2. ETIOLOGI
a. Rinogen
Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :
Rinitis Akut (influenza)
Polip, septum deviasi
b.Dentogen
Penjalaran infeksi dari gigi geraham atas
Penyebabnya adalah kuman :
Streptococcus pneumoniae
Hamophilus influenza
Steptococcus viridans
Staphylococcus aureus
Branchamella catarhatis
3. KLASIFIKASI
Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe besar yaitu berdasarkan lamanya
penyakit (akut, subakut, khronis) dan berdasarkan jenis peradangan yang terjadi
(infeksi dan non infeksi). Disebut sinusitis akut bila lamanya penyakit kurang dari
30 hari. Sinusitis subakut bila lamanya penyakit antara 1 bulan sampai 3 bulan,
sedangkan sinusitis khronis bila penyakit diderita lebih dari 3 bulan. Sinusitis
infeksi biasanya disebabkan oleh virus walau pada beberapa kasus ada pula yang
disebabkan oleh bakteri. Sedangkan sinusitis non infeksi sebagian besar
disebabkan oleh karena alergi dan iritasi bahan bahan kimia. Sinusitis subakut dan
khronis sering merupakan lanjutan dari sinusitis akutyang tidak mendapatkan
pengobatan adekuat.
4. PATOFISIOLOGI
Edema pada kompleks osteomeatal menyebabkan mukosa sinus paranasal
yang saling berhadapan akan bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak.
Akibatnya lendir tidak dapat dialirkan. Gangguan drainase ini juga diiringi oleh
gangguan ventilasi dalam sinus paranasal. Selain kurang aktifnya silia, lendir yang
dihasilkan oleh mukosa sinus paranasal menjadi lebih kental. Keadaan ini menjadi
media yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen. Bila sumbatan ini
berlangsung terus-menerus maka dapat terjadi hipoksia jaringan, retensi lendir dan
perubahan jaringan. Retensi lendir menimbulkan infesksi bakteri anaerob.
Jaringan dapat berubah menjadi hipertrofi, polipoid, polip, atau kista.
Nyeri Hipertermia
Peningkatan sekresi Edema, Hilangnya
fungsi silia mucus Kemerahan
normal
Resiko infeksi
Ujung saraf
Komplikasi
5. MANIFESTASI KLINIS
Rinore purulen >7 hari,< 8 minggu
Post nasal drip, batuk
Obstruksi nasi
Nyeri pada daerah sinus yang terkena
Nyeri alih ke peri orbita, gigi, teliga
Demam
Sinusitis Akut
- Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hal-hal yang mungkin kita temui pada pasien seperti :
purulent nasal secretion, purulent posterior pharyngeal secretion, mucosal
erythema, periorbital erythema, tenderness overlying sinuses, air-fluid levels on
transillium of the sinuses dan facial erythema.
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) dan C-reactive
protein meningkat pada pasien sinusitis tapi hasil ini tidak spesifik. Hasil
pemeriksaan darah lengkap juga diperlukan sebagai acuan
pembanding.Pemeriksaan sitologi nasal berguna untuk menjelaskan beberapa hal
seperti allergic rhinitis, eosinophilia,nasal polyposis dan aspirin sensitivity. Kita
juga dapat melakukan kultur pada produk sekresi nasal akantepai sangat terbatas
karena sering terkontaminasi dengan normal flora. Pemeriksaan Imaging :
pemerikasaan ini dilakukan terutama untuk mendapatkan gambaran Sinus yang
dicurigai mengalami infeksi. Ada beberapa pilihan imaging yang dapat
dilakukan yaitu plain radiography (kurang sensitif terutama pada sinus
ethmoidal), CT scan (hasilnya lebih baik dari pada rontgen tapi agak mahal), MRI
(berguna hanya pada infeksi jamur atau curiga tumor) dan USG (penggunaannya
terbatas).
Sinusitis Kronik
- Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaaan fisik pasien sinusitis kronik ditemukan beberapa hal seperti:
pain or tenderness on palpation over frontal or maxillary sinuses, oropharyngeal
erythema dan purulent secretions, dental caries dan ophthalmicmanifestation
(conjunctival congestion dan lacrimation, proptosis).
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan kultur hapusan nasal tidak memiliki nilai
diagnostik. Kadang-kadang pada hapusan nasal ditemukan juga eosinopil yang
mengindikasikan adanya penyebab alergi. Pemeriksaan darah lengkap rutin dan
ESR secara umum kurang membantu, akan tetapi biasanya ditemukan adanya
kenaikan padapasien dengan demam. Pada kasus yang berat, kultur darah dan
kultur darah fungal sangat diperlukan. Tes alergi diperlukan untuk mencari penyebab
penyakit yang mendasari. Pemeriksaan ImagingImagin
8. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan dari sinusitis adalah: mengembalikan fungsi silia mukosa,
memperbaiki drainase, eradikasi bakteri, dan menghilangkan keluhan nyeri.
Seringkali sinusitis, tidak perlu dirujuk ke ahli THT, tetapi bila gagal
dengan pengobatan medikamentosa, maka harus dirujuk ke ahli THT untuk
penanganan lebih lanjut seperti terapi bedah, irigasi, dll.
9. KOMPLIKASI
- Osteomyelitis & abses subperiostal: sering terjadi pada sinusitis frontal dan
pada anak-anak. Pada sinusitis maksila dapat terjadi fistel oroantral
- Serosa Otitis media: dapat terjadi otitis media akut maupun kronis dan otitis
media
- Kelainan pada orbita: penyebaran dapat terjadi perkontinuitatum atau
tromboflebitis.
- Kelainan yang terjadi: edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal,
abses orbita
- Kelainan intrakranial: meningitis, abses otak, abses ektradural/subdural,
trombosis sinus kavernosus
- Kelainan paru: bronkitis kronis , bronkiektasis. Kelainan sinus dan paru
disebut: sinobronkitis
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku / bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan dan
identitas penanggung jawab.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan Utama : biasanya klien mengeluh sakit kepela sinus,dantenggorokan.
b. Riwayat penyakit saat ini : klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering
kambuh, demam, pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara 2 mata dan
penciuman berkurang.
c. Riwayat penyakit dahulu :
Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma
Klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT.
Klien pernah menderita sakit gigi geraham
d. Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
3. Riwayat psiko ± social ± spiritual
a. Intra personal : perasaan yang dirasakan klien ( cemas atau sedih )
b. Interpersonal : bagaimana hubungan klien dengan orang lain.
4. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup ; contohnya, untuk mengurangi flu
biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping
b. Pola nutrisi dan metabolism ; biasanya nafsu makan klien berkurang karena
terjadi gangguan pada hidung.
c. Pola istirahat dan tidur ; adakah indikasi klien tidak dapat istirahat
karenasering flu.
d. Pola persepsi dan konsep diri ; klien sering flu terus menerus
danberbau,yang menyebabkan konsep diri menurun.
e. Pola sensorik ; pola penciuman klien menjadi terganggu karena hidung
buntukarena flu yang terus menerus ( baik purulen,serous, maupun
mukopurulen )
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah menggunakan pemeriksaan ROS (Review
Of Sistem ). Pemeriksaan fisik pada klien dengan sinusitis meliputi pemeriksaan
umum persistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda - tanda vital, B1
(Breathing ), B2 ( Blood ), B3 ( Brain ), B4 ( Bladder), B5 ( Bowel ), dan B6 (Bone ).
a. B1 ( breathing ) / Pernafasan Bentuk dada normal, pola nafas tidak teratur,
suara nafas ronkhy, sesaknafas, adanya retraksi oto bantu nafas, bantuan
O2 2 lpm.
b. B2 ( blood ) / sistem kardiovaskuler Irama jantung regular, tidak ada nyeri
dada, bunyi jantung normal, akral hangat.
c. B3 ( brain ) / persarafan Tidak ada gangguan pendengaran, adanya
gangguan pada penciuman, kesadaran gelisah, reflex normal.
d. B4 ( bladder ) / perkemihan Bentuk alat kelamin normal, uretra normal,
produk urin normal.
e. B5 ( bowel ) / pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis,
mulut bersih, mukosa lembab, BAB normal.
f. B6 ( bone ) / musculoskeletal Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi
tubuh kelelahan
2. ASUHAN KEPERAWATAN
( terlampir )
3. EVALUASI
( terlampir )
2. Untuk
mengetahui
kemampuan
klien dalam
bernafas ,
menggunakan
otot bantu atau
tidak
- Tidak mengalami
kesulitan untuk
memulai tidur
- Tidak ada
kemerahan
- Tidak terjadi
pembengkakan pada
daerah kulit
- Klien tidak
mengeluh nyeri
DAFTAR PUSTAKA