Anda di halaman 1dari 2

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PENERAPAN TERAPI OKUPASI

MELUKIS PADA PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI AUDITORI DI RSJ PROVINSI BALI TAHUN 2019

Latar Belakang :

Skizofrenia merupakan satu diantaranya bentuk psikosis yangs erring dijumpai.


Diperkirakan lebih dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi, yaitu suatu gangguan
persepsi pasien yang mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Respon
terhadap halusinasi dapat curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung,
perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Seseorang yang mengalami halusinasi bicara
sendiri, senyum sendiri, tertawa sendiri, menarik diri dari orang lain, tidak dapat
membedakan yang nyata dan tidak nyata.

Salah satu penanganan pasien skizofrenia dengan halusinasi adalah terapi okupasi
aktivitas melukis. Aktivitas melukis yang dilakukan bertujuan untuk meminimalisasi interaksi
pasien dengan dunianya sendiri, mengeluarkan pikiran, perasaan, atau emosi yang selama ini
mempengaruhi perilaku yang tidak disadarinya, memberi motivasi, memberikan
kegembiraan, hiburan serta mengalihkan perhatian pasien sehingga pikiran pasien tidak
terfokus dengan halusinasinya saja. Semakin lebih awal pasien ditangani dapat mencegah
pasien mengalami fase yang lebih berat sehingga resiko kekerasan dengan sendirinya dapat
dicegah.

Hasil penelitian yang dilakukan di RSJ Provinsi Bali (Wayan dkk) menunjukkan ada
pengaruh yang sangat signifikan pemberian terapi okupasi aktivitas melukis terhadap
perubahan halusinasi pada pasien skizofrenia. Pemberian terapi okupasi aktivitas melukis
dapat menurunkan gejala halusinasi pada pasien skizofrenia.
Tujuan :
Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah keperawatan
gangguan persepsi sensori auditori pada pasien skizofrenia dengan menerapkan terapi
okupasi melukis.

Metode :
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan studi
kasus pada dua pasien gangguan persepsi auditori di RSJ Provinsi Bali.

Anda mungkin juga menyukai