Etiologi :
Pathogenesis :
Perubahan patologik pada semua jenis meningitis purulenta atau
meningitis bakterial adalah sama. Pada stadium yang awal satu –
satunya kelainan yang dapat dilihat adalah bendungan
pembuluh – pembuluh darah pada piamater serta pembesaran
pleksus koroideus. Kemudian timbul eksudat pada ruang
subaraknoidea, permukaan otak. Eksudat yang purulen bisa juga
terdapat pada ventrikel, ruang subaraknoidea medulla spinalis
sepanjang otak dan saraf spinalis. Setelah beberapa minggu
terjadi pelebaran ventrikel, sering pula terjadi sembab otak yang
bila hebat dapat menyebabkan herniasi.
Klasifikasi :
Gejala :
Penegakan diagnosis :
Etiologi
Transmisi infeksi
Meningococcal bakteri yang menyebabkan meningitis
tersebar biasanya melalui kontak dekat yang berkepanjangan.
Penyebaran dimungkinkan oleh berada dalam kedekatan dari
orang yang terinfeksi yang lewat pada bakteri bersin, batuk,
mencium, berbagi barang-barang pribadi seperti, sikat gigi,
sendok garpu, peralatan dll.
2. Jenis kelamin
Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 2 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral yang lebih cepat pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki.
3. Suhu badan
Kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya kejang demam. Tinggi suhu
tubuh pada saat timbul serangan merupakan nilai ambang kejang. Ambang kejang berbeda-
beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3°C – 41,4°C. Adanya perbedaan ambang kejang
ini menerangkan mengapa pada seorang anak baru timbul kejang setelah suhu tubuhnya
meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak yang lain kejang sudah timbul walaupun suhu
meningkat tidak terlalu tinggi. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa berulangnya
kejang demam akan lebih sering pada anak dengan nilai ambang kejang yang rendah.
4. Faktor keturunan
Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam.
Beberapa penulis mendapatkan bahwa 25 – 50% anak yang mengalami kejang demam
memiliki anggota keluarga ( orang tua, saudara kandung ) yang pernah mengalami kejang
demam sekurang-kurangnya sekali.
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.6 Kejang demam
cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan demam atau pada waktu
demam tinggi.7
Faktor –faktor lain diantaranya:
· riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
· perkembangan terlambat,
· problem pada masa neonatus,
· anak dalam perawatan khusus, dan
· kadar natrium rendah.
Patofisiologi
Kelangsungan hidup sel otak memerlukan energi yang didapat dari metabolisme
glukosa melalui suatu proses oksidasi. Dimana dalam proses oksidasi tersebut diperlukan
oksigen yang disediakan dengan perantaraan paru-paru. Oksigen dari paru-paru ini
diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskular.11,12,13
Suatu sel, khususnya sel otak atau neuron dalam hal ini, dikelilingi oleh suatu
membran yang terdiri dari membran permukaan dalam dan membran permukaan luar.
Membran permukaan dalam bersifat lipoid, sedangkan membran permukaan luar bersifat
ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion Kalium (
K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium ( Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali oleh ion
Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedangkan di luar neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar neuron, maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut potensial membran neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran tadi dapat berubah oleh adanya :
Efusi subdural.
Abses otak.
Hidrosefalus.
Epilepsi.
Ensefalitis.(1)