Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat, ini akan terus
berubah seiring dengan berubahnya masyarakat yang terus-menerus berkembang dan
mengalami perubahan, demikian pula dengan keperawatan. Dengan terjadinya
perubahan atau pergeseran dari berbagai faktor yang memengaruhi keperawatan,
maka akan berdampak pada perubahan dalam pelayanan/asuhan keperawatan,
perkembangan iptek keperawatan, maupun perubahan dalam masyarakat
keperawatan, baik sebagai masyarakat ilmuwan maupun sebagai masyarakat
profesional.
Masalah keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat juga terus-menerus berubah, karena berbagai faktor-faktor yang
mendasarinya juga terus mengalami perubahan. Dengan berkembangnya masyarakat
dan berbagai bentuk pelayanan profesional serta kemungkinan adanya perubahan
kebijakan dalam bidang kesehatan yang juga mencakup keperawatan, maka mungkin
saja akan terjadi pergeseran peran keperawatan dalam sistem pemberian pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.(Nursalam, 2011)
Perubahan yang terjadi akan mencakup seluruh aspek keperawatan yakni: (1)
penataan pendidikan tinggi keperawatan; (2) pelayanan dan asuhan keperawatan; (3)
pembinaan dan kehidupan keprofesian; dan (4) penataan lingkungan untuk
perkembangan keperawatan. Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan ini
bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling memengaruhi, dan saling
berkepentingan. Inovasi dalam keempat aspek di atas merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi serta mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya dalam menghadapi tantangan keperawatan di masa depan.
Sehingga mahasiswa juga memiliki peranan penting dalam memberikan inovasi
dalam profesinya sebagai perawat disebabkan salah satu fungsi mahasiswa adalah
agen perubahan. (Nursalam, 2011)
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit adalah institusi pelayanan

1
2

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna


yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat (Permenkes
No. 147 Tahun 2010). Salah satu pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit
adalah tenaga keperawatan, perawat memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk
mengambil langkah – langkah keperawatan dalam kesembuhan pasien.
Pelayanan keperawatan dirumah sakit sebagai salah satu faktor penentu
peningkatan pelayanan kesehatan. Dalam Gillies (1994) dikutip Sugiharto, A.S., Budi,
A.K., Tutik, S.H (2012) Keperawatan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan
dirumah sakit wajib memberikan layanan perawatan yang prima, efisien, efektif, dan
produktif kepada masyarakat. Salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan adalah pengelolaan dalam manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan diperlukan adanya manajer atau kepemimpinan yang
merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana
yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan bagi individu, keluarga dan
masyarakat. Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staff (staffing), pengarahan
(directing) dan pengendalian (controlling). Seorang perawat manajer melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen ini untuk memberikan asuhan perawatan kesehatan kepada
pasien (Swanburg, 2000). Fungsi perencanaan merupakan proses penentuan tujuan
dan pedoman pelaksanaan, suatu perencanaan dibuat untuk mengurangi
ketidakpastian dimasa yang akan datang. Perencanaan dalam pre dan post conference
dilakukan untuk memaksimalkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang diharapkan dan dibutuhkan oleh pasien.
Dari hasil observasi terhadap perawat di ruangan didapatkan bahwa pre dan
post conference belum dilakukan dengan maksimal, lebih sering dilakukan oleh
perwakilan perawat dinas pagi 1 orang dan perawat dinas siang 1 orang dan belum
terklasifikasikan jumlah tingkat ketergantungan pasien pada laporan tiap -tiap tim.
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan, pre conference pada shift pagi
dilakukan dengan baik namun untuk post conference masih belum maksimal hal
demikian terjadi dikarenakan kesibukan tindakan asuhan keperawatan yang lebih
diperioritaskan oleh perawat-perawat diruangan sehingga post conference yang dinilai
memakan waktu cukup lama tidak terjalankan.
3

Selain itu berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 29-30
Januari 2018 diruangan Bedah Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan
ketidakpatuhan keluarga pasien dalam tata tertib ruangan, dimana didapatkan keluarga
masih diingatkan oleh perawat tentang tata tertib ruangan seperti barang-barang yang
masih tertumpuk dimeja pasien, keluarga pasien yang tidur dilantai tanpa alas, dan
keluarga pasien yang tidur di bad pasien. Perawat harus mengingatkan dahulu
sebelum keluarga membereskannya.
Dari hasil wawancara dengan Kepala ruangan yang dilakukan pada tanggal 30
Januari 2018 di Ruang bedah anak RSUP Dr. M. Djamil Padang diketahui bahwa
masih banyaknya keluarga pasien yang tidak mematuhi tata tertib ruangan. Hasil
wawancara pada perawat didapatkan bahwa keluarga pasien sudah diberi LOI terlebih
dahulu saat baru pindah ruangan, sudah memiliki kartu tunggu dan perawat mengakui
sudah sering untuk mengingatkan keluarga membereskan barang setiap pagi. Pada
saat survey di temukannya 11 dari 17 pasien yang tidak mematuhi tata tertib ruangan
dan perawat selalu mengingatkan setiap pagi diruangan untuk membereskan barang-
barang.
Keluarga berperan penting dalam melindungi dan menjaga lingkungan sekitar
pasien. Tetapi saat dilapangan ditemukan bahwa masih banyaknya keluarga pasien
yang menjadi resiko penyebar infeksi. Hal ini dapat dilihat dari masih ditemukan
banyak pasien yang bermain di lantai, barang-barang yang menumpuk dapat menjadi
sumber penyakit yang dapat meningkatkan resiko infeksi pada pasien, masih
banyaknya keluarga yang tidak melakukan hand wash saat kontak dengan pasien
Selain adanya masalah pada keluarga pasien, masalah juga ditemukan pada
komunikasi SBAR, penggunaan alat-alat keperawatan dan kurang efektif pre dan post
conference. Berdasarkan hasil observasi, didapatkan belum maksimalnya penggunaan
komunikasi efektif dengan teknik SBAR pada kegiatan overan sesuai dengan SOP.
Masih sering perawat tidak melakukan write back, read back dan repeat back.
Sedangkan ketersediaan alat ditemukan bahwa dalam satu alat redressing digunakan
untuk beberapa pasien, kurangnya westafel cuci tangan, dan tidak ada tissue untuk lap
tangan sesudah mencuci tangan. Hasil observasi terhadap perawat di ruangan
didapatkan bahwa pre dan post conference belum dilakukan dengan maksimal, lebih
sering dilakukan oleh perwakilan perawat dinas pagi 1 orang dan perawat dinas siang
1 orang dan belum terklasifikasikan jumlah tingkat ketergantungan pasien pada
laporan tiap -tiap tim.
4

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah (problem solving) yang
berkaitan dengan mutu pelayanan keperawatan di Ruangan Bedah Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang.

2. Tujuan Khusus
Secara individu/ kelompok mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan:
a. Mengidentifikasi masalah ketidakpatuhan keluarga pasien dalam tata tertib di
Ruangan Bedah Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
b. Mengidentifikasi masalah resiko penyebaran infeksi pada keluarga di Ruangan
Bedah anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Mengidentifikasi masalah komunikasi SBAR di Ruangan Bedah Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang.
d. Mengidentifikasi masalah penggunaan alat-alat keperawatan di Ruangan Bedah
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Mengidentifikasi masalah pre dan post confrence di Ruangan Bedah Anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit


Lokakarya ini menjadi bahan masukan dan pihak rumah sakit untuk
meningkatkan pencapaian peningkatan komunikasi yang efektif dengan teknik
SBAR saat overan, ketidakpatuhan keluarga pasien dalam tata tertib ruangan,
penggunaan alat-alat keperawatan, pre dan post conferencedi Ruang bedah anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018.

2. Bagi Institusi
Lokakarya ini menjadi tolak ukur bagi pihak akademik dalam mengevaluasi
tingkat kemampuan dan kemahiran mahasiswa dalam menerapkan aplikasi ilmu
manajemen pada situasi nyata dilapangan
5

3. Bagi mahasiswa
Lokakarya ini bisa menjadi sarana untuk menerapkan ilmu manajemen,
memecahkan suatu masalah dilapangan sekaligus menjadi pedoman dalam
pembuatan laporan-laporan kasus manajemen selanjutnya.
6

BAB II
ANALISIS SITUASI RUANGAN

Hasil Winshield Survey di Ruang Bedah Anak RSUP. DR. M. Djamil Padang pada
tanggal 29 dan 30 Januari 2018 terhadap manajemen asuhan keperawatan didapatkan
beberapa masalah yaitu mengenai ketidakpatuhan keluarga pasien dalam tata tertib ruangan,
resiko penyebaran infeksi, kurangnya penerapan metode modular khususnya pada kegiatan
pre-konferen, post-konfren dan overan, penerapan ronde dalam rangka meningkatkan transfer
ilmu, kurang tertata system ketenagakerjaan dan ketidakpatuhan dalam menerapkan 5
moments cuci tangan.
RSUP DR. M Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan Sumatera Tengah,
Sumatera Barat, Riau, Jambi yang memiliki beberapa instalasi rawat inap, salah satunya
Ruang Bedah Anak. Ruang Bedah Anak memiliki 3 ruangan dimana terdapat 1 ruang kelas
dan 2 ruang bangsal.
Gambaran umum situasi Ruang Bedah Anak RSUP DR.M Djamil Padang adalah
ruangan rawat inap kelas 1 yang dipimpin oleh kepala ruangan dengan pendidikan profesi
Ners yang dibantu 1 orang katim, dan 10 orang perawat pelaksana. Jumlah tenaga
keperawatan seluruhnya adalah 11 orang, dengan jenjang pendidikan profesi Ners sebanyak 2
orang dan 9 orang pendidikan D3 Keperawatan.
Ruang Bedah Anak memiliki 20 bed. Jumlah pasien pada tanggal 29 Januari 2018
sebanyak 18 orang dan tanggal 30 Januari sebanyak 18 orang.

A. Winshield Survey
Data di Ruang Bedah Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 29 Januari
2018 dilakukan dengan metode wawancara dan observasi yang dilakukan dengan kepala
ruangan, ketua tim, dan beberapa perawat pelaksana. Observasi dilakukan mahasiswa
profesi keperawatan manajemen pada shift pagi meliputi observasi situasi dan kondisi
ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja,
dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

1) Ketidakpatuhan Keluarga Pasien Dalam Tata Tertib Ruangan


Observasi
Pada tanggal 29 dan 30 Januari 2018, diperoleh hasil observasi bahwa masih
banyaknya keluarga pasien yang tidak mematuhi tata tertib ruangan. Saat diobservasi
ditemukan masih banyak keluarga pasien yang duduk di bed pasien, tidur di lantai
7

maupun di kursi tunggu. Setiap pagi masih banyak keluarga yang tidak membereskan
barang-barangnya sampai overan dilakukan dan harus diingatkan terlebih dahulu.

Wawancara
Hasil wawancara pada perawat didapatkan bahwa keluarga pasien sudah diberi LOI
terlebih dahulu saat baru pindah ruangan, sudah memiliki kartu tunggu dan perawat
mengakui sudah sering untuk mengingatkan keluarga membereskan barang setiap
pagi.

Identifikasi Masalah
Belum patuhnya keluarga pasien terhadap tata tertib yang sudah ditentukan ruangan.

2) Resiko Penyebaran Infeksi


Observasi
Pada tanggal 29 dan 30 Januari 2018, diperoleh hasil observasi bahwa dalam satu alat
redressing digunakan untuk beberapa pasien, ditemukan banyak pasien yang bermain
di lantai, tidak adanya tanggal pemasangan infus atau kateter pada pasien dan adanya
tong sampah infeksius dalam kondisi terbuka.

Hasil Wawancara
Hasil wawancara didapatkan perawat mengatakan adanya keterbatasan alat redressing
sehingga perawat terpaksa memakai satu alat untuk beberapa pasien. Perawat
mengatakan bahwa masih banyak keluarga yang tidak mau mengikuti saran perawat
untuk menjaga anaknya supaya tidak main di lantai.

Identifikasi Masalah
Masih tingginya tingkat penyebaran resiko infeksi pada pasien yang umumnya adalah
anak-anak yang masih memiliki imunitas rendah.

3) Post Conference
Post conference merupakan kegiatan dimana perawat menjelaskan hasil
tindakan yang telah dilakukan dan merencanakan tindakan yang akan dilakukan.

Observasi
Hasil observasi terhadap perawat di ruangan didapatkan bahwa post conference belum
dilakukan dengan maksimal, lebih sering dilakukan oleh perwakilan perawat dinas
pagi 1 orang dan perawat dinas siang 1 orang dan belum terklasifikasikan jumlah
tingkat ketergantungan pasien pada laporan tiap -tiap tim.

Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan, hal demikian terjadi
dikarenakan kesibukan tindakan asuhan keperawatan yang lebih diperioritaskan oleh
8

perawat-perawat diruangan sehingga post conference yang dinilai memakan waktu


cukup lama tidak terjalankan.

Identifikasi Masalah
Belum optimalnya penerapan post conference setiap hari.

4) Ronde Keperawatan
Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 29 dan 30 Januari 2018
terkait pemantauan pelaksanaan ronde yang dilakukan perawat di ruangan, tidak
ditemukan adanya perawat yang melakukan ronde keperawatan terhadap pasien di
ruangan.

Wawancara
Selanjutnya dari hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan pada tanggal
30 Januari 2018 diperoleh informasi bahwa karu mengatakan ronde tidak termasuk
dalam perencanaan asuhan keperawatan tetapi dialihkan pada sharing secara tidak
langsung.

Identifikasi Masalah
Belum terlaksananya dengan maksimal Ronde Keperawatan di ruangan.

5) Kurang Tertata System Ketenagakerjaan


Observasi
Pada tanggal 29 dan 30 Januari 2018 ditemukan bahwa pada saat pergantian sift
perawat terlambat datang, adanya cleaning service yang masih membersihkan ruangan
disaat overan, karu yang melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien, tidak
adanya jadwal supervisi yang dilakukan. Berdasarkan hasil survey dengan
penghitungan keperluan ketenagakerjaan teori Douglas, didapatkan hasil bahwa
ketenagakerjaan di ruangan bedah anak ini kurang.

Wawancara
Pada saat diwawancara pada kepada kepala ruangan, karu mengakui bahwa kurangnya
ketenagakerjaan diruangan.

Identifikasi Masalah
Masih kurang tertata system ketenagakerjaan yang dimiliki ruangan.
9

6) Ketidakpatuhan Dalam Menerapkan 5 Momen Cuci Tangan


Observasi
Pada tanggal 29 dan 30 Januari 2018, saat diobservasi masih banyak keluarga pasien
yang tidak melakukan cuci tangan dalam 5 momen wajib cuci tangan, seperti saat
akan menyentuh anaknya, setelah menyentuh anaknya dan saat kembali dari luar
ruangan.

Wawancara
Pada saat diwawancarai, keluarga pasien banyak mengatakan sudah diberitau perawat,
tapi sering malas menerapkan.

Identifikasi Pasien
Banyak keluarga pasien yang tidak menerapkan 5 momen cuci tangan terutama pada
pasien yang umumnya anak-anak

1. Daftar Masalah
a. Belum maksimalnya penggunaan komunikasi efektif dengan teknik SBAR pada
kegiatan overan sesuai dengan SPO.
b. Belum optimal penerapan post confference setiap hari
c. Belum terlaksanannya dengan maksimal Ronde Keperawatan di ruangan.
d. Belum optimalnya tindakan pelabelan pemasangan infus

2. Validasi Data
Kuesioner Observasi
No Masalah
Karu Katim PA Karu Katim PA
1. Belum maksimalnya penggunaan
komunikasi efektif dengan teknik
SBAR pada kegiatan overan sesuai
- V V - V V
dengan standar SPO. (Situation,
Background, Assesment,
Recomedation)
2 Belum optimalnya penerapan post
- V V - V V
conference setiap hari
3 Belum terlaksananya dengan
maksimal Ronde Keperawatan di - V V - V V
ruangan.
4 Belum optimalnya tindakan
- V V - V V
pelabelan pemasangan infus.

3. Hasil Validasi Data


10

a. Identitas Responden

Keterangan :
1. 11 responden (100%) berjenis kelamin perempuan.
2. 9 dari 11 responden (82%) perawat berusia antara 26-35 tahun.
3. 11 responden (100%) responden berpendidikan D III keperawatan
4. 5 dari 11 responden (45%) dengan lama masa kerja 5 – 10 tahun
5. 7 dari 11 responden (64%) dengan jabatan perawat assosiate.
b. Post Conference
1) Pengetahuan Tentang Post Conference
Diagram 6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Post
Conference di Ruang Bougenville Pavilium Ambun Pagi RSUP
Dr. M. Djamil Padang
11

Keterangan:
1. 7 dari 11 responden (64%) responden menjawab dengan benar defenisi/pengertian
post conference
2. 10 dari 11 responden (91%) menjawab dengan benar tujuan dari pelaksanaan post
conference
3. 11 responden (100%) menjawab dengan benar tentang ketentuan post conference.
4. 7 dari 11 responden (64%) responden menjawab dengan benar tentang persiapan post
conference
5. 6 dari 11 responden (55%) menjawab dengan benar tentang pelaksana post conference
6. 6 dari 11 responden (55%) menjawab dengan benar tentang hal yang harus dilaporkan
pada saat post konference

2) Sikap tentang Post Conference


Diagram 7. Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Post Conference
di Ruang Bougenville Pavilium Ambun Pagi RSUP Dr. M.
Djamil Padang
12

Keterangan:
1. 11 responden (100%) setuju/ bersikap positif terhadap manfaat post conference yaitu
untuk menganalisa masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif pemecahan
masalah.
2. 11 responden (100%) setuju/ bersikap negatif terhadap peserta post conference yaitu
post conference diikuti oleh kepala ruangan, katim pada akhir shift dinas.
3. 11 responden (100%) setuju/ bersikap negatif terhadap peserta post conference yaitu
post conference diikuti oleh kepala ruangan, katim pada akhir shift dinas
4. 10 dari 11 responden (91%) tidak setuju/ bersikap positif terhadap kelengkapan post
conference yaitu tidak membawa catatan keperawatan, buku timbang terima
5. 9 dari 11 responden (82%) tidak setuju/ bersikap negatif terhadap masalah yang
dibicarakan saat post conference yaitu tidak seluruh masalah klien harus dibicarakan

3) Observasi Pelaksanaan Post Conference


Diagram 8. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Post
Conference di Ruang Bougenville Pavilium Ambun Pagi RSUP
Dr. M. Djamil Padang
13

c. Ronde Keperawatan
1) Pengetahuan
Diagram 9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Ronde
Keperawatan di Ruang Bougenville Pavilium Ambun Pagi
RSUP Dr. M. Djamil Padang

Keterangan:
1. 9 dari 11 responden (82%) menjawab dengan benar defenisi/ pengertian ronde
keperawatan
2. 11 responden (100%) menjawab dengan benar pelaksana ronde keperawatan.
14

3. 11 responden (100%) menjawab dengan benar tujuan dilakukan ronde


keperawatan
4. 8 dari 11 responden (73%) menjawab salah tentang manfaat ronde keperawatan.
5. 11 responden (100%) menjawab dengan benar waktu pelaksanaan ronde.
6. 11 responden (100%) menjawab dengan benar tentang perawat yang harus
melaksanakan ronde keperawatan
7. 6 dari 11 responden (55%) menjawab salah tentang hal yang harus dipersiapkan
untuk ronde keperawatan
8. 10 dari 11 responden (91%) menjawab dengan benar tentang hal yang harus
diperhatikan pada saat ronde keperawatan
9. 10 dari 11 responden (91%) menjawab dengan benar tentang masalah etik yang
harus diperhatikan saat ronde keperawatan
10. 8 dari 11 responden (73%) menjawab dengan benar tentang yang harus
dibicarakan pada saat ronde keperawatan

d. Pemasangan Infus
1) Pengetahuan
Diagram 10.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang
Pemasangan Infus di Ruang Bougenville Pavilium Ambun Pagi
RSUP Dr. M. Djamil Padang

Keterangan:
1. 11 responden (100%) memahami tentang lima momen cuci tangan untuk
mencegah infeksi jarum infus.
2. 11 responden (100%) memahami tentang SPO pemasangan infus

2) Sikap
Diagram 11.Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Pemasangan
Infus di Ruang Bougenville Pavilium Ambun Pagi RSUP Dr. M.
Djamil Padang
15

Keterangan:
1. 11 responden (100%) setuju/ bersikap positif tentang pencegahan kejadian infeksi
pemasangan infus (flebitis)
2. 11 responden (100%) setuju/ bersikap positif tentang penerapan lima momen cuci
tangan untuk mencegah infeksi jarum infus
3. bahwa 11 responden (100%) setuju/ bersikap positif tentang penerapan penulisan
tanggal dan waktu pemasangan infus untuk mencegah infeksi (flebitis)
4. 11 responden (100%) setuju/bersikap positif tentang memberikan penyuluhan
kesehatan sebelum melakukan intervensi terhadap pasien

3) Keterampilan
Diagram 12.Distribusi Frekuensi Keterampilan Responden terhadap
Pemasangan Infus di Ruang Bougenville Pavilium Ambun Pagi
RSUP Dr. M. Djamil Padang
16

Keterangan:
1. 11 responden (100%) berpendapat sudah melakukan pemasangan infus sesuai SPO
pemasangan infus
2. 11responden (100%) berpendapat sudah melakukan pelayanan keperawatan sesuai
standar asuhan keperawatan
3. 8 dari 11 responden (100%) menyatakan sudah melakukan penyuluhan kesehatan
sebelum melakukan intervensi keperawatan untuk menurunkan infeksi pemasangan
infus pada pasien

4) Observasi pelabelan tanggal pemasangan infus


Diagram 13.Distribusi Frekuensi Tindakan Pelabelan Tanggal dan Waktu
Pemasangan Infus di Ruang Bougenville Pavilium Ambun Pagi
RSUP Dr. M. Djamil Padang
17

Keterangan:
1. hari I: seluruh pasien (100%) yang terpasang infus tidak tercantum tanggal dan waktu
pemasangan
2. hari II: seluruh pasien (100%) yang terpasang infus tidak tercantum tanggal dan waktu
pemasangan

e. Komunikasi Efektif dengan Teknik SBAR pada saat Serah Terima


1) Pengetahuan
Diagram 14.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang
Komunikasi SBAR di Ruang Bougenville Pavilium Ambun Pagi
RSUP Dr. M. Djamil Padang

Keterangan:
1. 11 responden (100%) mengetahui kepanjangan SBAR
2. 11 responden (100%) mengetahui defenisi SBAR saat serah terima
3. 10 dari 11 responden (91%) mengetahui tujuan pelaksaan serah terima pasien
berdasarkan SBAR
18

4. bahwa 10 dari 11 responden (91%) mengetahui tujuan pelaksanaan serah terima


pasien berdasarkan SBAR secara langsung

2) Persepsi
Diagram 15.Distribusi Frekuensi Persepsi Responden tentang Komunikasi
SBAR di Ruang Bougenville Pavilium Ambun Pagi RSUP Dr.
M. Djamil Padang

Keterangan:
1. 8 dari 11 responden (73%) menyatakan faktor hambatan dalam serah terima
menggunakan SBAR yaitu perawat belum menyadari manfaat dan belum adanya SPO
serah terima pasien berdasarkan SBAR yang telah disetujui RS.
2. 7 dari 11 responden (64%) menyatakan Ruang Bougenville selalu melaksanakan
teknik komunikasi SBAR setiap overan antar shift, sedangkan 4 dari 11 responden
(36%) yang lain menyatakan sering melaksanakan teknik komunikasi SBAR pada saat
overan antar shift.

B. RUMUSAN MASALAH
No. Data Masalah
1. Tingkat Pengetahuan: Belum maksimalnya
 11 responden (100%) mengetahui penggunaan komunikasi
kepanjangan SBAR. efektif dengan teknik SBAR
 11 responden (100%) mengetahui defenisi pada kegiatan overan sesuai
SBAR saat serah terima dengan SPO
19

 10 dari 11 responden (91%) mengetahui


tujuan pelaksaan serah terima pasien
berdasarkan SBAR
 10 dari 11 responden (91%) mengetahui
maksud pelaksanaan serah terima pasien
berdasarkan SBAR secara langsung

Persepsi:
 8 dari 11 responden (73%) menyatakan
faktor hambatan dalam serah terima
menggunakan SBAR yaitu perawat belum
menyadari manfaat dan belum adanya SPO
serah terima pasien berdasarkan SBAR
yang telah disetujui RS.
 Didapatkan bahwa 7 dari 11 responden
(64%) menyatakan Ruang Bougenville
selalu melaksanakan teknik komunikasi
SBAR setiap overan antar shift, sedangkan
4 dari 11 responden (36%) yang lain
menyatakan sering melaksanakan teknik
komunikasi SBAR pada saat overan antar
shift.

Observasi:
S (situation)
 Seluruh perawat (100%) tidak menyebutkan
tanggal pasien masuk ruangan dan hari
perawatan
 Sebagian besar (80%) perawat tidak
menyebutkan masalah keperawatan pasien
yang sudah dan belum teratasi
B (background)
 Seluruh perawat (100%) tidak menjelaskan
20

intervensi dari setiap masalah keperawatan


pasien
 Seluruh perawat (100%) tidak menjelaskan
dan mengidentifikasi pengetahuan pasien
terhadap diagnosa medis yang dialami
pasien
A (assessment)
 Seluruh perawat (100%) tidak menjelaskan
hasil pengkajian pasien terkini
 Sebagian besar perawat (80%) tidak
menjelaskan kondisi klinik lain yang
mendukung seperti hasil lab, rontgen, dll
R (recommendation)
 Seluruh perawat (100%) menjelaskan
intervensi atau tindakan yang sudah teratasi
dan belum teratasi serta tindakan yang harus
dihentikan, dilanjutkan, atau dimodifikasi

2 Tingkat Pengetahuan: Belum optimal penerapan post


 7 dari 11 responden (64%) responden conference setiap hari
menjawab dengan benar
defenisi/pengertian post conference
 10 dari 11 responden (91%) menjawab
dengan benar tujuan dari pelaksanaan post
conference
 11 responden (100%) menjawab dengan
benar tentang ketentuan post conference.
 7 dari 11 responden (64%) responden
menjawab dengan benar tentang persiapan
post conference
 6 dari 11 responden (55%) menjawab
dengan benar tentang pelaksana post
21

conference
 6 dari 11 responden (55%) menjawab
dengan benar tentang hal yang harus
dilaporkan pada saat post konference

Sikap:
 11 responden (100%) setuju/ bersikap
positif terhadap manfaat post conference
yaitu untuk menganalisa masalah secara
kritis dan menjabarkan alternatif pemecahan
masalah.
 11 responden (100%) setuju/ bersikap
negatif terhadap peserta post conference
yaitu post conference diikuti oleh kepala
ruangan, katim pada akhir shift dinas.
 10 dari 11 responden (91%) tidak setuju/
bersikap positif terhadap kelengkapan post
conference yaitu tidak membawa catatan
keperawatan, buku timbang terima
 11 responden (100%) setuju/bersikap positif
terhadap hal yang dibicarakan saat post
conference yaitu pada saat Post Conference
sebaiknya rencana medis juga dibicarakan.
 9 dari 11 responden (82%) tidak setuju/
bersikap negatif terhadap masalah yang
dibicarakan saat post conference yaitu tidak
seluruh masalah klien harus dibicarakan.
Observasi:
hasil observasi selama 2 hari (sabtu & minggu,
23-24 juli 2016)
hari I : lebih dari separuh (67%) post
conference tidak dilakukan
hari II : lebih dari separuh (67%) post
conference tidak dilakukan
3 Tingkat Pengetahuan: Belum terlaksananya dengan
maksimal ronde keperawatan
22

 9 dari 11 responden (82%) menjawab di ruangan


dengan benar defenisi/ pengertian ronde
keperawatan
 11 responden (100%) menjawab dengan
benar pelaksana ronde keperawatan.
 11 responden (100%) menjawab dengan
benar tujuan dilakukan ronde keperawatan
 8 dari 11 responden (73%) menjawab salah
tentang manfaat ronde keperawatan.
 11 responden (100%) menjawab dengan
benar waktu pelaksanaan ronde.
 11 responden (100%) menjawab dengan
benar tentang perawat yang harus
melaksanakan ronde keperawatan
 6 dari 11 responden (55%) menjawab salah
tentang hal yang harus dipersiapkan untuk
ronde keperawatan.
 10 dari 11 responden (91%) menjawab
dengan benar tentang hal yang harus
diperhatikan pada saat ronde keperawatan
 10 dari 11 responden (91%) menjawab
dengan benar tentang masalah etik yang
harus diperhatikan saat ronde keperawatan
 bahwa 8 dari 11 responden (73%) menjawab
dengan benar tentang yang harus
dibicarakan pada saat ronde keperawatan
4 Tingkat Pengetahuan Belum optimalnya tindakan
 11 responden (100%) memahami tentang pelabelan pemasangan infus
lima momen cuci tangan untuk mencegah
infeksi jarum infus.
 11 responden (100%) memahami tentang
SPO pemasangan infus.
 11 responden (100%) setuju/ bersikap
positif tentang pencegahan kejadian infeksi
pemasangan infus (flebitis)
 11 responden (100%) setuju/ bersikap
positif tentang penerapan lima momen cuci
23

tangan untuk mencegah infeksi jarum infus


 11 responden (100%) setuju/ bersikap
positif tentang penerapan penulisan tanggal
dan waktu pemasangan infus untuk
mencegah infeksi (flebitis)
 11 responden (100%) setuju/ bersikap
positif tentang memberikan penyuluhan
kesehatan sebelum melakukan intervensi
terhadap pasien
 11 responden (100%) berpendapat sudah
melakukan pemasangan infus sesuai SPO
pemasangan infus
 11responden (100%) berpendapat sudah
melakukan pelayanan keperawatan sesuai
standar asuhan keperawatan
 8 dari 11 responden (74%) menyatakan
sudah melakukan penyuluhan kesehatan
sebelum melakukan intervensi keperawatan
untuk menurunkan infeksi pemasangan
infus pada pasien
Sikap:
 seluruh responden (100%) setuju/ bersikap
positif tentang pencegahan kejadian infeksi
pemasangan infus (flebitis)
 seluruh responden (100%) setuju/ bersikap
positif tentang penerapan lima momen cuci
tangan untuk mencegah infeksi jarum infus
 seluruh responden (100%) setuju/ bersikap
positif tentang penerapan penulisan tanggal
dan waktu pemasangan infus untuk
mencegah infeksi (flebitis)
 seluruh responden (100%) setuju/ bersikap
positif tentang memberikan pelayanan yang
baik akan meningkatkan kepuasan
pasien/keluarga
 seluruh responden (100%) setuju/ bersikap
24

positif tentang memberikan penyuluhan


kesehatan sebelum melakukan intervensi
terhadap pasien

Keterampilan:
 seluruh responden (100%) berpendapat
sudah melakukan pemasangan infus sesuai
SPO pemasangan infus
 seluruh responden (100%) berpendapat
sudah melakukan pelayanan keperawatan
sesuai standar asuhan keperawatan
 lebih dari separuh responden (100%)
menyatakan sudah melakukan penyuluhan
kesehatan sebelum melakukan intervensi
keperawatan untuk menurunkan infeksi
pemasangan infus pada pasien

Observasi:
Hasil observasi yang dilakukan pada hari sabtu
dan minggu (23-24 Juli 2016), didapatkan:
 hari I: seluruh pasien (100%) yang
terpasang infus tidak tercantum tanggal dan
waktu pemasangan
 hari II: seluruh pasien (100%) yang
terpasang infus tidak tercantum tanggal dan
waktu pemasangan
25

C. PRIORITAS MASALAH (SWOT)

Masalah
No Strength(S) Weakness(W) Opportunity(O) Threatned(T)
Keperawatan
1. Belum maksimalnya  11 responden (100%)  Seluruh perawat  RSUP DR. M. Djamil  Tuntunan dari
penggunaan komunikasi mengetahui (100%) tidak Padang sudah melalui masyarakat akan
efektif dengan teknik kepanjangan SBAR. menyebutkan tanggal tahap akreditasi pelayanan yang
SBAR pada kegiatan  11 responden (100%) pasien masuk ruangan paripurna yang optimal
overan sesuai dengan mengetahui defenisi dan hari perawatan mengharuskan tenaga  Adanya undang-
SPO. SBAR saat serah  Sebagian besar (80%) pelayanan kesehatan undang
terima perawat tidak melakukan perlindungan
 10 dari 11 responden menyebutkan masalah komunikasi efektif konsumen (undang-
(91%) mengetahui keperawatan pasien salah satunya undang no 8 tahun
tujuan pelaksaan serah yang sudah dan belum menggunakan teknik 1999 yang
terima pasien teratasi SBAR pada saat menyebutkan
berdasarkan SBAR  Seluruh perawat overan. konsumen lebih
 10 dari 11 responden (100%) tidak kritis dan berani
(91%) mengetahui menjelaskan dan dalam mengkritisi
maksud pelaksanaan mengidentifikasi pelayanan
serah terima pasien pengetahuan pasien keperawatan
berdasarkan SBAR terhadap diagnosa  Adanya rumah sakit
secara langsung medis yang dialami swasta yang sudah
pasien menerapkan prinsip
pasien safety yang
lebih maksimal

2. Belum optimal  10 dari 11 responden  Kurang dari separuh  Adanya kerjasama  Tuntutan untuk
penerapan post (91%) menjawab (45%) responden yang baik antara Menjadi rumah sakit
conference setiap hari dengan benar tujuan menjawab dengan salah mahasiswa FKEP pendidikan dan
dari pelaksanaan post waktu pelaksanaan dengan perawat rujukan nasional
26

conference  Kurang dari separuh ruangan yang terkemuka di


 11 responden (100%) (45%) responden  Adanya mahasiswa Indonesia Tahun
menjawab dengan menjawab dengan salah FKEP UNAND yang 2019
benar kegiatan yang tujuan dilakukan post sedang melakukan
dilakukan pada saat conference praktek profesi
post conferenc  Hasil penyebaran manajemen
kuesioner didapatkan keperawatan.
11 perawat menyatakan
postconfrence hanya
diikuti oleh katim dan
karu saja
 hasil observasi selama
2 hari (sabtu & minggu,
23-24 juli 2016)
 hari I : lebih dari
separuh (67%) post
conference tidak
dilakukan
 hari II : lebih dari
separuh (67%) post
conference tidak
dilakukan
 Latar belakang
pendidikan perawat
ruangan yang tidak
beragam.
3. Belum terlaksanannya  Seluruh perawat sudah  Belum adanya struktur  Adanya mahasiswa  Tuntunan dari
dengan maksimal Ronde mengetahui tentang dan jadwal yang jelas FKEP UNAND yang masyarakat akan
Keperawatan di ruangan. ronde keperawatan tentang pembagian sedang melakukan pelayanan yang
 Tersedianya pojok tugas Ronde praktek profesi optimal.
edukasi di ruangan Keperawatan di manajemen  Tuntutan dalam
27

sebagai referensi ruangan keperawatan. mengaplikasikan


penunjang  Keterbatasan waktu  Adanya motivasi dari ilmu terbaru dalam
terlaksananya ronde untuk mencari Ka SPF untuk bidang keperawatan.
informasi dan referensi menerapkan ronde
materi tentang ronde keperawatan di
keperawatan ruangan

4 Belum optimalnya  Adanya SPO Hasil observasi yang  Adanya sosialisasi  Tuntunan dari
tindakan pelabelan pemasangan infus di dilakukan pada hari sabtu SPO pemasangan masyarakat akan
pemasangan infus ruangan dan minggu (23-24 Juli infus di ruangan pelayanan yang
 11 responden (100%) 2016), didapatkan: optimal
memahami tentang  hari I: seluruh pasien  Adanya undang-
lima momen cuci (100%) yang terpasang undang
tangan untuk mencegah infus tidak tercantum perlindungan
infeksi jarum infus. tanggal dan waktu konsumen (undang-
 11 responden (100%) pemasangan undang no 8 tahun
memahami tentang  hari II: seluruh pasien 1999 yang
SPO pemasangan infus. (100%) yang terpasang menyebutkan
 11 responden (100%) infus tidak tercantum konsumen lebih
setuju/ bersikap positif tanggal dan waktu kritis dan berani
tentang pencegahan pemasangan dalam mengkritisi
kejadian infeksi pelayanan
pemasangan infus keperawatan
(flebitis)
 11 responden (100%)
setuju/ bersikap positif
tentang penerapan lima
momen cuci tangan
untuk mencegah infeksi
jarum infus
 11 responden (100%)
28

setuju/ bersikap positif


tentang penerapan
penulisan tanggal dan
waktu pemasangan
infus untuk mencegah
infeksi (flebitis)
 11 responden (100%)
setuju/ bersikap positif
tentang memberikan
penyuluhan kesehatan
sebelum melakukan
intervensi terhadap
pasien
 11 responden (100%)
berpendapat sudah
melakukan pemasangan
infus sesuai SPO
pemasangan infus
 11responden (100%)
berpendapat sudah
melakukan pelayanan
keperawatan sesuai
standar asuhan
keperawatan
 8 dari 11 responden
(74%) menyatakan
sudah melakukan
penyuluhan kesehatan
sebelum melakukan
intervensi keperawatan
untuk menurunkan
29

infeksi pemasangan
infus pada pasien
30

D. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH (FISH BONE)


1. Belum maksimalnya penggunaan komunikasi efektif dengan teknik SBAR pada kegiatan overan sesuai dengan SPO.

MAN Kurangnya motivasi


MATERIAL
perawat dalam
penerapan komunikasi Belum tersedianya poster
SBAR pada saat overan
SOP komunikasi SBAR
Sebagian perawat belum
yang ditempel di ruangan
optimal mengaplikasikan 100% perawat sudah
terpapar dengan informasi
komunikasi SBAR pada penggunaan komunikasi
SBAR Belum optimalnya
saat overan
komunikasi SBAR
Melakukan supervisi
Memakan waktu yang saat handover
kembali untuk penerapan
komunikasi SBAR lama untuk penerapan
Kurang efektifnya penerapan
komunikasi SBAR

MARKET komunikasi SBAR

METHOD

2. Belum optimal penerapan post conference setiap hari

MAN MATERIAL

Latar pendidikan perawat Dokumentasi


yang tidak beragam (100% pelaksanaan post
conference yang
responden D III Kep)
belum ada
31

Jumlah perawat dalam setiap


Motivasi perawat kurang
shif sedikit sehingga tidak
dalam kehadiran saat sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan post confrence ruangan dan jumlah pasien di
ruangan Belum optimalnya
pelaksanaan post
conference
Memakan waktu yang lama
dalam melakukan Tuntutan RS dan masyarakat dalam
pelaksanaan post tindakan medis keperawatan yang
conference. professional
Kurang optimalnya inovasi perawat
dalam menciptakan metode asuhan
keperawatan professional dengan
MARKET melakukan post conference
METHOD

3. Belum terlaksanannya dengan maksimal Ronde Keperawatan di ruangan

kurangnya motivasi
perawat ruangan untuk
MATERIAL Belum di terapkan
melakukan ronde
dan ditetapkan jadwal
keperawatan untuk ronde
MAN
keperawatan.
Keterbatasan kesempatan
latar belakang pendidikan untuk mendapatkan ilmu
perawat ruangan yang yang aktual
tidak beragam Belum terlaksanannya
Banyaknya kegiatan Kurangnya tenaga keperawatan
tindakan pelayanan diruangan dalam penerapan dengan maksimal
keperawatan di ruangan. pelaksanaan ronde keperawatan
Ronde Keperawatan di
ruangan

32

Kurang efektifnya penerapan ronde


MARKET keperawatan di ruangan
METHOD
4. Belum optimalnya tindakan pelabelan pemasangan infus

Seluruh perawat belum


optimal dalam
MAN mengaplikasikan prosedur
MATERIAL Belum adanya poster
pemasangan infus sesuai SOP pemasanga infus
dengan SOP yang lengkap dengan
Kuranganya motivasi
Kurangnya orientasi terhadap disertai pelabelan
perawat dalam melakukan perawat ruangan dalam infus.
pencatatan pelabelan melakukan pelabelan
pemasangan infus pemasangan infus
Belum optimalnya

Memungkinkan Melakukan tindakan tindakan pelabelan


penggunaan waktu yang pemasangan infus sesuai dengan
lebih cepat dalam SOP. pemasangan infus
pemasangan infus.
Kurang pembaharuan prosedur dalam
MARKET pemasanga infus terkait dengan
METHOD pelabelan infus.

E. POA (PLANNING OF ACTION)


Masalah 1 : Belum Maksimalnya Penggunaan Komunikasi Efektif dengan Teknik SBAR pada Kegiatan Overan Sesuai dengan SPO.
N KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU TEMPAT NARA SUMBER PENANGGUNG
o JAWAB
1 Desiminasi Berbagi informasi Perawat 28 Juli 2016 Meeting Room Ambun Mahasiswa Profesi Mahasiswa Profesi
ilmu tentang penerapan Pagi RSUP dr. M. Mananjemen F.Kep Manajemen
serah terima Djamil Padang Unand Kelompok T F.Kep
33

berbasis SBAR Unand


2 Role play Menerapkan Perawat 29,30 Juli- 1 Ruang Bougenville Mahasiswa Profesi
komunikasi efektif Agustus Paviliun Ambun Pagi Manajemen
berbasis SBAR saat 2016 RSUP dr. M. Djamil Kelompok T F.Kep
serah terima Padang Unand
3 Evaluasi Melihat Perawat 1-2 Agustus Ruang Bougenville Mahasiswa Profesi
kemampuan dan 2016 Paviliun Ambun Pagi Manajemen
motivasi perawat RSUP dr. M. Djamil Kelompok T F.Kep
sebelum dan Padang Unand
sesudah
pelaksanaan
Desiminasi ilmu
dan role play
34

Masalah 2 : Belum Optimal Penerapan Post Conference Setiap Hari

No KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU TEMPAT NARA SUMBER PENANGGUNG


JAWAB
1 Desiminasi Berbagi informasi Perawat 29 Juli 2016 Meeting Room Ambun Mahasiswa Profesi Mahasiswa Profesi
Ilmu tentang penerapan Pagi RSUP dr. M. Mananjemen F.Kep Manajemen
post conference Djamil Padang Unand Kelompok T F.Kep
Unand

2 Role play Menerapkan post Perawat 29-30 Juli Ruang Bougenville Mahasiswa Profesi
conference 2016 Paviliun Ambun Pagi Manajemen
RSUP dr. M. Djamil Kelompok T F.Kep
Padang Unand
3 Evaluasi Menilai Perawat 1-2 Agustus Ruang Bougenville Mahasiswa Profesi
menilai pengetahuan dan Paviliun Ambun Pagi Manajemen
kemampuan kemampuan RSUP dr. M. Djamil Kelompok T F.Kep
perawat perawat tentang Padang Unand
post conference
35

Masalah 3 : Belum Terlaksanannya dengan Maksimal Ronde Keperawatan di Ruangan

No KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU TEMPAT NARA SUMBER PENANGGUNG


JAWAB
1 Desiminasi Berbagi informasi Perawat 2 Juli 2016 Meeting Room Ambun Mahasiswa Profesi Mahasiswa Profesi
Ilmu tentang penerapan Pagi RSUP dr. M. Mananjemen F.Kep Manajemen
ronde keperawatan Djamil Padang Unand Kelompok T F.Kep
Unand
2 Role play Menerapkan ronde Perawat 29-30 Juli Ruang Bougenville Mahasiswa Profesi
keperawatan 2016 Paviliun Ambun Pagi Manajemen
RSUP dr. M. Djamil Kelompok T F.Kep
Padang Unand
3 Evaluasi Menilai Perawat 1-2 Agustus Ruang Bougenville Mahasiswa Profesi
menilai pengetahuan dan 2016 Paviliun Ambun Pagi Manajemen
kemampuan kemampuan RSUP dr. M. Djamil Kelompok T F.Kep
perawat perawat tentang Padang Unand
ronde keperawatan

Masalah 4 : Belum Optimalnya Tindakan Pelabelan Pemasangan Infus

N KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU TEMPAT NARA SUMBER PENANGGUNG


o JAWAB
36

1 Role play Menerapkan Perawat 29,30 Juli- 1 Ruang Bougenville Mahasiswa Profesi
tindakan pelabelan Agustus Paviliun Ambun Pagi Manajemen
pada pemasangan 2016 RSUP dr. M. Djamil Kelompok T F.Kep
infus Padang Unand
2 Evaluasi Melihat Perawat 1-2 Agustus Ruang Bougenville Mahasiswa Profesi
kemampuan dan 2016 Paviliun Ambun Pagi Manajemen
motivasi perawat RSUP dr. M. Djamil Kelompok T F.Kep
sebelum role play Padang Unand
sdan sesudah
pelaksanaan
37

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Winshield Survey yang telah dilakukan dari tanggal 18-19 Juli
2016 di ruangan Bougenville Paviliun Ambun Pagi RSUP dr. M. Djamil Padang dan
hasil penyebaran kuesioner serta lembar observasi yang telah dilakukan didapatkan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Belum maksimalnya penggunaan komunikasi efektif dengan teknik SBAR pada
kegiatan overan sesuai dengan SPO.
2. Belum optimal penerapan post conference setiap hari.
3. Belum terlaksanannya dengan maksimal Ronde Keperawatan di ruangan.
4. Belum optimalnya tindakan pelabelan pemasangan infus.

B. SARAN
1. Diharapkan kepala ruangan beserta staf perawat di ruangan Bougenville Paviliun
Ambun Pagi RSUP dr. M. Djamil Padang dapat meningkatkan manajemen pelayanan
keperawatan.
2. Diharapkan kepala ruangan beserta staf perawat di ruangan Bougenville Paviliun
Ambun Pagi RSUP dr. M. Djamil Padang dapat mengidentifikasi masalah manajemen
pelayanan keperawatan.
3. Diharapkan kepala ruangan beserta staf perawat di ruangan Bougenville Paviliun
Ambun Pagi RSUP dr. M. Djamil Padang dapat mengidentifikasi alternatif pemecahan
masalah manajemen pelayanan keperawatan.
4. Diharapkan kepala ruangan beserta staf perawat di ruangan Bougenville Paviliun
Ambun Pagi RSUP dr. M. Djamil Padang dapat menetapkan solusi pemecahan
masalah manajemen pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai