tersedu-sedu
Gugup
Kegelisahan
Kecemasan, yang mungkin termasuk separation anxiety
Khawatir
Desperation
Masalah tidur
Kesulitan berkonsentrasi
Merasa kewalahan
Pikiran bunuh diri
Perkelahian
Mengemudi kebut-kebutan
Mengabaikan tagihan
Menghindari keluarga atau teman
Melakukan hal buruk di sekolah atau di tempat kerja
Bolos sekolah
Merusak properti
F.48 Gangguan Somatofrom
Definisi
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala
fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan
penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius
untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau
gangguan pada kemampuan penderita untuk berfungsi di dalam peranan sosial
atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian
klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset,
keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-
pura yang disadari atau gangguan buatan.
Etiologi
Penyebab ganggguan somatisasi tidak diketahui secara pasti tetapi diduga
terdapat faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya gangguan somatisasi
yakni:
Faktor Psikososial
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikis dibawah sadar yang mempunyai
tujuan tertentu. Rumusan psikososial tentang penyebab gangguan melibatkan
interpretasi gejala sebagai sutu tipe komunikasi sosial, hasilnya adalah
menghindari kewajiban (sebagai contoh: mengerjakan ke pekerjaan yang tidak
disukai), mengekspresikan emosi (sebagai contoh: kemarahan pada pasangan),
atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan (sebagai contoh:
nyeri pada usus seseorang).
Beberapa pasien dengan gangguan somatisasi berasal dari rumah yang tidak
setabil dan telah mengalami penyiksaan fisik. Faktor sosial, kultural dan juga
etnik mungkin juga terlibat dalam perkembangan gangguan somatisasi.
Faktor Biologis
Ditemukan adanya faktor genetik dalam transmisi gangguan somatisasi dan
adanya penurunan metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus
frontalis dan hemisfer nondominan. Selain itu diduga terdapat regulasi abnormal
sistem sitokin yang mungkin menyebabkan beberapa gejala yang ditemukan pada
gangguan somatisasi.
Kriteria diagnosis
Diagnosis
Membuat diagnosis untuk gangguan identitas disosiatif tidaklah mudah
dan memakan waktu yang lama, Diagnosis bisa dilakukan dengan wawancara
terstruktur dan melalui beragam tes psikologi.
Panduan diagnosis
Berbagai panduan diagnosis dari gangguan identitas disosiatif bisa dilihat pada:
ICD-10 dengan kode F44.9
DSM-IV TR dengan kode 300.14
PPDGJ III dengan kode F60.2
4. Olahraga berlebihan
Salah satu tanda seseorang mengalami masalah anoreksia dan bulimia adalah
berolahraga secara berlebihan. Khususnya latihan fisik yang keras. Mereka yang
mengalami anoreksia bisa jadi akan berolahraga berlebihan untuk menurunkan
berat badan. Aktivitas fisik dihitung berlebihan ketika hal ini mengganggu
aktivitasnya yang lain dan tetap dilakukan meski sedang cidera.
6. Diet keras
Menghindari asupan makanan dengan membatasi atau mengenyahkan makanan-
makanan tertentu dari menu makanannya bisa jadi pula gangguan makan,
khususnya jika ia sebenarnya tidak bermasalah overweight dan motivasi utamanya
hanya untuk menurunkan berat badannya lagi, lagi, lagi, dan lagi. Jika Anda tak
yakin apakah orang ini sedang berdiet, lihat tanda-tanda jika ia cemas dengan
jumlah kalori yang ia makan, seperti jumlah lemak atau karbohidrat dari makanan
yang ia asup.
9. Mondar-mandir ke toilet
Mereka yang mengalami masalah anoreksia atau bulimia seringkali memuntahkan
isi perutnya. Hal ini terjadi pada sekitar 80-90 persen penderitanya. Pipi yang
membengkak karena pembesaran kelenjar ludah dan bekas luka pada jarinya
karena berkontak dengan giginya adalah indikasi gangguan makan.
1. Disomnia.
Pasien yang menderita penyakit ini akan mengalami kesulitan tidur atau
tetap tertidur. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini biasanya ditandai
dengan kesulitan memulai atau tetap tertidur, tidur berlebih, atau gangguan
apapun yang dapat mempengaruhi saat, kualitas, dan jumlah waktu istirahat
pasien. Insomnia dan narkolepsi adalah jenis disomnia yang paling umum.
Parasomnia. Penyakit di kategori ini meliputi mimpi, perilaku, emosi,
pergerakan, dan persepsi yang tidak normal ketika pasien tertidur. Kebanyakan
penyakit di kategori parasomnia adalah gangguan berupa “rangsangan” atau
terbangun yang terjadi di antara tidur NREM atau REM dan kondisi sadar.
Beberapa contoh parasomnia yang paling umum adalah berjalan saat tidur, teror
malam, menggertakkan gigi atau bruxism, gangguan makan akibat tidur dan
sindrom kaki gelisah.
2.Gangguan tidur ritme sirkadian.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah penyakit yang
mempengaruhi kapan pasien tertidur. Pasien yang menderita jenis gangguan tidur
ini memiliki kesulitan tidur serta terbangun pada waktu yang “normal” dan sesuai
dengan kebutuhan sosial, pribadi, dan profesional mereka. Singkatnya, tubuh
mereka memiliki waktu tidur yang tidak normal. Ada dua subkategori gangguan
tidur ritme sirkadian, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Gangguan tidur kronis dapat disebabkan oleh tekanan berat, penyakit yang
menyebabkan depresi, atau rasa ketidaknyamanan yang dialami ketika pasien
tertidur. Faktor genetik juga dapat sangat mempengaruji risiko seseorang memiliki
gangguan tidur. Orang yang bekerja pada malam hari juga lebih berisiko
mengalami gangguan tidur dan perubahan jam tidur karena pekerjaan mereka
memaksa mereka untuk tetap terbangun ketika tubuh mereka membutuhkan tidur.
Proses penuaan yang alami juga dapat menyebabkan gangguan tidur, walaupun
para ahli belum sepenuhnya yakin apakah meningkatnya risiko gangguan tidur
disebabkan oleh pertambahan usia atau obat-obatan yang dikonsumsi untuk
menjaga kesehatan.
b) Faktor psikis
Faktor psikoseksual ialah semua faktor kejiwaan yang terganggu dalam
diri penderita. Gangguan ini mencakup gangguan jiwa misalnya depresi, anxietas
(kecemasan) yang menyebabkan disfungsi seksual. Pada orang yang masih muda,
sebagian besar disfungsi seksual disebabkan faktor psikoseksual. Kondisi fisik
terutama organ-organnya masih kuat dan normal sehingga jarang sekali
menyebabkan terjadinya disfungsi seksual (Tobing, 2006).
Tetapi apapun etiologinya, penderita akan mengalami problema psikis,
yang selanjutnya akan memperburuk fungsi seksualnya. Disfungsi seksual pria
yang dapat menimbulkan disfungsi seksual pada wanita juga ( Abdelmassih, 1992,
Basson, R, et al., 2000).
Masalah psikis meliputi perasaan bersalah, trauma hubungan seksual,
kurangnya pengetahuan tentang seks, dan keluarga tidak harmonis (Susilo, 1994,
Pangkahila, 2001, 2006, Richard, 1992).
http://psks.lppm.uns.ac.id/disfungsi-seksual-psks-lppm-uns.html
https://www.google.co.id/amp/s/hellosehat.com/penyakit/obsessive-compulsive-
disorder-ocd/amp/#ampshare=https://hellosehat.com/penyakit/obsessive-
compulsive-disorder-ocd/
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://med.unhas.ac.i
d/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Gangguan-Terkait-dengan-
Stres.pdf&ved=2ahUKEwjDhc3Cu6_ZAhUDfbwKHePNDv8QFjABegQIERA
B&usg=AOvVaw3eYAIngM4YOSSNYyqm6yGt