Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Persaingan yang sangat tajam terjadi di semua lini usahadalam era perdagangan
bebas. Fakta ini membawa dampak positif dan negative bagi Indonesia. Adapun dampak
positifnya adalah memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengekspor produk yang
semakin luas. Sedangkan dampak negatifnya adalah persaingan yang terjadi bukan hanya
antar pelaku bisnis domestik, tetapi melibatkan pula pelaku bisnis dari luar negeri yang
semakin bebas memasarkan produk di Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, jenis-jenis produk makin


bertambah jumlahnya. Seiring dengan itu, persoalan yang dihadapi perusahaan terutama
perusahaan industry akan semakin komplek. Hal ini menuntut manajemen perusahaan
untuk menentukan suatutindakan dengan memilih berbagai alternative dan kebijaksanaan
dalam mengambil keputusan yang sebaik-baiknya agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Salah satu tujuan yang paling utama adalah optimalisasi laba atau keuntungan.

Perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak bertahan hidup harus mampu
menghasilkan produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik. Hasil produksi yang tinggi
akan tercapai apabila perusahaan memiliki efisiensi produksi yang tinggi. Akan tetapi untuk
mencapai efisiens iproduksi yang tinggi ini tidak mudah, karena banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal perusahaan. Faktor-faktor
tersebut antara lain tenaga kerja, bahan baku, mesin, metode produksi dan pasar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini adalah

1. Menjelaskan Pengertian Kaizen Costing ?


2. Apa saja Kunci pelaksanaan Kaizen costing ?
3. Menjelaskan perhitungan dan Analisis Kasus kaizen !
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.1 Pengertian Kaizen Costing

Kaizen berasal dari kata KAI artinya perbaikan dan ZEN artinya baik. Kaizen
diartikan sebagai perbaikan terus menerus (continous improvement). Ciri kunci manajemen
kaizen antara lain lebih memperhatikan proses dan bukan hasil, manajmen fungsional-
silang dan menggunakan lingkaran kualitas dan perlatan lain untuk mendukung peningkatan
yang terus menerus (Cane, 1998:27) Menurut Supriyono (2002:152), pengertian kaizen
costing yaitu: “Kaizen costing adalah perbaikan secara terus-menerus yang didukung proses
pengurangan biaya dalam tahap pemanufakturan produk yang sudah ada.”

Perusahaan yang menerapkan kaizen costing dengan melakukan perubahan secara


bertahap dan berkesinambungan, biasa disebut dengan continuous improvement. Menurut
Cooper (2005:239) mengemukakan bahwa: “Kata improvement di sini yang dimaksudkan
adalah pengembangan terus-menerus untuk menyempurnakan keadaan yang telah ada,
tanpa menciptakan sesuatu yang baru.”

2.1.2 Tujuan Kaizen


 Pemeliharaa

Kegiatan pemeliharaan teknonogi, sistem manajemen, dan standar operasional


yang ada sekaligus menjaga standar tersebut melalui pelatihan serta disiplin dengan
tujuan agar semua karyawan dapat mematuhi prosedur pengoperasian standar
(Standard Operating Procedure - SOP) yang telah ditetapkan.

 Perbaikan

Kegiatan yang diarahkan pada meningkatkan standar yang ada.

2.1.3 Sasaran Kaizen


Karena konsumen tidak mau menanggung biaya-biaya yang tidak perlu
tersebut. Sasaran akhir kaizen adalah tercapainya Kualitas, Biaya, Distribusi
(Quality, Cost, Delivery -- QCD). Pada praktiknya kaizen menempatkan kualitas
pada prioritas tertinggi. Kaizen mengajarkan bahwa perusahaan tidak akan mampu
bersaing jika kualitas produk dan pelayanannya tidak memadai, sehingga komitmen
manajemen terhadap kualitas sangat dijunjung tinggi. Kualitas yang dimaksud
dalam QCD bukan sekedar kualitas produk melainkan termasuk kualitas proses
yang ditempuh dalam menghasilkan produknya.

2.1.4 Manfaat Teori Kaizen

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penerapan Teori Kaizen dapat berupa :
1. Setiap orang akan mampu menemukan masalah dengan cepat.
2. Setiap orang akan memberikan perhatian dan penekanan pada tahap
perencanaan.
3. Mendukung cara berfikir yang berorientasi proses.
4. Setiap orang berkonsentrasi pada masalah-masalah yang lebih penting dan
mendesak untuk diselesaikan.
5. Setiap orang akan berpartisipasi dalam membangun sistem yang baru.
2.1.5 Prinsip Kaizen
Kaizen mengandung sepuluh prinsip:
1. Berfokus kepada pelanggan Fokus utama kaizen adalah kualitas produk,
tetapi tujuan terpenting kaizen adalah kepuasana pelanggan. Segala sesuatu /
aktifitas yang tidak menambah nilai produk atau meningkatkan kepuasan
pelanggan merupakan pengeluaran biaya yang tidak perlu.
2. Mengadakan Peningkatan Terus Menerus Dalam kaizen, suatu keberhasilan
bukanlah hasil akhir tetapi merupakan awal untuk melangkah ke tahap
berikutnya karena suatu keberhasilan merupakan factor dalam meningkatkan
semangat untuk mencapai keberhasilan yang lain.
3. Mengakui Masalah Secara Terbuka Membangun budaya yang tidak saling
menyalahkan, sehingga para karyawan dalam perusahaan kaizen dapat
mengakui kesalahan secara terbuka, dengan sadar menunjukan kelemahan
dari prosesnya dan meminta bantuan jika tidak mampu mengatasinya.
Keterbukaan tersebut merupakan suatu kekuatan yang bisa mengendalikan
dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat serta meningkatkan
kesempatan-kesempatan perbaikan.
4. Mempromosikan Keterbukaan Ilmu pengetahuan bagi kaizen adalah untuk
saling dibagikan dan hubungan-hubungan komunikasi yang mendukungnya
merupakan sumber efisiensi.
5. Menciptakan Tim Kerja Dalam Kaizen, Tim adalah fondasi yang
membentuk struktur organisasi. Melalui keikutsertaan para karyawan dalam
tim, perusahaan mendapatkan keuntungan dari karyawannya. Kerjasama tim
ini dapat menanamkan rasa saling memiliki, tanggungjawab kolektif, dan
berorientasi pada perusahaan serta dapat memperkuat keterbukaan, saling
berbagi dan komunikasi.
6. Memanajemen Proyek Melalui Tim Fungsional-silang Proyek perusahaan
kaizen direncanakan dan dilaksanakan dengan menggunakan sumberdaya
antar-departemen atau fungsional-silang serta sumber daya yang berasal dari
luar perusahaan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi biaya, mengontrol
pemborosan sampai tingkat tertentu serta memuaskan pelanggan.
7. Memelihara Proses Hubungan yang Benar Perusahaan jepang melakukan
segala sesuatu yang mampu mereka lakukan supaya terpelihara
keharmonisan dalam hubungan antar-manusia terutama para staff, manajer
dan para pemimpin tim. Hubungan tersebut dapat menumbuhkan loyalitas
dan komitmen dari karyawan.
8. Mengembangkan Disiplin Pribadi Disiplin pribadi di tempat kerja
merupakan sifat alamiah orang Jepang
9. Memberikan Informasi pada Semua Karyawan Berbagi informasi
merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan Kaizen. Dengan
memberikan informasi yang penting pada setiap orang maka tantangan
perusahaan berubah menjadi tantangan pribadi. Informasi ini juga
merupakan langkah penting untuk menciptakan budaya berdasarkan
pengetahuan.
10. Memberikan Wewenang Kepada Setiap Karyawan Dalam pelaksanaan
kaizen, setiap karyawan diberikan wewenang untuk melakukan perubahan
kearah yang lebih baik dengan kata lain melibatkan peran karyawan dalam
melakukan peningkatan.
2.2 Kunci Pelaksanaan Kaizen

Secara garis besar ada delapan kunci utama pelaksanaan kaizen dalam kegiatan
industri yaitu :

1. Menghasilkan produk sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan


pelanggan.
Sistem kaizen bisanya menghasilkan produksi sesuai dengan pesanan
pelanggan dengan system produksi tarik (pull system) yang dibantu dengan
menggunakan kartu kanban.

2. Memproduksi dalam jumlah kecil (small lot size)

Ciri khas lain adalah memproduksi dalam jumlah kecil sesuai dengan
permintaan pelanggan akan menghemat biaya dan sumber daya selain
menghilangkan persedian barang dalam proses yang merupakan sejenis pemborosan
yang dapat dihindari dengan menggunakan penjadwalan proses produksi selain itu
juga menggunakan pola produksi campur merata (Heijunka) yang dimaksud
heijunka adalah memproduksi bermacam-macam dalam satu lini produksi.

3. Menghilangkan pemborosan

Untuk menghindari pemborosan pada persediaan, pembelian dan


penjadwalan dengan menggunakan system kartu kanban yang smendukung system
produksi tarik, selain menghasilkan produksi dengan baik sejk awal yaitu pantang
menerima, pantang memproses dan pantang menyerahkan produk cacat dengan
bekerjasama dengan pemasok dengan persediaan yaitu mengurangi jumlah barang
yang dating, menghilangkan persediaan penyangga, mengurangi biaya pembelian,
memperbaiki penanganan bahan baku, tercapainy persediaan dalam jumlah kecil
dan mendapatkan pemasok yang dapat dipercaya.

4. Memperbaiki aliran produksi


Penataan produksi dilakukan dengan berpedoman pada lima disiplin di tempat
kerja yaitu 5-S yang antara lain :

a. Konsep Seiri atau pemilahan

Konsep Seiri yaitu disiplin di tempat kerja dengan cara melakukan pemisahan
berbagai alat atau komponen ditempat masing-masing, sehingga untuk mencarinya
nanti bila diperlukan akan lebih mudah. Seiri adalah memisahkan benda yang
diperlukan dengan yang tidak diperlukan, kemudian menyingkirkan yang tidak
diperlukan (ringkas). Sesungguhnya, terdapat banyak barang yang tidak diperlukan
di dalam setiap pabrik. Barang yang tidak diperlukan artinya barang tersebut tidak
dibutuhkan untuk kegiatan produksi saat ini (Hirano, 2005: 13). Untuk mengetahui
barang-barang yang perlu dibuang, barang harus dipisahkan menjadi yang
diperlukan dan yang tidak diperlukan. Hal ini disebut dengan “Seiri Visual”.

b. Konsep Seiton

Konsep ini menyusun dengan rapi dan mengenali benda untuk mempermudah
penggunaan. Kata Jepang seiton secara harfiah berarti menyusun benda dengan cara
yang menarik (rapi). Dalam konteks 5 S. Hal ini berarti mengatur barang-barang
sehingga setiap orang dapat menemukannya dengan cepat. Untuk mencapai langkah
ini, pelat penunjuk digunakan untuk menetapkan nama tiap barang dan tempat
penyimpanannya (Yasuhiro,1995: 249). Seiton memungkinkan pekerja dengan
mudah mengenali dan mengambil kembali perkakas dan bahan, dan dengan mudah
mengembalikannya ke lokasi di dekat tempat penggunaan. Pelat penunjuk
digunakan untuk memudahkan penempatan dan pengambilan kembali bahan yang
diperlukan.

c. Konsep Seiso

Konsep ini selalu mengutamakan kebersihan dengan menjaga kerapihan dan


kebersihan (resik). lni adalah proses pembersihan dasar dimana suatu daerah
disapu dan kemudian dipel dengan kain pel. Karena lantai, jendela, maupun
dinding harus dibersihkan, seiso setara dengan aktifitas pembersihan berskala
besar yang dilakukan setiap akhir tahun di rumah tangga Jepang.

Meskipun pembersihan besar-besaran di seluruh perusahaan dilakukan


beberapa kali dalam setahun, tiap tempat kerja perlu dibersihkan setiap hari.
Aktifitas itu cenderung mengurangi kerusakan mesin akibat tumpahan
minyak, abu, dan sampah. Contohnya, kalau ada pekerja yang mengeluh ada
mesin yang rusak ini tidak berarti mesin itu perlu penyetelan. Sebenarnya,
yang diperlukan mungkin hanya program pembersihan di tempat kerja
(Yasuhiro,1995:249).
d. Konsep Seiketsu

Seiketsu yaitu usaha yang terus menerus untuk mempertahankan 3 S


tersebut diatas, yakni Seiri, Seiton), dan Seiso. Pada prinsipnya mengusahakan agar
tempat kerja yang sudah menjadi baik dapat selalu terpelihara. Di tempat kerja yang
terawat dengan baik, kerawanan dan penyimpangan dapat segera dikenali, sehingga
berbagai masalah dapat dicegah sedini mungkin (Kristianto,1995: 47). Memelihara
tempat kerja tetap bersih tanpa sampah atau tetesan minyak adalah aktivitas Seiketsu,
antara seiso dengan seiketsu sangat berkaitan erat.
e. Konsep Shitsuke

Shitsuke adalah metode yang digunakan untuk memotivasi pekerja agar terus
menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas
perbaikan serta membuat pekerja terbiasa mentaati aturan (rajin). Hal ini dianggap
sebagai komponen yang paling sukar dari 5 S. Untuk aktivitas ini, pekerja Jepang
diharapkan melatih pengandalian diri sendiri, bukan dikendalikan manajemen
(Yasuhiro, 1995:266).

5. Menyempurnakan kualitas produk

Salah satunya untuk menyempurnakan kualitas produk dengan melihat prinsip


mnajemen, yaitu memelihara pengendalian proses dan membuat semua orang
bertanggungjawab terhadap tercapainya mutu, meningkatkan pandangan
manajemen terhadap mutu, terpenuhinya pengendalian mutu produk dengan tegas,
memberikan wewenang kepada karyawan untuk mengadakan pengendalian mutu
produk, menghendaki koreksi terhadap cacat produk oleh karyawan, tercapainya
inspeksi 100% terhadap mutu produk dan tercapai komitmen terhadap pengedalian
mutu jangka panjang.

6. Orang-orang yang tanggap

Penerapan sistem kaizen ini tidak lagi menggunakan pilar keuangan,


pemasaran, SDM, tapi menggunakan lintas fungsi atau lintas disiplin sehingga
seluruh karyawan harus menguasai seluruh bidang dalam perusahan atau organisasi
sesuai dengan jenjang dan kedudukannya dan kesalahan dalam proses selalu ditandai
dengan menyalanya lampu andon dan proses dihentikan dan seluruh karyawan
terfokus pada perbaikan yang terkenal dengan istilah jidoka, yaitu semua karyawan
bertanggung jawab terhadap tercapainya produk yang baik dan mencegah terjadinya
kesalahan.

7. Menghilangkan ketidakpastian

Untuk menghilangkan ketidakpastian dengan pemasok dengan cara menjalin


hubungan abadi dan memilki satu pemasok yang lokasinya berdekatan dengan
perusahaan yang masih kerabat dengan pemilik perusahaan, sedang dalam proses
produksi dengan cara menerapkan system produksi tarik dengan bantuan kartu
kanban dan produksi campur merata (Heijunka).

8. Penekanan pada pemeliharaan jangka panjang.

Karakteristik pemeliharaan dengan berpegang pada kontrak jangka panjang,


memperbaiki mutu, fleksibilitas dlm mengadakan pesnan barang, pemesanan dalam
jumlah kecil yang dilakukan berkali-kali, mengadakan perbaikn secara terus
menerus dan berkesinambungan. Istilah lain yang bertujuan mengimbangi sistem
kaizen ini adalah reengineering, yaitu mengadakan perombakan proses bisnis secara
total sampai keakar-akarnya dan sistem ini diciptakan Amerika untuk mengejar
ketinggalannya dari Jepang yang pernah dibantu ekonominya, baru kalau
perombakan ini telah dilakukan, maka pemeliharaan dan peningkatan secara terus
menerus dan berkesinambungan dapat dilaksanakan.

3.1 Analisis Kasus dan Perhitungan Kaizen Costing

Yang pertama kali dilakukan pada tahap ini adalah menentukan Cost
Reduction Objective. Dalam tahap ini digunakanlah kaizen costing dalam melakukan
cost reduction dalam mencapai target cost. Kaizen costing tidak hanya dapat
diterapkan pada bagian yang terkait dengan produksi, tetapi juga dapat diterapkan
terhadap bagian-bagian yang tidak terlibat langsung dengan bagian produksi. Seperti
pada Toyota grup, mereka memiliki program yang disebut Suggestion System (SS)
dan Quality Control Cycle (QCC), yaitu program perlombaan kepada semua
karyawan untuk memberikan ide-ide perbaikan yang dapat membantu perusahaan
memperbaiki proses kerja, mengurangi waktu kerja, dan akhirnya akan menghasilkan
penurunan biaya (Pratiwi, 2012).

Berbeda dengan pendekatan tradisional, dengan menggunakan kaizen costing,


maka yang akan menjadi elemen variabel adalah biaya dan keuntungan, sedangkan
harga jual akan menjadi tetap. Ketika terjadi perubahan ekonomi yang sangat
signifikan dan dibutuhkan penyesuaian harga jual, maka perusahaan akan berusaha
menyesuaikan harga jual yang masih masih rasional dan lebih kompetitif jika
dibandingkan pesaingnya.

Terdapat dua jenis aktifitas kaizen activity, yang pertama adalah aktivitas yang
dilakukan ketika terdapat perbedaan yang besar antara biaya aktual dengan target
cost, sedangkan aktifitas yang kedua dilaksanakan secara berkala untuk mengurangi
tingkat perbedaan antara target dan estimated profit dan juga agar dapat mencapai
allowable cost.
Tabel 4.13
Perhitungan Rasio Penghematan Biaya

Penghematan Rasio
Biaya Tiap Allowable
Jenis Kamar Biaya Per Penghematan
Kamar (Rp) Cost
Kamar Biaya
Superior 326.235 262.500 63.735 12%

Deluxe 372.207 300.000 72.207 14%

Junior Suite 420.948 337.500 83.448 16%

Suite 541.219 431.250 109.969 21%

Family Suite 841.897 637.500 204.397 38%

Sumber : Grand Asia Hotel (Diolah)

Dari tabel di atas dapat dlihat dengan menggunakan target costing melalui
perhitungan allowable cost dapat dilihat persentase biaya yang dapat dihemat untuk
mencapai target biaya yang lebih efesien. Pengehematan biaya berbeda-beda tiap
jenis kamarnya, untuk Superior pengehematan biaya sebesar 12%, Deluxe
penghematan biaya sebesar 14%, Junior Suite penghematan biaya sebesar 16%, Suite
penghematan biaya sebesar 21%, dan Family Suite penghematan biaya sebesar 38%.

Masing-masing nilai rasio dari penghematan biaya kemudian digunakan


dalam perhitungan target kaizen costing dengan mengalikan biaya aktual dengan
rasio penghematan biaya tersebut. Nilai tersebut nantinya akan digunakan dalam
pengurangan biaya operasional dalam mencapai target costing untuk produk yang
akan dihasilkan. Adapun perhitungan target kaizen costing sebagai berikut:

Tabel 4.14
Perhitungan Target Kaizen Costing
Rasio
Biaya Tiap Target Kaizen
Jenis Kamar Penghematan
Kamar (Rp) Costing
Biaya
Superior 326.235 12% 38.955
Deluxe 372.207 14% 50.353
Junior Suite 420.948 16% 65.811
Suite 541.219 21% 111.507
Family Suite 841.897 38% 322.397
Sumber : Grand Asia Hotel (Diolah)

Tabel di atas merupakan hasil perhitungan nilai target kaizen costing. Kaizen
Costing berfungsi sebagai kontrol, untuk melihat apakah selama perusahaan
beroperasi efisiensi biaya berjalan sesuai rencana atau tidak, dan dapat menjadi sistem
penilaian untuk kinerja perusahaan. Kaizen dapat terjadi dengan melakukan
pengurangan biaya kepada aktivitas-aktivitas yang dianggap tidak perlu,
menghilangkan pemborosan, dan mengefisiensikan kinerja perusahaan.

Tabel 4.16
Perhitungan Total Penghematan Biaya menurut Kaizen Costing

Jenis Kamar Kamar Terjual Target Kaizen Total Penghematan


Costing Biaya Per Kamar
Superior 2.880 38.955 112.191.062
Deluxe 3.420 50.353 172.205.562
Junior Suite 1.080 65.811 71.076.391
Suite 504 111.507 56.199.322
Family Suite 108 322.397 34.818.853
Total 7.992 589.023 446.491.191
Sumber : Grand Asia Hotel (Diolah)

Tabel di atas menunjukkan nilai nominal dari total penghematan biaya dari
penjumlahan setiap pengehematan tiap jenis kamar berdasarkan perhitungan Kaizen
Costing. Nilai tersebut akan dimasukkan dalam perhitungan laba dari operasional
kamar dalam usaha pengoptimalkan pendapatan perkamar.

Tabel 4.17
Perhitungan Laba Dari Operasional Kamar Setelah Penerapan Kaizen Costing

Penjualan Rp 3.243.600.000

biaya operasional Rp (3.030.828.624)

laba kotor dari operasional kamar


(sebelum
Rp 212.771.376
penerapan kaizen costing)

penghematan biaya setelah kaizen costing Rp 446.491.191

Laba kotor dari operasional kamar (setelah


Rp 659.262.567
penerapan kaizen costing)

persentase kenaikan laba 68%

Tabel di atas menunjukkan selisih jauh nilai dari pendapatan jasa kamar
sebelum penerapan kaizen costing dan setelah penerapan kaizen costing. Dengan
melakukan penghematan biaya sebesar Rp. 446.491.191 maka pendapatan perusahaan
dari aktifitas jasa kamar meningkat dari Rp. 212.771.376 menjadi Rp. 659.262.567.
Perhitungan di atas memberikan bukti bahwa metode pengendalian biaya
menggunakan kaizen costing juga mampu mengoptimalkan pendapatan jasa kamar.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kaizen berasal dari kata KAI artinya perbaikan dan ZEN artinya baik. Kaizen
diartikan sebagai perbaikan terus menerus (continous improvement). Ciri kunci manajemen
kaizen antara lain lebih memperhatikan proses dan bukan hasil, manajmen fungsional-
silang dan menggunakan lingkaran kualitas dan perlatan lain untuk mendukung
peningkatan yang terus menerus.
Konsep Kaizen Costing terdiri atas 5 S yaitu Seiri, seiton, seiso, seiketsu dan
shitsuke. Biaya proses per produk = harga cutting tool / life time tool. Cost reduction per
produknya adalah Cutting tool lama-cutting tool baru. Sedangkan untuk Cost reduction per
bulan = Cost reduction x Order per bulan dan Cost reduction per tahun = Cost reduction x
Order per bulan x 12.

3.2 Saran
Dalam Perusahaan yang sudah berjalan dadlam kurun waktu yang cukup lama
terkadang ia menggunakan kaizen costing untuk mengurangi biaya dan meningkatkan
produksi. Oleh Karen itu, sangat bermanfaat sekali jika diterapkan di Perusahaan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

 Cane, 1998. Establishing Kaizen Culture, Circuit Assemble, November, pp. 57-58
 Handayani, 2005. Kaizen Culture, Education and Training, New York: Irwing
Professional
 Hitoshi Takeda, 2006. The Change Management Handbook, New York: Irwing
Professional
 Hirano, 2005, Productivity by Kaizen, april, pp. 30-34
 Kristianto,1995, Budaya Organisai yang Positif, Jakarta: Airlangga
 Masaaki Imai, 2005. Budaya Kaizen, Jakarta: Pustaka Utama
 Tazakigroup, 2000. Budaya Kaizen yang Unik, Jakarta : Gramedia
KEIZEN COSTING
DAN PENERAPANNYA PADA PERUSAHAAN JASA

MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester


mata kuliah “Sistem Pengendalian Manajemen”

disusun oleh:

Niken Wahida Febriana (1510421100)


AKUNTANSI C
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Jl. KarimataNo.49 Jember, Kode Pos 68121 (0331) 336782

Anda mungkin juga menyukai